Anda di halaman 1dari 36

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembebanan dan Pemodelan Struktur

Beban yang bekerja pada struktur terdiri dari beban mati, beban hidup, dan beban
gempa. Beban hidup ditentukan berdasarkan PPIUG Tahun 1989. Beban gempa
yang digunakan mengacu pada Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung (SNI 1726:2012). Perhitungan beban gempa
dilakukan dengan program SAP2000. Enam tipe struktur dimodelkan dalam
program SAP2000 dengan properti struktur sebagai berikut :
a. Sistem struktur = Sistem Rangka Pemikul Momen
b. Tinggi lantai =4m
c. Ukuran kolom (b x h) = 60 cm x 60 cm
d. Ukuran balok (b x h) = 50 cm x 70 cm
e. = 35 MPa
f. Mutu baja (fy) = 350 MPa
g. Modulus Elastisitas (E) = 4700

4.1.1. Perhitungan Beban Mati dan Beban Hidup

4.1.1.1. Perhitungan Beban Mati

Beban mati yang bekerja pada struktur berasal dari berat sendiri struktur dan
beban mati tambahan. Berat sendiri struktur merupakan total dari volume struktur
dikalikan dengan berat jenis beton, yaitu 2,4 t/m 3. Tabel 4.1 menunjukkan berat
sendiri struktur M-1 hingga M-6 untuk tiap lantai. Perhitungan berat sendiri
struktur secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A.

commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34
34

Tabel 4.1 Berat sendiri struktur tiap lantai

Panjang Volume Volume Volume


Jumlah Berat tiap
Struktur Balok tiap Kolom tiap Pelat tiap
Bentang bentang Lantai
Lantai Lantai Lantai
arah X arah Y (ton)
(m3) (m3) (m3)
M-1 5 5 82,5 42,768 93,75 525,6432
M-2 5 5 112,75 57,024 131,25 722,457
M-3 5 5 143,00 71,28 168,75 919,272
M-4 6 5 90,75 42,768 112,5 590,4432
M-5 7 5 99,00 42,768 131,25 655,2432
M-6 8 5 107,25 42,768 150,00 720,0432

Beban mati tambahan yang bekarja pada struktur berasal dari berat penutup lantai,
berat partisi, dan berat pasangan bata pada keliling bangunan. Perhitungan beban
mati tambahan dapat dilihat pada Lampiran A. Beban mati tambahan struktur M-1
hingga M-6 besarnya sama seperti pada Tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Beban Mati Tambahan Struktur


No. Beban (t/m2)
1 Penutup Lantai 0,338
2 Partisi 0,1
3 Pasangan Bata 0,25

4.1.1.2. Perhitungan Beban Hidup

Beban hidup ditentukan berdasarkan PPIUG Tahun 1989 untuk fungsi bangunan
perkantoran yaitu sebesar 250 kg/m2 pada pelat lantai dan 100 kg/m2 pada pelat
atap. Pada perhitungan beban gempa, beban hidup yang berkontribusi pada berat
total gedung (Wt) direduksi menjadi 0,3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35
35

4.1.2. Pembebanan Gempa

Perhitungan beban gempa didahului dengan perhitungan respons spektra desain.


Input yang diperlukan untuk perhitungan respons spektra desain dan beban gempa
adalah parameter respons spektral percepatan gempa MCE R terpetakan untuk
perioda pendek (SS), parameter respons spektral percepatan gempa MCER
terpetakan untuk perioda 1 detik (S1), nilai waktu getar bangunan (T), faktor
reduksi gempa (R), faktor keutamaan gedung akibat gempa (Ie).

Nilai S1 dan SS diambil dari Peta Zonasi Gempa yang dikeluarkan Depertemen
Pekerjaan Umum tahun 2010 untuk wilayah yang sesuai dengan lokasi struktur
bangunan, yaitu Yogyakarta. Koefisien situs Fa dan Fv diambil dari Tabel 4 dan
Tabel 5 dalam SNI 1726:2012 untuk jenis tanah sedang. Nilai S1, SS, Fa, dan Fv ini
kemudian digunakan untuk menentukan nilai SD1 dan SDS yang selanjutnya
digunakan untuk menentulan nilai T dan koefisien Cs untuk masing-masing
struktur M-1 hingga M-6. Gambar 4.1 di bawah ini merupakan hasil perhitungan
respons spektra desain untuk wilayah Yogyakarta dengan jenis tanah sedang.

1,40

1,20

1,00
Tanah Keras
0,80
S Tanah Sedang
0,60
Tanah Lunak
0,40

0,20

0,00
0 0,5 1 1,5 2 2,5
T

Gambar 4.1 Respons Spektra Desain Wilayah Yogyakarta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36
36

Perhitungan secara lengkap dapat disimak pada Lampiran A dengan tetap


mengacu pada Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung (SNI 1726:2012). Nilai faktor reduksi gempa (R) diambil sebesar 8,0
sesuai Tabel 9 dalam SNI 1726:2012 mengenai Faktor R, Cd 0 untuk
sistem penahan gaya gempa. Nilai waktu getar bangunan (T), faktor keutamaan
gedung (I), nilai SD1 dan SDS untuk keenam tipe struktur dirangkum pada Tabel
4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Nilai T, I, SD1 dan SDS struktur yang ditinjau


Faktor Parameter
Parameter
Waktu Getar Keutamaan Percepatan
Tipe Percepatan 1
(T) Gempa perioda
detik (SD1)
(Ie) pendek (SDS)
M-1 0,9350 1,25 0,465 1,167
M-2 0,9603 1,25 0,465 1,167
M-3 0,9350 1,25 0,465 1,167
M-4 0,9350 1,25 0,465 1,167
M-5 0,9350 1,25 0,465 1,167
M-6 0,9350 1,25 0,465 1,167

Hasil perhitungan beban mati, beban hidup dan nilai-nilai pada Tabel 4.1, Tabel
4.2, dan Tabel 4.3 digunakan sebagai input pada prosedur perhitungan analisis
statik linier untuk menghasilkan distribusi beban gempa statik yang dibebankan
pada struktur yang ditinjau. Sumbu bangunan yang dipertimbangkan untuk
menerima beban gempa hanya sumbu lemah bangunan yang dalam hal ini adalah
sumbu Y. Pola pembeban gempa yang diberikan pada sumbu Y, yaitu 100%
beban arah Y + 30% beban arah X. Hal tersebut ditentukan karena pertimbangan
bahwa kemungkinan arah gelombang gempa yang tidak selalu tegak lurus pada
sumbu bangunan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37
37

Perhitungan analisis statik beban gempa dapat secara lengkap dilihat pada
lampiran A. Distribusi vertikal gaya gempa yang bekerja pada struktur M-1
hingga M-6 dapat dilihat pada enam tabel dibawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi Vertikal Gaya Gempa Struktur M-1 (k = 1,2175)

Tinggi Berat
100% 30%
No Lantai Lantai Vx = Vy
Wi x hi k Cv Fy Fx
Lantai hi Wi (ton)
(ton) (ton)
(m) (ton)
1 4 932,2682 5041,498 0,0269 493,364 13,27599 3,982796
2 8 932,2682 11723,82 0,0626 493,364 30,87281 9,261843
3 12 932,2682 19207,16 0,1025 493,364 50,57902 15,17371
4 16 932,2682 27263,3 0,1455 493,364 71,79357 21,53807
5 20 932,2682 35774,04 0,1909 493,364 94,20527 28,26158
6 24 932,2682 44665,54 0,2384 493,364 117,6196 35,28589
7 28 755,6432 43677,47 0,2331 493,364 115,0177 34,5053
Wi x hik 187352,8

Tabel 4.5 Distribusi Vertikal Gaya Gempa Struktur M-2 (k = 1,2302)


Tinggi Berat
100% 30%
No Lantai Lantai k Vx = V y
Wi x hi Cv Fy Fx
Lantai hi Wi (ton)
(ton) (ton)
(m) (ton)
1 4 1285,1326 7072,485 0,0264 662,422 17,46921 5,240763

2 8 1285,1326 16591,44 0,0619 662,422 40,98126 12,29438

3 12 1285,1326 27321,39 0,1019 662,422 67,48449 20,24535

4 16 1285,1326 38922,09 0,1451 662,422 96,1385 28,84155

5 20 1285,1326 51216,51 0,1910 662,422 126,506 37,95181

6 24 1285,1326 64093,62 0,2390 662,422 158,3128 47,49384

7 28 1044,4576 62966,89 0,2348 662,422 155,5298 46,65893

Wi x hik 268184

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38
38

Tabel 4.6 Distribusi Vertikal Gaya Gempa Struktur M-3 (k = 1,2175)


Tinggi Berat
100% 30%
No Lantai Lantai Vx = Vy
Wi x hi k Cv Fy Fx
Lantai hi Wi (ton)
(ton) (ton)
(m) (ton)
1 4 1651,197 8929,305 0,0269 873,431 23,52413 7,057239
2 8 1651,197 20764,77 0,0626 873,431 54,70449 16,41135
3 12 1651,197 34018,98 0,1026 873,431 89,62253 26,88676
4 16 1651,197 48287,69 0,1456 873,431 127,2132 38,16397
5 20 1651,197 63361,59 0,1911 873,431 166,9252 50,07757
6 24 1651,197 79109,87 0,2386 873,431 208,4138 62,52415
7 28 1333,272 77065,4 0,2324 873,431 203,0277 60,90832

Wi x hik 331538

Tabel 4.7 Distribusi Vertikal Gaya Gempa Struktur M-4 (k = 1,2175)


Tinggi Berat
100% 30%
No Lantai Lantai Vx = V y
Wi x hi k Cv Fy Fx
Lantai hi Wi (ton)
(ton) (ton)
(m) (ton)
1 4 1063,5432 5751,404 0,0269 563,117 15,13661 4,540982

2 8 1063,5432 13374,68 0,0625 563,117 35,19962 10,55988

3 12 1063,5432 21911,77 0,1024 563,117 57,66764 17,30029

4 16 1063,5432 31102,31 0,1453 563,117 81,85539 24,55662

5 20 1063,5432 40811,48 0,1907 563,117 107,4081 32,22243

6 24 1063,5432 50955,01 0,2381 563,117 134,1039 40,23118

7 28 866,4432 50081,9 0,2340 563,117 131,8061 39,54182

Wi x hik 213989

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39
39

Tabel 4.8 Distribusi Vertikal Gaya Gempa Struktur M-5 (k = 1,2175)


Tinggi Berat
100% 30%
No Lantai Lantai k Vx = V y
Wi x hi Cv Fy Fx
Lantai hi Wi (ton)
(ton) (ton)
(m) (ton)
1 4 1194,8182 6461,31 0,0269 632,991 16,99725 5,099174
2 8 1194,8182 15025,54 0,0624 632,991 39,52646 11,85794
3 12 1194,8182 24616,38 0,1023 632,991 64,75632 19,4269
4 16 1194,8182 34941,32 0,1452 632,991 91,91731 27,57519
5 20 1194,8182 45848,91 0,1905 632,991 120,611 36,1833
6 24 1194,8182 57244,48 0,2379 632,991 150,5884 45,17652
7 28 977,2432 56486,32 0,2347 632,991 148,594 44,5782

Wi x hik 240624

Tabel 4.9 Distribusi Vertikal Gaya Gempa Struktur M-6 (k = 1,2175)


Tinggi Berat
100% 30%
No Lantai Lantai k Vx = V y
Wi x hi Cv Fy Fx
Lantai hi Wi (ton)
(ton) (ton)
(m) (ton)
1 4 1326,0932 7171,216 0,0268 702,804 18,85789 5,657368
2 8 1326,0932 16676,4 0,0624 702,804 43,85333 13,156
3 12 1326,0932 27320,99 0,1022 702,804 71,84504 21,55351
4 16 1326,0932 38780,34 0,1451 702,804 101,9793 30,59378
5 20 1326,0932 50886,34 0,1904 702,804 133,814 40,14421
6 24 1326,0932 63533,94 0,2377 702,804 167,073 50,12189
7 28 1088,0432 62890,75 0,2353 702,804 165,3816 49,61448

Wi x hik 267260

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40
40

4.1.3. Pemodelan Tiga Dimensi

Pemodelan struktur tiga dimensi dilakukan sesuai tahapan yang telah disebutkan
pada Bab 3 subbab 3.2.5 sampai 3.2.7. Visualisasi dari pemodelan keenam
struktur yang akan dianalisis indeks redundansi dan faktor modifikasi respons
redundansi nya dapat dilihat pada Gambar 4.2 sampai 4.7.

Gambar 4.2 Modelisasi M-1 pada program SAP2000

Gambar 4.3 Modelisasi M-2 pada program SAP2000

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41
41

Gambar 4.4 Modelisasi M-3 pada program SAP2000

Gambar 4.5 Modelisasi M-4 pada program SAP2000

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42
42

Gambar 4.6 Modelisasi M-5 pada program SAP2000

Gambar 4.7 Modelisasi M-6 pada program SAP2000

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43
43

Penentuan Load Pattern dan Load Case yang digunakan pada pemodelan dengan
program SAP2000 dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut :

Tabel 4.10 Penentuan Load Pattern dan Load Case pada program SAP2000

Load Pattern
Nama Faktor Pengali Tipe Beban
DEAD 1 Berat sendiri
SUPERDEAD 0 Beban mati tambahan
LIVE 0 Beban hidup
EQUAKE 0 Beban gempa
Load Case
Nama Faktor Pengali Tipe Analisis
DEAD 1
Nonlinier static
GRAV SUPERDEAD 1
(full load)
LIVE 1
Nonlinier static
PUSH EQUAKE 1
(monotonic incremental)

4.2. Analisis Pushover Struktur

Analisis pushover terdiri dari dua tahap yaitu tahap pertama struktur diberi beban
gravitasi yang merupakan kombinasi beban mati dan beban hidup yang direduksi
dan tahap kedua struktur diberi beban lateral secara monotonic bertahap. Intensitas
pembebanan lateral pada tahap kedua tersebut terus ditingkatkan sampai
komponen struktur yang paling lemah berdeformasi kemudian berlanjut hingga
struktur collapse.

Program SAP2000 mengulang analisis sebanyak jumlah elemen yang mencapai


kondisi leleh. Setiap tahapan beban, gaya dalam dan deformasi dihitung dan
direkam menjadi step-step untuk menyajikan kurva perpindahan (displacement)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44
44

versus gaya geser dasar pada setiap tahapan. Iterasi akan berhenti dilakukan oleh
program pada saat kekakuan struktur hilang sehingga tidak dapat menemukan
solusi untuk analisis pada step tersebut. Kedua tahap analisis pushover dilakukan
pada keenam tipe struktur yang ditinjau.

4.2.1. Hasil Analisis Pushover

Analisis pushover yang dilakukan menggunakan program SAP2000 memberikan


hasil gambaran prediksi sendi plastis yang terbentuk pada elemen-elemen yang
mencapai kondisi leleh dari struktur yang dianalisis. Iterasi yang dilakukan
program disimpan sebagai step pada hasil analisis untuk M-1, M-2, M-3, M-4, M-
5 dan M-6 yang dapat dilihat pada Tabel 4.11 hingga 4.16 di bawah ini. Baris
berwarna biru muda merupakan titik dimulainya pelelehan kekuatan struktur dan
baris berwarna merah muda merupakan titik berhentinya iterasi pushover yaitu
saat struktur telah hilang kekakuannya.

Tabel 4.11 Step Hasil Pushover M-1


Displacement BaseForce
Step AtoB BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE >E Total
m Kgf
0 0 0 1344 0 0 0 0 0 0 0 1344

1 0,00599 384012,97 1338 6 0 0 0 0 0 0 1344

2 0,016051 1011934,4 989 355 0 0 0 0 0 0 1344

3 0,01647 1027769,26 984 360 0 0 0 0 0 0 1344


4 0,028957 1294518,23 820 485 39 0 0 0 0 0 1344

5 0,034065 1357624,83 751 508 85 0 0 0 0 0 1344

6 0,053433 1448075,31 636 542 166 0 0 0 0 0 1344

7 0,082755 1508860,42 584 465 251 17 0 26 0 1 1344

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45
45

Tabel 4.12 Step Hasil Pushover M-2


Displacement Ba
Step
m Kgf
0 0 0 1820 0 0 0 0 0 0 0 1820

1 0,005764 512639,45 1812 8 0 0 0 0 0 0 1820

2 0,015637 1368272,49 1347 473 0 0 0 0 0 0 1820

3 0,016035 1389607,77 1340 480 0 0 0 0 0 0 1820


4 0,028359 1763873,21 1123 646 51 0 0 0 0 0 1820

5 0,033093 1846163,34 1023 694 103 0 0 0 0 0 1820

6 0,051392 1955621,07 873 737 210 0 0 0 0 0 1820

7 0,081665 2036001,29 813 613 335 18 0 40 0 1 1820

Tabel 4.13 Step Hasil Pushover M-3


Displacement Ba
Step
m Kgf
0 0 0 2296 0 0 0 0 0 0 0 2296

1 0,005626 642205,47 2286 10 0 0 0 0 0 0 2296

2 0,015361 1725175,89 1705 591 0 0 0 0 0 0 2296

3 0,015748 1752035,09 1696 600 0 0 0 0 0 0 2296


4 0,027836 2232897,85 1428 805 63 0 0 0 0 0 2296

5 0,032093 2333574,5 1304 871 121 0 0 0 0 0 2296

6 0,050176 2467343,23 1113 931 252 0 0 0 0 0 2296

7 0,080299 2566912,74 1039 775 410 17 0 54 0 1 2296

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46
46

Tabel 4.14 Step Hasil Pushover M-4

Displacement BaseForce
Step AtoB BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE >E Total
m Kgf
0 0 0 1344 0 0 0 0 0 0 0 1344

1 0,006392 384917,13 1340 4 0 0 0 0 0 0 1344

2 0,018025 1067980,02 989 355 0 0 0 0 0 0 1344

3 0,03153 1345051,41 799 509 36 0 0 0 0 0 1344


4 0,037858 1417997,95 727 561 56 0 0 0 0 0 1344

5 0,057574 1510352,85 612 598 134 0 0 0 0 0 1344

6 0,093511 1582164,57 554 536 215 16 0 22 0 1 1344

7 0,094005 1583677,6 552 533 220 15 0 23 0 1 1344

8 0,094034 1583729,16 552 533 220 15 0 23 0 1 1344

9 0,094124 1583885,56 552 532 221 15 0 23 0 1 1344

10 0,094124 1583885,66 552 532 221 15 0 23 0 1 1344

Tabel 4.15 Step Hasil Pushover M-5


Displacement Ba
Step
m Kgf
0 0 0 1344 0 0 0 0 0 0 0 1344

1 0,006828 385782,38 1340 4 0 0 0 0 0 0 1344

2 0,019641 1094079,87 953 391 0 0 0 0 0 0 1344

3 0,020759 1130216,41 928 416 0 0 0 0 0 0 1344


4 0,039263 1429741,3 737 571 36 0 0 0 0 0 1344

5 0,044969 1480067,63 672 624 48 0 0 0 0 0 1344

6 0,068711 1571781,26 574 610 160 0 0 0 0 0 1344

7 0,097577 1629541,35 519 587 202 11 0 25 0 0 1344

8 0,097577 1629541,37 519 587 202 11 0 25 0 0 1344

9 0,097849 1630066,82 517 587 204 11 0 25 0 0 1344

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47
47

Tabel 4.16 Step Hasil Pushover M-6

Displacement BaseForce
Step AtoB BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE >E Total
m Kgf
0 0 0 1344 0 0 0 0 0 0 0 1344

1 0,007281 386589,57 1340 4 0 0 0 0 0 0 1344

2 0,019245 961181,39 960 384 0 0 0 0 0 0 1344

3 0,02674 1170481,88 860 484 0 0 0 0 0 0 1344


4 0,046355 1454705,72 730 578 36 0 0 0 0 0 1344

5 0,05372 1519237,61 666 641 37 0 0 0 0 0 1344

6 0,079481 1621515,29 558 615 171 0 0 0 0 0 1344

7 0,108351 1677092,39 503 625 180 15 0 21 0 0 1344

Sendi-sendi plastis yang diprediksi oleh program terbentuk pada struktur yang
dianalisis pushover pada step pertama dan step terakhir dapat dilihat pada Gambar
4.8 hingga 4.13.

Gambar 4.8 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48
48

Gambar 4.9 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-2

Gambar 4.10 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49
49

Gambar 4.11 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-4

Gambar 4.12 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-5

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50
50

Gambar 4.13 Sendi plastis yang terbentuk pada step pertama dan step terakhir
struktur M-6

Gambar 4.8 hingga 4.13 memperlihatkan kondisi struktur pada saat awal dan
akhir analisis pushover. Banyak sendi plastis dalam tingkat kategori C terbentuk
pada step terakhir yang divisualisasikan sendi berwarna kuning dan beberapa
sendi dalam tingkat kategori D berwarna oranye bahkan pada struktur M-1, M-2,
M-3, dan M-4 terbentu satu buah sendi pada kategori E yang berwarna merah.

Tabel 4.17 Tingkat Kategori Sendi Plastis pada Program SAP2000


Warna Sendi Tingkat Deskripsi
B Batas linier, terjadinya pelelehan pertama
IO kerusakan kecil, kekakuan struktur masih sama
LS kerusakan sedang, kekakuan struktur berkurang
CP kerusakan parah, kekakuan struktur berkurang banyak
C batas maksimum gaya geser yang mampu
D struktur diambang collapse
E struktur tidak mampu menahan geser

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51
51

4.2.1.1. Kurva Kapasitas

Hasil dari proses iterasi yang disimpan program SAP2000 digunakan untuk
membentuk kurva kapasitas dari struktur yang dianalisis. Kurva kapasistas
menggambarkan hubungan antara besarnya gaya geser dasar (base shear) dengan
perpindahan (displacement).

Pada pemodelan ini, join yang menjadi titik tinjauan perpindahan (displacement
control) adalah join 48 yang terletak di pojok kiri atas lantai 7 dari masing-masing
denah struktur gedung. Kurva kapasitas hasil pushover program SAP2000 dari
masing-masing struktur yang dianalisis dapat dilihat pada Gambar 4.14 hingga
4.19.

Gambar 4.14 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52
52

Gambar 4.15 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-2

Gambar 4.16 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53
53

Gambar 4.17 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-4

Gambar 4.18 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-5

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54
54

Gambar 4.19 Kurva Kapasitas Hasil Analisis Pushover untuk tipe struktur M-6

Kurva kapasitas tipe struktur M-1, M-2, dan M-3 kemudian disatukan dalam
format ukuran skala yang sama pada Gambar 4.20 sehingga dapat terlihat
perbedaan antara ketiga kurva yang dihasilkan. Perbandingan nilai base shear saat
pelelehan pertama, base shear ultimate dan displacement akhir M-1, M-2 dan M-3
dapat dilihat pada Tabel 4.18 dibawah ini.

Tabel 4.18 Perbandingan nilai base shear saat pelelehan pertama, base shear
ultimate dan displacement akhir M-1, M-2 dan M-3
Base shear leleh pertama Base shear ultimate Displacement
Struktur
(kg) (kg) (m)
M-1 384012,97 1508860,42 0,082755
M-2 512639,45 2036001,29 0,081665
M-3 642205,47 2566912,74 0,080299

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55
55

3000000

2500000

2000000
Base shear (kg)

1500000
M-1 (5 bentang)
1000000 M-2 (7 bentang)

500000 M-3 (9 bentang)

0
0,000 0,020 0,040 0,060 0,080 0,100
Displacement (m)

Gambar 4.20 Perbandingan kurva kapasitas hasil analisis pushover pada struktur
dengan variasi jumlah bentang portal

Gambar 4.20 di atas menunjukkan bahwa perbedaan jumlah bentang portal pada
struktur tiga dimensi M-1, M-2, dan M-3 terlihat signifikan mempengaruhi nilai
base shear terhadap displacement sehingga menghasilkan kurva kapasitas yang
berbeda. Jumlah bentang yang semakin banyak menghasilkan nilai base shear
yang semakin besar dengan displacement yang hampir sama pada kisaran 0,08 m.

Kurva kapasitas tipe struktur M-1, M-4, M-5, dan M-6 juga disatukan dalam
format ukuran skala yang sama pada Gambar 4.21 sehingga dapat terlihat
perbedaan antara keempat kurva yang dihasilkan. Perbandingan nilai base shear
saat pelelehan pertama, base shear ultimate dan displacement akhir M-1, M-4, M-
5 dan M-6 dapat dilihat pada Tabel 4.19 dibawah ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.19 Perbandingan nilai base shear saat pelelehan pertama, base shear
ultimate dan displacement akhir M-1, M-4, M-5 dan M-6
Base shear leleh pertama Base shear ultimate Displacement
Struktur
(kg) (kg) (m)
M-1 384012,97 1508860,42 0,082755
M-4 384917,13 1583885,66 0,094124
M-5 385782,38 1630066,82 0,097845
M-6 386589,57 1677092,39 0,108351

Gambar 4.21 Perbandingan kurva kapasitas hasil analisis pushover pada struktur
dengan variasi panjang bentang portal

Gambar 4.21 di atas menunjukkan bahwa perbedaan panjang bentang portal pada
struktur tiga dimensi M-1, M-4, M-5, dan M-6 terlihat signifikan mempengaruhi
nilai base shear terhadap displacement sehingga menghasilkan kurva kapasitas
yang berbeda. Panjang bentang yang semakin besar cenderung menghasilkan nilai
displacement yang semakin besar dengan base shear yang juga bertambah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57
57

4.2.1.2. Gaya Dalam Struktur

Analisis gaya dalam strukur dengan program SAP2000 memberikan hasil nilai
gaya geser, gaya aksial, dan momen dari elemen-elemen struktur. Perhitungan
nilai indeks variasi redundansi memerlukan nilai momen yang terjadi pada sendi
plastis dari seluruh elemen-elemen struktur baik balok maupun kolom. Besarnya
momen dari setiap sendi plastis elemen struktur M-1, M-2, M-3, M-4, M-5, dan
M-6 dapat dilihat pada Lampiran B.

4.3. Analisis dan Pembahasan Indeks Redundansi

Pengaruh redundansi pada sistem struktur digambarkan dalam dua indeks


redundansi, yaitu Indeks kekuatan redundansi (rs) yang merupakan ukuran
deterministik dari redundansi dan Indeks Variasi Redundansi (r v) sebagai ukuran
probabilistik dari redundansi terhadap struktur. rs merepresentasikan kemampuan
sistem struktur dalam mendistribusikan gaya ketika terjadi kegagalan dan
kapabilitas struktur dalam mentransfer gaya dari elemen yang leleh ke elemen
yang memiliki resistansi lebih tinggi. rv merupakan nilai probabilitas redundansi
yang terjadi pada struktur yang nilainya antara 0 hingga 1.

Proses penentuan indeks redundansi dilakukan melalui perhitungan yang cukup


panjang dengan analisis kurva kapasitas, momen-momen pada sendi plastis yang
terjadi, dan gaya dalam pada setiap elemen struktur yang merupakan gambaran
kekuatan elemen dalam menerima beban lateral yang dalam topik ini berupa
beban gempa. Analisis pushover memberikan gambaran kekuatan ultimit dari
sistem struktur akibat beban gempa. Pemilihan mode kegagalan struktur pada
analisis ini sangatlah penting dalam evaluasi kedua indeks redundansi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58
58

4.3.1. Analisis dan Pembahasan Indeks Kekuatan Redundansi

Keseluruhan pengaruh redundansi dalam kekuatan dari sistem struktur diwakilkan


oleh indeks kekuatan redundansi (rs) yang merupakan rasio antara besarnya
kekuatan utlimit struktur saat menahan beban dengan kekuatan sistem struktur
tanpa redundansi atau ketika satu elemen leleh menyebabkan keseluruhan sistem
hancur. Penentuan titik kegagalan struktur dari hasil analisis pushover sangatlah
penting. Anggapan yang digunakan untuk menentukan titik kegagalan struktur
adalah sebagai berikut :
a. Ketika terbentuk sendi plastis dalam tingkat kategori C.
b. Ketika perpindahan (displacement) pada join terujung dari lantai atas struktur
mencapai batas 0,04 dari tinggi bangunan.
c. Ketika iterasi pada proses analisis pushover berhenti akibat kekakuan struktur
yang hilang sehingga tidak ditemukan solusi pada tahap iterasi tersebut.

Proses analisis pushover yang dilakukan program SAP2000 pada keenam model
struktur yang dianalisis berhenti saat iterasi tidak menemukan solusi akibat
kekakuan struktur yang hilang. Kurva kapasitas yang dihasilkan dari analisis
pushover kemudian dianalisis lebih lanjut dengan perhitungan untuk mengetahui
besarnya indeks kekuatan redundansi dari masing-masing struktur. Perhitungan
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A-3. Hasil perhitungan indeks
kekuatan redundansi dari enam struktur dapat dilihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Indeks Kekuatan Redundansi


Panjang Jumlah Base shear Base shear
Struktur Bentang Bentang rs
saat leleh (kg) ultimit (kg)
arah X arah X
M-1 5 5 384012,97 1508860,42 3,9292
M-2 5 7 512639,45 2036001,29 3,9716
M-3 5 9 642205,47 2566912,74 3,9970
M-4 6 5 384917,13 1583885,66 4,1104
M-5 7 5 385782,38 1630066,82 4,2240
M-6 8 5 386589,57 1677092,39 4,3382

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59
59

Berikut ini adalah contoh perhitungan perhitungan indeks kekuatan redundansi r s:

Struktur M-1

Base shear saat leleh (Sy) = 384012,97 kg

Base shear ultimit (Su) = 1508860,42 kg

Grafik pengaruh jumlah dan panjang bentang portal pada indeks kekuatan
redundansi struktur dengan sistem rangka pemikul momen dapat dibuat dengan
memplotkan hasil dari Tabel 4.19 ke dalam grafik pada Gambar 4.22 dan Gambar
4.23 di bawah ini.

4,4

4,35
Indeks Kekuatan Redundansi

Struktur 3D
4,3 7 lantai

4,25

4,2
(rS)

4,15

4,1

4,05

3,95

3,9
3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah bentang

Gambar 4.22 Pengaruh jumlah bentang portal pada Indeks Kekuatan Redundansi
(rs) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60
60

4,4

Indeks Kekuatan Redundansi


4,35
4,3
4,25
4,2
(rS)

4,15
4,1
4,05 Struktur 3D
7 lantai
4
3,95
3,9
3 4 5 6 7 8 9 10
Panjang bentang (m)

Gambar 4.23 Pengaruh panjang bentang portal pada Indeks Kekuatan Redundansi
(rs) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen

Gambar 4.22 dan Gambar 4.23 memperlihatkan hubungan penambahan jumlah


bentang dan penambahan panjang bentang portal terhadap besarnya indeks
kekuatan redundansi (rs). rs bertambah sejalan dengan penambahan jumlah bentang
portal dan penambahan panjang bentang portal. Apabila dibandingkan antara
kedua gambar tersebut, terlihat bahwa bertambahnya panjang bentang portal
menghasilkan peningkatan nilai rs yang lebih signifikan dibandingkan dengan
bertambahnya jumlah bentang portal pada struktur tiga dimensi dengan sistem
rangka pemikul momen.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61
61

4.3.2. Analisis dan Pembahasan Indeks Variasi Redundansi

Sama halnya dengan indeks kekuatan redundansi, dalam menghitung besarnya


indek variasi redundansi (rv) sangat penting dalam menentukan mode kegagalan
struktur dari hasil analisis pushover untuk menghasilkan nilai rv yang aktual.
Indeks variasi redundansi merupakan fungsi dari jumlah sendi plastis yang
terbentuk pada struktur sesaat sebelum runtuh dan koefisien korelasi rata-rata
antara elemen-elemen dalam sistem struktur. Nilai r v ada dalam rentang 0 hingga
1. Struktur yang tidak redundan memiliki r v = 1 dan struktur yang sangat redundan
memiliki nilai rv mendekati 0 atau bahkan pada struktur yang memiliki redundansi
tidak terbatas maka rv = 0.

Gaya dalam yang dihasilkan dari program SAP2000 dianalisis lebih lanjut secara
statistik untuk mendapatkan koefisien korelasi dari elemen-elemen pada sistem
struktur. Momen-momen ujung pada sendi yang terbentuk pada tiap portal
struktur M-1, M-2, M-3, M-4, M-5, dan M-6 masing-masing dikorelasikan
kemudian diambil nilai rata-rata koefisien korelasi rangka portal ( ) untuk

mendapatkan besarnya indeks variasi redundansi dari sistem struktur tiga dimensi
tersebut. Perhitungan indeks variasi redundansi secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran C. Hasil perhitungan indeks redundansi dari struktur M-1 hingga M-6
dapat dilihat pada Tabel 4.21 dibawah ini.

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Indeks Variasi Redundansi


Panjang Jumlah Jumlah sendi
Struktur Bentang Bentang plastis pada rv
arah X arah X rangka portal (n)
M-1 5 5 115 0,87095 0,88433
M-2 5 7 112 0,86802 0,88172
M-3 5 9 112 0,86521 0,87920
M-4 6 5 113 0,85285 0,88433
M-5 7 5 114 0,84425 0,86810
M-6 8 5 114 0,83486 0,86038

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62
62

Berikut ini adalah contoh perhitungan perhitungan indeks variasi redundansi rv:
Struktur M-1
Jumlah sendi (n) = 115
Koefisien korelasi portal ( ) = 0,87095

Jumlah portal arah Y (m) =6 jumlah bentang arah X + 1

Hasil perhitungan indeks variasi redundansi diplotkan ke dalam grafik pada


Gambar 4.24 dan Gambar 4.25 berikut ini.

0,89

0,885
Indeks Variasi Redundansi

0,88

0,875
(rv)

0,87

0,865
Struktur 3D
0,86 7 lantai
0,855

0,85
3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Bentang

Gambar 4.24 Pengaruh jumlah bentang portal pada Indeks Variasi Redundansi
(rv) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63
63

0,89

0,885
Indeks Variasi Redundansi Struktur 3D
0,88 7 lantai

0,875
(rv)

0,87

0,865

0,86

0,855

0,85
3 4 5 6 7 8 9 10
Panjang Bentang (m)

Gambar 4.25 Pengaruh panjang bentang portal pada Indeks Variasi Redundansi
(rv) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen

Gambar 4.24 dan Gambar 4.25 memperlihatkan hubungan penambahan jumlah


bentang dan penambahan panjang bentang portal terhadap besarnya indeks variasi
redundansi (rv). rv berkurang ketika terjadi pertambahan jumlah bentang portal dan
pertambahan panjang bentang portal. Apabila dibandingkan antara kedua gambar
tersebut, terlihat bahwa pertambahan panjang bentang portal menghasilkan
penurunan nilai rv yang lebih signifikan dibandingkan dengan bertambahnya
jumlah bentang portal pada struktur tiga dimensi dengan sistem rangka pemikul
momen.

Kedua analisis indeks redundansi menunjukkan hasil bahwa semakin


bertambahnya indeks kekuatan redundansi maka indeks variasi redundansi akan
semakin berkurang. Indeks variasi redundansi yang semakin besar mengartikan
bahwa sistem struktur semakin tidak redundan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64
64

4.4. Analisis dan Pembahasan Faktor Modifikasi Respons


Redundansi

Efek redundansi yang berkontribusi pada Faktor Modifikasi Respons Perilaku


sehingga dinamakan Faktor Modifikasi Respons Redundansi ( ) merupakan
rasio antara kekuatan ultimit dari sistem struktur dengan redundansi terhadap
kekuatan ultimit struktur tanpa redundansi. Persamaan 28 pada Bab 2
menunjukkan nilai adalah hubungan indeks kekuatan redundansi (rs) dengan
indeks variasi redundansi (rv) berdasarkan variasi nilai k.ve. k dalam statistik
merupakan nilai distribusi normal standar berdasarkan probabilitas yang dalam hal
ini merupakan probabilitas dari keseragaman kekuatan struktur. ve merupakan
koefisien variasi kekuatan dari elemen-elemen sistem struktur berupa balok dan
kolom. Nilai probabilitas yang diharapkan dari keseragaman kekuatan pada
struktur ditentukan dengan melihat nilai ve yang didapatkan dari analisis gaya
dalam elemen- elemen struktur. Hasil perhitungan nilai ve dipresentasikan pada
Tabel 4.22. Perhitungan untuk mendapatkan nilai ve secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran A-3.

Tabel 4.22 Nilai koefisien variasi kekuatan elemen-elemen struktur ( ve )


Rata-rata kekuatan Standar deviasi ve
Struktur
( kg
M-1 3967,10 2562,547744 0,64595
M-2 3921,37 2645,870827 0,674731
M-3 3892,29 2691,557824 0,691511
M-4 6297,16 4255,323851 0,675753
M-5 5199,55 3558,69936 0,684425
M-6 5849,25 4200,361549 0,718102

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65
65

Penentuan besarnya nilai k dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu


probabilitas keseragaman kekuatan struktur diharapkan dari sistem struktur. Nilai
ve dari keenam sistem struktur berada pada rentang 0,646 - 0,718 sehingga nilai
probabilitas ditentukan sebesar 0,65. Setelah probabilitas ditentukan maka
didapatkan nilai k dari Tabel distribusi normal standar pada Lampiran D
kemudian mengalikan k dengan ve masing-masing struktur untuk mendapatkan
nilai k.ve yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.23 dibawah ini.

Tabel 4.23. Hasil perhitungan nilai k.ve


Struktur ve p k kve
M-1 0,64595 0,65 0,38532 0,2489
M-2 0,674731 0,65 0,38532 0,2600
M-3 0,691511 0,65 0,38532 0,2665
M-4 0,675753 0,65 0,38532 0,2522
M-5 0,684425 0,65 0,38532 0,2637
M-6 0,718102 0,65 0,38532 0,2767

Perhitungan faktor modifikasi respons redundansi dapat dilakukan setelah nilai r s,


rv, dan kve diketahui kemudian hasilnya dirangkum dalam Tabel 4.24 di bawah
ini.

Tabel 4.24 Hasil perhitungan Faktor Modifikasi Respons Redundansi )


Panjang Jumlah
Struktur Bentang Bentang rs rv
arah X arah X
M-1 5 5 3,9292 0,88433 4,0798

M-2 5 7 3,9716 0,88172 4,1367

M-3 5 9 3,9970 0,87920 4,1724


M-4 6 5 4,1104 0,88433 4,2932
M-5 7 5 4,2240 0,86810 4,4352

M-6 8 5 4,3382 0,86038 4,5839

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66
66

Contoh perhitungan nilai untuk struktur M-1 adalah sebagai berikut :

Indeks kekuatan redundansi (rs) = 3,9292


Indeks Variasi Redundansi (rv) = 0,88172
k.ve = 0,2489

Hasil perhitungan nilai diplot ke dalam grafik pada Gambar 4.26 dan Gambar
4.27 sehingga dapat mudah terlihat bagaimana pengaruh jumlah bentang dan
panjang bentang portal terhadap nilai .

4,70
Faktor Modifikasi Respons Redundansi

4,60
Struktur 3D
7 lantai
4,50

4,40
(RR)

4,30

4,20

4,10

4,00
3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Bentang

Gambar 4.26 Pengaruh jumlah bentang portal pada Faktor Modifikasi Respons
Redundansi (RR) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67
67

4,70

Faktor Modifikasi Respons Redundansi 4,60

4,50

4,40
(RR )

4,30

4,20
Struktur 3D
7 lantai
4,10

4,00
3 4 5 6 7 8 9 10
Panjang Bentang (m)

Gambar 4.27 Pengaruh panjang bentang portal pada Faktor Modifikasi Respons
Redundansi (RR) struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen

Pengaruh jumlah bentang dan panjang bentang pada nilai dapat diketahui
dengan membandingkan Gambar 4.26 dan Gambar 4.27. Kedua gambar tersebut
memperlihatkan bahwa nilai akan meningkat seiring dengan penambahan
panjang bentang portal dari struktur dan penambahan jumlah bentang portal juga
terlihat meningkatkan nilai namun tidak cukup besar dibandingkan dengan
penambahan panjang.

Hubungan terhadap beragam nilai rs dan rv dapat ditentukan lebih lanjut


dengan menggunakan persamaan (29) pada suatu nilai k.ve tertentu. Apabila
diambil nilai kve = 0,25 maka variasi nilai terhadap nilai rs dalam rentang 3,9
hingga 4,4 dan nilai rv dalam rentang 0 hingga 1 dapat dilihat pada Gambar 4.28.
Grafik hubungan ini sangat representatif dan cukup memudahkan digunakan
dalam perencanaan struktur untuk mendapat faktor modifikasi respons redundansi
yang diinginkan dengan merancang elemen-elemen sistem struktur untuk
mencapai nilai rs atau rv tertentu yang sesuai.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68
68

5,9
5,7
5,5
5,3 rs = 3,9
5,1 rs = 4,0
RR 4,9 rs = 4,1
4,7 rs = 4,2
4,5 rs = 4,3
4,3 rs = 4,4
4,1
3,9
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
rv

Gambar 4.28 Variasi Nilai Faktor Modifikasi Respons Redundansi (RR) terhadap
Indeks Kekuatan Redundansi (rs) dan Indeks Variasi Redundansi (rv)
dengan kve = 0,25

commit to user

Anda mungkin juga menyukai