Cedera kepala ringan atau trauma kepala ringan adalah kondisi ketika seseorang
mengalami cedera ringan di bagian kepala. Ringan atau beratnya kondisi cedera
kepala, dapat dinilai dari Glasgow Coma Scale (GCS). GCS merupakan kumpulan
respon penderita yang diberikan nilai untuk melihat tingkat kesadaran. Nilai tertinggi
adalah 15, sedangkan nilai terendah adalah 3. Nilai tersebut ditentukan berdasarkan
kemampuan penderita membuka mata, pergerakan penderita, dan isi
pembicaraannya.
Cedera kepala ringan jarang menyebabkan kerusakan otak permanen. Pada orang
dewasa, cedera kepala ringan umumnya terjadi karena kecelakaan kendaraan
bermotor, membentur atau terbentur sesuatu, terjatuh, atau karena terkena pukulan
di bagian kepala. Sedangkan pada anak-anak, kondisi ini lebih sering disebabkan
karena terjatuh dan terbentur.
Cedera kepala ringan bisa menimbulkan berbagai gejala, baik gejala fisik maupun
gejala psikologis. Beberapa gejala bisa muncul seketika setelah kejadian,
sedangkan gejala lain dapat muncul beberapa hari atau beberapa minggu kemudian.
Hilang keseimbangan.
Gangguan bicara.
Sulit tidur.
Selain gejala fisik, cedera kepala ringan juga dapat menimbulkan gejala pada sistem
sensorik, seperti perubahan pada kemampuan indra penciuman, sensitif terhadap
cahaya dan suara, penglihatan kabur, rasa tidak enak di mulut, dan berdengung di
telinga. Sedangkan gejala mental yang dapat muncul, antara lain adalah masalah
pada ingatan dan konsentrasi, suasana hati yang mudah berubah, serta mudah
merasa cemas, dan depresi.
Diagnosis Cedera Kepala Ringan
Dokter akan bertanya bagaimana pasien bisa cedera dan apa gejala yang
dirasakan. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui
seberapa berat cedera yang dialami pasien. Dokter akan menggunakan Glasgow
Coma Scale (GCS) untuk mengukur tingkat kesadaran pasien, dan
menggolongkannya menjadi cedera kepala ringan, sedang, dan cedera kepala berat.
Tingkat kesadaran diukur berdasarkan respons verbal, respons gerakan, dan
respons mata pasien, serta akan diberi nilai dari 3 hingga 15. Nilai 15 menunjukkan
kondisi seseorang dalam kesadaran penuh, sedangkan nilai 3 menunjukkan
kondisi koma. Cedera kepala ringan terjadi bila GCS bernilai 13-15.
Pemeriksaan dengan CT scan atau MRI kepala dapat dilakukan oleh dokter untuk
melihat seberapa parah cedera kepala.
Kejang.
Hilang kesadaran baik sesaat atau dalam waktu yang cukup lama.
Amnesia.
Hal yang penting untuk diperhatikan pada saat pemulihan cedera kepala ringan,
antara lain adalah:
Banyak istirahat.
Hindari obat pereda nyeri aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid, kecuali
diperbolehkan oleh dokter. Obat nyeri yang disarankan hanya paracetamol.
Tidak meletakkan barang berat di atas lemari atau tempat tinggi lainnya agar tidak
menimpa kepala.
Beberapa hari setelah cedera kepala, dapat muncul sindrom pasca gegar otak.
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala seperti:
Sulit konsentrasi.
Gangguan tidur.
Pusing.
Tinnitus.
Mual.
Gangguan ingatan.
Cedera Kepala Berat
Cedera kepala berat atau trauma kepala berat adalah istilah medis untuk
mengkategorikan kondisi yang parah pada cedera kepala. Tingkat kesadaran
seseorang dinilai dengan memberikan skor melalui panduan dari Glasgow Coma
Scale (GCS), dengan nilai terendah 3 dan nilai tertinggi 15. Seseorang dikatakan
mengalami cedera kepala berat bila memiliki nilai GCS 8 ke bawah. Penilaian
kesadaran berdasarkan GCS dilihat dari seberapa mudah penderita membuka mata,
gerakan fisik yang dilakukan penderita, dan isi pembicaraan dari penderita.
Cedera kepala sendiri merupakan perlukaan pada kepala yang mengakibatkan
terganggunya fungsi otak akibat pukulan atau sentakan keras ke kepala. Cedera
kepala juga dapat disebabkan oleh adanya objek tertentu, seperti peluru yang
menekan jaringan otak. Kondisi cedera kepala harus segera mendapatkan
penanganan medis, terutama cedera kepala berat, karena dapat menyebabkan
perdarahan, robeknya jaringan, atau bahkan kematian.
Tingkatan cedera kepala didasarkan oleh beberapa faktor, antara lain sifat cedera
dan kekuatan benturan. Beberapa kejadian umum yang menyebabkan cedera
kepala berat, meliputi:
Jatuh.
Kekerasan fisik.
Gejala Cedera Kepala Berat
Cedera kepala berat memiliki beragam gejala yang memengaruhi fisik maupun
psikologi penderitanya. Gejala-gejala tersebut meliputi:
Sulit berbicara.
Kejang.
Kehilangan kesadaran.
Amnesia.
Rewel.
Murung.
Kehilangan fokus.
Tampak mengantuk.
Kejang.
Sebagai langkah awal, dokter akan memastikan bahwa pasien dalam kondisi stabil,
yang dilihat dari pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah. Kemudian, dokter
akan menanyakan beberapa hal terkait gejala, kondisi, serta penyebab cedera
kepala kepada pasien jika pasien sadar, atau kepada orang yang mengantarkan
pasien ke rumah sakit jika pasien tidak sadar.
Dokter umumnya menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) untuk mengidentifikasi
tingkat keparahan cedera kepala. Nilai skala dimulai dari angka 3 hingga 15, dan
ditentukan berdasarkan tiga kategori, yaitu:
Respons verbal.
Pergerakan fisik.
Setiap nilai dalam kategori pemeriksaan dijumlahkan hingga menghasilkan total nilai.
Berdasarkan total nilai ini, cedera kepala diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:
Nilai skala 15 (nilai tertinggi) menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sadar
seutuhnya, dapat membuka mata secara spontan, berbicara, dan menerima
instruksi. Sementara, nilai skala 3 menunjukkan pasien dalam keadaan koma.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan berupa tes pencitraan untuk
memastikan kondisi yang dialami pasien, meliputi:
CT scan, untuk mendapatkan gambaran tulang yang patah secara cepat dan
mendeteksi kemungkinan perdarahan di otak, pembekuan darah (hematoma),
jaringan otak yang memar (kontusio), atau pembengkakan jaringan otak.
MRI, untuk mendapatkan gambaran otak secara detail. Pemeriksaan ini biasanya
dilakukan setelah kondisi pasien stabil.
o Melakukan resusitasi jantung paru (CPR), yaitu dengan menekan dada dari
luar dan memberikan bantuan pernapasan, ketika pasien mengalami henti
napas atau henti jantung.
o Menghentikan perdarahan.
o Bila terjadi nyeri yang sangat hebat, dokter dapat memberikan obat pereda
nyeri.
Observasi. Setelah kondisi pasien stabil, dokter akan menyarankan untuk dilakukan
perawatan di ruang intensif, di mana tenaga medis akan melakukan pemeriksaan
secara berkala, pemeriksaan tersebut meliputi:
o Tingkat kesadaran.
o Pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan kadar oksigen
dalam darah.
Operasi otak. Prosedur operasi otak dilakukan untuk mengatasi masalah di otak.
Dokter bedah akan melakukan tindakan operasi berdasarkan beberapa kondisi,
yaitu:
o Perdarahan otak.
Prosedur operasi yang dapat dilakukan dokter terhadap pasien cedera kepala
berat adalah kraniotomi atau operasi dengan membuka tulang tengkorak.
Tahapan prosedur kraniotomi, antara lain:
Namun, sebagian besar patah tulang tengkorak dapat pulih dengan sendirinya.
Proses penyembuhan biasanya berlangsung sekitar 5-10 bulan.
Infeksi. Risiko infeksi semakin tinggi jika terjadi patah tulang tengkorak akibat cedera
kepala. Hal ini dikarenakan patahan tulang tengkorak dapat merobek lapisan tipis
pelindung otak. Jika ini terjadi, bakteri bisa masuk ke dalam luka dan menyebabkan
infeksi.
Gejala pasca gegar otak. Cedera kepala berat dapat menyebabkan gegar otak.
Beberapa orang mungkin merasakan gejala jangka panjang akibat gegar otak,
antara lain:
o Gangguan tidur.
o Gangguan memori.
o Konsentrasi buruk.
o Tinnitus.
Cedera otak. Cedera kepala berat dapat menyebabkan cedera dan kerusakan otak.
Otak yang mengalami cedera atau kerusakan dapat menimbulkan gangguan lain,
seperti:
Cedera kepala berat cenderung terjadi secara tiba-tiba. Namun, ada beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko cedera di bagian kepala. Hal-hal
tersebut meliputi:
Pastikan rumah terbebas dari benda berbahaya yang dapat menyebabkan jatuh,
seperti barang yang berserakan di lantai atau karpet yang licin.
Pastikan rumah aman untuk anak-anak dan pastikan jendela atau balkon tidak
terjangkau oleh anak-anak.
Selalu gunakan helm ketika mengendarai motor dan pasanglah selalu sabuk
pengaman ketika mengendarai mobil.
Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah kondisi di mana jantung mengalami gangguan secara
mendadak, sehingga tidak mampu mencukupi pasokan darah yang dibutuhkan oleh
tubuh. Walaupun jarang terjadi, kondisi ini umumnya merupakan komplikasi dari
serangan jantung dan membutuhkan pengobatan segera.
Gejala syok kardiogenik mirip dengan gejala gagal jantung, namun lebih serius.
Beberapa indikasi umum yang patut kita waspadai meliputi:
Takikardia (berdebar-debar).
Frekuensi buang air kecil berkurang atau sama sekali tidak buang air kecil.
Secara umum, kurangnya aliran darah ke pembuluh darah koroner (pembuluh darah
yang memberi suplai oksigen untuk jantung) akan merusak ventrikel kiri, yaitu ruang
jantung yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Keadaan tersebut biasanya
terjadi pada serangan jantung. Otot jantung akan melemah dan berkembang
menjadi syok kardiogenik.
Meskipun pemicu utama syok kardiogenik adalah serangan jantung, perlu diingat
bahwa syok kardiogenik dapat terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah
secara optimal, seperti pada aritmia, penekanan terhadap rongga jantung akibat
penumpukan cairan di sekitarnya (tamponade jantung), serta penyakit katup jantung.
Rontgen dada. Rontgen dada dilakukan untuk memeriksa struktur fisik serta ukuran
jantung, sekaligus keberadaan cairan dalam paru-paru.
Syok kardiogenik termasuk dalam kondisi gawat darurat. Oleh sebab itu,
penanganannya dilakukan di rumah sakit dan dirawat di ruang rawat intensif (ICU).
Penderita umumnya membutuhkan oksigen tambahan untuk meminimalisasi
kerusakan jantung dan organ-organ lain. Alat bantu napas atau ventilator juga
kadang dibutuhkan. Sementara obat-obatan dan cairan yang diperlukan tubuh akan
dimasukkan melalui infus.
Dalam kasus aritmia yang mengancam nyawa, terapi kejut jantung dengan defibrilasi
atau kardioversi akan diberikan. Dapat juga dilakukan pemasangan alat pacu
jantung untuk denyut jantung yang lemah.
Kondisi syok kardiogenik yang ditangani secara dini dapat menurunkan potensi
kematian. Namun jika tidak ditangani, kesempatan pulih akan sangat kecil.
Tanda-tanda dan gejala dari anafilaktik meliputi detak jantung yang cepat dan lemah, ruam
pada kulit, mual dan muntah.
Pasien dengan syok anafilaksis harus segera dibawa ke bagian gawat darurat dan mendapat
suntikan epinefrin.
Perasaan hangat
Kesulitan bernapas
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki
kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Atur pertemuan dengan dokter apabila mengalami serangan alergi serius atau tanda-tanda dan
gejala syok anafilaksis di masa lalu.
Penyebab
Apa penyebab syok anafilaktik?
Ada banyak agen alergi utama yang dapat memicu syok anafilaktik, seperti:
Makanan, seperti kacang-kacangan, gandum (pada anak-anak), ikan, kerang, susu dan telur
Lateks
Obat-obatan: aspirin, ibuprofen, naproxen, cairan kontras yang digunakan pada beberapa tes
X-Ray
Olahraga: aktivitas aerobik, makan sebelum berolahraga, berolahraga saat panas, dingin atau
lembap
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk syok anafilaktik?
Ada banyak faktor risiko untuk syok anafilaktik, yaitu:
Riwayat keluarga
Dokter mungkin juga akan meminta tes kulit atau tes darah untuk mendiagnosis alergi. Anda
perlu mencatat daftar lengkap tentang apa yang Anda konsumsi untuk membantu dokter
mengidentifikasi penyebab kondisi Anda.
Tes juga dapat dilakukan untuk mengeliminasi kondisi lain dengan gejala yang serupa.
Beberapa kondisi yang memiliki gejala serupa seperti syok anafilaktik adalah:
Kondisi selain alergi yang menyebabkan kulit memerah atau gejala pada kulit lainnya
Antihistamin dan cortisone yang disuntikkan melalui vena: mengurangi peradangan saluran
udara dan meningkatkan pernapasan
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan
yang dapat dilakukan untuk mengatasi syok anafilaktik?
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi
syok anafilaktik:
Membaca label pada kemasan makanan yang Anda beli dan konsumsi.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Hello Health Group tidak memberikan nasihat medis, diagnosis, maupun pengobatan.
Syok septik adalah hasil dari respons sistemik terhadap infeksi atau
berbagai penyebab infeksi. Sepsis mungkin ada, tetapi syok septik dapat
terjadi tanpanya. [4] Infeksi yang memicu terjadinya syok septik jika cukup
parah termasuk tetapi tidak terbatas
pada apendisitis , pneumonia , bakteremia , divertikulitis , pielonefritis , m
eningitis , pankreatitis , necrotizing fasciitis , MRSA , dan iskemia
mesenterika . [5] [6]
Menurut definisi sebelumnya dari sepsis yang diperbarui pada tahun
2001 [7] , sepsis adalah konstelasi gejala sekunder dari infeksi yang
bermanifestasi sebagai gangguan pada detak jantung, laju pernapasan,
suhu, dan jumlah sel darah putih. Jika sepsis memburuk ke titik disfungsi
organ akhir (gagal ginjal, disfungsi hati, perubahan status mental, atau
kerusakan jantung), maka kondisinya disebut sepsis berat. Setelah sepsis
parah memburuk ke titik di mana tekanan darah tidak lagi dapat
dipertahankan dengan cairan intravena saja, maka kriteria telah dipenuhi
untuk syok septik.
Patofisiologi
Cairan
Karena menurunkan tekanan darah pada syok septik berkontribusi pada
perfusi yang buruk, resusitasi cairan adalah pengobatan awal untuk
meningkatkan volume darah. Pasien yang menunjukkan hipoperfusi yang
diinduksi sepsis harus awalnya diresusitasi dengan setidaknya 30 ml / kg
kristaloid intravena dalam tiga jam pertama. [6] Kristaloid seperti larutan
salin normal dan Ringer laktatdirekomendasikan sebagai cairan awal
pilihan, sedangkan penggunaan larutan koloid seperti hidroksietil
pati belum menunjukkan keuntungan atau penurunan mortalitas. Ketika
sejumlah besar cairan diberikan, pemberian albumin telah menunjukkan
beberapa manfaat. [9]
Antibiotik
Pedoman pengobatan menyerukan pemberian antibiotik spektrum
luas dalam satu jam pertama setelah pengakuan syok septik.Terapi
antimikroba yang cepat adalah penting, karena risiko kematian meningkat
sekitar 10% untuk setiap jam keterlambatan dalam menerima
antibiotik. [9] Keterbatasan waktu tidak memungkinkan kultur, identifikasi,
dan pengujian untuk sensitivitas antibiotik dari mikroorganisme spesifik
yang bertanggung jawab atas infeksi. Oleh karena itu, terapi kombinasi
antimikroba, yang mencakup berbagai organisme penyebab potensial,
terkait dengan hasil yang lebih baik. [9]Antibiotik harus dilanjutkan selama
7-10 hari pada kebanyakan pasien, meskipun durasi perawatan mungkin
lebih pendek atau lebih lama tergantung pada respon klinis. [10]
Vasopresor
Di antara pilihan untuk vasopresor , norepinefrin lebih baik
daripada dopaminpada syok septik. [14] Norepinefrin adalah vasopressor
yang disukai, sementara epinefrin dapat ditambahkan ke norepinefrin bila
diperlukan. Vasopresin dosis rendah juga dapat digunakan sebagai
tambahan norepinefrin, tetapi tidak direkomendasikan sebagai
pengobatan lini pertama. Dopamindapat menyebabkan detak
jantung dan aritmia yang cepat , dan hanya direkomendasikan dalam
kombinasi dengan norepinefrin pada mereka yang detak jantungnya
lambat dan risiko aritmia yang rendah. Dalam pengobatan awal tekanan
darah rendah pada syok septik, tujuan pengobatan vasopresor
adalah tekanan arteri rerata (MAP) 65 mm Hg. [9] Pada tahun 2017, FDA
menyetujui injeksi angiotensin II untuk infus intravena untuk
meningkatkan tekanan darah pada orang dewasa dengan septik atau syok
distributif lainnya. [15]
Methylene blue
Metilen biru telah terbukti bermanfaat untuk kondisi
ini. [16] [17] [18] [19] Meskipun sebagian besar penggunaan metilen biru
pada orang dewasa, ia juga terbukti bekerja pada anak-
anak. [20] [21] Mekanisme kerjanya diperkirakan melalui penghambatan
jalur guanosin monofosfat nitrat oksida - siklik . [22] Jalur ini terlalu aktif
pada syok septik. Metilen biru telah ditemukan bekerja dalam kasus yang
resisten terhadap agen yang biasa. [23] Efek ini pertama kali dilaporkan
pada awal 1990-an.[24] [25]
Lainnya
Walaupun ada bukti sementara untuk terapi β-Blocker untuk membantu
mengendalikan detak jantung , bukti tidak cukup signifikan untuk
penggunaan rutinnya. [26] [27] Ada bukti sementara bahwa steroid
mungkin berguna dalam meningkatkan hasil. [28]
Bukti tentatif ada bahwa hemoperfusi kolom serat Polimiksin B-
amobil mungkin bermanfaat dalam pengobatan syok septik.[29] Uji coba
sedang berlangsung dan saat ini sedang digunakan di Jepang dan Eropa
Barat.[30]
Protein C ( drotrecogin alpha ) yang diaktifkan
secara rekombinan dalam ulasan Cochrane2011 ditemukan tidak
mengurangi mortalitas dan meningkatkan perdarahan, sehingga tidak
direkomendasikan untuk digunakan. [31]Drotrecogin alfa (Xigris), ditarik
dari pasar pada Oktober 2011.
Syok hipovolemik adalah kondisi darurat di mana jantung tidak mampu memasok
darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang.
Kurangnya pasokan darah ini umumnya dipicu oleh perdarahan. Perdarahan dapat
terjadi akibat cedera atau luka (perdarahan luar) dan perdarahan dalam, misalnya
akibat perdarahan saluran pencernaan. Selain itu, penurunan pasokan darah
juga dapat terjadi saat tubuh kekurangan banyak cairan, misalnya akibat dehidrasi
atau luka bakar.
Darah mengandung oksigen dan zat penting lainnya yang dibutuhkan oleh organ
dan jaringan tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. Bila perdarahan hebat terjadi,
otomatis pasokan darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang secara
drastis dan organ tidak mendapat pasokan zat-zat yang dibutuhkan tadi secara
cukup. Akibatnya, organ-organ dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik.
Keadaan inilah yang disebut syok hipovolemik yang ditandai dengan penurunan
tekanan darah. Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, kondisi ini dapat
menyebabkan kematian.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, gejala utama syok hipovolemik adalah
penurunan tekanan darah dan suhu tubuh secara drastis. Selain itu ada beberapa
gejala lainnya yang menyertai kondisi ini, di antaranya:
Pucat.
Badan lemas.
Nyeri dada.
Pusing.
Sesak.
Berdebar-debar.
Hilang kesadaran.
Tingkat keparahan gejala syok hipovolemik ditentukan oleh seberapa cepat dan
seberapa banyak volume darah atau cairan berkurang dari tubuh. Untuk kasus syok
hipovolemik pada orang dewasa karena perdarahan atau bisa disebut
syok hemoragik, jumlah darah yang berkurang dapat diklasifikaskan menjadi empat
kelas, yaitu:
Diagnosis bisa didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik pasien, terutama jika ditemui
gejala syok hipovolemik, berupa tekanan darah rendah, suhu tubuh menurun, atau
detak jantung cepat dengan denyut nadi yang lemah. Syok hipovolemik
merupakan kondisi gawat darurat yang harus segera ditangani ketika gejala dan
tanda klinis tersebut ditemukan, terutama pada orang-orang yang mengalami trauma
atau cedera. Penetapan diagnosis dan penanganan tidak perlu menunggu
hasil pemeriksaan penunjang, karena dapat membahayakan nyawa penderita.
Setelah keadaan gawat darurat tertangani namun penyebab dari syok masih belum
dapat ditentukan, beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan, di antaranya
adalah:
Tes pemindaian dengan menggunakan foto Rontgen, USG, atau CT scan pada
organ yang dicurigai mengalami perdarahan.
Pemeriksaan sejumlah zat kimia pada darah untuk menilai fungsi ginjal dan menilai
apakah ada kerusakan pada otot jantung.
Pemasangan kateter Swan-Ganz untuk menilai volume darah pada jantung kanan.
Syok hipovolemik merupakan kondisi gawat darurat., oleh karena itu penanganan
harus segera dilakukan. Bila Anda mencurigai kondisi ini terhadap seseorang,
segera minta pertolongan medis. Sambil menunggu pertolongan medis,
ada beberapa upaya yang bisa Anda lakukan untuk membantu penderita, di
antaranya adalah:
Bila tidak terdapat cedera kepala, leher, punggung, maupun tungkai, posisikan tubuh
pasien di permukaan yang rata, yaitu kepala sejajar dengan tungkai. Bila
memungkinkan, angkat kaki sekitar 30 cm, sehingga posisi kepala lebih rendah
daripada kaki.
Jangan mencabut jika ada benda (pecahan kaca atau pisau) yang menancap di
tubuh pasien.
Tekan titik perdarahan dengan menggunakan kain atau handuk untuk meminimalkan
volume darah yang terbuang. Bila perlu, ikat kain atau handuk tersebut.
Buat suhu tubuh penderita tetap hangat untuk mencegah hipotermia, misalnya
dengan menyelimutinya.
Pada kasus cedera di leher atau kepala, beri penyangga khusus terlebih dahulu
pada bagian leher sebelum memindahkan penderita ke dalam ambulans.
Penanganan Medis
Penanganan medis untuk kasus syok hipovolemik pada seorang pasien bertujuan
untuk memaksimalkan pasokan oksigen, mengembalikan volume cairan dalam
tubuh, serta mengendalikan kehilangan darah bila disebabkan karena
perdarahan. Pemberian oksigen tambahan atau pemasangan alat bantu napas,
dapat diberikan jika ditemukan gangguan pernapasan pada pasien. Pemberian
cairan infus secara cepat ataupun transfusi darah (bila diperlukan) dapat membantu
tubuh untuk mengembalikan volume cairan. Untuk menghentikan perdarahan, dapat
dilakukan tindakan operasi, terutama bila perdarahan terjadi akibat cedera dan
mengenai organ dalam.
Pada kasus tertentu, guna membantu meningkatkan volume darah yang dipompa
oleh jantung serta membantu meningkatkan tekanan darah, dokter
dapat memberikan obat-obatan berupa dopamine, norepinephrine,
epinephrine, atau dobutamin.
Pada kasus syok hipovolemik, syok yang ringan lebih berpeluang untuk pulih.
Sedangkan syok hipovolemik yang berat cenderung menjurus pada kematian,
terutama jika dialami oleh orang-orang lanjut usia.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan syok hipovolemik, antara lain adalah kerusakan
organ (misalnya ginjal atau otak),