Faktor Psikologis
Faktor Psikologis
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Faktor- Faktor Psikologis Yang
Mempengaruhi Kehamilan ” untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada
Masa Kehamilan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
Bagi setiap wanita kehamilan merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri yang mana
kehamilan tersebut secara psikologi memberikan kepercayaan diri dimana kehamilan ini
meyakinkan dirinya bahwa ia sebagai wanita sejati.
a. Stressor Internal
Pada umunya kehamilan memberikan arti emosional yang sangat besar pada setiap
wanita, sehubungan dengan peristiwa kehamilan tersebut pada umumnya terjadi bahwa
calon ibu atau wanita yang dengan hamil itu sering dihinggapi oleh keinginan-keinginan
atau kebiasaan aneh.
Bahkan ada yang mempunnyai keinginan yang tradisional dan pada umumnya
senantiasa dibarengi emosi-emosi dan dorongan-dorongan yang kuat. Banyak orang
4
dengan penelitian-penelitiannya mengatakan bahwa keadaan tersebut dirangsang oleh
kebutuhan-kebutuhan hormonal.
Seorang wanita menjadi sangat perasa, mudah tersinggung, lebih-lebih jika
permintaanya tidak dipenuhi oleh suami maka timbulah semacam obsesi dan tekanan
batin pada kehidupan psikisnya. Seorang wanita yang hidup bahagia biasanya merasakan
kepuasan dan kebahagiaan ketika ia menjadi hamil. Ia bangga akan dirinya serta
kesuburannya dan kegairahan menyambut bayinya yang akan lahir. Namun demikian
sekalipun behasrat benar untuk menjadi ibu dan cukup realistis disertai sikap hidup yang
sehat terhadap diri sendiri dan orang lain kehamilan itu merupakan suatu tujuan berat
baginya dan menimbulkan ketakutan-ketakutan tertentu itu adalah berupa keseriusan
disebabkan oleh kelelahan dan kesakitan jasmani, jadi bingung, kecemasan.
Adanya beban psikologis yang ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan
perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh
menjadi seorang dengan kpribadian yang tidak baik, tergantung pada stress yang di alami
oleh ibunya, seperti anak yang menjadi seorang dengan kepribadian temperamental, autis
atau orang terlalu rendah diri (minder). Ini tentu saja tidak diharapkan. Oleh karena itu,
pemantauan kesehatan psikologis pasien sangat perlu dilakukan.
b. Stressor Eksternal
Lingkungan dan kebudayaan memberikan pengaruh pada psikologi ibu hamil, maka
psikologis mengenai kehamilan itu mau tidak mau banyak diwarnai dengan kepercayaan
dan keyakinan tradisional daerah masing-masing. Reaksi psikis terhadap kehamilan itu
dengan sendirinya sangat banyak dan amat bervariasi, namun elemen pokok yang umum
terhadap pada setiap wanita hamil ialah ketakutan dan kepercayan tahayul. Hal ini, dapat
terjadi baik terhadap wanita terpelajar atau tidak.
Peristiwa demikian ini terjadi pada hampir setiap wanita di dunia, sekalipun
kebudayaan mereka berbeda. Ringkasnya, semua mekanisme perasaan dan relasi dengan
kehamilannya itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang paling dekat, terutama
dipengaruhi oleh dukungan masyarakat lingkungan tersebut terhadap si bayi yang
berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lainnya. Juga Polisi Nasional, interest ekonomi,
nilai-nilai etis tertentu mengenai hakekat anak manusia, semua ikut mempengaruhi sikap
wanita terhadap kehamilannya. Bahkan perturan-peraturan sosial yang dikembangnkan
oleh manusia itu sendiri mengenai kelahiran anak, itu sering bertentangan dengan hukum-
hukum biologi kodrat.
5
Ketakutan-ketakutan dalam berbagai macam bentuk dan ekspresinya berupa
kesulitan-kesulitan ekonomis, kesulitan emosional macam-macam penyakit. Kematian
dalam keluarga, relasi tidak harmonis dengan suami dan dengan anggota keluarga
lainnya, lingkungan tetangga dan masyarakat semua karena lingkungan itu langsung atau
tidak langsung memberikan pengaruh terhadap kehamilannya. Sehubungan dengan
banyaknya faktor eksternal yang mempengaruhi wanita hamil, maka mereka sering
menutup diri dan meneymbunyikan segenap intimitas serta emosi-emosinya, sehingga
sulit bagi kita ikut mengahayati semua kehidupan wanita hamil serta sulit memperoleh
informasi yang cukup banyak dan terpercaya tentang kehidupan psikis seorang wanita
hamil.
Support Keluarga
Motivasi suami
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang
ayah adalah timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan
bercampur dengan keprihatinan akan kesiapannya menjadi seorang ayah dan menjadi
pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat
memperhatikan keadaan ibu yang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karena
takut akan mencederai bayinya. Ada pula pria yang hasrat seksualnya terhadap wanita
hamil relatif lebih besar. Disamping respon yang diperlihatkannya, seorang ayah dapat
memahami keadaan ini dan menerimanya. Zaman dahulu seorang suami ikut mendukung
kehamilan istrinya dengan ritual-ritual keagamaan. Berbeda dengan dukungan yang
diberikan oleh suami pada saat ini, bentuk dukungan yang diberikan oleh suami lebih
pada :
Motivasi keluarga
Wanita hamil sering kali merasakan ketergantungan terhadap orang lain. Tapi
mungkin bisa menjadi lebih kuat sesudah bayinya lahir hal ini bisa dipahami karena pada
6
waktu itu wanita memerlukan keamanan dan perhatian dari seseorang yang sangat
dominan baginya. Keluarga dalam hal ini harus menjadi bagian dalam mempersiapkan
pasangan menjadi orang tua.
Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik yang bersifat
fisik amupun psikologis. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap perubahan yang
terjadi, dimana sumber stress terbesar terjadi karena dalam rangka melakukan adaptasi
terhadap kondisi tertentu. Dalam menjalani proses itu, ibu hamil sangat membutuhkan
dukungan yang intensif dari keluarga dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih
sayang.
Partner abuse
Partner abuse merupakan kekerasan selama kehamilan oleh pasangan. Kekerasan dapat
terjadi baik secara fisik, psikis, ataupun seksual sehingga dapat terjadi rasa nyeri dan trauma.
Kekerasan yang terjadi sekitar 7-11% dari wanita yang hamil. Efek kekerasan pada ibu hamil
dapat berupa langsung maupun tidak langsung. Bentuk langsung antara lain trauma dan
kerusakan fisik pada ibu serta bayinya misalnya solusio plasenta (terlepasnya plasenta
sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan lebih dari 28 minggu), fraktur
tulang , rupture uteri dan perdarahan; sedangkan efek yang tidak langsung adalah reaksi
emosional, peningkatan kecemasan, depresi, rentan terhadap penyakit. Trauma pada
kehamilan juga dapat menyebabkan nafsu makan yang menurun dan peningkatan frekuensi
merokok, serta meminum alkohol.
Bullock dan Mc. Failane (1989) menemukan prevelansi yang meningkat untuk bayi
dengan BBLR pada ibu yang mengalami kekerasan selama hamil. Kebanyakan wanita hamil
yang mengalami kekerasan adalah karena pendidikan yang rendah umur yang terhitung masih
muda, dan hamil di luar nikah.
1. Hamil diluar Nikah
Jika kehamilan tidak diharapkan, secara otomatis ibu akan sangat membenci
kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan untuk melakukan hal-hal positif yang akan
meningkatkan kesehatan bayinya. Pada kasus ini kita waspada akan adanya keguguran
(abortus), premature (bayi lahir belum cukup umur) dan kematian janin. Pada kehamilan di
luar nikah, hampir bisa dipastikan bahwa pasangan masih belum siap dalam hal ekonomi.
Selain itu kekurangsiapan ibu untuk merawat bayi juga perlu diwaspadai agar tidak terjadi
7
postpartum blues atau seorang wanita yang tidak menerima kehadiran anaknya karena
depresi saat dalam masa nifas dan setelah melahirkan .
2. Karakteristik ibu
a. Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan
Anak perempuan berusia 15 tahun atau kurang, lebih rentan terhadap terjadinya pre
eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan drah tinggi, protein dalam kemih dan
penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklampsi (kejang akibat pre eklampsi), mereka
juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi.
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentang terhada tekanan darah tinggi,
diabetes di dalam rahim serta lebih rentan terhadap nggaguan persalinan dan resiko memiliki
bayi dengan kelainan kromosom (misalnya sindroma down) semakin meningkat.
b. Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50 kg,
lebih mungkin melahirkan bayi kecil dari usia kehamilan. Sebaliknya, seorang wanita gemuk
lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga memyebabkan meingkatnya resiko
terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.
c. Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin
memiliki panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk mengalami persalinan premature (bayi lahir belum cukup umur) dan melahirkan
bayi yang sangat kecil.
d. Pendarahan saat hamil
10
perdarahan polip servikalis, perdarahan pada perlukaan serviks, perdarahan karena keganasan
serviks, erosio, dan trauma.)
11
Perkosaan adalah “ persetubuhan” ( persetubuhan sebenarnya adalah atau penetrasi
labia oleh penis) atau seorang wanita tanpa persetujuannya dan dengan paksaan melalui rasa
takut, kekuatan atau penipuan. Pemerkosaan sering terjadi pada anak besar kelompok umur
menarche atau adolesen ( 14-17).
Tindak perkosaan pada anak biasanya disertai dengan penganiyaan seksual dalam
bentuk pedofilia dan penganiayaan anak. Hal ini sering di temukan, yang mula-mula
merupakan masalah anak kecil baru diketahui setelah riwayat penganiyaan yang agak lama.
Di sisi lain, perkosaan dapat terjadi akibat mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan
alkohol yang mempengaruhi pikiran sehingga hanya di penuhi hawa nafsu. Tindak perkosaan
pasti menimbulkan trauma fisik pada korban. Korban perkosaan mempunyai resiko tinggi
menjadi tidak mampu melakukan aktivitas seksual secara normal pada kehidupan di masa
datang. Penularan penyakit kelamin dan HIV, perdarahan, adanya trauma perineum, biasanya
akibat penganiayaan digital atau akibat cedera mengangkang ( yaitu trauma non koital).
Cedera pada setengah posterior perineum ( frenulum labiorum pudendi posterior,
hymen dan daerah pudendus) biasanya dihubungkan dengan penetrasi penis ( abrasi, eritema,
dan laserasi ). Dan tidak menutup kemungkinan, wanita tersebut hamil meskipun pada
akhirnya banyak di antara mereka yang menggugurkan kandunganya dengan tidak aman.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://blogbaru2012aku.blogspot.com/2013/03/subtance-abuse.html
http://bidantinipurwati.blogspot.com/2012/05/askeb-i-faktor-psikologis-yg.html
http://arinalhusna.blogspot.com/2012/04/faktor-psikologis-yang-mempengaruhi.html
http://midwifemala.blogspot.com/2011/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
13