Bab Ii
Bab Ii
LANDASAN TEORI
A. PENGELASAN
1. Pengertian Pengelasan
Las menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), " las adalah
penyambungan besi dengan cara membakar. Dalam referensi-referensi teknis,
terdapat beberapa definisi dari Las, yakni sebagai berikut :
Berdasarkan defenisi dari Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono
dkk (1991:1), mendefinisikan bahwa " las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair ".
Menurut maman suratman (2001:1) mengatakan tentang pengertian mengelas
yaitu salah satu cara menyambung dua bagian logam secara permanen dengan
menggunakan tenaga panas. Sedangkan Sriwidartho, las adalah suatu cara untuk
menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerja las
adalah menyambung dua bagian logam atau lebih dengan menggunkan energi
panas.
2. Proses Pengelasan
Proses pengelasan berkaitan dengan lempengan baja yang dibuat dari kristal
besi dan karbon sesuai struktur mikronya, dengan bentuk dan arah tertentu. Lalu
sebagian dari lempengan logam tersebut dipanaskan hingga meleleh. Jika tepi
lempengan logam itu disatukan, maka terbentuklah sambungan. Umumnya, pada
proses pengelasan juga ditambahkan dengan bahan penyambung seperti kawat
atau batang las. Jika campuran tersebut sudah dingin, molekul kawat las yang
semula merupakan bagian lain kini menyatu pada lempengan besi tersebut.
Proses pengelasan tidak sama dengan menyolder di mana untuk menyolder
bahan dasar tidak meleleh. Sambungan terjadi dengan melelehkan logam lunak
misalnya timah, yang meresap ke pori-pori di permukaan bahan yang akan
disambung. Setelah timah solder dingin maka terjadilah sambungan. Perbedaan
antara solder keras dan lunak adalah pada suhu kerjanya di mana batas kedua
0
proses tersebut ialah pada suhu 450 Celcius. Pada pengelasan, suhu yang
digunakan jauh lebih tinggi, antara 1500 0 hingga 1600 0 Celcius
3. Jenis-Jenis Las
a. Las Busur Manual
16
17
Proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) yang juga disebut
Las Busur Listrik adalah proses pengelasan yang menggunakan panas untuk
mencairkan material dasar atau logam induk dan elektroda (bahan pengisi). Panas
tersebut dihasilkan oleh lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan anoda
(ujung elektroda dan permukaan plat yang akan dilas ). Panas yang dihasilkan dari
lompatan ion listrik ini besarnya dapat mencapai 4000o C hingga 45000 C.
Tegangan pada terminal sekundernya di trafo mesin las AC kecil sehingga untuk
menghasilkan daya yang cukup besar memerlukan arus yang besar pula. Arus ini
dapat distel berapa besarnya dengan cara memutar saklar pengatur arus pada
mesin las AC.
Untuk kelebihan dari mesin las arus AC antara lain:
a. Perlengkapan dan perawatan mesin las AC lebih murah.
b. Kabel elektroda dan kabel massa dapat ditukar dan tidak akan berpengaruh
apa-apa dikarenakan arusnya yang bersifat bolak-balik.
c. Nyala busur listriknya kecil sehingga dapat mengurangi terjadinya keropos
pada rigi-rigi hasil las.
Untuk kekurangan dari mesin las arus AC antara lain:
a. Nyala busur listrik yang dihasilkan kurang stabil (berfluktuasi).
b. Mesin las ini tidak dapat menggunakan berbagai jenis elektroda.
c. Bahan yang dilas hanya logam tertentu karena mesin las listrik AC tidak
bisa untuk mengelas semua jenis-jenis logam.
2. Mesin las listrik arus searah (DC)
a. Nyala dari busur listrik yang dihasilkan oleh mesin las arus DC ini lebih
stabil.
b. Mesin las arus DC dapat menggunakan segala jenis elektroda.
c. Untuk mesin las arus DC ini suara yang ditimbulkan lebih rendah sengga
tingkat kebisingan lebih rendah.
d. Mesin las ini dapat digunakan untuk mengelas logam yang tipis.
Kekurangan dari mesin las arus DC antara lain:
a. Mesin las DC memiliki polaritaas yang berbeda-beda sehingga kutub las
atau kabel massa dan kabel elektroda tidak dapat dibalik-balik.
b. Untuk harga dari mesin las arus DC, harganya relatif lebih mahal.
Untuk polaritas dari mesin las arus DC ini memiliki 2 polaritas yaitu:
a. Hubungan arus dengan polaritas terbalik (DCRP)
Direct Current Reverset Polarity atau disingkat DCRP merupakan mesin las
listrik yang pemasangan kabel lasnya untuk kabel massa dipasang pada
kabel negatif (katoda) sedangkan kabel elektrodanya dipasang pada kabel
positif (anoda)
b. Hubungan arus dengan polaritas lurus (DCSP)
Direct Current Straight Polarity atau disingkat DCSP merupakan mesin las
listrik yang pemasangan kabel lasnya untuk kabel massa dipasang pada
kabel positif (anoda) sedangkan kabel elektrodanya dipasang pada kabel
negatif (katoda)
3. Mesin las listrik arus ganda AC – DC
perata atus. Untuk mengatur arus yang digunakan baik AC maupun DC, dapat
diatur dengan jalan memutar alat pengatur dari mesin las ganda tersebut.
b. Las Gas (OAW)
Pengelasan OAW merupakan pengelasan yang dilakukan dengan
membakar gas asetilen dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala api dengan
suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Selain untuk
keperluan pengelasan, las OAW juga dapat digunakan
untuk preheating, brazing, cutting, dan hard facing. Serta dapat digunakan untuk
produksi (production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi
(repair and maintenance).
agar pada saat mengelas, tukang las dapat melakukannya dengan aman, nyaman,
dan baik. Sehingga hasil lasan yang didapat akan baik pula.
Pada nyala oksidasi ini jumlah gas oksigen yang keluar lebih besar daripada
gas asetilen. Nyala inti jadi lebih pendek dan berbentuk meruncing ke ujungnya.
Ada suara mendesis yang lebih keras dibandingkan dengan desisan suara nyala
netral. Nyala ini sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan
kuningan, serta terkadang digunakan untuk brazing. Nyala apinya pendek dan
berwarna ungu, nyala kerucut luarnya juga pendek.
di atas 3 mm, celah pengelasan sebesar 2 – 4 mm. Posisi kawat las dan pembakar
las tergantung pada posisi pengelasan.
1. Elektroda berselaput
Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai
perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti
dapat dengah cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat
inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis-
jenis selaput fluksi pada elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03),
titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi,
besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda,
untuk tiap jenis elektroda. Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai
50% dari diameter elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan,
selaput elektroda ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang
melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar.
Udara luar yang mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik
dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku
melapisi permukaan las yang masih panas.
Elektoda ( Kawat las) memiliki kode spesifikasi yang dapat kita lihat pada
kardus pembungkusnya.
a. Spesifikasi kawat las terbungkus untuk untuk Mild Steel diatur dalam AWS
A5.1
Berdasarkan peraturan American Welding Society (AWS), Spesifikasi kawat
las terbungkus untuk untuk Mild Steel diatur dalam AWS A5.1
Dua digit pertama menunjukan kekuatan tariknya dalam kilo- pound-square
–inch ( Ksi )
1. E6010 = kekuatan tariknya 60 ksi, (60000 psi),
2. E7018 = kekuatan tariknya 70 ksi, (70000 psi),
Digit ketiga adalah Posisi pengelasan
1. Exx1x – untuk semua posisi (flat, horisontal, vertikal,
overhead)
2. Exx2x – untuk posisi flat dan horizontal
3. Exx3x – hanya untuk posisi flat
Untuk elektroda dengan lima digit angka maka tiga angka pertama
merupakan kekuatan tarik
E11010 = kekuatan tariknya 110 ksi, (110000 psi)
28
Contoh:
E 308L-16
2. Elektroda Baja Lunak
E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai
untuk pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala
posisi dan terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya
mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan
dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu
pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk
mambantu menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC.
E 6012 dan E 6013
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan
penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi,
tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke
bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih
tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan
pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil
kebanyakan dipakai untuk pangelasan pelat tipis.
E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya
mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida
besi dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan
pada pengelasan dengan posisi lain daripada bawah tangan atau datar pada las
sudut.
3. Elektroda dengan Selaput Serbuk Besi
Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028
mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya
selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi.
Dengan adanya serbuk besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan
ampere yang lebih tinggi.
30
Tipe sambungan las yang sering digunakan untuk pengelasan spot atau
seam. Karena materialnya ini ditumpuk atau disusun sehingga sering digunakan
untuk aplikasi pada bagian body kereta dan cenderung untuk plat tipis. Jika
menggunakan proses las SMAW, GMAW, FCAW pengelasannya sama dengan
sambungan fillet.
6. Peralatan Pengelasan
a. Palu Terak
b. Sikat Baja
c. Kikir
d. Busur Baja
juga semakin tinggi. Jadi Anda dapat menyesuaikan yang cocok dengan kondisi
mata Anda. Selain itu juga ukuran ampere yang digunakan, karena ampere yang
besar akan menimbulkan cahaya yang lebih terang.
e. Masker Las
Masker berfungsi sebagai alat perlindung pernafasan dari bahaya asap las,
karena asap las berbeda dengan asap biasa. Asap las ini merupakan hasil
pembakaran dari bahan kimia untuk perlindungan lasan dan juga pembakaran atau
pelelehan dari material lasan. Oleh karena itu asap las ini hampir seperti serbuk
bersih dan sangat membahayakan alat pernafasan kita.
B. Gerinda Tangan
antara 500 - 700 watt (Makita 9500N / 9553B,Bosch GWS 6-100, Dewalt
DW810) sedangkan yang bertenaga lebih besar memiliki daya lebih besar dari
800 watt (Makita 9556NB, Bosch GWS8-100C / CE, Dewalt D28111).
Pada dasarnya semua keperluan cukup menggunakan tipe standard,
penggunaan mesin dengan tenaga yang lebih besar diperlukan untuk benda kerja
yang lebih keras, seperti stainless steel, logam yang lebih keras, keramik, batu
alam atau beton. Mesin tipe standar yang digunakan untuk material-material
tersebut umumnya lebih cepat panas dan berumur lebih pendek, karena pada
material yang lebih keras, mesin bekerja lebih keras sehingga membutuhkan torsi
yang lebih besar dan ketahanan panas yang lebih tinggi. Khusus untuk benda kerja
berupa kaca, karena sifat materialnya, kita membutuhkan mesin gerinda dengan
kecepatan lebih rendah. Dan yang menyediakan mesin untuk keperluan ini adalah
merk Bosch dengan tipe GWS 8-100CE, mesin ini memiliki fitur berupa
pengaturan kecepatan, yang tidak dimiliki merk lainnya.
Dengan demikian kita dapat mengatur mesin pada kecepatan rendah
sehingga mengurangi resiko rusak pada benda kerja. Selain itu karena fitur ini,
mesin gerinda Bosch GWS 8-100CE ini juga dapat digunakan untuk memoles
mobil. Cukup dengan menggunakan piringan karet dan wol poles yang
sesuai.Mesin gerinda tangan adalah mesin yang serbaguna, dapat digunakan untuk
menggerinda atau memotong benda logam, kayu, bahan bangunan, kaca dan juga
memoles mobil. Dengan menggunakan mesin dan mata yang tepat maka kita
dapat menggunakan mesin gerinda dengan optimal. Tetapi tak lupa kita juga perlu
memperhatikan keselamatan kerja.