Modul Skills KKD4 Reproduksi 2018 PDF
Modul Skills KKD4 Reproduksi 2018 PDF
1. PENDAHULUAN
Selain memahami berbagai teori di bidang kedokteran dan kesehatan, seorang
dokter juga dituntut untuk menguasai keterampilan klinis untuk menangani berbagai
kondisi yang diderita pasien. Modul-modul ketrampilan klinis ini disusun dengan tujuan
agar bisa menjadi materi acuan untuk mempelajari berbagai keterampilan klinis yang
diperlukan seorang dokter.
Modul Keterampilan Klinik Dasar 4 ini akan dilaksanakan pada semester 6. Pada
semester ini, mahasiswa diharapkan untuk memiliki keterampilan klinis dalam
anamnesis, komunikasi, pemeriksaan fisik, tindakan, dan analisis data pada sistem
keluhan reproduksi, kesehatan anak, dan pengelolaan masalah komunitas dan kesehatan
keluarga. Khusus untuk Modul ini, akan dipelajari keterampilan pertolongan persalinan
normal, pemeriksaan kehamilan, konseling perubahan perilaku, dan pemasangan IUD.
2. TUJUAN BLOK
Setelah menyelesaikan blok Keterampilan Klinis Dasar 4 pada keluhan berkaitan
dengan sistem reproduksi ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Melakukan pertolongan persalinan normal dengan benar.
b. Melakukan pemeriksaan kehamilan dan ante natal care (ANC) dengan benar.
c. Melakukan konseling untuk perubahan perilaku dengan benar.
d. Melakukan pemasangan IUD dengan benar.
3. PRAKTIK KETERAMPILAN
Praktik keterampilan/skills lab terdiri atas pembelajaran kemampuan dan
keterampilan prosedural (pemeriksaan kehamilan dan ANC dan pemasangan IUD) dan
keterampilan terapeutik (pertolongan persalinan normal dan konseling perubahan
perilaku). Pada blok ini, masing-masing keterampilan dilatihkan sebanyak 2 kali selama
masing-masing 3 jam.
4. PENILAIAN
a. Formatif
Prasyarat ujian:
• Kehadiran skills lab & OSCE Komprehensif : 100%
• Etika pada skills lab & OSCE Komprehensif : sufficient (berbasis checklist)
b. Sumatif, terdiri atas:
• Pretest : 10%
• Posttest : 15 %
• Nilai harian skills lab : 20%
• OSCE Komprehensif : 55% (nilai batas lulus/NBL OSCE Komprehensif = 70)
c. Standar Penilaian
Penilaian Acuan Patokan (PAP)/criterion-reference dengan nilai patokan
berdasarkan aturan institusi.
1
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
A = 80-100 C = 60-64,99
B+ = 75-79,99 D+ = 55-59,99
B = 70-74,99 D = 50-54,99
C+ = 65-69,99 E = 0-49,99
d. Remediasi
Jika nilai mahasiswa berada di bawah NBL OSCE Komprehensif, maka dilakukan
1 kali remedial di minggu remedial pada akhir semester, dengan ketentuan nilai maksimal
remedial OSCE Komprehensif yang diperoleh adalah 70. Apabila setelah dilakukan 1 kali
remediasi OSCE Komprehensif, nilai yang diperoleh masih berada di bawah nilai lulus,
maka nilai yang diambil adalah nilai yang tertinggi.
5. TATA TERTIB
a. Mahasiwa wajib mengikuti seluruh proses kegiatan skills lab dan OSCE
Komprehensif (100%).
b. Ketidakhadiran skills lab dan OSCE Komprehensif hanya diperkenankan apabila:
1. Sakit, yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari dokter
2. Mendapat musibah kematian keluarga inti, dengan surat keterangan dari
orangtua/wali
3. Mendapat tugas dari fakultas/universitas, dengan surat keterangan dari Ketua
Program Studi/Wakil Dekan/Dekan/Rektor
c. Apabila tidak hadir pada kegiatan skills lab/OSCE Komprehensif dengan alasan
selain yang tercantum pada poin (b) di atas, maka akan mendapat nilai nol (0).
d. Apabila tidak hadir pada kegiatan skills lab/OSCE Komprehensif dengan alasan
seperti yang tercantum pada poin (b), mahasiswa dapat mengganti waktu skills
lab/OSCE Komprehensif sesuai dengan ketentuan administrasi yang telah ditetapkan
oleh MEU dan diwajibkan mengerjakan tugas tambahan. Apabila mahasiswa tidak
hadir pada pertemuan pertama skills lab, maka tidak berhak mengikuti pertemuan
kedua materi skills lab tersebut.
e. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan skills lab dengan alasan selain yang
tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan penggantian
waktu, dan nilai skills lab yang ditinggalkan tersebut adalah 0 (nol). Apabila
mahasiswa tidak hadir pada pertemuan pertama, maka mahasiswa tersebut juga tidak
dapat mengikuti pertemuan kedua skills lab materi tersebut dan nilai pertemuan kedua
adalah 0 (nol).
f. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan OSCE Komprehensif dengan alasan
yang tercantum pada poin (b), maka mahasiswa berhak mengganti waktu OSCE
Komprehensif yang akan dilaksanakan bersamaan dengan jadwal remedial OSCE
Komprehensif. Nilai maksimal OSCE Komprehensif per station adalah nilai rata-rata
kelas station tersebut. Apabila mahasiswa mendapatkan nilai di atas rata-rata kelas
station tersebut, maka nilai yang diperoleh mahasiswa adalah 80% dari nilai asal.
g. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan OSCE Komprehensif dengan alasan
selain yang tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan
penggantian waktu, dan nilai OSCE Komprehensif adalah 0 (nol)
h. Apabila mahasiswa tidak hadir pada jadwal remedial OSCE Komprehensif yang telah
ditentukan, maka nilai OSCE Komprehensif station tersebut adalah nilai asal.
2
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
i. Pada saat OSCE Komprehensif, mahasiswa harus sudah hadir 30 menit sebelum
OSCE Komprehensif dilaksanakan sesuai jadwal
j. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir pada saat OSCE Komprehensif maksimal 10
menit, maka tidak akan diperkenankan ikut OSCE Komprehensif
k. Remedial OSCE Komprehensif hanya ditujukan bagi mahasiswa yang mendapat nilai
di bawah ketentuan blok dan secara administratif tidak ada pelanggaran (kehadiran,
etika).
l. Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika, maka dinyatakan
tidak lulus blok dan wajib mengulang pada tahun-tahun berikutnya
6. TIM BLOK
Dr. Meitria Syahadatina Noor, dr., M. Kes
Feery Armanza, dr., Sp. OG (K)
Lena Rosida, dr., M. Kes
Dona Marisa, dr., M. Kes
Farida Heriyani, dr., MPH.
3
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
SKILL 1
PERTOLONGAN PERSALINAN
PENDAHULUAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri/plasenta),
yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi secara spontan dengan usia
kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, presentasi
belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu, dengan tenaga ibu
sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.
Persalinan luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi sesaria.
Pada setiap persalinan terdapat lima faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Jalan lahir (passage)
2. Janin (passenger)
3. Tenaga atau kekuatan (power) : his (kontraksi uterus), kontraksi otot-otot dinding
perut, kontraksi diafragma dan ligamen action terutama ligamentum rotundum.
4. Psikis ibu yang betul-betul siap dan didukung oleh keluarga terutama suami.
5. Penolong yang mengetahui keadaan panggul dan mahir dalam menolong
persalinan.
4
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibatasi di sebelah posterior
oleh promontorium, di lateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh pinggir atas
simfisis. Ukuran-ukuran pintu atas panggul penting diketahui :
▪ Diameter anteroposterior : yang diukur dari promontorium sampai ke tengah
permukaan posterior simfisis. Diameter anteroposterior disebut pula konjugata
obstetrika
▪ Konyugata diagnonalis : yaitu jarak bagian bawah simfisis sampai ke
promontorium, yang dapat diukur dengan memasukkan jari tengah dan telunjuk ke
dalam vagina dan mencoba meraba promontorium. Pada panggul normal
promontorium tidak teraba dengan jari yang panjangnya 12 cm
▪ Konyugata vera : yaitu jarak pinggir atas simfisis dengan promontorium diperoleh
dengan mengurangi konjugata diagonalis dengan 1,5 cm
▪ Diameter transversa : adalah jarak terjauh garis lintang pintu atas panggul, biasanya
sekitar 12,5 – 13 cm
▪ Garis yang dibuat antara persilangan konyugata vera dengan diameter transversa ke
artikulasio sakroiliaka disebut diameter oblikua, yang panjangnya sekitar 13 cm
Gambar : Pintu atas panggul Gambar : Ruang Panggul Gambar : Pintu bawah panggul
Ruang panggul merupakan saluran diantara pintu atas panggul dan pintu bawah
panggul. Dinding anterior sekitar 4 cm terdiri atas os pubis dengan simfisisnya. Dinding
posterior dibentuk oleh os sakrum dan os koksigis, sepanjang ± 12 cm. Karena itu ruang
panggul berbentuk saluran dengan sumbu melengkung ke depan.
Batas atas pintu bawah panggul adalah setinggi spina iskhiadika. Jarak antara
kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5 – 10 cm. Batas bawah
pintu bawah panggul berbentuk segi empat panjang, disebelah anterior dibatasi oleh arkus
pubis, di lateral oleh tuber iskhii, dan di posterior oleh os koksigis dan ligamen
sakrotuberosum. Pada panggul normal besar sudut (arkus pubis) adalah ± 90º. Jika
5
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
kurang dari 90 º , lahirnya kepala janin lebih sulit karena ia memerlukan lebih banyak
tempat ke posterior.
Jenis panggul menurut Caldwell-Moloy :
Pada persalinan segmen bawah uterus, serviks, dan vagina ikut membentuk jalan
lahir bagian lunak. Jalan lahir bagian lunak lainnya yang berperan dalam proses
persalinan adalah otot-otot, jaringan ikat, ligamen-ligamen yang berfungsi menyokong
alat-alat urogenitalis.
JANIN (Passenger)
Dari seluruh bagian badan janin, kepala merupakan bagian terpenting dalam
proses persalinan. Kepala janin terdiri atas tulang-tulang tengkorak (kranium) dan tulang-
tulang dasar tengkorak (basis kranii) serta muka. Kranium terdiri atas 2 os parietalis, 2 os
frontalis dan 1 os oksipitalis. Tulang-tulang ini berhubungan satu dengan lain dengan
membran yang memberi kemungkinan gerak bagi tulang-tulang tengkorak selama
persalinan dan awal masa kanak-kanak. Batas antara tulang-tulang tersebut disebut sutura
(sutura sagitalis posterior, sutura frontalis, sutura koronaria, dan sutura lambdoidea),
sedang antara sudut-sudut tulang disebut fontanella (fontanella minor / ubun-ubun kecil
dan fontanella mayor / ubun-ubun besar).
Adanya membran pada sutura dan fontanella di kepala janin memungkinkan kepala
berubah bentuk dengan jalan penyisipan os parietalis, serta os oksipitalis dan os frontalis
di bawah os parietalis. Hal ini disebut moulase. Kalau selaput ketuban sudah pecah,
tekanan dari serviks terhadap “skalp” dapat menyebabkan terjadinya “kaput
suksedaneum” yang akan menghilang beberapa hari setelah lahir.
6
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
A B
Gambar : A. kaput suksedaneum, B. Moulase
- Presentasi
Menunjukkan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim. Berbagai
presentasi yang mungkin terjadi adalah : presentasi kepala, presentasi bokong,
presentasi bahu, presentasi muka, dan presentasi rangkap (misalnya bokong kaki).
I II III IV V
7
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Keterangan :
I. Presentasi verteks : (A) Oksipito anterior kiri, (B) Oksipito posterior kiri
II. Presentasi verteks : (A) Oksipito anterior kanan, (B) Oksipito transversal kanan, (C)
Oksipito posterior kanan
III.(A). Presentasi frank breech, (B) bokong lngkap
IV. Presentasi bokong tak lengkap (incomplete, atau footling presentation)
V. (A) Presentasi bokong posisi sakrum posterior kiri, (B) Posisi akromiodorsoposterior
kanan. Bahu janin ada di sebelah kanan ibu, dan punggungnya di posterior
- Posisi
Digunakan untuk menunjukkan kedudukan bagian janin yang ada di bagian
bawah rahim terhadap sumbu tubuh ibu : di sebelah depan, kiri atau kanan depan, kiri
atau kanan lintang, kiri atau kanan belakang, dan belakang. Sebagai petunjuk dipakai
ubun-ubun kecil, dagu, sakrum, atau skapula.
- Sikap
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya
terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala,
tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan bersilang di dada.
8
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
9
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
TANDA-TANDA IN PARTU
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil
pada serviks
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada uterus, serviks, vagina
dan dasar panggul.
Kala I
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan keluar lendir bersemu
darah. Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks
mulai membuka (dilatasi) atau mendatar (effacement), sedangkan darahnya berasal dari
pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis itu pecah karena pergeseran-
pergeseran ketika serviks membuka. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara
primigravida (wanita yang hamil untuk pertama kali) dan multigravida (wanita yang
hamil untuk beberapa kali). Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka
lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri
eksternum membuka, biasanya berlangsung 13 – 14 jam. Pada multigravida, ostium uteri
10
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
internum dan eksternum sudah sedikit terbuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi
dalam saat yang sama pada pembukaan, biasanya berlangsung 6 – 7 jam. Ketuban akan
pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus
dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah
pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini.
Pembukaan serviks pada multipara dalam kala I Pembukaan serviks pada primigravida dalam kala I
Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his menjadi terkoordinir, lebih kuat, lebih cepat dan
lebih lama, kira-kira 2 – 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah
masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul,
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada
rektum dan merasa seperti hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol
dan menjadi lebar dengan anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan,
vulva membuka dan perineum meregang. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi,
kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan
maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka,
dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata
1½ – 2 jam dan pada multigravida rata-rata ½ - 1 jam.
11
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Kala III
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat atau sedikit di atas pusat, dan berisi plasenta yang menjadi
tebal 2X sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri.
Dalam waktu 6 – 15 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan
lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100 – 200 cc.
Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
MEKANISME PERSALINAN
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim meluas untuk
menerima kepala janin, terutama pada primi, dan juga pada multi pada saat-saat partus
mulai. Hampir 96 % janin berada dalam uterus dengan letak kepala dengan beberapa
variasi yang mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon
sigmoid dan rektum.
Letak terbawah rahim kebanyakan letak kepala, hal ini didasari oleh :
1. Teori akomodasi : bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang
volumnya besar berada di atas, dan kepala di bawah di ruangan yang lebih sempit
2. Teori gravitasi : karena kepala relatif besar dan berat, maka akan turun ke bawah.
Karena his yang kuat, teratur, dan sering, maka kepala janin turun memasuki pintu atas
panggul (engagement). Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah
menekuk (fleksi maksimal) sehingga lingkar kepala yang memasuki panggul, dengan
12
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetrik, dengan sumbu lebih
mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yang
akan turun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul.
Sampai didasar panggul kepala janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal.
Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke
bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran
paksi dalam. Pada umumnya rotasi ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan,
sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis.
Dalam keadaan fisiologis sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-
ubun kecil di bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka
13
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi lebar dan tipis, anus membuka tampak
dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut
tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera
mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar.
Gambar gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi,
untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak. Bahu melintasi pintu atas
panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri
dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah
dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang.
Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter
belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.
Bila mekanisme partus yang fisiologik ini dipahami dengan sungguh-sungguh,
maka pada hal-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi secara manual jika
mungkin, sehingga tindakan-tindakan operatif tidak perlu dikerjakan.
Secara singkat mekanisme turunnya kepala janin sebagai berikut :
14
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
15
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
3. Pemeriksaan dalam :
Merupakan pemeriksaan kebidanan yang terpenting karena mempunyai
beberapa keuntungan, yaitu :
•Untuk menentukan apakah penderita benar dalam keadaan in partu
•Untuk menentukan faktor janin dan panggul
•Menentukan ramalan persalinan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan dalam :
- Keadaan perineum
Pada primipara perineum utuh dan elastis, sedang pada multipara tidak
utuh, longgar dan lembek. Untuk menentukannya dilakukan dengan
menggerakkan jari dalam vagina ke bawah dan ke samping vagina. Dengan
cara ini dapat diketahui pula otot levator ani. Pada keadaan normal akan
teraba elastis seperti kalau kita meraba tali pusat.
- Sistokel dan rektokel
Sistokel adalah benjolan pada dinding depan vagina yang disebabkan
kelemahan dinding belakang kandung kemih. Ukurannya mungkin kecil atau
kadang-kadang sebesar bola tenis.
Rektokel adalah benjolan pada dinding belakang vagina, yang
disebabkan kelemahan dinding depan rektum. Keadaan ini diakibatkan
persalinan yang berulang, terutama kalau ada robekan perineum, atau
bersamaan dengan prolapsus uteri.
- Pengeluaran cairan pervaginam
• Cairan berwarna putih kekuningan sebagai akibat radang serviks atau
monilia vaginitis, cairan hijau kekuning-kuningan karena trichomonas
vaginitis
• Lendir bercampur darah karena pembukaan serviks
• Cairan ketuban karena selaput ketuban pecah
16
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
• Darah berasal dari robekan jalan lahir, plasenta previa, vasa previa, solusio
plasenta atau varises yang pecah
• Mekoneum karena janin dalam keadaan gawat terutama presentasi kepala
- Serviks
Perlu diperhatikan : pembukaan, penipisan, robekan serviks, dan
kekakuan serviks. Pada persalinan, serviks akan membuka dan menipis.
Pembukaan dapat ditentukan dan diukur dengan kedua jari yang dimasukkan
pada pemeriksaan dalam. Kalau pembukaan lebih dari 6 cm lebih mudah
diukur dari forniks lateralis dengan cara berapa cm lebar serviks yang masih
tersisa. Bila masih tersisa ½ cm menandakan bahwa pembukaan sudah 9 cm.
Untuk menentukan penipisan kadang-kadang agak sukar, terutama
kalau serviks menempel di bagian bawah janin. Dalam hal ini tekanlah bagian
bawah janin ke atas dan rabalah tepi serviks. Pada primipara serviks masih
utuh dan pembukaan akan berupa lingkaran, sedang pada multipara sering
porsio tidak utuh lagi, dan dalam mnegukur pembukaan dicari tempat yang
tidak robek.
Kekakuan serviks dapat dirasakan sewaktu jari dimasukkan ke liang
pembukaan. Dalam keadaan normal serviks lembut dan elastis. Pada serviks
yang kaku akan terasa sekeras lobang hidung.
- Ketuban
Tentukan ketuban utuh atau tidak. Pada akhir kehamilan serviks masih
tertutup atau kadang-kadang dapat dimasuki 1 jari. Untuk menentukan apakah
selaput ketuban utuh atau tidak dapat diketahui bila pemeriksaan dilakukan
selagi his. Pada waktu his ketuban akan menggelembung dan menonjol, bila
sudah pecah penonjolan tak ada lagi. Apabila ketuban belum pecah, wanita in
partu boleh duduk atau berjalan-jalan. Bila berbaring sebaiknya ke sisi dimana
punggung janin berada.
Bagaimana keadaan ketuban. Pada proses persalinan ketuban berfungsi
membantu membuka serviks. Dengan adanya kenaikan tekanan hidrostatis
dalam rongga rahim yang diteruskan ke segmen bawah rahim, serviks akan
membuka. Bila ketuban tidak menonjol, mungkin disebabkan ketuban melekat
pada segmen bawah rahim atau oligohidramnion. Untuk memperlancar
persalinan ketuban harus dilepaskan dari dasarnya dengan jari-jari atau kalau
tidak berhasil lebih baik dipecahkan. Pada solusio plasenta, ketuban terus-
menerus tegang dan menonjol yang disebabkan adanya perdarahan
retroplasenta.
Menentukan apakah cairan yang keluar betul-betul air ketuban.
Kadang-kadang kalau belum ada pembukaan serviks, kita ragu-ragu dalam
penentuan apakah cairan yang keluar betul air ketuban atau tidak. Untuk itu
dipakai indikator lakmus atau nitrazin. Percobaan ini berdasarkan
pengetahuan bahwa pH vagina antara 4,5 – 5,5, sedang pH air ketuban antara
7 – 7,5. Kertas lakmus atau nitrazin berubah warnanya pada pH tertentu,
sehingga warna kertas itu menentukan apakah sifat cairan tersebut asam atau
basa (air ketuban), sebaliknya bila biru menjadi merah berarti cairan bersifat
asam. Kecuali dengan kertas lakmus penentuan air ketuban dapat dilakukan
17
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
18
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
- Pemeriksaan panggul
Dalam pemeriksaan panggul yang perlu diperhatikan ialah bentuk dan
ukuran panggul. Untuk ukurannya perlu diperhatikan hal berikut :
a. Apakah promontorium teraba, kalau teraba ukurlah jarak tepi bawah
simfisis sampai promontorium (konjugata diagonalis) dengan begitu
konjugata vera dapat ditentukan
b. Apakah linea innominata (linea terminalis) teraba seluruhnya, sebagian
atau beberapa bagian. Kalau teraba seluruhnya berarti panggul sempit
seluruhnya, kalau hanya sebagian dari linea inominata teraba tetapi
promontorium teraba maka panggul adalah panggul picak.
c. Apakah kecekungan sakrum cukup
d. Dinding samping panggul lurus atau miring (konvergen)
e. Spina iskhiadika runcing atau tumpul
f. Arkus pubis sudutnya runcing atau tumpul. Panggul normal arkus pubis
lebih dari 90o
g. Keadaan dasar panggul apakah kaku, tebal atau elastis
- Tumor jalan lahir
Perlu diperhatikan apakah ada tumor pada jalan lahir yang kiranya
mengganggu proses persalinan. Tumor dapat bersifat neoplastik atau tumor
radang.
Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan urin : protein dan gula
• Pemeriksaan darah : Hb, golongan darah
4. Persiapan bagi ibu
• Bersihkan dan cukur daerah genitalia eksterna
• Pengosongan kandung kancing oleh ibu sendiri atau dengan bantuan kateterisasi
• Pakaian diganti dengan yang agak longgar
5. Persiapan semua alat-alat
• Sarung tangan steril
• Gunting tali pusat
• Klem tali pusat dan klem lainnya
• Benang atau plastik klem untuk tali pusat
19
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
20
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
kepala dan masker. Vulva, perineum dan sekitarnya dibersihkan dengan sempurna
dari daerah medial ke lateral dan berakhir ke perineum. Kaki, perut dan bokong ibu
ditutup dengan kain steril, hanya bagian vulva yang terlihat.
2. Dengan adanya pengejanan yang berulang kali, kepala janin sampai di dasar panggul,
vulva akan membuka, rambut kepala janin mulai tampak. Perineum dan anus tampak
mulai teregang. Perineum mulai lebih tinggi, sedangkan anus mulai membuka. Bila
diperlukan, dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada
wanita dengan perineum yang kaku sehingga tidak terjadi robekan perineum yang
tidak teratur disamping luka episiotomi umumnya lebih mudah diperbaiki dan
sembuh per primam juga menghindari robekan pada otot sfingter ani yang bila tidak
dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan inkontinensia alvi ( BAB tidak
merasa). Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin tidak
masuk lagi ke dalam vagina. Mulai dengan mengiris atau menggunting perineum saat
his. Ada tiga arah irisan : medialis (dikerjakan pada garis tengah), mediolateralis
(dikerjakan pada garis tengah yang dekat otot sfingter ani dan diperluas ke satu sisi ,
dan lateralis (langsung ke lateral).
3. Bila kepala terlihat dengan diameter 6 – 8 cm, perineum ditahan dengan satu tangan
dilapisi kain steril. Dengan ujung-ujung jari tangan, melalui kulit perineum dicoba
mengait dagu janin dan ditekan ke arah simfisis dengan hati- hati supaya lahirnya
dagu dapat ditahan. Bersamaan dengan tindakan tersebut, tangan lain menahan
suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion ke arah anus supaya defleksi tidak
terlalu cepat. Tindakan ini disebut tindakan manipulasi secara Ritgen. Dengan cara ini
laserasi di vulva dapat dicegah, karena lahirnya kepala diarahkan, hingga lingkaran
yang melalui vulva adalah yang terkecil (lingkaran kepala oksipito bregmatikus).
Secara berturut-turut kelihatan bregma (ubun-ubun besar), dahi, muka dan dagu.
Gambar Rambut janin kelihatan di vulva dan menambah fleksi kepala janin dan
menjaga supaya janin tidak lahir terlampau cepat
4. Setelah kepala lahir, usap muka (terutama hidung dan mulut) dengan kasa steril untuk
membersihkannya dari kotoran lendir / darah. Perhatikan apakah tali pusat melilit
leher. Biasanya lilitan tidak begitu erat sehingga mudah dilonggarkan, tetapi kalau
terlalu erat, dilepaskan dengan cara menjepit tali pusat dengan 2 cunam kocher,
21
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
5. Tidak lama setelah kepala lahir akan terjadi putaran paksi luar ke arah dimana
punggung janin. Kemudian akan diikuti lahirnya bahu secara spontan, mula-mula
bahu belakang kemudian bahu depan. Kalau bahu tak dapat lahir spontan, perlu
dibantu dengan cara kepala dipegang biparietal dengan dua tangan dan kepala ditarik
ke belakang sampai bahu depan di bawah simfisis. Dengan bahu depan sebagai
hipomoklion, kepala ditarik ke depan (ke arah simfisis) untuk melahirkan bahu
belakang. Tindakan ini dalam keadaan normal dapat dilakukan. Penarikan kepala ke
bawah dan ke atas tidak boleh dilakukan terlalu kuat, karena pleksus brakhialis dapat
teregang dan mengakibatkan kelumpuhan tangan.
6. Setelah kedua bahu janin dapat dilahirkan, maka usaha selanjutnya ialah melahirkan
badan janin, trokanter anterior disusul trokanter posterior. Selipkan satu tangan ke
bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu
tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya. Jangan
sekali-kali mengait ketiak dengan telunjuk, karena tindakan ini dapat merusak saraf
lengan. Setelah janin lahir, bayi sehat dan normal umumnya segera menarik nafas dan
menangis keras, menggerakkan tangan dan kakinya. Jika bayi tidak bernafas dalam
waktu 30 detik, segera mulai resusitasi bayi. Kemudian bayi diletakkan dengan
kepala ke bawah, kira-kira membentuk sudut 30º dengan bidang datar di perut ibu.
Bersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir atau air ketuban yang masuk mulut,
hidung, kerongkongan dan lambung dengan alat pengisap lendir.
22
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
ikatan kurang kuat, ikatan dapat terlepas dan perdarahan tali pusat bisa tejadi yang
akan membahayakan bayi.
• Pada inkompatibilitas Rhesus atau ABO, atau akan diadakan Exchange
transfusion atau keadan-keadaan lain yang memerlukan transfusi maka tali pusat
dipotong dan diikat kira-kira 10 – 15 cm dari pusat / umbilikus bayi. Pemotongan
tali pusat dilakukan secepat mungkin, khususnya pada inkompatibilitas Rhesus.
Bila pemotongan tali pusat dilakukan setelah tali pusat tak berdenyut, apalagi
diletakkan lebih rendah dari ibu, maka bayi akan mendapat tambahan darah 30 –
90 cc.
8. Bungkus bayi dengan kain yang halus dan kering setelah badan bayi dibersihkan.
Tutup dengan selimut dan pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk
menghindari hilangnya panas tubuh.
bebas dalam kavum uteri. Kadang-kadang ada sebagian kecil yang masih melekat
pada dinding rahim. Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan
pengumpulan darah di bekalang uri akan membantu pelepasan uri ini. Bila pelepasan
sudah komplit, maka kontraski rahim mendorong uri yang sudah lepas ke segmen
bawah rahim, lalu ke vagina dan dilahirkan. Selaput ketuban pun dikeluarkan,
sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian sewaktu keluarnya uri. Di tempat-tempat
yang lepas terjadi perdarahan antara uri dan desidua basalis, disebut retroplasenter
hematoma.
Cara lepasnya uri ada beberapa macam :
• Schultze
Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling sering terjadi (80%).
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma.
Menurut cara ini, ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina
(tanda ini dikemukakan oleh Ahlfeld) tanpa adanya perdarahan per vaginam
(sebelum uri lahir) dan banyak setelah uri lahir.
• Mathews-Duncan
Lepasnya uri mulai dari pinggir ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina
apabila plasenta mulai terlepas dimana darah mengalir keluar diantara selaput
ketuban atau serempak dari tengah dan dari pinggir plasenta. Umumnya
perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih maka hal ini patologik.
2. Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri :
• Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan
daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke
dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Perasat ini hendaknya
dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan
banyak akan terjadi.
• Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-
ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa getaran, berarti plasenta
telah lepas dari dinding uterus.
24
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
• Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila
pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus.
• Crede
Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar supaya plasenta lepas dari
dinding uterus hanya dapat dipergunakan bila terpaksa misalnya perdarahan.
Perasat ini dapat mengakibatkan kecelakaan perdarahan postpartum. Pada orang
yang gemuk, cara ini sukar atau tidak dapat dikerjakan.
25
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Uri dan selaput ketuban harus diperiksa sebaik-baiknya setelah dilahirkan, apakah
lengkap atau tidak lengkap. Yang diperiksa, yaitu :
- Permukaan maternal : 6 – 20 kotiledon
- Permukaan fetal
- Apakah pada pinggir plasenta masih didapat hubungan dengan plasenta
lainnya, seperti plasenta suksenturiata.
Selanjutnya harus pula diperhatikan apakah korpus uteri berkontraksi baik. Harus
dilakukan massage ringan pada korpus uteri untuk memperbaiki kontraksi uterus.
Apabila perlu, karena kontraksi uterus kurang baik, dapat diberikan uterutonika seperti
pitosin, metergin, ergometrin dan sebagainya, terutama pada partus lama, grande
multipara, gemeli, hidramnion, dan sebagainya. Bila semuanya telah berjalan dengan
lancar dan baik, maka luka episiotomi harus diteliti, dijahit, dan diperbaiki. Demikian
pula bila ada ruptura perinei.
PENGAWASAN KALA IV
Setelah plasenta lahir masih ada masa kritis yang dihadapi ibu dalam masa
tersebut sehingga sekurang-kurangnya 1 jam post partum ibu harus didampingi penolong.
Harus diperhatikan :
a. Kontraksi uterus harus baik
b. Tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan-perdarahan dalam alat genitalia
lainnya
c. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
d. Kandung kencing harus kosong
e. Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematom
f. Bayi dalam keadaan baik
g. Ibu dalam keadaan baik. Periksa nadi dan tekanan darah, pastikan dalam batas
normal, tidak ada pengaduan sakit kepala.
PARTOGRAF
Partograf dipakai untuk memantau persalinan dan membantu penolong dalam
mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap
ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan
komplikasi.
26
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
27
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
▪ Waktu. Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima
▪ Jam. Catat jam sesungguhnya
▪ Kontraksi. Catat setiap ½ jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik
▪ Obat yang diberikan (catat semuanya) dan cairan intravena (jika menggunakan
catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit)
▪ Nadi. Catatlah setiap 30 – 60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (o)
▪ Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah (→)
▪ Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam
▪ Urin (protein, aseton, dan volume urin). Catatlah setiap kali ibu kencing.
Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan
harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan
yang tepat.
A. PERSIAPAN
a. Pasien
b. Instrumen dan medika mentosa
c. Bayi
d. Penolong
B. PENGENALAN KALA II
1. His datang 4-5 kali dalam 10 menit, lama his 40-50 detik.
2. Ibu mengedan terus menerus, anus membuka, perineum menonjol.
3. Pada periksa dalam didapatkan :
a. Pembukaan lengkap, porsio tidak teraba.
b. Penurunan Hodge III+ atau ketinggian 3+.
c. Penunjuk / denominator UUK kiri atau kanan atas.
d. Selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah.
C. PIMPINAN KALA II
1. Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase akme atau puncak his dan minta
ibu untuk menarik lipat sendi lutut dengan mengaitkan pada lipat siku agar
tekanan abdomen menjadi efektif.
2. Istirahatkan ibu apabila his menghilang, letakkan kembali tungkai ibu di atas
ranjang persalinan dan dengar denyut jantung bayi pada waktu tersebut.
3. Pimpin berulang-ulang hingga kepala bayi makin maju ke arah vulva.
4. Bila tindakan episiotomi diperlukan, lanjutkan ke langkah D.
5. Bila tindakan episiotomi tidak diperlukan, lanjutkan ke langkah E.
D. EPISIOTOMI
I. Anestesi Lokal
1. Jelaskan pada ibu tentang apa yang akan dilakukan dan bantulah agar ibu merasa
tenang.
28
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
2. Pasanglah jarum no. 22 pada semprit 10 ml, kemudian isi semprit dengan bahan
anestesi (Lidokain HCl 1% atau Xilokain 10mg/ml).
3. Letakkan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) di antara kepala janin dan perineum.
Masuknya bahan anestesi (secara tidak disengaja) ke dalam sirkulasi bayi, dapat
menimbulkan akibat yang fatal, oleh sebab itu gunakan jari-jari penolong sebagai
pelindung kepala bayi.
4. Tusukkan jarum tepat di bawah kulit perineum pada daerah komisura posterior
(fourchette) yaitu bagian sudut bawah vulva.
5. Arahkan jarum dengan membuat sudut 45 derajat ke sebelah kiri (atau kanan)
garis tengah perineum. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum
tidak memasuki pembuluh darah (terlihat cairan darah dalam semprit). Intravasasi
bahan anestesi lokal ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan syok pada ibu.
6. Sambil menarik mundur jarum suntik, infiltrasikan 5-10 ml lidokain 1%.
7. Tunggu 1-2 menit agar efek anestesi bekerja maksimal, sebelum episiotomi
dilakukan. Penipisan dan peregangan perineum berperan sebagai anestesi alamiah.
Apabila kepala bayi menjelang keluar, lakukan episiotomi dengan segera.
• Jika kepala janin tidak segera lahir, tekan insisi episiotomi di antara his
sebagai upaya untuk mengurangi perdarahan.
• Jika selama melakukan penjahitan robekan vagina dan perineum, ibu nasih
merasakan nyeri, tambahkan 10 ml Lidokain 1% pada daerah nyeri.
• Penyuntikan sambil menarik mundur, bertujuan untuk mencegah akumulasi
bahan anestesi hanya pada satu tempat dan mengurangi kemungkinan
penyuntikan ke dalam pembuluh darah.
E. EKSPULSI KEPALA
1. Pada his berikut, minta pasien untuk mengait lipat lutut, pimpin untuk mengedan
sekuat mungkin (pada fase akme / puncak). Minta untuk mengedan terus menerus
apabila suboksiput sudah berada di bawah simfisis (sebagai hipomoklion).
2. Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur defleksi kepala).
Letakkan telapak tangan lain pada perineum dengan membentangkan telunjuk dan
ibu jari sehingga bagian di antara kedua jari tersebut, dapat mendorong perineum
untuk membantu lahirnya berturut-turut UUB, dahi, mata, hidung, mulut dan dagu
(hilangkan tahanan pada belakang kepala secara bertahap).
3. Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, perhatikan proses
putaran paksi luar (UUK kembali ke arah punggung bayi).
29
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
4. Ambil kain / handuk bersih, seka muka, mulut, hidung dan kepala bayi dari darah,
air ketuban atau verniks kaseosa. Bersihkan pula lipat paha, perineum dan daerah
di sekitar bokong ibu.
F. MELAHIRKAN BAYI
1. Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu jari pada
pipi depan, jari telunjuk dan tengah pada bawah dagu, jari manis dan kelingking
pada belakang leher dan bawah kepala). Sambil meminta ibu untuk mengedan,
gerakkan bayi ke bawah sehingga lahir bahu depan.
2. Gerakkan bayi ke atas sehingga lahir bahu belakang. Kembalikan bayi pada posisi
sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada dan lengan, perut, pinggul dan tungkai.
c. Pemberian oksitosin
1. Lakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa ini adalah kehamilan tunggal.
2. Setelah dipastikan bukan suatu kehamilan ganda, beri oksitosin 10 IU
intramuskuler.
e. Melahirkan plasenta
1. Upayakan tali pusat tetap kencang dan lakukan dorongan ringan dan melepas
pegangan secara bergantian pada korpus uteri apabila juluran tali pusat
bertambah panjang.
2. Lakukan gerakan ini berulang kali hingga plasenta tampak pada vulva.
30
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
• Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan
kembali klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan ulangi kedua
langkah di atas.
• Bila plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir, lakukan upaya
berikut :
▪ Plasenta manual.
▪ Rujuk apabila tidak tersedia sumber daya yang memadai.
▪ Histerektomi (plasenta akreta, inkreta atau perkreta).
3. Sediakan wadah plasenta dan bantu dengan satu tangan agar plasenta tidak
tersentak ke luar dan masuk pada wadah yang telah disediakan. Bila selaput
ketuban robek, gunakan klem untuk menarik sisa selaput amnion.
4. Periksa kelengkapan plasenta (lakukan tindakan eksplorasi dan upaya yang
sesuai apabila ada indikasi plasenta tidak lahir lengkap).
5. Segera setelah plasenta lahir, lakukan pijatan ringan pada uterus menggosok
permukaan depan uterus secara sirkuler dengan telapak atau jari-jari tangan
sehingga kontraksi berlangsung baik (teraba keras).
Bila terjadi perdarahan, perbaiki kontraksi dan segera eksplorasi untuk
mengetahui penyebab perdarahan serta lakukan tindakan yang sesuai
(penjahitan laserasi, kompresi bimanual dan aorta, ligasi arteri uterina atau
histerektomi).
6. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik yang tersedia.
31
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
10. Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot sampai ke
ujung luar luka (pastikan setiap jahitan pada kedua sisi memiliki ukuran yang
sama dan lapisan otot tertutup dengan baik).
11. Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen vagina dan mulailah
merapatkan kulit perineum dengan jahitan subkutikuler.
12. Bila telah mencapai lingkaran himen, tembuskan jarum keluar mukosa vagina
pada sisi yang berlawanan dari tusukan terakhir subkutikuler.
13. Tahan benang (sepanjang 2 cm) dengan klem, kemudian tusukkan kembali jarum
pada mukosa vagina dengan jarak 2 mm dari tempat keluarnya benang dan
silangkan ke sisi berlawanan hingga menembus mukosa pada sisi berlawanan.
14. Ikat benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem dengan simpul kunci.
15. Lakukan kontrol jahitan dengan pemeriksaan colok dubur (lakukan tindakan yang
sesuai bila diperlukan).
16. Tutup jahitan luka episiotomi dengan kasa yang dibubuhi cairan antiseptik.
I. PEMANTAUAN KALA IV
1. Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang pispot datar dan lebar pada
bagian bokong untuk memantau darah yang keluar.
2. Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut.
3. Pantau tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan tiap 15 menit hingga 2 jam
pasca kala III.
4. Beri obat-obatan yang diperlukan dan minum secukupnya.
5. Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada komplikasi, pasangkan kasa
penyerap dan celana. Pakaikan kain dan selimut ibu. Bawa ke ruang perawatan
dan lakukan rawat gabung sesegera mungkin.
32
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
No Skor
Aspek yang dinilai
. 0 1 2
1 Pemeriksaan dalam
a. Melepaskan perhiasan tangan (cincin, gelang, jam tangan)
b. Mencuci tangan secara aseptik
c. Menggunakan sarung tangan steril
d. Melakukan toilet vulva
e. Menilai keadaan prenium
f. Melihat ada tidaknya sistokel atau rektokel
g. Meraba ada tidaknya cairan pervaginam
h. Menggunakan lubrikan
i. Mamasukkan jari telunjuk diikuti jari tengah secara perlahan
j. Menilai serviks (pembukaan, penipisan, robekan (-/+), kekakuan)
k. Menilai ketuban ( selaput ketuban, penonjolan ketuban, dll)
l. Menentukan prensentasi, titik petunjuk, dan posisi janin
m. Menentukan penurunan bagian terbawah janin (H1, H2, H3 dan H4)
n. Menilai keadaan panggul ibu (bentuk dan ukuran, luas atau sempit)
o. Menilai ada tidaknya tumor jalan lahir
p. Mengeluarkan jari tangan secara perlahan
q. Meluruskan kembali kaki ibu
r. Mencuci tangan bersama sarung tangan pada tempat yang berisi cairan
Klorin 0,5%
s. Mencuci tangan bersama sarung tangan pada tempat yang berisi air sabun
t. Melepaskan sarung tangan dan menempatkannya di dalam air sabun
u. Mencuci tangan dengan air mengalir
2 Memimpin persalinan
a. Setiap ada his ibu diminta mengedan
b. Istirahatkan ibu apabila his menghilang dan dengarkan detak jantung janin
c. Jika kepala janin di depan vulva, dengan satu tangan menekan suboksiput
dibawah simfisis ke arah anus dan tangan yang lain pada perineum dengan
membentangkan jari telunjuk dan ibu jari
d. Setelah kepala lahir, usap muka, mulut, hidung, kepala dengan kasa steril
e. Memperhatikan apakah ada lilitan tali pusat. Apabila ada apakah longgar
atau erat. Apabila erat, jepit tali pusat dengan 2 cunam kocher kemudian
diantaranya dipotong sambil melindungi leher bayi
f. Memegang kepala bayi secara biparietal dan menarik ke bawah sampai
lahir bahu depan
g. Tarik kepala bayi ke atas sampai lahir bahu belakang
h. Mengembalikan posisi bayi sejajar untuk malahirkan anggota tubuh lain
dengan menyelipkan satu tangan ke bahu dan lengan sambil menyangga
kepala dan tangan yang lain memegang pungggung bayi
i. Meletakkan bayi pada perut ibu. Apabila bayi tidak bernafas dalam waktu
33
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
4 Kala III
a. Memastikan bahwa ini kehamilan tunggal
b. Menyuntik oksitosin 1o IU 1 amp
c. Memasang klem tali pusat hingga jarak 5 – 10 cm dari vulva secara benar
d. Menegangkan tali pusat dan menunggu kontraksi uterus
yang lain memegang tali pusat
e. Melatakkan satu tangan di atas simfisis untuk menahan uterus dan tangan
yang lain memegang tali pusat
f. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dan dorong uterus ke atas
g. Bila tali pusat bertambah panjang tapi plasenta belum lahir, pindahkan
klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan ulangi kedua langkah di atas
h. Lahirkan tali pusat sambil memutar perlahan
i. Setelah plasenta lahir, memeriksa kelengkapan ketuban
j. Apabila lengkap, meletakkan plasenta ke dalam tempat yang ada
k. Melakukan pijatang ringan pada uterus hingga kontraksi beralngsung baik
l. Mengevaluasi perdarahan
m. Meluruskan kembali kai ibu
n. Mencuci tangan bersama sarung tangan pada tempat yang berisi cairan
Klorin 0,5%, sarung tangan direndam selama 10 menit
o. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
p. Setelah 10 menit sarung tangan di dalam cairan clorin dipindahkan ke
dalam air sabun
q. Mencuci tangan dengan air mengalir
5 Kala IV
a. Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang pispot datar dan
lebar pada bagian bokong untuk memantau darah yang keluar.
c. Pantau tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan tiap 15 menit hingga 2
jam pasca kala III.
34
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
e. Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada komplikasi, pasangkan
kasa penyerap dan celana. Pakaikan kain dan selimut ibu. Bawa ke ruang
perawatan dan lakukan rawat gabung sesegera mungkin.
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar/tidak lengkap
2 = dilakukan dengan benar
35
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
36
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
37
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
38
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
39
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
40
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
41
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
42
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
SKILL 2
ASUHAN ANTENATAL DAN
PEMERIKSAAN KEHAMILAN
ASUHAN ANTENATAL (ANTENATAL CARE/PRENATAL CARE)
Definisi
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan. (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai
Prenatal Care)
Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama
masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi
5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian
imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi.
Tujuan
1. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta
mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat.
2. Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan
penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi.
3. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.
Asuhan antenatal HARUS dimulai sedini mungkin (sedini mungkin setelah diketahui
adanya keterlambatan haid).
Perencanaan
Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :
- sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
- 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali
- di atas 36 minggu : 1 minggu sekali
43
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Tujuan
Anamnesis
1. Identitas Pasien
Maksud pertanyaan ini adalah untuk identifikasi (mengenal) penderita dan
menentukan status sosial ekonominya yang harus kita ketahui, misalnya untuk
menentukan anjuran apa atau pengobatan apa yang akan diberikan.
Umur penting, karena ikut menentukan prognosa kehamilan. Kalau umur terlalu
lanjut atau terlalu muda maka persalinan lebih banyak resikonya. Primigravida tua
ialah wanita yang pertama kali hamil sedangkan umurnya sudah mencapai 35 tahun
atau lebih. Sedangkan primigravida muda ialah seorang primigarvida yang belum
mencapai umur 16 tahun.
1. Keluhan Utama
Apakah penderita datang untuk pemeriksaan kehamilan atau ada keluhan lain
yang penting. Keluhan utama dibidang obstetrik yang sering yaitu : komplikasi
kehamilan, perdarahan, ketuban pecah , infeksi yang menyertai kehamilan dan
inpartu. Dari keluhan utama ini baru anamnesa diuraikan lebih terinci.
Keluhan yang sering berkaitan dengan komplikasi kehamilan adalah sebagai
berikut :
a. Mual-muntah
Biasanya timbul pada bulan ke II dan berkurang setelah bulan ke III lewat.
Mual-muntah ini terutama timbul pada pagi hari ialah waktu perut kosong
(morning sickness).
b. Sakit pinggang
Sebagian besar disebabkan karena perubahan sikap badan pada kehamilan
yang lanjut, karena titik berat badan pindah ke depan disebabkan perut yang
membesar. Ini diimbangi dengan lordose yang berlebih dan sikap ini dapat
menimbulkan spasmus dari otot-otot pinggang. Dan sebagian juga disebabklan
karena melonggarnya sendi-sendi panggul.
44
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
c. Varises
Timbulnya varises dipengaruhi oleh faktor keturunan, berdiri lama dan usia.
Dalam kehamilan ditambah faktor hormonal (progesteron) dan bendungan dalam
panggul
d. Hemorrhoid
Dapat bertambah besar dalam kehamilan karena ada bendungan darah di dalam
rongga panggul.
e. Sakit kepala
Biasanya timbul pada hamil muda dan sukar menentukan sebabnya. Pada
pertengahan kehamilan hilang atau berkurang dengan sendirinya. Sakit kepala
pada triwulan terakhir dapat merupakan gejala preeklampsi yang berat.
f. Edema
Paling sering timbul pada kaki dan tungkai bawah. Harus selalu diperiksa
apakah tidak disebabkan oleh toksemia gravidarum. Kalau disebabkan oleh
tekanan dari rahim yang membesar pada vena-vena panggul, maka hilang dengan
istirahat, jadi nyata pada malam hari dan hilang pada pagi hari.
g.Sesak nafas
Disebabkan karena rahim yang membesar, mendesak diafragma ke atas. Kalau
tidur dengan bantal yang tinggi, sesak kurang.
h.Fluor albus
Pada umumnya cairan di dalam vagina bertambah dalam kehamilan tanpa
sebab-sebab yang patologis dan sering tidak menimbulkan keluhan.
2. Haid
Hal-hal yang ditanyakan meliputi : menarche, haid teratur atau tidak dan
siklus, lamanya haid, banyaknya darah, sifatnya darah (cair atau berbeku-beku,
warnanya, baunya), haid nyeri atau tidak dan haid yang terakhir. Anamnesa haid
ini memberi kesan pada kita tentang faal alat kandungannya
Yang dimaksud dengan haid terakhir ialah hari pertama dari haid yang terakhir.
Haid terakhir, teratur tidaknya haid dan siklusnya dipergunakan untuk
memperhitungkan tanggal persalinan.
Bila seorang wanita datang dengan haid terlambat dan diduga ada kehamilan,
maka dapat ditentukan tanggal perkiraan partus, jika hari pertama haid terakhir
diketahui dan siklus + 28 hari. Rumus yang dipakai ialah rumus Naegele.
Perkiraan partus menurut rumus ini : hari + 7, bulan –3 (atau +9 bila bulan ≤ 3)
dan tahun +1(atau tetap bila bulan ≤ 3). Misalnya hari pertama haid terakhir
tanggal 25 –1-1991, maka perkiraan partus pada tanggal 1-11-1991.
Bila hari pertama haid terakhir tidak diingat lagi, maka sebagai pegangan
dapat dipakai antara lain gerakan-gerakan janin. Umumnya pada primigravida
gerakan janin dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu dan pada
45
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
3. Perkawinan
Pertanyaannya meliputi : kawin atau tidak, berapa kali kawin, berapa lama
kawin. Kalau orang hamil sesudah lama kawin, nilai anak tentu besar sekali dan
ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak mahal).
5. Kehamilan sekarang
Bila mulai merasa pergerakan anak. Kalau kehamilan masih muda adakah mual,
muntah, sakit kepala, perdarahan. Kalau kehamilan sudah tua, adakah bengkak di
kaki atau muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang.
Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Meliputi keadaan umum , kesadaran , status gizi penderita, tanda-tanda vital
(tensi, nadi, temperatur, respirasi), dan pemeriksaan bagian tubuh lain dari kepala
sampai kaki yang dianggap perlu.
Status gizi menentukan prognosa kehamilan dan persalinan, bagi orang gemuk
kurang baik dibandingkan dengan orang yang normal beratnya, dalam menimbang
seseorang bukan beratnya saja yang penting, tapi lebih penting lagi perubahan berat
setiap kali ibu itu memeriksakan diri.
46
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Berat badan dalam triwulan ke III, tak boleh tambah lebih dari 1 kilogram
seminggu atau 3 kilogram sebulan. Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut
disebabkan oleh penimbunan air disebut praedema.
Tensi pada orang hamil tidak boleh mencapai 140 sistolik dan 90 diastolik.
Juga perubahan 30 sistolik dan 15 diastolik diatas sebelum hamil menandakan
toksemia gravidarum.
Edema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toksemia gravidarum atau oleh
tekanan rahim yang membesar pada vena-vena dalam panggul yang mengalirkan
darah dari kaki, tetapi juga oleh hypovitaminose B1, hipoproteinemia dan penyakit
jantung.
Refleks lutut negatif dapat ditemukan pada ibu hamil dengan hipovitaminose
B1 dan penyakit urat saraf. Selain pemeriksaan fisik di atas, maka diperlukan pula
pemeriksaan laboratorium air kencing, darah dan fases.
2. Status Obstetrik
Dibagi dalam : a. Inspeksi (periksa pandang)
b. Palpasi (periksa raba)
c. Auskultasi (periksa dengar)
d. Vagina toucher ( Periksa dalam)
2.1 Inspeksi
- Muka : adakah choasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau merah,
adakah edema pada muka, bagaimana keadaan lidah, gigi.
- Leher : apakah vena terbendung ,apakah kelenjar gondok membesar atau
kelenjar limfa membengkak
- Dada : bentuk buah dada, pigmentasi puting susu dan gelanggang susu,
keadaan puting susu, adakah colustrum
- Perut : membesar ke depan atau ke samping (pada asites misalnya membesar
47
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
2.2 Palpasi
Setelah wanita hamil yang akan diperiksa telentang, dilihat apakah uterus
berkontraksi atau lemas. Jika berkontraksi harus ditunggu dahulu. Maksud periksa
raba ialah untuk menentukan besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya
kehamilan, menentukan letaknya anak dalam rahim.
Selain itu juga diraba apakah ada tumor lain dalam ronga perut seperti kiste,
mioma.
Sebelum melakukan palpasi hendaknya suhu tangan pemeriksa disesuaikan
dengan wanita tersebut, supaya dinding perut wanita tersebut tidak tiba-tiba menjadi
kontraksi. Untuk itu, sebelum mengadakan palpasi, kedua telapak tangan dapat
digosokkan terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pemeriksaan.
Yang lazim dipakai ialah cara palpasi menurut Leopold yang dibagi dalam 4
tahap, yaitu :
LEOPOLD I
1. Kaki penderita dibengkokkan pada lutut dan lipat paha
2. Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita, dan melihat ke arah muka penderita
3. Rahim dibawa ke tengah
4. Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus
• Sebelum bulan ke III fundus uteri belum dapat diraba dari luar.
• Akhir bulan III (12 minggu) fundus uteri 1-2 jari di atas symphysis
• Akhir bulan IV ( 16 minggu) pertengahan antara simphysis – pusat
• Aklhir bulan V ( 20 minggu) 3 jari bawah pusat
• Akhir bulan VI (24 minggu) setinggi pusat
• Akhir bulan VII (28 minggu) 3 jari diatas pusat
• Akhir bulan VIII (32 minggu) pertengahan proc.xyphoideus-pusat
• Akhir bulan IX (36 minggu) sampai arcus costarum atau 3 jari di bawah
proc.xyphoideus
• Akhir bulan X (40 minggu) pertengahan proc.xyphoides-pusat.
Jadi fundus uteri paling tinggi pada akhir bulan ke IX. Setelah bulan ke IX fundus
uteri pada primigravida turun lagi karena kepala mulai turun ke dalam rongga
panggul
48
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
49
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
LEOPOLD II
1. Kedua tangan pindah ke samping
2. Tentukan dimana punggung anak
3. Kadang-kadang di samping terdapat kepala atau bokong ialah pada letak
lintang.
Punggung anak terdapat di bagian yang memberikan rintangan yang
terbesar, carilah bagian-bagian kecil, biasanya terletak bertentangan dengan
bagian yang memberi rintangan yang terbesar.
LEOPOLD III
1. Digunakan satu tangan saja
2. Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya
3. Cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan
Leopold III untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah
bagian itu sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul
LEOPOLD IV
1. Pemeriksa berubah sikapnya yaitu melihat ke arah kaki penderita
2. Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah
3. Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul, dan
berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul
4. Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah dari
kepala yang masih teraba dari luar dan :
01. Jika kedua tangan itu konvergen, maka hanya bagian kecil dari kepala turun
ke dalam rongga.
02. Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul
03. Jika kedua tangan divergen, maka bagian terbesar dari kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati pintu
atas panggul
Leopold IV untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa
masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul
Leopold IV tidak dilakukan, kalau kepala masih tinggi. Palpasi secara Leopold yang
lengkap ini, baru dapat dilakukan kalau janin sudah cukup besar kira-kira dari bulan
ke VI ke atas. Sebelum bulan ke VI biasanya bagian-bagian anak belum jelas, jadi
kepala belum dapat ditentukan begitu pula punggung anak.
50
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Teknik palpasi secara Leopold I-IV dapat dilihat pada gambar berikut :
Palpasi lain yang perlu dilakukan yaitu pada saat inpartu, yaitu palpasi untuk
menilai frekuensi, kekuatan, dan interval his. Biasanya dilakukan pada waktu dinding
perut ibu mengeras, kita lakukan palpasi ringan pada daerah fundus uteri. Lamanya his
berlangsung 45 detik sampai 75 detik, kekuatannya dapat menimbulkan naiknya tekanan
intrauterine sampai 35 mm Hg. Kekuatan ini secara klinis ditentukan dengan mencoba
apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam. Sedangkan interval antara dua
kontraksi pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit, pada kala
pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Selain palpasi seperti diatas harus pula diraba apakah pada rahim atau di dalam
rongga perut ada pembengkakan yang abnormal ( mioma,kiste , dan lain-lain).
Sebelum bulan ke III uterus tak dapat diraba dari luar dan untuk mencari perubahan
dalam besarnya, bentuknya dan konsistensinya dilakukan toucher atau pemeriksaan
dalam, perubahan - perubahan yang dapat ditemukan pada kehamilan muda adalah :
51
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
2.3 Auskultasi
Dilakukan dengan stetoskop, biasanya digunakan stetoskop monoaural, atau dengan
Daptone (ultasound). Dengan stetoskop ini dapat didengar macam-macam bunyi yang
berasal :
1) anak : bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak
2) ibu : bunyi aorta, bising usus.
Bising tali pusat sifatnya meniup karena tali pusat tertekan, dengan mengubah
sikap ibu sering bising ini hilang. Gerakan anak bersifat pukulan dari dalam rahim.
Bunyi aorta frekuensinya sama dengan denyut nadi ibu. Bising usus sifatnya tak teratur,
disebabkan udara dan cairan yang ada dalam usus ibu. Bunyi jantung anak frekuensinya
antara 120 – 140 kali/menit, mulai terdengar pada akhir bulan ke V, atau akhir bulan ke
III dengan ultrasound (doppler ultrasound).
Adapaun cara menghitung bunyi jantung anak ialah dengan mendengarkan 3 x 5
detik. Kemudian jumlah bunyi jantung dalam 3 x 5 menit dikalikan dengan 4. Misalnya
sebagai berikut :
5 det 5 det 5 det Kesimpulan
11 12 11 Teratur, frekuensi 136 x/menit, anak baik
10 14 9 Tak teratur, frekuensi 132x/menit, asfiksia
8 7 8 Teratur, frekuensi 92x/menit, asfiksia
52
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
53
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Laboratorium
Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus sampai mencapai normal.
Jika sejak awal laboratorium rutin dalam batas normal, diulang kembali pada kehamilan
32-34 minggu.
Periksa juga infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis / HIV).
Periksa gula darah pada kunjungan pertama, bila normal, periksa ulang pada kunjungan
minggu ke 26-28, untuk deteksi dini diabetes mellitus gestasional.
Lain-lain
Ultrasonografi (USG) tidak berbahaya karena menggunakan gelombang suara. Frekuensi
yang digunakan dari 3.5, 5.0, 6.5 atau 7.5 MHz. Makin tinggi frekuensi, resolusi yang
dihasilkan makin baik tetapi penetrasi tidak dapat dalam, karena itu harus disesuaikan
dengan kebutuhan.
Di akhir pemeriksaan disimpulkan:
• usia kehamilan
• letak janin
• posisi janin
• presentasi janin
• kondisi janin
Tujuan
1. Membantu ibu hamil mendapatkan informasi yang benar tentang kehamilan dan
reproduksi
2. Membantu ibu hamil memahami perilaku hidup sehat dan pentingnya perawatan diri
selama hamil
3. Membantu ibu hamil mempersiapkan persalinan yang sehat dan aman
4. Membantu ibu hamil mengatasi ketegangan emosional sehubungan dengan
kehamilannya
54
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
9. Faktor risiko
10. Gejala-gejala penting yang mengharuskan ibu memeriksakan diri : (hiperemesis,
kenaikan berat badan berlebihan, edema, sakit kepala, pandangan kabur, keluar air
ketuban, hilangnya gerakan bayi, kehamilan lewat waktu, perdarahan)
Aktifitas fisik
Dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai sedang), istirahat minimal 15 menit
tiap 2 jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika tingkat aktifitas
berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat harus cukup.
Olahraga dapat ringan sampai sedang, dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi
140 kali per menit.
Jika ada gangguan / keluhan yang mencurigakan dapat membahayakan (misalnya,
perdarahan per vaginam), aktifitas fisik harus dihentikan.
Pekerjaan
Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan
radiasi / bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda.
Imunisasi
Terutama tetanus toksoid. Imunisasi lain sesuai indikasi.
Sanggama / coitus
Dapat seperti biasa, kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan,
harus dihentikan (abstinentia).
Jika ada riwayat abortus sebelumnya, coitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16
minggu, di mana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan fungsi
yang baik. Hindari trauma berlebihan pada daerah serviks / uterus.
55
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Pada beberapa keadaan seperti kontraksi / tanda-tanda persalinan awal, keluar cairan
pervaginam, keputihan, ketuban pecah, perdarahan pervaginam, abortus iminens atau
abortus habitualis, kehamilan kembar, penyakit menular seksual, sebaiknya coitus jangan
dilakukan.
Hewan piaraan
Hewan piaraan dapat menjadi carrier infeksi (misalnya, bulu kucing / burung, dapat
mengandung parasit toxoplasma). Dianjurkan menghindari kontak.
Gizi / nutrisi
Makanan sehari-hari dianjurkan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk ibu hamil
(detail cari/baca sendiri ya).
Untuk pencegahan anemia defisiensi, diberi tambahan vitamin dan tablet Fe. Zat gizi lain
yang juga dianjurkan untuk dikonsumsi adalah asam folat, DHA dan kalsium.
1. PENDAHULUAN
1) Ucapkan salam dan perkenalkan diri anda
2) Ciptakan suasana pribadi dan menyenangkan
2. ANAMNESIS
1. Dengan sopan, tanyakan identitas ibu
Sesuaikan identitas ibu dengan apa yang tercantum dalam kartu status
2. Tanyakan tentang berapa kali ibu telah berkunjung
3. Jelaskan tujuan pemberian konseling dan tanamkan kepercayaan supaya ibu
dapat menyampaikan dan menerima informasi dengan baik
4. Nilai sejauh mana pengetahuan ibu tentang reproduksi dan informasi apa yang
dibutuhkan/diinginkan ibu berkaitan dengan masalah reproduksi yang ia alami
3. PEMBERIAN INFORMASI
1. Jelaskan proses reproduksi secara umum sambil diskusikan tentang berbagai
informasi yang diperoleh ibu selama ini dan hilangkan kesalahpahaman yang
mungkin terjadi
56
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
2. Beri kesempatan ibu untuk bertanya (apabila ibu bersifat pasif, lakukan upaya
untuk memancing rasa ingin tahu dari pasien tentang masalah yang
dihadapinya).
3. Tanyakan tentang persiapan ibu untuk menghadapi persalinan dan pilihan ibu
untuk tempat melahirkan
4. Bahas tentang jarak tempat tinggal dan fasilitas kesehatan serta upaya-upaya
yang memungkinkan untuk rujukan
5. Bimbing ibu untuk membuat keputusan yang sesuai dengan kondisi ibu yang
sedang dihadapi.
6. Bimbing ibu untuk memilih tenaga dan tempat untuk melakukan asuhan
antenatal.
7. Beri ibu kesempatan untuk memahami semua informasi yang telah
disampaikan.
8. Pastikan bahwa ibu telah mengerti dan memahami semua informasi yang telah
diberikan
9. Ulangi lagi kesimpulan hasil konseling dan pilihan yang telah diambil oleh ibu
4. PENUTUP
1. Catat semua hasil konseling dan keputusan yang telah diambil oleh ibu.
2. Ingatkan jadual kunjungan ulang dan hal-hal yang harus diperhatikan /
penting selama kehamilan
3. Antar ibu keluar dan ucapkan salam
1. PENDAHULUAN
1) Ucapkan salam dan perkenalkan diri anda
2) Ciptakan suasana pribadi dan menyenangkan
2. ANAMNESIS
1) Dengan sopan, tanyakan identitas ibu
Sesuaikan identitas ibu dengan apa yang tercantum dalam kartu status
2) Tanyakan tentang berapa kali ibu telah berkunjung
3) Tanyakan tentang tujuan ibu mendatangi fasilitas kesehatan ini
Sesuaikan keluhan ibu dengan apa yang tercantum dalam kartu status
4) Tanyakan tentang riwayat perkawinan, riwayat haid, hari pertama haid
terakhit, riwayat penyakit ibu dan keluarga, dan riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas terdahulu.
TENTUKAN PERKIRAAN USIA KEHAMILAN MENURUT
ANAMNESA HAID DAN TENTUKAN TAKSIRAN PERSALINAN
3. PEMERIKSAAN FISIK
1) PERSIAPAN
a. Persetujuan pemeriksaan
1. Jelaskan prosedur pemeriksaan (palpasi dan auskultasi) kepada ibu
2. Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini
57
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
2) PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan Umum (Status Generalis)
LEOPOLD I
1. letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong
uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi uterus bawah dengan meletakkan
58
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
ibu jari dan telunjuk tangan kanan di bagian lateral depan kanan dan kiri,
setinggi tepi atas simfisis).
2. angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah)
kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu
3. letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan
rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan
secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian
LEOPOLD II
1. letakkan telapak tangan kiri pada dinding perutlateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
ketinggian yang sama
2. mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian
kecil (ekstremitas).
LEOPOLD III
1. atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu
2. letakkan ujung telapak tangan kanan pada dinding lateral kanan kiri bawah
perut ibu, tekan secara lembut secara bersamaan / bergantian untuk
menentukan bagian terbawah bayi (bagian keras, bulat dan hampir
homogen, adalah kepala bayi, sedangkan tonjolah yang lunak dan kurang
simetris, adalah bokong
LEOPOLD IV
1. letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan
uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas
simfisis
2. temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari
tangan yang meraba dinding bawah uterus
3. perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen
atau divergen). - setelah itu, pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
pada bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala, upayakan memegang
bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong, upayakan untuk
memegang pinggang bayi
4. fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian letakkan
jari-jari tangan kanan di antara tangan kiri dan simfisis untuk menilai
seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
59
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
3) KESIMPULAN
1. Catat semua hasil pemeriksaan
2. Buatlah kesimpulan hasil pemeriksaan yang meliputi
a. Usia kehamilan
b. Letak janin
c. Posisi janin
d. Presentasi janin
e. Kondisi janin
4. PENUTUP
1) Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi yang meliputi usia kehamilan, letak
janin, posisi janin, presentasi
2) Jelaskan kondisi janin berdasarkan hasil pemeriksaan auskultasi
3) Jelaskan tentang rencana asuhan antenatal berkaitan dengan hasil temuan
tersebut
4) Ingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal yang telah
ditentukan atau di luar jadwal apabila ibu merasakan ada gangguan/kelainan
kehamilan
60
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
3 PERSIAPAN PEMERIKSAAN
Menjelaskan prosedur dan tujuan pemerikasaan
4 Meminta persetujuan lisan (ijin) dari ibu untuk
memulai pemeriksaan
5 Meminta pasien mengosongkan kandung kemihnya
sebelum dilakukan pemeriksaan
6 Mempersilakan pasien berbaring di ranjang periksa
dengan posisi yang benar
7 Berdiri di sebelah kanan pasien
8 Menutupi tungkai bawah pasien dengan selimut
9 Meminta pasien untuk membuat posisi kaki sedikit
fleksi pada articulatio genu dan coxae
10 PALPASI – LEOPOLD I
Meletakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak
fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus (sambil
memfiksasi uterus dengan meletakkan ibu jari dan
telunjuk tangan kanan di bagian lateral kanan dan kiri
uterus setinggi tepi atas simfisis pubis)
61
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
PALPASI-LEOPOLD IV
16 Mengatur posisi sehingga pemeriksa berada pada sisi
kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu
Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
17 lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari
tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
18 Memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada
bagian terbawah bayi
19 Memfiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas
panggul kemudian meletakkan jari-jari tangan kanan di
antara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa
jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas
panggul.
PEMERIKSAAN AUSKULTASI
21 Mengambil stetoskop monoaural dengan tangan kiri,
kemudian menempelkan ujungnya pada dinding perut
ibu yang sesuai dengan posisi punggung bayi (bagian
yang memanjang dan rata).
22 Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi
jantung bayi. Tangan kanan pemeriksa memegang
nadi ibu untuk memastikan suara yang terdengar
adalah denyut jantung janin (DJJ tidak sama dengan
nadi yang teraba)
62
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
AKHIR PEMERIKSAAN
26 Meletakkan semua peralatan yang telah digunakan
pada tempat semula
27 Memberitahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah
selesai
28 Mengangkat kain penutup dan mengembalikan model
pada tempat/posisi semula
29 Mempersilahkan ibu untuk duduk kembali dan
menjelaskan/melaporkan hasil pemeriksaan kepada
pasien
30 Menjelaskan tentang rencana asuhan antenatal
berkaitan dengan hasil pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Gant NF, Cunningham FG. Dasar-dasar Ginekologi & Obstetric. Jakarta: EGC,
2010
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarono Prawirohardjo,
2008
3. Ling FW. Obstetrics & gynecology: principles for practice study guide. New
York: McGraw Hill, 2002
4. Reece EA, Hobbins JC. Clinical obstetrics: the fetus and mother. 3rd ed.
Massachusetts: Blackwell, 2007
63
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
STATUS PASIEN
PERAWATAN ANTE NATAL DAN PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
NAMA : NIM :
PARAF : Hari/tanggal :
II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Anamnesis pelengkap :
64
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
A. KEADAAN UMUM :
Nadi : Suhu :
o Tinggi Badan :
o Berat Badan :
o Kepala / Leher :
o Paru/Jantung :
o Ekstremitas :
D. PEMERIKSAAN KEHAMILAN :
Leopold 1 :
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
Auskultasi DJJ :
65
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
SKILL 3
TEKNIK KONSELING UNTUK PERUBAHAN PERILAKU IBU
PRECONTEMPLATION
Jika konselor menemui pasien baru berada pada tingkat precontemplation, maka yang
harus dilakukan adalah:
66
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
1. Memulai pertanyaan awal untuk analisis terhadap perilaku pasien. Pertanyaan yang
dapat digunakan antara lain:
- Baik Bu, apakah ibu bersedia untuk mendiskusikan masalah ibu kepada saya?
- Mungkin ibu bisa bercerita kepada saya kenapa ibu melakukan kebiasaan itu?
Pertanyaan tersebut harus digali hingga menemukan faktor penghambat pasien untuk
berubah. Kemungkinan yang akan dilakukan pasien adalah:
• Menolak jika kebiasaan yang dilakukannya selama ini adalah salah/kurang baik:
masa sih periksa hamil ke dukun ga boleh… kan itu hak saya bu
• Mencari alasan yang tampak rasional untuk membenarkan kebiasaannya: ibu saya
dulu periksa hamil ke dukun beranak aja, semua anaknya 5 orang lahir dengan
selamat kok.
• Memutarbalikkan kenyataan/melawan realita dengan substitusi yang tidak ada
hubungannya: suami saya itu ga perhatian dengan saya bu dokter, makanya tablet
tambah darahnya ga saya minum
• Mematikan rasa/menyerah, merasa dri tdak sanggup: saya ga mungkin bisa
menjalankan pemeriksaan ini tiap bulan bu, pasti biayanya mahal.
• Apakah ibu suda membaca buku/majalah yang terkait dengan masalah ibu?
CONTEMPLATION
Jika konselor menemukan pasien yang berada pada tingkat contemplation, maka
pasien pada tingkatan ini biasanya sudah tahu tapi tidak mau bertindak karena pikirannya
menunggu keajaiban yang langsung dapat mengubah hidupnya. Kalimat yang biasanya
dilontarkan pasien pada tingkat ini adalah:
• jika sudah saatnya saya pasti akan ber-KB bu
• saya berharap dunia kedokteran bisa menciptakan KB yang tidak perlu minum obat
obat tiap hari atau disuntik terus
67
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
• Metafora: perbandingan sederhana atau dengan bercerita (Rahim ibu itu klo terus
hamil seperti kantong plastik yang diisi barang terus lama-lama akan melar lho.
• Membayangkan: coba ibu bayangkan klo anak ibu Cuma 2 kan bu bisa
menghabiskan sisa waktu dengan suami untuk berkebun atau mengerjakan hal
lain
• Generalisasi subyek: kita semua sepakat klo minum tablet besi bagus untuk ibu
hamil, benar kan bu?
• Menggunakan pihak ketiga: saya dulu juga punya pasien seperti ibu, selalu pusing
klo minum pil KB. Tapi lama-lama akan baikan kok.
• Menggunakan kata semakin: semakin sering ibu memeriksakan diri saat hamil,
maka semakin bagus untuk kesehatan ibu dan bayinya.
• Taq question: saya yakin ibu pasti bisa, benar kan bu?
PREPARATION
Pada tingkatan ini pasien sudah menyadari akan pentingnya perubahan kebiasaan,
sehingga dokter sebagai konselor harus dapat meminta pasien untu berkmitmen
melakukan hal yang kita minta. Prinsip yang harus dilakukan konselor adalah:
• Mulai ambil langkah perubahan dari hal kecil: memulai dari pemeriksaan kehamilan
ke posyandu di dekat rumah minimal 4x selama hamil, jika dapat meningkat menjadi
tiap bulan di posyandu/bidan/puskesmas.
68
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
• Melekatkan kebiasaan baru dengan kebiasaan rutin lainnya: supaya ibu ga lupa
minum pil KB nya, tempel catatan yang bertuliskan minum pil KB di depan cermin,
jadi tiap bercermin selalu ingat.
• Diceritakan kepada orang banyak: lihat ibu-ibu semua, ibu A sudah mulai rajin ke
posyandu menimbang anaknya, anaknya jadi terkontrol gizinya. Ibu-ibu di sini juga
mau kan seperti ibu A?
Pernyataan kepada pasien juga dapat berupa: ibu kan sebenarnya sudah tahu dan
sadar kan pentingnya ber-KB, sekarang mari kita sama-sama merencanakan pilihan alat
kontrasepsi mana dan mulai kapan ibu menggunakannya.
ACTION
Pasien sudah pernah melakukan perubahan kebiasaan tapi gagal. Tugas dokter yang
menjadi konselor adalah menggali cara-cara yang sudah dilakukan pasien selama ini,
kemudian cari kenapa tidak berhasil. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah:
1. Pikiran negatif yang mungkin muncul: menunda, merasa tidak sanggup masa bodoh,
tertekan, cemas dll. Konselor jarus menyadarkan bahwa pikiran negative adalah awal
kegagalan yang selama ini dihadapi.
2. Menggali adanya pengaruh lingkungan: kira-kira siapa saja yang kurang mendukung
klo ibu berKB?
3. Reward: minta pasien untuk menghargai dirinya jika berhasil mengubah kebiasannya.
Kita dapat berkata: Ibu, tiap ibu rutin minum pil KB tiap malam, katakana ‘yes’
dalam hati. Atau: perjanjian sejak awal jika tiap hari minum tablet besi, maka diberi
hadiah uang belanja ditambah Rp 2000.
MAINTANANCE
Fase ini bukan hal baru, tapi dilakukan untuk mempertahankan agar pasien terus
melakukan kebiasaan baiknya yang sudah kita anjurkan. Konselor dapat mengecek
pikiran dan perasaan negative yang muncul yang dapat menyebabkan pasien kembali ke
kebiasaan buruknya.
Semua pasien yang berada pada tingkatan di atas harus dijadwalkan ntuk konseling
kembali untuk mengetahui kemajuannya.
69
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
NO TINDAKAN
0 1 2
Pendahuluan:
1 Mengucapkan salam
2 Menanyakan identitas pasien
3 Membuat suasana menjad rileks dan santai
4 Identifikasi permasalahan/kebiasaan yang akan diubah
5 Mendeskripsikan kebiasaan tersebut (onset, durasi, frekuensi,
seberapa berat)
6 Melakukan diagnosis tingkatan perubahan perilaku pasien
Untuk pasien yang berada pada tahap pre-contemplation:
1 Pertanyaan awal untuk analisis perubahan perilaku pasien
2 Mendeskripsikan kebiasaan yang sebelumnya dilakukan
pasien dan mencari factor pencetus pasien melakukan
kebiasaan itu
3 Menanyakan pertanyaan yang menggali peningkatan
pengetahuan pasien
4 Memberi informasi yang dapat meyakinkan pasien
Untuk pasien yang berada pada tahap contemplation:
1 Menggunakan teknik persuasi
2 Meminta pasien untuk mengevaluasi dirinya dengan
mempertimbangkan hasil yang positif yang akan
didapatkannya
3 Memberi informasi yang dapat meyakinkan pasien
Untuk pasien yang berada pada tahap preparation:
1 Ambil langkah perubahan dari hal kecil
2 Membuat perencanaan waktu
3 Melekatkan kebiasaan baru dengan kebiasaan rutin lainnya
4 Menceritakan individu yang sudah mengubah kebiasaannya
kepada orang banyak sebagai contoh
5 Meluruskan pilihan ibu dan menjelaskan teknik
pelaksanaannya
Untuk pasien yang berada pada tahap action:
1 Menanyakan pikiran negative yang menjadi penyebab
kegagalan terdahulu
2 Menanyakan pengaruh lingkungan yang menjadi penyebab
kegagalan terdahulu
3 Menganjurkan reward jika pasien berhasil
Maintenance
1 Meyakinkan pasen sudah mengerti penjelasan dokter
2 Menjadwalkan konseling lanjutan
3 Menutup pembicaraan dan mengucapkan salam
70
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar/tidak lengkap
2 = dilakukan dengan benar
71
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
SKILL 4
PEMASANGAN DAN PENCABUTAN
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
Sejarah
Memasukkan benda-benda atau alat-alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah
terjadinya kehamilan, telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Penggembala-penggembala
unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini dengan memasukkan
batu kecil yang bulat dan licin ke dalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh. Tulisan ilmiah tentang AKDR
untuk pertama kali dibuat oleh Richter dari Polandia pada tahun 1909. Pada waktu itu ia
mempergunakan bahan yang dibuat dari benang sutera. Gravenberg pada tahun 1928
melaporkan pengalamannya dengan AKDR yang dibuat dari benang sutera yang dipilin
dan diikat satu sama lain, sehingga berbentuk bintang bersegi enam. Kemudian, bahan
pengikatnya ditukar dengan benang perak yang halus agar dapat dengan mudah dikenali
dengan sonde uterus atau dengan sinar Roentgen. Oleh karena AKDR bentuk segi enam
ini mudah sekali keluar, maka kemudian la membuatnya dalam bentuk cincin dari perak.
Ia melaporkan angka kehamilan pada AKDR dari cincin perak ini hanya 1,6% di antara
2000 kasus. Usaha-usaha Gravenberg ini banyak sekali mendapat tantangan dari dunia
kedokteran pada waktu itu, oleh karena dianggap memasukkan benda asing ke dalam
rongga uterus dapat menimbulkan infeksi berat, seperti salpingitis, endometritis,
parametritis, dan lain-lain.
Ota dari Jepang pada tahun 1934 untuk pertama kalinya membuat AKDR dari
plastik yang berbentuk cincin. Mula-mula ia membuat AKDR dari cincin yang dibuat dari
benang sutera yang dipilin, kemudian dari logam yang mudah dibengkokkam. Oleh
karena sukar memasang cincin logam ini, maka ia kemudian membuat cincin dari plastik.
Oppenheimer dari Israel dan Ishihama dari Jepang pada tahun 1959 menerbitkan
tulisan-tulisan tentang pengalaman mereka dengan AKDR. Sejak tulisan-tulisan itu dan
dengan ditemukannya antibiotika yang menurunkan risiko infeksi, penerimaan AKDR
makin meningkat. Antara tahun 1955 dan 1964, bermacam-macam bentuk AKDR
diciptakan, antara lain Margullies spiral, Zipper, Lippes loop, Birnberg bow, cincin Hall-
Stone. Di Indonesia AKDR telah dipergunakan secara umum dalam program keluarga
72
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
berencana. AKDR yang mula-mula dipakai adalah jenis Lippes loop, yang pada waktu itu
disponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Pada tahun enam puluhan mulai dilakukan penyelidikan terhadap AKDR yang
mengandung bahan-bahan seperti tembaga, seng, magnesium, timah, progesteron, dan
lain-lain. Maksud penambahan itu ialah untuk mempertinggi efektivitas AKDR.
Penyelidikan AKDR jenis ini, yang diberi nama AKDR bioaktif, sampai sekarang masih
berlangsung terus.
Profil AKDR
• Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT380A).
• Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
• Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
• Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
• Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual
(IMS).
Jenis
• AKDR CuT 380A: kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia
dan terdapat di mana-mana. Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusus CuT 380A.
• AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering).
Cara Kerja
• Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba Fallopii.
• Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
• AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
• Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
73
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Keuntungan
• Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi.
• Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan
• AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
• Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT 380A).
• Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
• Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
• Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
• Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT 380A).
• Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
• Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila terjadi
infeksi).
• Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
• Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
• Membantu mencegah kehamilan ektopik.
Kerugian
• Efek samping yang umum terjadi:
➢ Perubahan siklus haid (umumnya setelah 3 bulan).
➢ Haid lebih lama dan banyak.
➢ Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
➢ Saat haid lebih sakit.
• Komplikasi lain:
➢ Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan
➢ Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya, menyebabkan anemia.
➢ Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
• Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
• Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang berganti-
ganti pasangan.
74
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
• Penyakit Radang Panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
• Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik, diperlukan dalam pemasangan AKDR.
Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
• Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus
melepaskan AKDR.
• Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera sesudah melahirkan).
• Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik, karena fungsi AKDR untuk mencegah
kehamilan normal.
• Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini setelah pemasangan
Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif.
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan, misalnya:
• Perokok.
75
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR:
• Penderita tumor jinak payudara.
• Penderita kanker payudara.
• Pusing-pusing, sakit kepala.
• Tekanan darah tinggi.
• Varises di tungkai atau di vulva.
• Penderita penyakit jantung.
• Pernah menderita stroke.
• Penderita diabetes.
• Penderita penyakit hati atau empedu.
• Malaria.
• Skistosomiasis (tanpa anemia).
• Penyakit Tiroid.
• Epilepsi.
• TBC nonpelvik.
• Setelah kehamilan ektopik.
• Setelah pembedahan pelvik.
• Penyakit jantung katup
76
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
• Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
• Penyakit trofoblas yang ganas.
• Menderita TBC pelvik.
• Kanker alat genital.
• Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
Tabel 1 . Penanganan efek samping yang umum dan permasalahan yang lain
Efek samping/
Penanganan
Permasalahan
Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas
AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea.
Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR
apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.
Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13
Amenorea minggu, AKDR jangan dilepaskan. Apabila klien sedang
hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa
mefepas AKDR, jelaskan adanya risiko kemungkinan
terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta
perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan
diperhatikan.
Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain dari
kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
Apabila tidak ditemukan penyebabnya, beri analgetik untuk
Kejang
sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang
berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode
kontrasepsi yang lain.
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan
ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan
pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3 x sehari selama 1
Perdarahan vagina minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet
yang hebat dan tidak besi (1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan). AKDR
teratur memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila
klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan
diketahui menderita anemia (Hb < 7g/%), anjurkan untuk
melepas AKDR dan bantulah memilih metode lain yang
sesuai.
77
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Waktu Penggunaan
• Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
• Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
• Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pas-
capersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam
pascapersalinan.
• Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala
infeksi.
• Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.
78
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
➢ Nyeri setelah sanggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama
melakukan hubungan seksual.
• Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan
lebih awal apabila diinginkan.
Jangan membuka kemasan steril yang berisi AKDR atau memasukkan lengannya
sampai dipastikan bahwa klien dapat dipasang AKDR (yaitu setelah selesai pemeriksaan
panggul, termasuk pemeriksaan spekulum dan bimanual). Jangan memasukkan lengan
AKDR dalam tabung inserter lebih dari 5 menit sebelum dimasukkan ke dalam uterus.
(Pada waktu memasukkan lengan AKDR di dalam kemasan sterilnya, tidak perlu
memakai sarung tangan steril atau DTT).
Langkah 1
Pastikan batang AKDR seluruhnya berada di dalam tabung inserter (sebagian batang
AKDR sering keluar dari tabung inserter meskipun kemasannya belum dibuka) dan
ujung tabung inserter yang berlawanan dengan ujung yang berisi AKDR berada di dekat
tempat membuka kemasan.
79
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Langkah 2
Letakkan kemasan di atas permukaan datar, keras dan bersih, dengan kertas penutup yang
transparan berada di atas. Buka kertas penutup di bagian ujung yang berlawanan dari
tempat AKDR sampai kira-kira sepanjang setengah jarak dengan leher biru.
Langkah 3
Angkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah dibuka (hati-hati jangan sampai
AKDR keluar dari tabung inserter). Kedua bagian kertas penutup yang sudah terbuka
dilipat ke setiap sisinya dan dipegang saat mengangkat, sehingga pendorong tetap steril
waktu dimasukkan ke dalam tabung inserter. Dengan tangan yang lain, masukkan
pendorong ke dalam tabung inserter dan dorong hati-hati sampai menyentuh ujung
batang AKDR.
Langkah 4
Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian transparan menghadap ke
atas.
Langkah 5
Pegang dan tahan kedua ujung lengan AKDR dari atas penutup transparan dengan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Tangan kanan mendorong kertas pengukur dari ujung
kemasan yang sudah dibuka sampai ke ujung kemasan yang masih tertutup, sehingga
lengan AKDR berada di atas kertas pengukur. Sambil tetap memegang ujung kedua
lengan, dorong inserter dengan tangan kanan sampai ke pangkal lengan (seperti pada
gambar di bawah ini) sehingga kedua lengan akan terlipat mendekati tabung inserter.
80
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Langkah 6
Tahan kedua lengan yang sudah terlipat tersebut dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk tangan kiri. Tarik tabung inserter melewati kedua ujung lengan, kemudian
dorong kembali dan putar sampai kedua ujung lengan masuk ke dalam tabung inserter
dan terasa ada tahanan, yaitu pada batas lempengan tembaga. Bagian lengan yang
mempunyai lempengan tembaga tidak bisa dimasukkan ke dalam tabung inserter,
sehingga tabung inserter jangan didorong terus kalau sudah terasa ada tahanan.
Langkah 7
Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda kedalaman kavum uteri dan
penunjuk ke arah mana lengan akan membuka saat dikeluarkan dari tabung inserter.
Pegang leher biru dari atas penutup transparan dan dorong tabung inserter sampai jarak
antara ujung lengan yang terlipat dengan ujung leher biru bagian depan (dekat batang
AKDR) sama panjangnya dengan kedalaman kavum uteri yang telah diukur dengan
sonde. Putar tabung inserter sampai sumbu panjang leher biru berada pada posisi
horizontal sebidang dengan lengan AKDR.
Gambar 2. Menggunakan leher biru pada tabung inserter sebagai tanda kedalaman
kavum uteri
Langkah 8
AKDR sekarang siap untuk dipasang pada uterus. Buka seluruh penutup transparan
secara hati-hati. Pegang tabung inserter yang sudah berisi AKDR dalam posisi horizontal
agar AKDR dan pendorong tidak jatuh. Jangan melepas AKDR sebelum tabung inserter
mencapai fundus. Sebelum dipasang, tabung inserter jangan sampai tersentuh
permukaan yang tidak steril agar tidak terkontaminasi.
81
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
82
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Langkah 1
Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan sonde uterus)
sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis lurus.
83
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi AKDR ke dalam
kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam arah horizontal.
Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter sampai leher biru
menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri. Pastikan leher biru
tetap dalam posisi horizontal.
Langkah 2
Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan, sedang tangan lain me-
narik tabung inserter sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR akan
berada tepat di fundus (puncak kavum uteri).
Langkah 3
Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter. Setelah
pendorong keluar dari tabung inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan
hati-hati sampai terasa ada tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan AKDR
akan berada di tempat yang setinggi mungkin dalam kavum uteri.
Langkah 4
Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada waktu benang tampak
tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang 3-4 cm, potong benang tersebut dengan
menggunakan gunting Mayo yang tajam.
Dapat juga dilakukan dengan cara lain, yaitu keluarkan seluruh tabung inserter dari
kanalis servikalis. Gunakan forsep untuk menjepit benang AKDR kurang lebih 3-4 cm
dari lubang serviks. Forsep didorong ke arah uterus dan potong benang di depan jepitan
forsep sehingga benang yang tersembul hanya 3-4 cm. Memotong benang dengan
menggunakan cara ini dapat mengurangi risiko tercabutnya AKDR (bila gunting tumpul
dan benang tidak terpotong benar sehingga hanya terjepit).
Lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan
dengan kasa sampai perdarahan berhenti.
85
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
86
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Langkah 1
Menjelaskan kepada klien.
Langkah 2
Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
Langkah 3
Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
Langkah 4
Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta klien
untuk tenang dan menarik napas panjang. Memberi tahu mungkin timbul rasa sakit, te
tapi itu normal.
Pencabutan normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau
lengkung yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan,
tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk
mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-
pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat dilihat, maka jepit
ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
87
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis
dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis
servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk
menjepit benang atau AKDR itu sendiri.
Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik
seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap menarik selama
klien tidak mengeluh sakit. Bila dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara
uterus dengan kanalis servikalis sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil
memutar klem. Jangan menggunakan tenaga yang besar.
Langkah 5
Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya memungkinkan.
88
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Taraf
Aspek yang dinilai Kemampuan
0 1 2
PEMASANGAN AKDR COPPER T 380A
89
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
90
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 (KKD 4) 2017/2018
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar/tidak lengkap
2 = dilakukan dengan benar
91