Di susun oleh :
NIM : N520184098
2
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA. Kehancuran autoimun sel-beta yang menyebabkan defisiensi insulin
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II
Penanda imunologisnya sama dengan tipe I, namun menyebabkan defisiensi
insulin dan kronis. (Tim editor, 2011)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
3
kronis memiliki resiko berkembang menjadi keganasan (karsinoma skuamosa
Marjolin), Sehingga harus dilakukan pemeriksaan teratur. (Patrick Davey, 2005)
Fungsi Insulin :
a. menyediakan glukosa
b. membangun protein
c. menghambat pemecahan cadangan lemak, protein, glukosa, menghambat
glukoneogenesis (sintesis glukosa baru oleh hati).
d. mempertahankan kadar glukosa plasma
IV. FAKTOR RESIKO
a. Antagonisasi efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi antara lain
diuretic, thiazide, kortikosteroid adrenal dan kontraseptif hormonal
b. Obesitas
c. Stress fisiologis dan emosional meningkatkan kadar hormon stress (kortisol,
epinefrin, glucagon dan hormon pertumbuhan) sehingga meningkatkan kadar
glukosa darah.
d. Kenaikan kadar estrogen dan hormon plasenta yang berkaitan dengan kehamilan
yang mengantagoniskan insulin.
(Tim editor, 2011)
V. KLASIFIKASI ULKUS
Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu:
4
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
b. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
f. selulitis.
g. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
(Misnadiarly, 2006)
5
Pathway
Ingesti, digesti,
Stresor fisiologis metabolisme nutrien
Vomitus
Pengosongan
lambung terlambat ATP di lepaskan
Kondisi psikologis
Nyeri
Disabilitas fisik Kebutuhan tubuh
Nausea tercukupi
Gangguan menelan
Pemenuhaan nutrien
tidak seimbang
Malnutrisi
(Dimodifikasi dari Potter and Perry, 2010, Roth 2011; Herdman & Kamitsuru 2014;
Porth 2015)
6
VI. TANDA DAN GEJALA
a. Ketoasidosis atau serangan diam-diam pada tipe I
b. Keletihan akibat defisiensi energy dan keadaan katabolis
c. Kadang-kadang tidak ada gejala pada tipe II
d. Diuretic osmotic yang disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput lendir
kering, dan kekencangan kulit buruk.
e. Pada ketoasidosis dan keadaan non-ketotik hiperosmolar hiperglikemik,
dehidrasi berpotensi menyebabkan hipovelemia dan syok
f. Jika diabetes tipe I tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat badan
dan selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak
g. Impotensi pada pria, mata kabur, kesemutan, gatal
(Tim editor, 2011)
Komplikasi Jangka panjang
a. Hipoglikemi
b. Hiperglikemia
c. Ketoasidosis diabetic
d. Penyakit Makrovaskuler : Penyakit arteri koroner, penyakit serebrosvaskuler,
penyakit vaskuler perifer
e. Penyakit Mikrovaskuler : Retinopati
f. Nefropati
g. Aterosklerosis
h. Neuropati otonomik, kemungkinan sebagai gastroparesis (menyebabkan
tertundanya pengosongan lambung dan merasa mual dan kenyang setelah
makan), diare noktural, impotensi dan hipotensi postural
i. Infeksi kulit dan traktus kencing dan vaginalis
(tim editor, 2011)
VII. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau
tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
7
3. Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
letargi, disorientasi, koma
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah, nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare, urine berkabut,
bau busuk, adanya asites
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretic, turgor kulit jelek, bersisik, distensi abdomen.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan., disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas
kejang.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat), wajah meringis
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak),
frekuensi pernafasan cepat atau lambat
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
12. Seksualitas
Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
8
Hemoglobin Glikosilat : Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai
kadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1%
menunjukan diabetes.
Albumin adalah ukuran variabel yang biasa digunakan untuk
mengevaluasi status protein pasien. Pasien yang albumin serumnya dibawah
3g/100 ml beresiko tinggi, selain itu level albumin rendah dihubungkan
dengan lambatnya penyembuhan luka.
Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus dan gangguan toleransi glukosa
menurut WHO 1985
1. Kadar Glukosa darah sewaktu (plasma vena) ≥ 200mg/dl
2. Kadar glukosa darah puasa (plasmavena) ≥ 126 mg/dl
3. Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gr
pada TTGO
9
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
10
g. Anjurkan penambahan intake protein, zat besi dan vitamin yang sesuai.
h. Pastikan bahwa diet mengandung ma-kanan yang berserat tinggi untuk mencegah
sembelit.
i. Beri makanan protein tinggi, kalori tinggi dan makanan bergizi yang sesuai.
j. Pastikan kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan.
2. Risiko ketidakseimbangan Blood Glucose Level Hyperglicemia Management
kadar glukosa darah Setelah dilakukan tidakan keperawatan a. Monitor gula darah sesuai indikasi.
dengan faktor risiko selama 2 x 24 jam diharapkan kadar b. Monitor tanda dan gejala poliuri, poli-dipsi, poliphagia, keletihan, pandangan
monitor glukosa darah glukosa darah pasien dapat stabil dengan kabur atau sakit kepala.
inadekuat, kurang kriteria hasil: c. Monitor tanda vital sesuai indikasi.
manajemen diabetes. a. Glukosa darah dalam rentang normal d. Kolaborasi dokter untuk pemberian insulin.
80 – 200 mg/dL. e. Pertahankan terapi IV line.
b. Glukosa pada urin membaik dari f. Berikan IV fluid sesuai kebutuhan.
level … menjadi level … g. Konsultasi dokter jika ada tanda hiperglikemi menetap atau memburuk.
c. Keton pada urin dari level … h. Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi.
menjadi level … i. Batasi latihan ketika gula darah > 250 mg/dl khususnya adanya keton pada urine.
j. Anjurkan banyak minum.
k. Monitor status cairan intake output sesuai kebutuhan.
3. Nausea berhubungan Nausea and Vomiting Control Nausea Management
dengan disfungsi biokimia. Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Dukung pasien untuk mengidentifikasi onset mual.
selama 3 x 24 jam diharapkan mual b. Dukung pasien untuk menemukan strategi pencegahan mual.
pasien dapat berkurang dengan kriteria c. Lakukan pengkajian secara menyeluruh berkenaan dengan mual pasien.
11
hasil: d. Dapatkan riwayat pengobatan pasien.
a. Pasien mampu mengenai onset e. Identifikasi faktor yang memperparah.
mual dan muntah dari level … f. Kontrol lingkungan.
menjadi level … g. Berikan obat antiemetic.
b. Pasien mampu mengetahui faktor h. Dukung pemenuhan nutrisi pasien.
pencetus mual dari level … i. Konsultasikan bila mual semakin parah.
menjadi level …
c. Pasien mampu memodifikasi
faktor dari level … menjadi level
…
4. Gangguan menelan Swallowing Status Swallowing Therapy
berhubungan dengan fase Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Tentukan kemampuan pasien dalam perhatian pada pembelajaran makan dan
faringeal abnormal. selama 3x24 jam diharapkan kemampuan menelan.
menelan pasien membaik dengan kriteria b. Hindarkan penggunaan sedotan
hasil: c. Bantu posisi pasien agar lurus
a. Kemampuam mengunyah membaik d. Kaji kemampuan pergerakan lidah
dari level … menjadi level … e. Kaji tanda dan gejala aspirasi.
b. Penerimaan makanan dari level … f. Instruksikan agar pasien cukup dalam membuka mulut ketika hendak makan.
menjadi level … g. Instruksikan keluarga untuk memodidikasi makanan dn kebutuhan nutrisi pasien.
c. Posisi kepala dan leher netral dari h. Instruksikan keluarga untuk mewaspadai kemungkinan tersedak.
level … menjadi level … i. Berikan perawatan oral nila dibutuhkan.
d. Kemampuan jumlah makanan yang j. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain untuk memberikan rencana rehabilitasi
12
ditelan dari level … menjadi level lanjut.
…
13
kelamin, konsumsi gula a. Monitor berat badan dari level … d. Atur capaian realistik mingguan.
pada minuman, gangguan menjadi level … e. Timbah berat badan pasien per minggu.
perilaku makan, b. Monitor asupan kalori harian dari f. Berikan hadiah untuk pencapaian klien.
kemiskinan, gangguan level … menjadi level … g. Buat rencana makan harian dengan diet simbang, mengurangi kalori dan lemak.
genetik, faktor keturunan, c. Menyeimbangkan latihan dan asupan h. Dukung peningkatan asupan buah, sayur, gandum, susu rendah lemak, daging
porsi makan lebih besar kalori dari level … menjadi level … tanpa lemak, ikan, kacang-kacangan, dan telur pada klien.
dari yang d. Memilih makanan sehat dari level … i. Dukung penggunaan pengganti gula, bila diperlukan.
direkomendasikan. menjadi level … j. Instruksikan klien bagaimana menghitung kalori pada makanan.
e. Memanfaatkan sistem pendukung k. Anjurkan klien untuk mengikuti komunitas pendukung yang sesuai.
dari level … menjadi level …
(Bulechek et al., 2013; Moorhead et al., 2013; Herdman and Kamitsuru, 2014)
14
XII. PENATALAKSANAAN
A. DIABETES
1. Diabetes Tipe I
a. Penggantian insulin
Insulin manusia bisa bertindak-cepat (regular), bertindak-sedang (NPH
atau lente), bertindak-lama (ultralente, lantus) atau kombinasi antara
bertindak-cepat dan bertindak-sedang (70/30 atau 50/50 dari NPH dan
regular)
b. Transplatasi sel kepulauan atau pancreas, membutuhkan imunosupresi
kronis.
2. Diabetes Tipe II
a. Membutuhkan obat antidiabetik oral.
b. Membutuhkan diet terencana untuk memenuhi kebutuhan nutrisional,
untuk mengontrol kadar glukosa darah dan untuk mendapatkan dan
menjaga berat badan yang tepat
c. Penurunan berat badan bagi yang obesitas
3. Penanganan jangka panjang
Transplatasi atau dialysis untuk gagal ginjal, fotokoagulasi untuk retinopati,
dan pembedahan vascular untuk penyakit pembuluh-besar, kontrol glukosa
darah dengan rutin.
(tim editor, 2011)
B. ULKUS
Penanganan Pada Ulkus, sebagai berikut :
a. Memperbaiki kelainan vaskuler yang ada
b. Memperbaiki sirkulasi
c. Pengamatan kaki yang teratur
d. Pengelolaan pada masalah yang timbul (pengobatan vaskularisasi,
infeksi, dan pengendalian gula darah)
e. Sepatu khusus
f. Penyuluhan pasien
(Misnadiarly, 2006)
15
Daftar Pustaka
Kelly, M. (2013) ‘Nutrition Support’, in Introducing to Critical Care Nursing. 6th edn.
Missouri: Elsevier Saunders.
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M. L. and Swanson, E. (2013) Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th edn. Missouri: Elsevier Mosby.
Potter, P. A. and Perry, A. G. (2010) Fundamental of Nursing. 7th edn. Missouri: Elsevier
Ltd.
Roth, R. A. (2011) Nutrition & Diet Therapy. 10th edn. New York: Delmar.
16
12th edn. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins,
pp. 892–909.
Siobal, M. S. and Baltz, J. E. (2013) A Guide to the Nutritional Assessment and treatment
of the Critically Ill Patient. Irving: American Association for Respiratory Care.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L. and Cheever, K. H. (2010) Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical Nursing. 12th edn. Philadelphia: Wolters Kluwer
Health/Lippincott Williams & Wilkins.
White, L., Duncan, G. and Baumle, W. (2011) Foundations of Basic Nursing. 3rd edn. New
York: Delmar.
17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S
DENGAN DM,CA MAMAE DI RUANG MAWAR
RSUD RAA SOEWONDO PATI
18
Hubungan dengan pasien : Suami
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama :
Pasien mengatakan lemas, ada luka dimamae kiri sesudah dibekam 4 minggu
yang lalu.
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan tidak enak badan sejak beberapa hari dan tangan kiri
membengkak.
Pasien mengatakan bahwa ia mengira hanya kecapekan dan luka dipayudara
tidak sembuh- sembuh.
c. Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki
riwayat diabetes miletus maupun hipertensi.
d. Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengtakan kalau neneknya punya sakit
yang sama.
e. RiwayatAlergi : Tidak ada
f. Genogram :
Keterangan
: Perempuan
: Laki-laki
/ : Meninggal
: Menikah
: Keturunan
: Tinggal serumah
/ : Pasien
/ : Memiliki sakit yang sama dengan pasien
19
3. POLA FUNGSIONAL ( MENURUT VIRGINIA HENDERSON )
a. Pola pernapasan
Spontan : (√) Ya ( ) Tidak
b. Kebutuhan nutrisi
Antropometri
20
Hemoglo-bin 14.7 12,00 – 16,00 g/dL Normal
Clinical Sign :
Diet :
Sebelum Sakit Selama Sakit Keterangan
c. Kebutuhan eliminasi
Eliminasi Bowel/Fecal
21
Warna Kecoklatan Kecoklatam -
Berat badan 50 kg 39 kg
22
( ) Injury/Trauma
(√) Tidak ada
Penggunaan Kateter : ya/ tidak
Kebutuhan pemenuhan ADL Bladder : Mandiri/tergantung/dengan bantuan
d. Kebutuhan istirahat dan tidur
Hematologi
f. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa selama ia di rumah ia mendapatkan
bantuan minimal. Pasien memilih dan memakai secara mandiri
23
Selama sakit : Selama di RS pasienmengatakan dalam memakai dan memilih baju
dibantu oleh keluarga atau suaminya
Selama sakit : Pasien tidak memakai baju dan hanya memakai sarung dan
o
slimut , suhu 36,7 C
Olahraga rutin Jarang Tidak pernah Pasien mengatakan enggan mengikuti acara
senam DM yang diadakan oleh Puskemas
karena alasan kesibukan rumah
24
j. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain
Sebelum sakit : Hubungan dengan tetangga terjalin cukup baik namun ia sudah
jarang mengikuti kegiatan social di daerahnya karena keterbatasannya
Selama sakit : Pasien tidak bisa melakukan kegiatan bertanunya seperti biasa
karena keadaannya sedang sakit
k. Kebutuhan spiritual
Sebelun sakit : Pasien mnengatatkan beragama islam dan biasa
menjalankan sholat 5 waktu
l. Kebutuhan bekerja
Pasien ingin sembuh dari sakitnya karena ia masih ingin bekerja merawat
keluarganya.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan untuk mengisi waktu luangnya passion
slalu berkumpul dengan kluarga terdekat atau keluarga
Selama sakit : Pasien hanya tiduran ditempat tidur dan berbincang-bincang
dengan keluarga dan pasien sebelahnya
n. Kebutuhan belajar
Sebelum sakit : Pasien mnratakn tidak mengetahui tantang penyakit
sekarang
Selama sakit : Pasien mendapatkan informasi tentang penyakit dari
dokter dan perawat
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaanumum : Pasien tampak bersih, kooperatif, pasien tampak lemas dan
tidak bertenaga.
b. Kesadaran : Compos mentis
25
c. TTV : TD: 130/90mmHg S: 36,7oC N: 100 x/menit R:
20x/menit
d. Kepala : Bentuk : Kepala bulat, rambut hitam dan kuat, sebaran
rambut merata, warna kulit wajah merata, tidak ditemukan nyeri tekan, tidak
ditemukan massa
Keluhan yang berhubungan : pusing/sakit kepala tidak ada
e. Mata :
Ukuran pupil 2/2 isokor/anisokor
26
j. Dada :
Pulmo:
I : Dada tampak simetris, aereola tampak kecoklatan, puting menonjol,
bentuk payudara bulat, warna kulit tidak merata, tampak lesi pada
mamae kiri.
Pe : Sonor
Cardio:
I : Dada tampak simetris, aereola tampak kecoklatan, puting
menonjol, bentuk payudara bulat, warna kulit tidak merata,
tampak lesi pada mamae kiri, IC tidak tampak.
Pa : Ada nyeri tekan, ditemukan massa pada mamae kanan dan kiri
Pe : Dullness pada kanan atas SIC II linea para sternalis dextra, kanan
bawah SIC IV linea para sternalis dekstra, kiri atas SIC II linea
para sternalis sinistra, kiri bawah SIC IV linea medio clavicularis
sisinstra.
A : S1/S2, tidak terdengar bruit pada arteri abdominal
k. Abdomen :
I : Perut tampak bulat, tidak ada lesi
A : Bising usus 6 kali/menit
Pe : Timpani pada organ berongga, dullness pada organ padat
27
Atas : tangan kiri oedem sehingga proses mobilisasi pasien
terganggu
5. DATA PENUNJANG
a. Pemeriksaan laborat:
b. Radiology :
X Foto Thorax
Cor : elongatio aorta
Pulmo : tampak gambaran multiple coin lesion pada seluruh lapang paru kanan
dan kiri
Tampak kesuraman pada latero basal paru kanan dan kiri.
Kesan : metastase pada paru
c. EKG : tidak ada
d. Terapi medis :
Tanggal Nama Obat Dosis Jam Rute Indikasi
28
Novora-pid 3x15 u 07.0 SC Untuk meningkatkan kinerja
0 sel dalam memetabolis-me
12.0 glukosa bebas pada plasma
0
20.0
0
Neurodex 1x1 tab Oral Berisi vitamin B kompleks
untuk menjaga dan
melindungi kenormalan fungsi
saraf.
Ranitidine 1 IV Untuk mengurangi sekresi
ampul/12 asam lambung dan
jam mengurangi mual
Ketorolac 30 mg/8 IV Merupakan obat anti
jam analgesik
e. Diet : NS TIM DM
A. ANALISA DATA
29
Haemoglobin 14,7 g/dL
Albumin 2,8 mg/dL
Pasien tampak pucat.
IMT 16,25
2. D.S. Kerusakan Perubahan
Pasien mengatakan bahwa ia memiliki integritas jaringan metabolisme,
luka di mamae kiri. prosedur
D.O. invasif
Tampak ulkus pada mamae
Warna kulit menghitam
Odor (+) Pus (+)
Tepi luka kemerahan
Ulkus derajat III
Dimensi luka pada mamae p= 8; cm l= 5
cm; kedalam= 2 mm
Warna dasar luka pada mamae merah
Pasien masih merasakan nyeri.
GDS 510 mg/dL.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan metabolisme,
prosedur invasif .
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis: diabetes mellitus.
30
C. INTERVENSI
31
menjadi level 4 r. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan.
h. Kadar glukosa darah dalam rentang s. Konsultasi dokter jika ada tanda hiperglikemi menetap atau
normal (80 – 200 mg/dL) memburuk.
t. Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi.
u. Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya adanya keton
pada urine.
v. Anjurkan banyak minum.
w. Monitor status cairan intake output sesuai kebutuhan.
D. IMPLEMENTASI
No. Tanggal/
Implementasi Evaluasi Ttd
Dx Jam
Rabu /17 Oktober 2018
1 08.45 a. Membersihkan dan ganti balutan S Linggar
secara berkala. Pasien mengatakan masih bisa merasakan nyeri saat
b. Menginspeksi luka setiap kali lukanya dibersihkan.
dibersihkan. O
c. Memposisikan luka agar Tampak ulkus pada mamae
terhindar dari tekanan. Warna kulit menghitam
Odor (+) Pus (+)
Tepi luka kemerahan
Ulkus derajat III
Dimensi luka pada mamae p= 8; cm l= 5 cm;
kedalam= 2 mm
32
Warna dasar luka pada mam aemerah
, pasien masih merasakan nyeri.
Balutan sudah diganti.
Rubor (-), colour (-), tumor (-), dolor (-)
a. Granulasi dari level 1
b. Ukuran luka berkurang dari level 1
c. Nekrosis level 4
d. Pus dari level 3
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi
a. Bersihkan dan ganti balutan secara berkala.
b. Inspeksi luka setiap kali dibersihkan.
c. Posisikan luka agar terhindar dari tekanan.
d. Dukung pemenuhan cairan pasien.
e. Dukung pemenuhan nutrisi pasien.
f. Kaji tanda-tanda infeksi.
g. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian
obat.
2 08.30 d. Memonitor tanda vital sesuai S Linggar
indikasi. Pasien mengatakan lemas.
e. Memonitor gula darah sesuai Pasien mengatakan gula darahnya kadang tinggi.
indikasi. Pasien mengatakan BAK 6 kali/hari.
f. Memonitor tanda dan gejala Pasien mengatakan nafsu makannya baik.
33
poliuri, polidipsi, poliphagia, Pasien mengatakan bahwa ia menghabiskan 2/3 porsi
keletihan, pandangan kabur atau makan dari RS.
sakit kepala. O
Pasien tampak lemas.
11.14 g. Memberikan cairan IV sesuai TD 130/80 mmHg HR 72 kali/menit RR 20
kebutuhan. kali/menit T 36,7ºC.
Terpasang infus RL pada lengan kiri 20 tpm.
Tampak pasien menghabiskan 1/3 porsi makan dari
RS pada makan siang
A
Asupan makanan pasien cukup namun kebutuhan
energi belum tercukupi karena pengaruh DM.
a. Asupan makan meningkat level 3
b. Nafsu makan meningkat level 4
c. Pasien lebih berenergi level 2
Masalah belum teratasi.
P
Lanjutkan intervensi.
a. Monitor gula darah sesuai indikasi.
b. Monitor tanda vital sesuai indikasi.
c. Kolaborasi dokter untuk pemberian insulin.
d. Pertahankan terapi IV line.
e. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan.
f. Konsultasi dokter jika ada tanda hiperglikemi
34
menetap atau memburuk.
Kamis /18 Oktober 2018
1 09.00 a. Memberikan obat cefriaxone 1g S Linggar
dan ketorolac 30mg via IV. Pasien mengatakan masih lemas.
10.00 b. Monitor tanda-tanda infeksi. O
Ceftazidine 1g, asam tranexamat 500mg dan
ketorolac 30mg masuk via IV.
Rubor (-), colour (-), tumor (-), dolor (-)
A
a. Granulasi dari level 1
b. Ukuran luka berkurang dari level 1
c. Nekrosis level 4
d. Pus dari level 3
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi
a. Bersihkan dan ganti balutan secara berkala.
b. Inspeksi luka setiap kali dibersihkan.
c. Posisikan luka agar terhindar dari tekanan.
d. Dukung pemenuhan cairan pasien.
e. Dukung pemenuhan nutrisi pasien.
f. Kaji tanda-tanda infeksi.
g. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian
obat.
35
2 11.30 a. Memonitor tanda-tanda vital S Linggar
sesuai indikasi. Pasien mengatakan lemas.
b. Memberikan injeksi insulin Pasien mengatakan nafsu makannya baik.
novorapid 15 unit via SC lengan Pasien mengatakan bahwa ia menghabiskan satu
kiri. porsi makan dari RS.
12.10 c. Memonitor catatan makanan O
yang masuk atas kandungan gizi TD 130/80 mmHg, HR 88 kali/menit, RR 20
dan jumlah kalori. kali/menit, T 36,5ºC.
Insulin novorapid 15 unit masuk via SC lengan kiri.
Pasien tampak lemas.
A
Asupan makanan pasien cukup namun kebutuhan
energi belum tercukupi karena pengaruh DM.
a. Asupan makan meningkat level 4
b. Nafsu makan meningkat level 5 (√)
c. Pasien lebih berenergi level 2
Masalah teratasi sebagian.
P
Lanjutkan intervensi.
a. Monitor gula darah sesuai indikasi.
b. Monitor tanda vital sesuai indikasi.
c. Kolaborasi dokter untuk pemberian insulin.
d. Monitor catatan makanan yang masuk atas
kandungan gizi dan jumlah kalori.
36
e. Pertahankan terapi IV line.
f. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan.
g. Konsultasi dokter jika ada tanda hiperglikemi
menetap atau memburuk.
Jum’at/19 Oktober 2018
1 16.35 a. Monitor tanda-tanda infeksi. S Linggar
16.45 b. Memberikan obat cefriaxone 1g Pasien mengatakan lebih segar.
dan ketorolac 30mg via IV. O
c. Memposisikan luka agar Ceftazidine 1g, asam tranexamat 500mg dan
terhindar dari tekanan. ketorolac 30mg masuk via IV.
19.20 d. Mengganti plabot infus baru: Rubor (-), colour (-), tumor (-), dolor (-)
cairan RL 20 tpm A
a. Granulasi dari level 1
b. Ukuran luka berkurang dari level 1
c. Nekrosis level 4
d. Pus dari level 3
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi
a. Bersihkan dan ganti balutan secara berkala.
b. Inspeksi luka setiap kali dibersihkan.
c. Posisikan luka agar terhindar dari tekanan.
d. Dukung pemenuhan cairan pasien.
e. Dukung pemenuhan nutrisi pasien.
37
f. Kaji tanda-tanda infeksi.
g. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian
obat.
2 17.05 a. Memberikan injeksi insulin S Linggar
novorapid 17 ui via SC pada Pasien mengatakan lebih segar.
lengan kiri Pasien mengatakan nafsu makannya baik.
Pasien mengatakan bahwa ia menghabiskan satu
porsi makan dari RS.
O
TD 140/70 mmHg, HR 88 kali/menit, RR 20
kali/menit, T 36,6ºC.
Insulin novorapid 17 unit masuk via SC lengan kiri.
Pasien tampak lemas.
A
a. Asupan makan meningkat level 4
b. Pasien lebih berenergi level 3
Masalah teratasi sebagian.
P
Lanjutkan intervensi.
a. Monitor gula darah sesuai indikasi.
b. Monitor tanda vital sesuai indikasi.
c. Kolaborasi dokter untuk pemberian insulin.
d. Monitor catatan makanan yang masuk atas
kandungan gizi dan jumlah kalori.
38
e. Pertahankan terapi IV line.
f. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan.
g. Konsultasi dokter jika ada tanda hiperglikemi
menetap atau memburuk.
39