Anda di halaman 1dari 2

Penanggulangan

1) Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan seperti obat anti cacing
Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lainlain) merupakan anti cacing yang efektif untuk
mengatasi sebagian besar infeksi yang disebabkan parasit cacing.

2) Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan


albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapat mengurangi
angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah.

Mebendazol Mebendazol merupakan obat cacing yang paling luas spektrumnya. Obat ini tidak
larut dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga stabil dalam keadaan terbuka (Ganirwarna,
1995). Mebendazol adalah obat cacing yang efektif terhadap cacing Toxocara canis, Toxocara
cati, Toxascaris leonina. Trichuris vulpis, Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum, Taenia
pisiformis, Taenia hydatigena, Echinococcus granulosus dan aeniaformis hydatigena (Tennant,
2002). Senyawa ini merupakan turunan benzimidazol, obat ini berefek pada hambatan
pemasukan glukosa ke dalam cacing secara ireversibel sehingga terjadi pengosongan glikogen
dalam cacing. Mebendazol juga dapat menyebabkan kerusakan struktur subseluler dan
menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing (Ganirwarna, 1995). Nama kimia mebendazole
yaitu methyl [(5-benzoyl-3Hbenzoimidazol-2-yl)amino]formate. Rumus kimia : C16H13N3O3
Farmakokinetika : Mebendazol tidak larut dalam air dan rasanya enak. Pada pemberian oral
absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik yang rendah yang disebabkan oleh
absorbsinya yang rendah dan mengalami first pass hepatic metabolisme yang cepat.
Diekskresikan lewat urin dalam bentuk yang utuh dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi
dalam waktu 48 jam. Absorbsi mebendazol akan lebih cepat jika diberikan bersama lemak
(Ganirwarna, 1995). Efek Nonterapi dan Kontraindikasi : Mebendazol tidak menyebabkan efek
toksik sistemik mungkin karena absorbsinya yang buruk sehingga aman diberikan pada penderita
dengan anemia maupun malnutrisi. Efek samping yang kadangkadang timbul berupa diare dan
sakit perut ringan yang bersifat sementara. Dari studi toksikologi obat ini memiliki batas
keamanan yang lebar. Tetapi pemberian dosis tunggal sebesar 10 mg/kg BB pada tikus hamil
memperlihatkan efek embriotoksik dan teratogenik (Ganirwarna, 1995).

b. Pirantel Pamoat Pirantel pamoat adalah obat cacing yang banyak digunakan saat ini. Mungkin
karena cara penggunaannya yang praktis, yaitu dosis tunggal, sehingga disukai banyak orang.
Selain itu khasiatnya pun cukup baik. Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di
usus. Beberapa diantaranya adalah cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi (Enterobius vermicularis)
(MIMS,1998). Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing yang
lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari tubuh, cacing akan segera
mati. Pirantel pamoat dapat diminum dengan keadaan perut kosong, atau diminum bersama
makanan, susu atau jus. (Drugs.Com, 2007). 14 |F a r m a k o l o g i I Pemakaiannya berupa
dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.Dosis biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu
10 mg / kgBB. Walaupun demikian, dosis tidak boleh melebihi 1 gr. Sediaan biasanya berupa
sirup (250 mg/ml) atau tablet (125 mg /tablet). Bagi orang yang mempunyai berat badan 50 kg
misalnya, membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi jangan heran jika orang tersebut diresepkan 4
tablet pirantel (125 mg) sekali minum. Nama dagang pirantel pamoat yang beredar di Indonesia
bermacam-macam, ada Combantrin, Pantrin, Omegpantrin, dan lain-lain (MIMS,1998) . c.
Tiabendazol Tiabendazol adalah suatu benzimidazol sintetik yang berbeda, efektif terhadap
strongilodiasis yang disebabkan Strongyloides stercoralis (cacing benang), larva migrans pada
kulit atau erupsi menjalar dan tahap awal trikinosis disebabkan Trichinella spinalis. Obat juga
menganggu agregasi mikrotubular. Meskipun hampir tidak larut dalam air, obat mudah
diabsorbsi pada pemberian per oral. Obat dihidroksilasi dalam hati dan dikeluarkan dalam urine.
Efek samping yang dijumpai ialah pusing, tidak mau makan, mual dan muntah. Terdapat
beberapa laporan tentang gejala SSP. Diantara kasus eritema multiforme dan sindrom Stevens
Johnson yang dilaporkan akibat tiabendazol, terdapat beberapa kematian. (Mycek, 2001) d.
Invermektin Invermektin adalah obat pilihan untuk pengobatan onkoserkiasis (buta sungai)
disebabkan Onchocerca volvulus dan terbukti pula efektif untuk scabies. Ivermektin bekerja pada
reseptor GABA (asam ɣ-amionobutirat) parasite. Aliran klorida dipacu keluar dan terjadi
hiperpolarisasi, menyebabkan paralisis cacing. Obat diberikan oral. Tidak menembus sawar
darah otak dan tidak memberikan 15 |F a r m a k o l o g i I efek farmakologik. Namun, tidak
boleh diberikan pada pasien meningitis karena sawar darah otak lebih permiabel dan terjadi
pengaruh SSP. Ivermektin juga tidak boleh untuk ibu hamil. Tidak boleh untuk pasien yang
menggunakan benzodiasepin atau barbiturate – obat bekerja pada reseptor GABA. Pembunuhan
mikrofilia dapat menyebabkan reaksi seperti ’’Mozatti’’ (demam, sakit kepala, pusing,
somnolen, hipotensi dan sebagainya) (Mycek, 2001)

Anda mungkin juga menyukai