Anda di halaman 1dari 26

BAB II

LANDASAN TEORI
A. PENGELASAN
1. Pengertian Pengelasan
Las menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), " las adalah
penyambungan besi dengan cara membakar. Dalam referensi-referensi teknis,
terdapat beberapa definisi dari Las, yakni sebagai berikut :
Berdasarkan defenisi dari Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono
dkk (1991:1), mendefinisikan bahwa " las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair ".
Menurut maman suratman (2001:1) mengatakan tentang pengertian mengelas
yaitu salah satu cara menyambung dua bagian logam secara permanen dengan
menggunakan tenaga panas. Sedangkan Sriwidartho, las adalah suatu cara untuk
menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerja las
adalah menyambung dua bagian logam atau lebih dengan menggunkan energi
panas.
2. Proses Pengelasan
Proses pengelasan berkaitan dengan lempengan baja yang dibuat dari kristal
besi dan karbon sesuai struktur mikronya, dengan bentuk dan arah tertentu. Lalu
sebagian dari lempengan logam tersebut dipanaskan hingga meleleh. Jika tepi
lempengan logam itu disatukan, maka terbentuklah sambungan. Umumnya, pada
proses pengelasan juga ditambahkan dengan bahan penyambung seperti kawat
atau batang las. Jika campuran tersebut sudah dingin, molekul kawat las yang
semula merupakan bagian lain kini menyatu pada lempengan besi tersebut.
Proses pengelasan tidak sama dengan menyolder di mana untuk menyolder
bahan dasar tidak meleleh. Sambungan terjadi dengan melelehkan logam lunak
misalnya timah, yang meresap ke pori-pori di permukaan bahan yang akan
disambung. Setelah timah solder dingin maka terjadilah sambungan. Perbedaan
antara solder keras dan lunak adalah pada suhu kerjanya di mana batas kedua
0
proses tersebut ialah pada suhu 450 Celcius. Pada pengelasan, suhu yang
digunakan jauh lebih tinggi, antara 1500 0 hingga 1600 0 Celcius
3. Jenis-Jenis Las
a. Las Busur Manual

16
17

Proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) yang juga disebut
Las Busur Listrik adalah proses pengelasan yang menggunakan panas untuk
mencairkan material dasar atau logam induk dan elektroda (bahan pengisi). Panas
tersebut dihasilkan oleh lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan anoda
(ujung elektroda dan permukaan plat yang akan dilas ). Panas yang dihasilkan dari
lompatan ion listrik ini besarnya dapat mencapai 4000o C hingga 45000 C.

Gambar 2. proses pengelasan SMAW


Peralatan utama pengelasan SMAW antara lain adalah mesin las, kabel las,
tang las ( holder ), klem masa, elektroda. Peralatan bantunya, keselamatan dan
kesehatan kerja antara lain meliputi, kedok (helm) las, palu terak (chipping
hammer), sikat baja dan tang penjepit (smit tang ). Sedangkan untuk kegiatan
pelatihan atau produksi yang rutin / tetap dapat dilengkapi dengan meja las dan
tabir penghalang dan system pengisap asap/ debu, dll.
18

Gambar 3. Ruang kerja pengelasan SMAW


1. Mesin las listrik arus bolak-balik (AC)

Gambar 4. Mesin las AC


Mesin las tipe arus AC merupakan mesin las yang memanfaatkan arus
bolak-balik. Pada mesin las AC ini untuk menghasilkan nyala busur listrik ini
menggunakan transformator atau trafo. Tipe trafo yang digunakan pada mesin las
ini menggunakan trafo step down dikarenakan arus listrik dari mesin las AC ini
langsung menggunakan sumber dari PLN. Karena tegangan dari PLN itu tinggi
maka tegangan perlu diturunkan, dikarenakan mesin las hanya membutuhkan
tegangan berkisar antara 55 volt sampai 85 volt.
Trafo yag digunakan pada mesin las listrik memiliki daya yang cukup besar.
Untuk mencairkan logam induk dan elektroda memerlukan energi yang besar.
19

Tegangan pada terminal sekundernya di trafo mesin las AC kecil sehingga untuk
menghasilkan daya yang cukup besar memerlukan arus yang besar pula. Arus ini
dapat distel berapa besarnya dengan cara memutar saklar pengatur arus pada
mesin las AC.
Untuk kelebihan dari mesin las arus AC antara lain:
a. Perlengkapan dan perawatan mesin las AC lebih murah.
b. Kabel elektroda dan kabel massa dapat ditukar dan tidak akan berpengaruh
apa-apa dikarenakan arusnya yang bersifat bolak-balik.
c. Nyala busur listriknya kecil sehingga dapat mengurangi terjadinya keropos
pada rigi-rigi hasil las.
Untuk kekurangan dari mesin las arus AC antara lain:
a. Nyala busur listrik yang dihasilkan kurang stabil (berfluktuasi).
b. Mesin las ini tidak dapat menggunakan berbagai jenis elektroda.
c. Bahan yang dilas hanya logam tertentu karena mesin las listrik AC tidak
bisa untuk mengelas semua jenis-jenis logam.
2. Mesin las listrik arus searah (DC)

Gambar 5. Mesin las DC


Pada mesin las listrik tipe DC ini arus yang digunakan adalah arus searah.
Arus ini dihasilkan dari dinamo motor listrik searah. Dinamo ini dapat digerakkan
oleh motor listrik, motor diesel, motor bensin atau motor tenaga lainnya. Mesin
ini memerlukan suatu alat yang dapat merubah arus menjadi arus searah untuk
menggerakkan motornya. Arus bolak-balik ini dirubah menjadi arus searah
dengan adanya rectifier (dioda).
Keuntungan dari mesin las arus DC antara lain:
20

a. Nyala dari busur listrik yang dihasilkan oleh mesin las arus DC ini lebih
stabil.
b. Mesin las arus DC dapat menggunakan segala jenis elektroda.
c. Untuk mesin las arus DC ini suara yang ditimbulkan lebih rendah sengga
tingkat kebisingan lebih rendah.
d. Mesin las ini dapat digunakan untuk mengelas logam yang tipis.
Kekurangan dari mesin las arus DC antara lain:
a. Mesin las DC memiliki polaritaas yang berbeda-beda sehingga kutub las
atau kabel massa dan kabel elektroda tidak dapat dibalik-balik.
b. Untuk harga dari mesin las arus DC, harganya relatif lebih mahal.
Untuk polaritas dari mesin las arus DC ini memiliki 2 polaritas yaitu:
a. Hubungan arus dengan polaritas terbalik (DCRP)
Direct Current Reverset Polarity atau disingkat DCRP merupakan mesin las
listrik yang pemasangan kabel lasnya untuk kabel massa dipasang pada
kabel negatif (katoda) sedangkan kabel elektrodanya dipasang pada kabel
positif (anoda)
b. Hubungan arus dengan polaritas lurus (DCSP)
Direct Current Straight Polarity atau disingkat DCSP merupakan mesin las
listrik yang pemasangan kabel lasnya untuk kabel massa dipasang pada
kabel positif (anoda) sedangkan kabel elektrodanya dipasang pada kabel
negatif (katoda)
3. Mesin las listrik arus ganda AC – DC

Gambar 6. Mesin las AC - DC


Pada mesin las arus ganda AC-DC ini dapat melayani pengelasan denga arus
searah atau DC atau pengelasan dengan arus bolak-balik atau arus AC. Mesin las
ini memiliki trafo satu fasa dan sebuah alat perata didalam satu unit menit. Arus
AC diambil dari lilitan sekunder pada trafo sedangkan arus DC diambil dari unit
21

perata atus. Untuk mengatur arus yang digunakan baik AC maupun DC, dapat
diatur dengan jalan memutar alat pengatur dari mesin las ganda tersebut.
b. Las Gas (OAW)
Pengelasan OAW merupakan pengelasan yang dilakukan dengan
membakar gas asetilen dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala api dengan
suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Selain untuk
keperluan pengelasan, las OAW juga dapat digunakan
untuk preheating, brazing, cutting, dan hard facing. Serta dapat digunakan untuk
produksi (production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi
(repair and maintenance).

Gambar 7. Bekerja menggunakan las OAW


Dalam aplikasi, las OAW hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan
baja karbon, terutama lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding
tipis. Meskipun demikian, hampir semua jenis logam ferrous dapat dilas dengan
las OAW, baik dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal). Pada proses
pembakaran gas asetilen tersebut diperlukan adanya oksigen. Oksigen ini
didapatkan dari udara dimana udara sendiri mengandung oksigen (21%), nitrogen
(78%), argon (0,9%), neon, hidrogen, karbondioksida, dan unsur lain yang
membentuk gas.
22

Gambar 8. Pipa-pipa berdinding tipis


Bekerja dengan menggunakan las OAW harus sesuai dengan prosedur, agar
didapatkan hasil lasan yang baik dan orang yang bekerja dapat selamat serta sehat.
Berikut adalah prosedur mengelas bila menggunakan las OAW.
1. Periksa sambungan-sambungan selang dan regulator.
Hal ini dilakukan agar pada saat mengelas, tidak ada gas (baik oksigen
maupun asetilen) yang terbuang percuma karena adanya kebocoran pada instalasi
gas. Dengan adanya kebocoran pada instalasi gas, selain gas akan terbuang
percuma, juga dapat membahayakan tukang las dan lingkungan sekitarnya.
Kebocoran pada instalasi gas dapat menimbulkan ledakan.

Gambar 9. Sambungan-sambungan pada selang dan regulator


2. Pilih nomor pembakar yang sesuai dengan ketebalan benda kerja.
Ketebalan benda kerja akan mempengaruhi pembakar yang akan digunakan.
Semakin tebal benda kerja, maka akan semakin besar pula nomor pembakar yang
harus digunakan. Semakin besar nomor pembakar yang digunakan, maka semakin
besar pula lubang pada ujung pembakar. Contoh, untuk mengelas pelat dengan
ketebalan 0,5 mm hingga 1 mm, maka harus menggunakan pembakar dengan
nomor 1 (satu). Sedangkan untuk mengelas pelat dengan ketebalan 1 mm hingga 2
mm, harus menggunakan pembakar dengan nomor 2 (dua). Hal ini harus dipatuhi
23

agar pada saat mengelas, tukang las dapat melakukannya dengan aman, nyaman,
dan baik. Sehingga hasil lasan yang didapat akan baik pula.

Gambar 10. Macam-macam ujung pembakar


3. Atur tekanan kerja gas sesuai dengan rekomendasi.
Pada saat mengatur tekanan kerja gas, katup gas yang terdapat di pemegang
pembakar harus dalam keadaan terbuka. Bila mengatur tekanan kerja gas oksigen,
maka katup gas oksigen harus dibuka. Begitu juga bila mengatur tekanan kerja gas
asetilen, maka katup gas asetilen harus dibuka. Tujuannya adalah agar pada saat
digunakan untuk mengelas, tekanan kerja gas (baik oksigen maupun asetilen)
sesuai dengan yang direkomendasikan. Tekanan kerja gas oksigen
direkomendasikan sebesar 2,5 bar, sedangkan tekanan kerja gas asetilen
direkomendasikan sebesar 0,5 bar.

Gambar 11. Mengatur tekanan kerja gas

4. Atur nyala api hingga mendapatkan nyala api netral.


Nyala api pada las OAW ada 3 (tiga):
a. Nyala api oksidasi.
24

Pada nyala oksidasi ini jumlah gas oksigen yang keluar lebih besar daripada
gas asetilen. Nyala inti jadi lebih pendek dan berbentuk meruncing ke ujungnya.
Ada suara mendesis yang lebih keras dibandingkan dengan desisan suara nyala
netral. Nyala ini sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan
kuningan, serta terkadang digunakan untuk brazing. Nyala apinya pendek dan
berwarna ungu, nyala kerucut luarnya juga pendek.

Gambar 12. Nyala api oksidasi


b. Nyala api karburasi.
Nyala api karburasi merupakan nyala campuran gas antara asetilen dan
oksigen dengan jumlah gas asetilen masih sangat dominan atau lebih banyak.
Kegunaan nyala api karburasi biasanya untuk memanaskan serta untuk mengelas
permukaan yang keras dan logam putih.

Gambar 13. Nyala api karburasi


c. Nyala api netral.
Nyala api netral merupakan nyala campuran gas antara gas asetilen dan gas
oksigen dengan jumlah yang relatif seimbang. Nyala api kerucut dalam berwarna
putih menyala. Nyala api kerucut antara tidak ada (tidak berwarna). Nyala api
kerucut luar berwarna kuning. Kegunaan nyala api netral adalah untuk pengelasan
biasa dan untuk mengelas baja atau besi tuang.
25

Gambar 14. Nyala api netral


5. Arah jalannya pengelasan disesuaikan dengan ketebalan benda kerja.
Dalam pengelasan dengan las OAW dikenal ada 2 (dua) cara jalannya
pengelasan, yaitu pengelasan ke kiri dan pengelasan ke kanan.
a. Pengelasan metode ke kiri atau maju.
Disebut pengelasan ke kiri apabila kawat las dijalankan mendahului
pembakar las. Pengelasan ke kiri diterapkan pada benda kerja dengan ketebalan
sampai dengan 3 mm, celah pengelasan sebesar 0 – 2 mm. Posisi kawat las dan
pembakar tergantung pada posisi pengelasan.

Gambar 15. Pengelasan metode ke kiri atau maju


Pengelasan metode ke kanan atau mundur.
Disebut pengelasan ke kanan apabila kawat las dijalankan mengikuti
pembakar las. Pengelasan ke kanan diterapkan pada benda kerja dengan ketebalan
26

di atas 3 mm, celah pengelasan sebesar 2 – 4 mm. Posisi kawat las dan pembakar
las tergantung pada posisi pengelasan.

Gambar 16. Pengelasan metode ke kanan atau mundur


6. Sudut kemiringan pembakar dan bahan tambah.
Sudut kemiringan pembakar dan bahan tambah tergantung dari jalannya
pengelasan. Jika melakukan pengelasan ke kiri atau maju, maka sudut kemiringan
pembakar sebesar 45o dan sudut kemiringan bahan tambah sebesar 30o. Sedangkan
jika melakukan pengelasan ke kanan atau mundur, maka sudut kemiringan
pembakar sebesar 35o – 45o dan sudut kemiringan bahan tambah sebesar 40o – 50o
4. Elektroda (Bahan Pengisi)

Gambar 17. Elektroda SMAW


Elektroda atau kawat las ialah suatu benda yang dipergunakan untuk
melakukan pengelasan listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang akan
menimbulkan busur nyala.
a. Jenis-Jenis Elektroda
27

1. Elektroda berselaput
Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai
perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti
dapat dengah cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat
inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis-
jenis selaput fluksi pada elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03),
titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi,
besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda,
untuk tiap jenis elektroda. Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai
50% dari diameter elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan,
selaput elektroda ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang
melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar.
Udara luar yang mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik
dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku
melapisi permukaan las yang masih panas.
Elektoda ( Kawat las) memiliki kode spesifikasi yang dapat kita lihat pada
kardus pembungkusnya.
a. Spesifikasi kawat las terbungkus untuk untuk Mild Steel diatur dalam AWS
A5.1
Berdasarkan peraturan American Welding Society (AWS), Spesifikasi kawat
las terbungkus untuk untuk Mild Steel diatur dalam AWS A5.1
Dua digit pertama menunjukan kekuatan tariknya dalam kilo- pound-square
–inch ( Ksi )
1. E6010 = kekuatan tariknya 60 ksi, (60000 psi),
2. E7018 = kekuatan tariknya 70 ksi, (70000 psi),
Digit ketiga adalah Posisi pengelasan
1. Exx1x – untuk semua posisi (flat, horisontal, vertikal,
overhead)
2. Exx2x – untuk posisi flat dan horizontal
3. Exx3x – hanya untuk posisi flat
Untuk elektroda dengan lima digit angka maka tiga angka pertama
merupakan kekuatan tarik
E11010 = kekuatan tariknya 110 ksi, (110000 psi)
28

Contoh : Elektroda E6010


E = Elektroda
60 = Kekuatan Tarik ( 60 psi)
1 = Posisi Pengelasan
0 = tipe coating dan arus
a. Spesifikasi kawat k las terbungkus untuk Low k Steel diatur pada AWS A5.5
Empat digit pertama sama pembacaanya dengan kode untuk mild steel
Diikuti dengan garis (dash) dan huruf serta angka sebagai sebagai unsur paduan
A ditambahkan unsur carbon molybdenum
B ditambahkan unsur chromium molybdenum
C ditambahkan unsur nickel steel
D ditambahkan unsur manganese molybdenum molybdenum
G merupakan kode tambahan untuk penggunaan secara general bagi
material yang belum teridentifikasi
R akhir kode mengindikasikan ketahanan terhadap serapan uap uap
(moisture pickup) (80% humidity, , 80 °F, 9 jam)
Contoh:
E7018-H8R
E7018-H8R artinya kekuatannya 70ksi, mengandung “iron powder iron
oxide iron powder iron oxide”, mengandung sedikit hidrogen (low hydrogen),
ketahanan terhadap uap air dan untuk dipakai pada pada pengelasan pengelasan
mild steel.
E8018-B2H4R
E8018-B2H4R artinya kekuatannya 80ksi , mengandung iron powder iron
oxide, dipadu dengan chrome moly serta low hydrogen, ketahanan terhadap uap
air serta digunakan untuk mengelas paduan baja chrome moly
b. Spesifikasi kawat las terbungkus untuk Stainless Steel diatur dalam AWS
A5.4
Tiga (3) digit pertama adalah nomor tipe AISI dari stainless steel Kemudian
diikuti dengan garis dan 2 angka
Angka 15 = lapisannya mengandung CaO,TiO2& arusnya DCRP.
Angka 16 = lapisannya mengandung TiO & K2O & arusnya DCRP atau AC.
Angka 17 = lapisannya mengandung CaO, TiO2 K2O SiO O SiO2&
arusnya DCRP atau AC.. Bead lasnya halus dan pelepasan slagnya sangat
mudah.
29

Contoh:
E 308L-16
2. Elektroda Baja Lunak
E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai
untuk pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala
posisi dan terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya
mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan
dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu
pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk
mambantu menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC.
E 6012 dan E 6013
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan
penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi,
tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke
bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih
tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan
pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil
kebanyakan dipakai untuk pangelasan pelat tipis.
E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya
mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida
besi dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan
pada pengelasan dengan posisi lain daripada bawah tangan atau datar pada las
sudut.
3. Elektroda dengan Selaput Serbuk Besi
Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028
mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya
selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi.
Dengan adanya serbuk besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan
ampere yang lebih tinggi.
30

4. Elektroda Hydrogen Rendah


Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari
0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai
untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk
pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan Jenis-jenis elektroda
hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.
b. Pemakaian Elektroda Bedasarkan Kondisi Pengelasan
Berikut ini diberikan daftar kondisi pengelasan untuk elektroda baja lunak
dan baja paduan rendah.
1. Elektroda Untuk Besi Tuang
Elektroda yang dipakai untuk mengelas besi tuang adalah sebagei berikut :
a. Elektroda nikel
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih
dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala posisi
pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata
dan halus bila dipakai pada pesawat las DC kutub terbalik. Karakteristik elektroda
nikel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
b. Elektroda baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan
menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan
mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi.
Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las AC
atau DC kutub terbalik.
c. Elektroda perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga
panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor
dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil.
d. Elektroda dengan Hydrogen rendah
Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang mengandung
karbon kurang dari 1,5%. Tetapi dapat juga dipakai pada pengelasan besi tuang
dengan hasil yang baik. Hasil lasnya tidak dapat dikerjakan dengan mesin.
31

2. Elektroda Untuk Aluminium


Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang
sama. Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan
pada tabel keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-
ASTM AI-43 untuk las busur listrik adalah dengan pasawat las DC kutub terbalik.
3. Elektroda untuk palapis Keras
Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu agar alat atau bahan
tahan terhadap kikisan, pukulan dan tahan aus. Untuk tujuan itu maka Elektroda
untuk pelapis keras dapat diklasifikasikan dalam tiga macam Yaitu :
a. elektroda tahan kikisan
b. elektroda tahan pukulan
c. elektroda tahan aus.
4. Elektroda tahan kikisan
Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan
serbuk-serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm - 6,5 mm dipakai
peda pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Elektroda ini dapat dipakai untuk
pelapis keras permukaan pada sisi potong yang tipis, peluas lubang dan beberapa
type pisau.
5. Elektroda tahan pukulan.
Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik.
Dipakai untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu.

6. Elektroda tahan keausan.


Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung
Cobalt, Wolfram dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan
katup buang dan dudukan katup dimana temperatur dan keausan sangat tinggi.
5. Tipe Sambungan Plat
32

Gambar 18. Tipe penyambungan plat


Jenis sambungan las mempunyai beberapa macam yang menjadi jenis
sambungan utama yaitu:
a. Butt Joint
b. Corner Joint
c. Fillet (T) Joint
d. Edge Joint
a. Butt Joint
Sambungan butt joint adalah jenis sambungan tumpul, dalam aplikasinya
jenis sambungan ini terdapat berbagai macam jenis kampuh atau groove yaitu V
groove, single bevel, J groove, U groove, square groove.

Gambar 19. Jenis – jenis kampuh pada butt joint


b. T (Fillet) Joint
33

T joint adalah jenis sambungan yang berbentuk seperti huruf T. Tipe


sambungan ini banyak diaplikasikan untuk konstruksi atap, konveyor, dan jenis
konstruksi lainnya. Untuk tipe groove juga kadang digunakan untuk sambungan
fillet bertipe double bevel, namun hal tersebut jarang, kecuali pelat atau
materialnya sangat tebal.

Gambar 20. Jenis – jenis kampuh pada T joint


c. Corner Joint
Corner Joint mempunyai desain sambungan yang hampir sama dengan T
joint, namun yang membedakan adalah letak dari materialnya. Pada sambungan
ini materialnya yang disambung adalah bagian ujung dengan ujung. Ada dua jenis
corner joint, yaitu close dan open.

Gambar 21. Jenis – jenis kampuh corner joint


d. Edge Joint
34

Tipe sambungan las yang sering digunakan untuk pengelasan spot atau
seam. Karena materialnya ini ditumpuk atau disusun sehingga sering digunakan
untuk aplikasi pada bagian body kereta dan cenderung untuk plat tipis. Jika
menggunakan proses las SMAW, GMAW, FCAW pengelasannya sama dengan
sambungan fillet.

Gambar 22. Jenis – jenis kampuh edge joint

6. Peralatan Pengelasan
a. Palu Terak

Gambar 23. Palu terak


Palu Terak adalah tool pelengkap yang berfungsi sebagai pelepas terak las
yang masih melekat pada benda kerja setelah benda kerja di las, penggunaannya
hanya mengetuk pelan terak las sampai terak terlepas.
35

b. Sikat Baja

Gambar 24. Sikat baja


Sikat baja berfungsi sebagai alat pembersih benda kerja, membersihkan
bekas bunga api, membersihkan abu las pada benda kerja.

c. Kikir

25. Bentuk kikir


Kikir adalah tool yang digunakan untuk merapikan sudut yang tajam, dapat
juga digunakan sebagai alat pengikis logam.
d. Mistar Baja dan Mistar Siku
36

Gambar 26. Mistar baja


Mistar baja adalah alat ukur dan mistar siku dipergunakan untuk patokan
pembuatan sudut siku 900

d. Busur Baja

Gambar 27. Busur baja


Busur ini mempunyai mistar yang dapat di putar sehingga dalam
penggunaannya dapat menentukan titik sudut.
e. Penggores dan Penitik
37

Gambar 28. Penggores baja


Tool ini digunakan sebagai pengganti pensil yang berfungsi untuk
menggores logam.

7. Alat Keselamatan Kerja Las dan Pelindung Diri K3 Beserta Fungsinya

Gambar 29. APD pengelasan


Proses pengelasan merupakan salah satu pekerjaan yang mempunyai banyak
resiko atau bahaya. Karena saat proses pengelasan berlangsung, maka bahaya
seperti asap, cahaya pengelasan, panas dan bahaya listrik akan timbul. Oleh
karena itu jika kita tidak memakai alat keselamatan las, maka akan
membahayakan keselamatan kita saat bekerja.
38

Dalam setiap pekerjaan memang selalu menimbulkan bahaya, oleh karena


itu jika Anda sedang melakukan pekerjaan las maka sebaiknya Anda
menggunakan alat pelindung diri. Baik itu untuk pengelasan listrik SMAW,
GMAW, GTAW, SAW atau las gas seperti OAW, menggunakan APD las adalah
hal wajib. Jika kita memakai alat keselamatan sesuai standart maka jika ada
kecelakaan kerja dapat diminimalisir.
Jenis jenis alat keselamatan kerja las yang dapat digunakan adalah helm las
atau topeng las, sarung tangan las, apron, safety shoes atau sepatu safety dan baju
kerja.
Alat Pelindung Diri K3 las dan listrik beserta fungsinya:
a. Pakaian Kerja Las atau Apron
Pakaian kerja las adalah pakaian yang dapat melindungi seluruh bagian
tubuh dari panas dan percikan las. Selain itu terdapat Apron sebagai tambahan,
apron dada dan apron lengan ini terbuat dari bahan kulit. Karena jika dari kain
biasa maka pakaian akan lubang, hal ini disebabkan tingginya temperatur percikan
las.
b. Sarung Tangan Las atau welding gloves
Welding gloves atau sarung tangan las adalah sarung tangan yang memang
khusus dibuat untuk proses pekerjaan las, bahan sarung tangan las terbuat dari
kulit atau bahan sejenis asbes dengan kelenturan yang baik. Welding gloves
berfungsi untuk melindungi kedua tangan dari percikan las atau spater dan panas
material yang dihasilkan dari proses pengelasan.
c. Sepatu las atau safety shoes
Sepatu las adalah sepatu yang terbuat dari kulit dan bagian depan sepatu
terdapat sebuah plat baja yang berfungsi untuk melindungi kaki dari kejatuhan
bendan yang berat dan benda yang tajam. Selain itu karena bersifat isolator, sepatu
ini juga melindungi dari bahaya sengatan listrik.
d. Helm Las atau Topeng las
Helm las adalah alat yang mempunyai fungsi melindungi bagian wajah dari
percikan las, panas pengelasan dan sinar las ke bagian mata. Topeng las ini terbuat
dari bahan plastik yang tahan panas, selain itu terdapat tiga kaca (bening, hitam,
bening) yang berfungsi untuk melindungi mata dari bahaya sinar tampak dan
ultraviolet saat melakukan pekerjaan pengelasan.
Kaca las mempunyai pengkodean nomor, yaitu nomor 6, 7, 8 , 10, 11, 12
dan 14. Semakin besar ukurannya maka densitas atau kegelapan kaca tersebut
39

juga semakin tinggi. Jadi Anda dapat menyesuaikan yang cocok dengan kondisi
mata Anda. Selain itu juga ukuran ampere yang digunakan, karena ampere yang
besar akan menimbulkan cahaya yang lebih terang.
e. Masker Las
Masker berfungsi sebagai alat perlindung pernafasan dari bahaya asap las,
karena asap las berbeda dengan asap biasa. Asap las ini merupakan hasil
pembakaran dari bahan kimia untuk perlindungan lasan dan juga pembakaran atau
pelelehan dari material lasan. Oleh karena itu asap las ini hampir seperti serbuk
bersih dan sangat membahayakan alat pernafasan kita.

B. Gerinda Tangan

Gambar 30. Gerinda tangan


Mesin gerinda tangan merupakan mesin yang berfungsi untuk menggerinda
benda kerja.Awalnya mesin gerinda hanya ditujukan untuk benda kerja berupa
logam yang keras seperti besi dan stainless steel. Menggerinda dapat bertujuan
untuk mengasah benda kerja seperti pisau dan pahat, atau dapat juga bertujuan
untuk membentuk benda kerja seperti merapikan hasil pemotongan, merapikan
hasil las, membentuk lengkungan pada benda kerja yang bersudut, menyiapkan
permukaan benda kerja untuk dilas, dan lain-lain.
Mesin Gerinda didesain untuk dapat menghasilkan kecepatan sekitar 11.000
– 15.000 rpm. Dengan kecepatan tersebut batu gerinda yang merupakan
komposisi aluminium oksida dengan kekasaran serta kekerasan yang sesuai, dapat
menggerus permukaan logam sehingga menghasilkan bentuk yang diinginkan.
Dengan kecepatan tersebut juga, mesin gerinda juga dapat digunakan untuk
memotong benda logam dengan menggunakan batu gerinda yang dikhususkan
untuk memotong.
40

Pada umumnya mesin gerinda tangan digunakan untuk menggerinda atau


memotong logam, tetapi dengan menggunakan batu atau mata yang sesuai kita
juga dapat menggunakan mesin gerinda pada benda kerja lain seperti kayu, beton,
keramik, genteng, bata, batu alam, kaca, dan lain-lain. Tetapi sebelum
menggunakan mesin gerinda tangan untuk benda kerja yang bukan logam, perlu
juga dipastikan agar kita menggunakannya secara benar karena penggunaan mesin
gerinda tangan untuk benda kerja bukan logam umumnya memiliki resiko yang
lebih besar. Tetapi sebelum menggunakan mesin gerinda tangan untuk benda kerja
yang bukan logam, perlu juga dipastikan agar kita menggunakannya secara benar,
karena penggunaan mesin gerinda tangan untuk benda kerja bukan logam
umumnya memiliki resiko yang lebih besar. Untuk itu kita perlu menggunakan
peralatan keselamatan kerja seperti pelindung mata, pelindung hidung (masker),
sarung tangan, dan juga perlu menggunakan handle tangan yang biasanya
disediakan oleh mesin gerinda. Tidak semua mesin gerinda tangan menyediakan
handle tangan, karena mesin yang tidak menyediakan handle tangan biasanya
tidak disarankan untuk digunakan pada benda kerja non-logam.
Untuk memotong kayu kita dapat menggunakan mata
gergaji circular ukuran 4″ seperti yang disediakan oleh merk eye brand dan GMT.
Untuk memotong bahan bangunan seperti bata, genteng, beton, keramik, atau batu
alam kita dapat menggunakan mata potong seperti yang disediakan oleh merk
Bosch atau Makita. Untuk membentuk atau menggerinda bahan bangunan juga
dapat menggunakan mata gerinda beton seperti yang disediakan oleh merk Benz.
Untuk menggerinda kaca kita juga dapat menggunakan batu gerinda yang
dikhususkan untuk kaca.
Tetapi selain menggunakan batu atau mata yang tepat kita juga harus dapat
menggunakan mesin gerinda tangan yang tepat pula. Dari beberapa pilihan merk
dan tipe mesin gerinda tangan, mesin gerinda tangan ukuran 4″ adalah mesin
gerinda yang banyak disediakan dipasaran. Mesin gerinda tangan ukuran ini
banyak digunakan untuk hobby dan usaha kecil dan menengah, sedangkan ukuran
yang lebih besar biasanya lebih banyak digunakan untuk industri-industri besar.
Pada mesin gerinda ukuran 4″ beberapa merk terkenal (seperti : Makita,
Bosch, Dewalt) memberikan minimal 2 pilihan yaitu yang standard dan yang
bertenaga lebih besar. Tipe standard biasanya memiliki daya listrik berikisar
41

antara 500 - 700 watt (Makita 9500N / 9553B,Bosch GWS 6-100, Dewalt
DW810) sedangkan yang bertenaga lebih besar memiliki daya lebih besar dari
800 watt (Makita 9556NB, Bosch GWS8-100C / CE, Dewalt D28111).
Pada dasarnya semua keperluan cukup menggunakan tipe standard,
penggunaan mesin dengan tenaga yang lebih besar diperlukan untuk benda kerja
yang lebih keras, seperti stainless steel, logam yang lebih keras, keramik, batu
alam atau beton. Mesin tipe standar yang digunakan untuk material-material
tersebut umumnya lebih cepat panas dan berumur lebih pendek, karena pada
material yang lebih keras, mesin bekerja lebih keras sehingga membutuhkan torsi
yang lebih besar dan ketahanan panas yang lebih tinggi. Khusus untuk benda kerja
berupa kaca, karena sifat materialnya, kita membutuhkan mesin gerinda dengan
kecepatan lebih rendah. Dan yang menyediakan mesin untuk keperluan ini adalah
merk Bosch dengan tipe GWS 8-100CE, mesin ini memiliki fitur berupa
pengaturan kecepatan, yang tidak dimiliki merk lainnya.
Dengan demikian kita dapat mengatur mesin pada kecepatan rendah
sehingga mengurangi resiko rusak pada benda kerja. Selain itu karena fitur ini,
mesin gerinda Bosch GWS 8-100CE ini juga dapat digunakan untuk memoles
mobil. Cukup dengan menggunakan piringan karet dan wol poles yang
sesuai.Mesin gerinda tangan adalah mesin yang serbaguna, dapat digunakan untuk
menggerinda atau memotong benda logam, kayu, bahan bangunan, kaca dan juga
memoles mobil. Dengan menggunakan mesin dan mata yang tepat maka kita
dapat menggunakan mesin gerinda dengan optimal. Tetapi tak lupa kita juga perlu
memperhatikan keselamatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai