Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PENDAHULUAN
1. Pengertian Berbicara
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran,
gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Tarigan (Suhartono, 2005: 20)
mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005: 165) berbicara
adalah “beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran,melisankan sesuatu yang
dimaksudkan”.
Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi langsung secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 2006). Bicara
merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling
penting.
Sejalan dengan ini Hariydi dan Zamzami (Suhartono, 2005: 20) mengatakan berbicara
pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terjadi pesan
dari suatu sumber ke tempat lain. Menurut Suhartono (2005: 21) Berbicara merupakan bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik,
dan linguistik. Dari pengertian yang sudah disebutkan dapat disimpulkan bahwa berbicara
merupakan suatu proses untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide,
pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang
dapat dipahami oleh orang lain.
Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang aktif. Berbicara dikatakan aktif
karena pembicara melakukan aktivitas untuk menyeleksi hal-hal yang akan diungkapkan dan
media yang digunakan. Formulasi antara isi dan media tersebut menghasilkan produk, yaitu
tuturan. Oleh sebab itu, berbicara disebuta keterampilan berbahasa yang aktif dan produktif.

2. Jenis-jenis Berbicara, ciri-ciri, dan contohnya

Menurut jenisnya berbicara terdiri atas berbicara formal dan berbicara informal. Berbicara
informal meliputi bertukar pikiran, percakapan, penyampaian berita, bertelpon, dan memberi
petunjuk, sedangkan berbicara formal antara lain diskusi, ceramah, pidato, wawancara, dan
bercerita (dalam situasi formal).
Namun secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu berbicara di
muka umum dan berbicara pada konferensi. Guntur Tarigan (1981: 22-23) memasukkan
beberapa kegiatan berbicara ke dalam kategori tersebut.
1) Berbicara di Muka Umum atau pidato.
Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut.
- Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan, bersifat
informatif (informative speaking).

Pidato informatif berisikan tentang pidato yang bertujuan menyampaikan


informasi. Adapun jenisnya, pidato informatif dari segi pesan, yaitu gagasan
utama tidak boleh terlalu banyak, jelaskan istilah-istilah yang aneh dan kabur, atur
kecepatan menyajikan informasi, jelaskan perpindahan pokok pembicaraan,
gunakan data konkret, hubungkan yang tidak diketahui dengan yang diketahui,
masukkan bahan-bahan yang menarik perhatian.

Contoh :

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Salam sejahtera bagi kita semua

Para hadirin yang terhormat, marilah kita semua panjatkan kehadiran Allah SWT yang mana
berkat rahmat dan hidayahnyalah kita dapat berkumpul bersma sama dalam keadaan sehat
walafiat, kedua kalinya tak lupa saya ucapakan sholawat teriring salam marilah kita
sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW yang kita nantikan safaatnya di yaumil kiamah
nanti.

Para hadirin sekalian, bidan merupakan salah satiu tenaga medis yang jasa dan dedikasinya
tidak bisa di nilai, karena lewat jasanya membuat kita semua saat ini bisa berkumpul bersama
sama dalam penuh canda gurau dan penuh kebahagian dalam rangka merayakan hari bidan
nasional.

Para hadirin yang saya hormati, sudah di ketahui oleh kita semua, peran bidan untuk
masyarakat adalah memberikan pelayaan yang terbaik dalam rangka memeriksa dan merawat
perempuan perempuan hamil yang tersebar di seluruh nusantara. dan kemudian melakukan
proses membantu dalam persalinan. Namun, ternyata arti penting dari bida tidak hanya cukup
di jelaskan dengan uraian se simpel itu para hadirin sekalian.
Karena ternyata ada pendapat yang lainny muncul atas profesi yang satu ini, ini di nyatakan
langsung oleh Head of reporduktive Healt and Andalan Business Unit, Aditya Anugrah putra
menyatkan bahwa penanan bidan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan perempuan
Indonesia.

Dimana menurut dirinya pula jika di kaji saat ini porfesi bidan memberikan kontribusi
sebesar 50,2 pesen dari layanan kontrasepsi dan kemudian 62 persen dari dari layanan
persalinan. Lebih lanjut bisa di katakan bahwa bidan mengambil porsi yang begitu cukup
besar dalam kaitannya untuk kesehatan pihak perempuan dan juga memberikan peranan
penting dalam mencega h adanya kematian dari ibu. Hal ini bukan isapan jempol belaka para
hadirin sekalian, karean saat ini report dari kesehatan Indonesia/SDKI menunjukan
menunjukan angka kematian ibu menurun.

Dan itu pun dapat terjadi karena saat ini banyak kalangan yang telah sadar mengenai profesi
yang satu ini, dan pemerintah pun telah memberikan perhatian khususnya untuk profesi yang
satu ini, diantaranya saat ini telah tercatat yakni ada 200 ribu lebih bidan yang telah tersebar
di seluruh kawasan yang ada di Indonesia. dan dari 134 diantaranya merupakan angota dari
IBI dan enjadikan organisasi profesi kebidanan ini menjadi yang terbesar di seluruh dunia.

Namun, dibalik itu semua ada ironi yang tersembunyi, yakni Indonesia saat ini masih ada
berbagai daerah yang belum mendapatkan fasilitas bidan yang memadai. Contohnya saja
untuk bidan yang berada di daerah ter timur Indonesia. dimana para bidan harus menghadapi
berbagai tantangan dalam rangka menolong ataupun mengecek kesehatan para pasiennya.
Maka bisa di katakan bahwa disana banyak sekali para ibu yang mendapatkan nasib
yangkruang beruntung yakni harus meninggal dunia.

Maka untuk itulah di harapkan para pejabat pemerintah pusat juga harus memberikan
perhatian penuh bagi bidan bidan yang memang berada di remote area, sehingga dengan
begitu maka mereka akan dapat melayani tiap pasiennya dengan semaksimal mungkin
sehingga hal hal negatif dapat di tekan. Di samping itu penyadaran kepada masyarakat lewat
program program peyuluhan pentingnya melakukan pemeriksaan berkala selama masa
kehamilan harus lebih di tingkatkan lagi, sehingga membuat mereka memang benar benar
tahu bahwa menjaga kesehatan di saat masa kehamilan itu begitu amat pentingnya.
Sekian penjelasan pidato yang saya bisa sampaikan lebih kurangnya saya mohon maf dan
kepada tuhan saya mohon ampun, terima kasih atas partisipasinya.

Wasalamualaikum warohmatuallhi wabarokatuh

- Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau meyakinkan


(persuasive speaking).

Pidato persuasif, yaitu pidato yang bertujuan untuk mempengaruhi pendengar.


Pidato ini biasanya ada pada saat kampanye dan acara-acara serupa, yang pada
intinya ingin mempengaruhi pendengar untuk berbuat atau memikirkan sesuatu.

Contoh :

Assalamualaikum Wr. Wb.

Yang terhormat Ibu dr. Rini Kartika Handayani, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Putri Ayu.

Yang terhormat Ibu dan Bapak petugas kesehatan di Puskesmas Putri Ayu

Yang terhormat Ketua RT/RW, serta tokoh agama dan Kader setempat serta para hadirin
sekalian yang saya muliakan.

Alhamdulillah Wasyukurillah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Taufik, Hidayah, Inayah serta nikmat Iman, Islam dan kesehatan kepada kita
sekalian hingga kita dapat bersilahturahmi dalam acara penyuluhan kepada masyarakat di
Puskesmas Putri Ayu tentang Masalah Gizi Balita dan Asupan Gizi Seimbang.

Hadirin yang berbahagia,

Sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, bangsa Indonesia masih
memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan negara lain yang sudah
lebih maju.

Di bidang kesehatan, bangsa Indonesia masih harus berjuang memerangi berbagai macam
penyakit infeksi dan kurang gizi yang saling berinteraksi satu sama lain, menjadikan tingkat
kesehatan masyarakat Indonesia tidak kunjung meningkat secara signifikan. Tingginya angka
kesakitan dan kematian Ibu dan Anak Balita di Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya
status gizi.

Hadirin yang berbahagia,

Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah
memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya
zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya.

Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mengalami
kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang mempunyai konsekuensi kurang
menguntungkan dalam kehidupan berikutnya.

Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah umumnya akan mengalami kehidupan masa
depan yang kurang baik. Bayi BBLR mempunyai risiko lebih tinggi untuk meninggal dalam
lima tahun pertama kehidupan. Mereka yang dapat bertahan hidup dalam lima tahun pertama
akan mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami hambatan dalam kehidupan jangka
panjangnya.

Bagi bayi non BBLR, pada umumnya mereka mempunyai status gizi saat lahir yang kurang
lebih sama dengan status gizi bayi di Negara lain. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya
umur, disertai dengan adanya asupan zat gizi yang lebih rendah dibandingkan kebutuhari
serta tingginya beban penyakit infeksi pada awal kehidupan maka sebagian besar bayi
Indonesia terus mengalami penurunan status gizi dengan puncak penurunan pada umur
kurang lebih 18-24 bulan. Pada kelompok umur inilah prevalensi balita kurus (wasting) dan
balita pendek (stunting) mencapai tertinggi. Setelah melewati umur 24 bulan, status gizi
balita umumnya mengalami perbaikan meskipun tidak sempurna.

Hadirin yang saya Hormati.

Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi dibandingkan balita yang
tidak kurang gizi. Setiap tahun kurang lebih 11 juta dan balita di seluruh dunia meninggal
oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, malaria, campak dll. Ironisnya,
54% dan kematian tersebut berkaitan dengan adanya kurang gizi (WHO 2002). Kekurangan
gizi pada balita ini meliputi kurang energi dan protein serta kekurangan zat gizi seperti
vitainin A, zat besi, iodium dan zinc. Seperti halnya AKI, angka kematian balita di Indonesia
juga tertinggi di ASEAN (BAPPENAS, 2004). Masa balita menjadi lebih penting lagi oleh
karena merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang
berkualitas. Terlebih lagi 6 bulan terakhir masa kehamilan dan dua tahun pertama pasca
kelahiran merupakan masa emas dimana sel-sel otak sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal.

Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk
pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Anak yang menderita kurang gizi (stunted)
berat mempunyai rata-rata IQ 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang
tidak stunted (UNICEF, 1998).

Masalah kurang gizi lain yang dihadapi anak usia balita adalah kekurangan zat gizi mikro
seperti vitainin A, zat besi, iodium dan sebagainya. Lebih dan 50% anak balita mengalami
defisiensi vitainin A subklinis yang ditandai dengan serum retinol <20 mcg/dL (Hadi et. al.,
2000), dan satu diantara dua (48.1%) dari mereka menderita anemia kurang zat besi (SKRT,
2001). Seperti telah diketahui bahwa anak-anak yang kurang vitamin A meskipun pada
derajat sedang mempunyai risiko tinggi untuk mengalami gangguan pertumbuhan, menderita
beberapa penyakit infeksi seperti campak, dan diare dan lebih penting lagi ialah bahwa
kekurangan vitainin A bertanggung-jawab terhadap 23% kematian anak balita di seluruh
dunia.

Standar acuan status gizi balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Sementara
klasifikasinya adalah normal, underweight (kurus), dan overweight (gemuk). Untuk acuan
yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang baik disebut stunted (pendek).
Pedoman yang digunakan adalah standar berdasar tabel WHO-NCHS (National Center for
Health Statistics).

Hadirin yang saya hormati,

Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang
juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Perhatikan
dulu umur anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva KMS. Bila masih dalam batas
garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi buruk.
Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada balita adalah berat
badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala sering digunakan sebagai ukuran
status gizi untuk menggambarkan perkembangan otak.

Sementara parameter status gizi balita yang umum digunakan di Indonesia adalah berat badan
menurut umur, dan berat badan menurut tinggi/panjang badan. Parameter ini dipakai
menyeluruh di Posyandu.

Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga, praktisi kesehatan,
maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas Posyandu, jangan hanya
sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi
dan kualitas pemberian makanan tambahan, pemerintah harus dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak terganggu.

Para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema makan, dan
lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya. Anak-anak harus terhindar
dari penyakit infeksi seperti diare ataupun ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).

Hadirin yang berbahagia,

Semua nutrisi penting bagi anak dalam usia pertumbuhan. Perhatikan asupan makanan sesuai
dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang, yang terdiri dari:

Makanlah beraneka ragam makanan.

Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.

Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.

Gunakan garam beriodioum.

Makanlah makanan sumber zat besi.

Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan.

Biasakan makan pagi.


Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya.

Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.

Hindari minum minuman beralkohol.

Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

Bacalah label makanan yang dikemas.

Jadi, berikan anak dan balita anda asupan makanan yang bergizi. Pemantauan status gizi
balita dengan mempertahankan berat badan dan timbanglah balita anda secara periodik
minimal satu bulan sekali. Upaya ini merupakan salah satu cara untuk memantau
perkembangan status gizi pada balita.

Demikianlah pidato yang saya sampaikan, sebelum dan sesudahnya mohon maaf apabila
terdapat kekurangan dalam penyampaian saya. Semoga yang saya sampaikan tadi dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Terima Kasih.Akhir kata saya ucapkan Wabillahi Taufik Wal Hidayah, Wassalamualaikum
Warohmatullahi Wabarakatu..

2) Diskusi Kelompok Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini.


- Kelompok resmi (formal)

a. Konferensi / muktamar / kongres: Merupakan pertemuan pada wakil negara /


ormas / orpol untuk membahas kepentingan bersama.
a. Dikusi panel: Yaitu diskusi yang berangkat dari tema besar kemudian dibahas
3-6 orang.
b. Simposium: Bentuknya hampir sama dengan no. 2 tetapi panelisnya lebih
sedikit maksimal 3 orang.
- Kelompok tidak resmi (informal)
a. Kelompok studi,
b. Kelompok pembentuk kebijaksanaan ; berbagai pendapat yang muncul
disinkronkan kemudian diambil satu kebijakan,
c. Komite, kelompok pertemuan pada orang tua / wali murid suatu sekolah untuk
membahas masalah-masalah yang menggangu.

3) Debat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa arti dari debat adalah
pembahasan atau pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi
alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Sedang menurut Hendri
Guntur Tarigan (Retorika 1990:120), bahwa arti dari debat pada hakekatnya adalah
saling adu argumentasi antar pribadi atau antar kelompok manusia, dengan tujuan
mencapai kemenangan satu pihak.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa debat adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh dua belah pihak atau kelompok dengan memaparkan
argumen terhadap suatu permasalahan dengan tujuan mempertahankan pendapat
untuk meraih kemenangan. Jenis-jenis Debat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Debat parlementer /majelis (assembly or parlementary debating)
Bertujuan untuk memberi dan menambah dukungan bagi undang-undang tertentu
dan semua anggota yang ingin menyatakan pandangan dan pendapatnya; Semua
anggota yang ingin menyatakan pandangan dan pendapatnya, berbicara
mendukung atau menentang usul tersebut diperbolehkan setelah mendapat izin
dari majelis. Pembatasan-pembatasan waktu berdebat dapat diatur oleh tindakan
parlementer majelis itu.debat parlementer merupakan ciri badan legislatif.
b. Debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan terdahulu
(cross-examination debating)
Bertujuan untuk mengajukan serangkaian pertanyaan yang satu dan yang lainnya
berhubungan erat, yang menyebabkan para individu yang ditanya menunjang
posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh sang penanya; Setiap
pertanyaan haruslah disampaikan dengan tepat dan jawabanya haruslah singkat,
lebih disukai ya atau tidak. Batas waktu dari setiap pembicara telah ditetapkan
sebelumnya, biasanya 8-15 menit per orang. Debat pemeriksaan ulang adalah
suatu tehnik yang dikembangkan dikantor-kantor pengadilan. Prosedurnya adalah
sebagai berikut:

 Pembicara afirmatif yang pertama menyampaikan pidato resminya. Segera setelah


itu, dia diperiksa dengan teliti oleh pembicara negatif yang pertama.
 Setelah tujuh menit pemeriksaan, sang penanya diberi kesempatan selama empat
menit untuk menyajikan kepada para pendengar pengakuan-pengakuan apa yang
telah diperolehnya dengan pemeriksaan ulang itu. Dia dibatasi pada apa-apa yang
telah diperolehnya secara aktual dengan pengakuan-pengakuan itu, dan tidak
diperkenankan memperkenalkan fakta-fakta atau argumen-argumen baru.
 Selanjutnya, anggota pembicara negatif yang kedua mengemukakan kasus negatif,
dan seterusnya diteliti ulang oleh pembicara afirmatif yang kedua. Teknik ini
memang agak sulit dan menuntut keterampilan berbahasa yang tinggi yang ada
hubungannya dengan pokok permasalahannya.
c. Debat formal, konvensional, atau debat pendidikan (formal, conventional, or
education debating)
Bertujuan untuk memberi kesempatan bagi dua tim pembicara untuk
mengemukakan kepada para pendengar sejumlah argumen yang menunjang atau
yang membantah suatu usul; dan semua anggota yang ingin menyatakan
pandangan dan pendapatnya, berbicara mendukung atau menentang usul tersebut
setelah mendapat izin dari majelis. Pembatasan-pembatasan waktu berdebat dapat
diatur oleh tindakan parlementer majelis itu. Debat formal didasarkan pada
konversi-konversi debat bersama secara politis.

Pembagian di atas sudah jelas bahwa berbicara mempunyai ruang lingkup


pendengar yang berbeda-beda. Berbicara pada masyarakat luas, berarti ruang
lingkupnya juga lebih luas. Sedangkan pada konferensi ruang lingkupnya terbatas.

Anda mungkin juga menyukai