Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Salah satu gunung api aktif di Indonesia yaitu gunung Krakatau yang meletus pada 27 Agustus
1883 menjadi salah satu bencana alam global. Letusan yang begitu dasyat setara dengan 10.000
bom hidrogen. Ledakannya terdengar hingga pesisir Afrika dan abunya mempengaruhi iklim dunia
selama beberapa saat. Abu gunung Krakatau naik tinggi hingga menutupi matahari untuk beberapa
hari. Hal ini berpengaruh terhadap iklim dunia yang sangat dipengaruhi matahari. Abu gunung in
juga sampai ke beberapa benua seperti benua Eropa dan Afrika. Pertanyaannya adalah bagaimana
bisa abu gunung bisa sampai sejauh itu?

ISI
Penelitian menunjukan jika letusan gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883. Pada saat itu
Indonesia sedang mengalami Siklon Badai. Siklon Badai merupakan badai yang terjadi di
seputaran September sampai Februari, dan badai ini sangat kuat di pusatnya. Badai ini berupa
angin dan awan yang berputar seperti tornado dengan radius 150 sampai 200 Km. Angin ini akan
mengangkat lalu melepaskan, dia akan mengangkat dari bawa, memutarnya ke pusat dan terus naik
ke atas hingga dia menyebarkannya di atmosfer. Siklon badai ini biasa terjadi selama 6 jam dengan
kecepatan 63 Km/Jam. Daerah pertumbuhan siklon tropis mencakup Atlantik Barat, Pasifik Timur,
Pasifik Utara bagian barat, Samudera Hindia bagian utara dan selatan, Australia dan Pasifik
Selatan

Ketika gunung Krakatau Meletus di selat Sunda, abunya dibawa oleh angin sekitar ke pusat badai
Siklon, dan dorongan dari angin ini akan menyebarkan abunya ke segala penjuru. Abu yang
tersebar akan mengikuti arah angin yang sangat cepat dan kuat. Abu tebal ini tidak lama kemudian
menutupi atmosfer dalam radius yang sangat luas. Abu di atmosfer ini akhirnya menghalangi sinar
matahari yang masuk ke bumi. Saking tebalnya, abu ini bukan hanya menutupi Indonesia tapi
beberapa negara di Asia juga tertutup abu. Dampak letusan ini juga bisa dirasakan seluruh dunia.

Akibat abu yang menutupi atmosfer, warna langit di beberapa belahan dunia berubah drastis. Di
Eropa langit terlihat lebih gelap dengan senja yang sangat indah. Senja di langit Eropa terdiri dari
berbagai warna, ungu, oranye, terkadang hijau. Abu berwarna merah yang disebarkan angin
mengubah cahaya matahari yang masuk. Abu yang tebal membuat angin tidak bisa membawa
semuanya sekaligus. Angin malah “mengoyakan” abu dan membuatnya lebih tersebar lagi. Abu
dari Asia mengikuti angin melewati China, India, Rusia, lalu terus terbawa dan semakin tersebar
hingga Eropa dan pada akhirnya Afrika. Abu ini mengikuti siklus pergerakan angin Australia –
Asia – China. Abunya juga tersebar sampai ke benua Amerika melintasi Samudra Pasifik. Cuaca
global kacau balau. Curah hujan di Los Angeles dan California meningkat, suhu rata-rata musim
panas bumi di belahan utara turun 1,2o Celcius. Hal ini terjadi selama bertahun-tahun karena
letusan Gunung Krakatau menembakan gas sulfur dioksida yang luar biasa tinggi ke lapisan
stratosfer. Kemudian senyawa ini disebarkan oleh angin ke seluruh planet dan meningkatkan asam
sulfat. Suhu bumi baru mulai kembali normal pada tahun 1888.
Dampak pasca letusan sangatlah mengerikan, hujan abu panas membunuh ribuan orang. Tsunami
hebat yang memakan ribuan korban jiwa bisa dirasakan guncangannya hingga pesisir Afrika.

Beberapa tahun setelah letusan abu mulai mulau turun dan memudar. Sejarah mencatat
tahun-tahun setelah letusan, beberapa belahan bumi menjadi subur akibat abu yang turun ke bumi.
Suhu bumi mulai kembali normal dan warna langit mulai kembali. Bumi mulai pulih kembali.
Ledakan Krakatau ternyata menyebabkan gunung tersebut hancur total, hampir 1/3 bagian gunung
hancur dan runtuh. Lalu beberapa tahun kemudian, sebuah gunung baru mulai muncul dan terus
bertumbuh. Gunung baru ini dikenal dengan nama Anak Krakatau. Gunung baru ini ditakutkan
akan menjadi seperti ibunya karena sangatlah aktif. Pemerintah mulai waspada akan kemungkinan
yang akan terjadi. Namun ternyata masyarakat kurang mendukung pemerintah. Pada 2017, Anak
Krakatau meletus dan menelan korban jiwa akibat gelombang tsunami yang ditimbulkan. Ledakan
Anak Krakatau ini tidak berpengaruh secara global karena abu yang dikeluarkan tidak sebanyak
ledakan pada 1883. Gunung ini sekarang sedang diawasi langsung oleh NASA akibat aktivitasnya
yang digolongkan beresiko. Mereka mengawasi dengan ketat Anak Krakatau ini agar tidak terjadi
kejadian yang sama. Pengawasan dilakukan agar ada persiapan jika sewaktu-waktu gunung ini
meletus dengan kekuatan seperti ibunya.

PENUTUP

Belajar dari gunung Krakatau, kita bisa melihat betapa berpengaruhnya angin. Manusia tidak bisa
mengontrol angin. Mereka liar, mereka bisa membantu tapi bisa juga menyebarkan bencana. Angin
bisa membawa bencana besar seperti pada tahun 1883. Kecepatan mereka juga tidak bisa
diragukan. Dalam beberapa bulan saja seluruh bagian bumi bisa merasakan dampak Krakatau.
Janganlah kita meremehkan kekuatan angin. Setiap hal yang Tuhan ciptakan itu baik. Angin
merupakan salah satu ciptaan Tuhan yang ia ciptakan untuk membantu manusia mengelolah bumi.
Jangan kita meremehkan angin, jika Tuhan mau, Tuhan bisa mengacau balaukan bumi dengan
angin. Sebagai orang percaya biarlah kita memanfaatkan setiap ciptaan Tuhan untuk mengelolah
bumi dan memuliakan namaNya.

Anda mungkin juga menyukai