id
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Beban yang bekerja pada struktur terdiri dari beban mati, beban hidup, dan beban
gempa. Beban hidup ditentukan berdasarkan PPIUG Tahun 1989. Beban gempa
yang digunakan mengacu pada Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung (SNI 1726:2012). Perhitungan beban gempa
dilakukan dengan program SAP2000. Enam tipe struktur dimodelkan dalam
program SAP2000 dengan properti struktur sebagai berikut :
a. Sistem struktur = Sistem Rangka Pemikul Momen
b. Tinggi lantai =4m
c. Ukuran kolom (b x h) = 60 cm x 60 cm
d. Ukuran balok (b x h) = 50 cm x 70 cm
e. = 35 MPa
f. Mutu baja (fy) = 350 MPa
g. Modulus Elastisitas (E) = 4700
Beban mati yang bekerja pada struktur berasal dari berat sendiri struktur dan
beban mati tambahan. Berat sendiri struktur merupakan total dari volume struktur
dikalikan dengan berat jenis beton, yaitu 2,4 t/m 3. Tabel 4.1 menunjukkan berat
sendiri struktur M-1 hingga M-6 untuk tiap lantai. Perhitungan berat sendiri
struktur secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A.
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
34
Beban mati tambahan yang bekarja pada struktur berasal dari berat penutup lantai,
berat partisi, dan berat pasangan bata pada keliling bangunan. Perhitungan beban
mati tambahan dapat dilihat pada Lampiran A. Beban mati tambahan struktur M-1
hingga M-6 besarnya sama seperti pada Tabel 4.2 sebagai berikut :
Beban hidup ditentukan berdasarkan PPIUG Tahun 1989 untuk fungsi bangunan
perkantoran yaitu sebesar 250 kg/m2 pada pelat lantai dan 100 kg/m2 pada pelat
atap. Pada perhitungan beban gempa, beban hidup yang berkontribusi pada berat
total gedung (Wt) direduksi menjadi 0,3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
35
Nilai S1 dan SS diambil dari Peta Zonasi Gempa yang dikeluarkan Depertemen
Pekerjaan Umum tahun 2010 untuk wilayah yang sesuai dengan lokasi struktur
bangunan, yaitu Yogyakarta. Koefisien situs Fa dan Fv diambil dari Tabel 4 dan
Tabel 5 dalam SNI 1726:2012 untuk jenis tanah sedang. Nilai S1, SS, Fa, dan Fv ini
kemudian digunakan untuk menentukan nilai SD1 dan SDS yang selanjutnya
digunakan untuk menentulan nilai T dan koefisien Cs untuk masing-masing
struktur M-1 hingga M-6. Gambar 4.1 di bawah ini merupakan hasil perhitungan
respons spektra desain untuk wilayah Yogyakarta dengan jenis tanah sedang.
1,40
1,20
1,00
Tanah Keras
0,80
S Tanah Sedang
0,60
Tanah Lunak
0,40
0,20
0,00
0 0,5 1 1,5 2 2,5
T
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
36
Hasil perhitungan beban mati, beban hidup dan nilai-nilai pada Tabel 4.1, Tabel
4.2, dan Tabel 4.3 digunakan sebagai input pada prosedur perhitungan analisis
statik linier untuk menghasilkan distribusi beban gempa statik yang dibebankan
pada struktur yang ditinjau. Sumbu bangunan yang dipertimbangkan untuk
menerima beban gempa hanya sumbu lemah bangunan yang dalam hal ini adalah
sumbu Y. Pola pembeban gempa yang diberikan pada sumbu Y, yaitu 100%
beban arah Y + 30% beban arah X. Hal tersebut ditentukan karena pertimbangan
bahwa kemungkinan arah gelombang gempa yang tidak selalu tegak lurus pada
sumbu bangunan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
37
Perhitungan analisis statik beban gempa dapat secara lengkap dilihat pada
lampiran A. Distribusi vertikal gaya gempa yang bekerja pada struktur M-1
hingga M-6 dapat dilihat pada enam tabel dibawah ini.
Tinggi Berat
100% 30%
No Lantai Lantai Vx = Vy
Wi x hi k Cv Fy Fx
Lantai hi Wi (ton)
(ton) (ton)
(m) (ton)
1 4 932,2682 5041,498 0,0269 493,364 13,27599 3,982796
2 8 932,2682 11723,82 0,0626 493,364 30,87281 9,261843
3 12 932,2682 19207,16 0,1025 493,364 50,57902 15,17371
4 16 932,2682 27263,3 0,1455 493,364 71,79357 21,53807
5 20 932,2682 35774,04 0,1909 493,364 94,20527 28,26158
6 24 932,2682 44665,54 0,2384 493,364 117,6196 35,28589
7 28 755,6432 43677,47 0,2331 493,364 115,0177 34,5053
Wi x hik 187352,8
Wi x hik 268184
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
38
Wi x hik 331538
Wi x hik 213989
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
39
Wi x hik 240624
Wi x hik 267260
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
40
Pemodelan struktur tiga dimensi dilakukan sesuai tahapan yang telah disebutkan
pada Bab 3 subbab 3.2.5 sampai 3.2.7. Visualisasi dari pemodelan keenam
struktur yang akan dianalisis indeks redundansi dan faktor modifikasi respons
redundansi nya dapat dilihat pada Gambar 4.2 sampai 4.7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
43
Penentuan Load Pattern dan Load Case yang digunakan pada pemodelan dengan
program SAP2000 dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut :
Tabel 4.10 Penentuan Load Pattern dan Load Case pada program SAP2000
Load Pattern
Nama Faktor Pengali Tipe Beban
DEAD 1 Berat sendiri
SUPERDEAD 0 Beban mati tambahan
LIVE 0 Beban hidup
EQUAKE 0 Beban gempa
Load Case
Nama Faktor Pengali Tipe Analisis
DEAD 1
Nonlinier static
GRAV SUPERDEAD 1
(full load)
LIVE 1
Nonlinier static
PUSH EQUAKE 1
(monotonic incremental)
Analisis pushover terdiri dari dua tahap yaitu tahap pertama struktur diberi beban
gravitasi yang merupakan kombinasi beban mati dan beban hidup yang direduksi
dan tahap kedua struktur diberi beban lateral secara monotonic bertahap. Intensitas
pembebanan lateral pada tahap kedua tersebut terus ditingkatkan sampai
komponen struktur yang paling lemah berdeformasi kemudian berlanjut hingga
struktur collapse.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
44
versus gaya geser dasar pada setiap tahapan. Iterasi akan berhenti dilakukan oleh
program pada saat kekakuan struktur hilang sehingga tidak dapat menemukan
solusi untuk analisis pada step tersebut. Kedua tahap analisis pushover dilakukan
pada keenam tipe struktur yang ditinjau.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
46
Displacement BaseForce
Step AtoB BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE >E Total
m Kgf
0 0 0 1344 0 0 0 0 0 0 0 1344
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
47
Displacement BaseForce
Step AtoB BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE >E Total
m Kgf
0 0 0 1344 0 0 0 0 0 0 0 1344
Sendi-sendi plastis yang diprediksi oleh program terbentuk pada struktur yang
dianalisis pushover pada step pertama dan step terakhir dapat dilihat pada Gambar
4.8 hingga 4.13.
Gambar 4.8 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
48
Gambar 4.9 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-2
Gambar 4.10 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
49
Gambar 4.11 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-4
Gambar 4.12 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
50
Gambar 4.13 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-6
Gambar 4.8 hingga 4.13 memperlihatkan kondisi struktur pada saat awal dan
akhir analisis pushover. Banyak sendi plastis dalam tingkat kategori C terbentuk
pada step terakhir yang divisualisasikan sendi berwarna kuning dan beberapa
sendi dalam tingkat kategori D berwarna oranye bahkan pada struktur M-1, M-2,
M-3, dan M-4 terbentu satu buah sendi pada kategori E yang berwarna merah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
51
Hasil dari proses iterasi yang disimpan program SAP2000 digunakan untuk
membentuk kurva kapasitas dari struktur yang dianalisis. Kurva kapasistas
menggambarkan hubungan antara besarnya gaya geser dasar (base shear) dengan
perpindahan (displacement).
Pada pemodelan ini, join yang menjadi titik tinjauan perpindahan (displacement
control) adalah join 48 yang terletak di pojok kiri atas lantai 7 dari masing-masing
denah struktur gedung. Kurva kapasitas hasil pushover program SAP2000 dari
masing-masing struktur yang dianalisis dapat dilihat pada Gambar 4.14 hingga
4.19.
Gambar 4.14 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
52
Gambar 4.15 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-2
Gambar 4.16 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
53
Gambar 4.17 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-4
Gambar 4.18 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
54
Gambar 4.19 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-6
Kurva kapasitas tipe struktur M-1, M-2, dan M-3 kemudian disatukan dalam
format ukuran skala yang sama pada Gambar 4.20 sehingga dapat terlihat
perbedaan antara ketiga kurva yang dihasilkan. Perbandingan nilai base shear saat
pelelehan pertama, base shear ultimate dan displacement akhir M-1, M-2 dan M-3
dapat dilihat pada Tabel 4.18 dibawah ini.
Tabel 4.18 Perbandingan nilai base shear saat pelelehan pertama, base shear
ultimate dan displacement akhir M-1, M-2 dan M-3
Base shear leleh pertama Base shear ultimate Displacement
Struktur
(kg) (kg) (m)
M-1 384012,97 1508860,42 0,082755
M-2 512639,45 2036001,29 0,081665
M-3 642205,47 2566912,74 0,080299
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
55
3000000
2500000
2000000
Base shear (kg)
1500000
M-1 (5 bentang)
1000000 M-2 (7 bentang)
0
0,000 0,020 0,040 0,060 0,080 0,100
Displacement (m)
Gambar 4.20 Perbandingan kurva kapasitas hasil analisis pushover pada struktur
dengan variasi jumlah bentang portal
Gambar 4.20 di atas menunjukkan bahwa perbedaan jumlah bentang portal pada
struktur tiga dimensi M-1, M-2, dan M-3 terlihat signifikan mempengaruhi nilai
base shear terhadap displacement sehingga menghasilkan kurva kapasitas yang
berbeda. Jumlah bentang yang semakin banyak menghasilkan nilai base shear
yang semakin besar dengan displacement yang hampir sama pada kisaran 0,08 m.
Kurva kapasitas tipe struktur M-1, M-4, M-5, dan M-6 juga disatukan dalam
format ukuran skala yang sama pada Gambar 4.21 sehingga dapat terlihat
perbedaan antara keempat kurva yang dihasilkan. Perbandingan nilai base shear
saat pelelehan pertama, base shear ultimate dan displacement akhir M-1, M-4, M-
5 dan M-6 dapat dilihat pada Tabel 4.19 dibawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.19 Perbandingan nilai base shear saat pelelehan pertama, base shear
ultimate dan displacement akhir M-1, M-4, M-5 dan M-6
Base shear leleh pertama Base shear ultimate Displacement
Struktur
(kg) (kg) (m)
M-1 384012,97 1508860,42 0,082755
M-4 384917,13 1583885,66 0,094124
M-5 385782,38 1630066,82 0,097845
M-6 386589,57 1677092,39 0,108351
Gambar 4.21 Perbandingan kurva kapasitas hasil analisis pushover pada struktur
dengan variasi panjang bentang portal
Gambar 4.21 di atas menunjukkan bahwa perbedaan panjang bentang portal pada
struktur tiga dimensi M-1, M-4, M-5, dan M-6 terlihat signifikan mempengaruhi
nilai base shear terhadap displacement sehingga menghasilkan kurva kapasitas
yang berbeda. Panjang bentang yang semakin besar cenderung menghasilkan nilai
displacement yang semakin besar dengan base shear yang juga bertambah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
57
Analisis gaya dalam strukur dengan program SAP2000 memberikan hasil nilai
gaya geser, gaya aksial, dan momen dari elemen-elemen struktur. Perhitungan
nilai indeks variasi redundansi memerlukan nilai momen yang terjadi pada sendi
plastis dari seluruh elemen-elemen struktur baik balok maupun kolom. Besarnya
momen dari setiap sendi plastis elemen struktur M-1, M-2, M-3, M-4, M-5, dan
M-6 dapat dilihat pada Lampiran B.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
58
Proses analisis pushover yang dilakukan program SAP2000 pada keenam model
struktur yang dianalisis berhenti saat iterasi tidak menemukan solusi akibat
kekakuan struktur yang hilang. Kurva kapasitas yang dihasilkan dari analisis
pushover kemudian dianalisis lebih lanjut dengan perhitungan untuk mengetahui
besarnya indeks kekuatan redundansi dari masing-masing struktur. Perhitungan
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A-3. Hasil perhitungan indeks
kekuatan redundansi dari enam struktur dapat dilihat pada Tabel 4.20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
59
Struktur M-1
Grafik pengaruh jumlah dan panjang bentang portal pada indeks kekuatan
redundansi struktur dengan sistem rangka pemikul momen dapat dibuat dengan
memplotkan hasil dari Tabel 4.19 ke dalam grafik pada Gambar 4.22 dan Gambar
4.23 di bawah ini.
4,4
4,35
Indeks Kekuatan Redundansi
Struktur 3D
4,3 7 lantai
4,25
4,2
(rS)
4,15
4,1
4,05
3,95
3,9
3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah bentang
Gambar 4.22 Pengaruh jumlah bentang portal pada Indeks Kekuatan Redundansi
(rs) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
60
4,4
4,15
4,1
4,05 Struktur 3D
7 lantai
4
3,95
3,9
3 4 5 6 7 8 9 10
Panjang bentang (m)
Gambar 4.23 Pengaruh panjang bentang portal pada Indeks Kekuatan Redundansi
(rs) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
61
Gaya dalam yang dihasilkan dari program SAP2000 dianalisis lebih lanjut secara
statistik untuk mendapatkan koefisien korelasi dari elemen-elemen pada sistem
struktur. Momen-momen ujung pada sendi yang terbentuk pada tiap portal
struktur M-1, M-2, M-3, M-4, M-5, dan M-6 masing-masing dikorelasikan
kemudian diambil nilai rata-rata koefisien korelasi rangka portal ( ) untuk
mendapatkan besarnya indeks variasi redundansi dari sistem struktur tiga dimensi
tersebut. Perhitungan indeks variasi redundansi secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran C. Hasil perhitungan indeks redundansi dari struktur M-1 hingga M-6
dapat dilihat pada Tabel 4.21 dibawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
62
Berikut ini adalah contoh perhitungan perhitungan indeks variasi redundansi rv:
Struktur M-1
Jumlah sendi (n) = 115
Koefisien korelasi portal ( ) = 0,87095
0,89
0,885
Indeks Variasi Redundansi
0,88
0,875
(rv)
0,87
0,865
Struktur 3D
0,86 7 lantai
0,855
0,85
3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Bentang
Gambar 4.24 Pengaruh jumlah bentang portal pada Indeks Variasi Redundansi
(rv) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
63
0,89
0,885
Indeks Variasi Redundansi Struktur 3D
0,88 7 lantai
0,875
(rv)
0,87
0,865
0,86
0,855
0,85
3 4 5 6 7 8 9 10
Panjang Bentang (m)
Gambar 4.25 Pengaruh panjang bentang portal pada Indeks Variasi Redundansi
(rv) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
64
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
65
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
66
Hasil perhitungan nilai diplot ke dalam grafik pada Gambar 4.26 dan Gambar
4.27 sehingga dapat mudah terlihat bagaimana pengaruh jumlah bentang dan
panjang bentang portal terhadap nilai .
4,70
Faktor Modifikasi Respons Redundansi
4,60
Struktur 3D
7 lantai
4,50
4,40
(RR)
4,30
4,20
4,10
4,00
3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Bentang
Gambar 4.26 Pengaruh jumlah bentang portal pada Faktor Modifikasi Respons
Redundansi (RR) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
67
4,70
4,50
4,40
(RR )
4,30
4,20
Struktur 3D
7 lantai
4,10
4,00
3 4 5 6 7 8 9 10
Panjang Bentang (m)
Gambar 4.27 Pengaruh panjang bentang portal pada Faktor Modifikasi Respons
Redundansi (RR) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen
Pengaruh jumlah bentang dan panjang bentang pada nilai dapat diketahui
dengan membandingkan Gambar 4.26 dan Gambar 4.27. Kedua gambar tersebut
memperlihatkan bahwa nilai akan meningkat seiring dengan penambahan
panjang bentang portal dari struktur dan penambahan jumlah bentang portal juga
terlihat meningkatkan nilai namun tidak cukup besar dibandingkan dengan
penambahan panjang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
68
5,9
5,7
5,5
5,3 rs = 3,9
5,1 rs = 4,0
RR 4,9 rs = 4,1
4,7 rs = 4,2
4,5 rs = 4,3
4,3 rs = 4,4
4,1
3,9
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
rv
Gambar 4.28 Variasi Nilai Faktor Modifikasi Respons Redundansi (RR) terhadap
Indeks Kekuatan Redundansi (rs) dan Indeks Variasi Redundansi (rv)
dengan kve = 0,25
commit to user