Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi
yunani,Asclepius dan higeia.berdasarkan cerita mitos yunani,Asclepius disebutkan sebagai
seorang dokter pertama yang tampan dan pandai, Higeia seorang asistennya,yang kemudian
diceritakan sebagai istrinya,juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan.beda antara Asclepius
dengan higeia dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan sebagai berikut: 1) Asclepius
melakukan pendekatan (pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.2)
Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui ‘hidup
seimbang’,yaitu menghidari makanan/minuman beracun,makan makanan yang bergizi
(baik),cukup istirahat,dan melakukan olahraga.apabila orang sudah jatuh sakit,higeia lebih
mengajurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya
tersebut antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makann yang baik,daripada
dengan pengobatan/ pembedahan.
Dari cerita mitos yunani tentang Asclepius dan higeia tersebut,akhirnya muncul dua aliran
atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan.kelompok atau aliran pertama
cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit) yang selanjutnya disebut pendekatan
kuratif (pengobatan) kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter,dokter gigi,psikiater,dan
praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik,psikis,mental maupun
social.sedangkan kelompok kedua,sepertinya halnya pendekatan higeia,cenderung melakukan
upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya
penyakit.kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatanmasyarakat lulusan-lulusan
sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang
Dalam perkembangan selanjutnya,seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok
profesi,yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care),dan pelayanan pencegahan atau
preventif (preventife health care).kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang
dilakukan antara lain sebagai berikut.pertama,pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan
terhadap sasaran secara individual,kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali
saja.jarak antara petugas kesehatan (dokter,drg,dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran
cenderung jauh.sedangkan pendekatan preventif,sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan

1
perorangan) masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat,bukan masalah
individu.hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat
kemitraan,tidak seperti dosen-pasien
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya
adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif
(penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau
masyarakat, lingkungan.1.
Semua kejadian akibat bencana menimbulkan krisis kesehatan antara lain lumpuhnya
pelayanan kesehatan, korban mati, korban luka, pengungsi, masalah gizi, masalah ketersediaan
air bersih, masalah sanitasi lingkungan, penyakit menular dan stres/gangguan kejiwaan.
Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan krisis kesehatan akibat bencana, antara lain:
1. Sistem informasi yang belum berjalan dengan baik 2. Mekanisme koordinasi belum
berfungsi dengan baik 3. Mobilisasi bantuan dari luar lokasi bencana masih terhambat akibat
masalah transportasi 4. Sistem pembiayaan belum mendukung 5. Sistem kewaspadaan dini
belum berjalan dengan baik 6. Keterbatasan logistik
Dalam penanganan krisis kesehatan akibat bencana, Dalam penanganan krisis kesehatan
akibat bencana, banyak bantuan kesehatan dari LSM/NGO lokal mapun internasional yang
terlibat secara aktif dalam penanganan bencana di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya
standar bagi petugas kesehatan di Indonesia, LSM/NGO nasional maupun internasional, lembaga
donor dan masyarakat yang bekerja atau berkaitan dalam penanganan krisis kesehatan akibat
bencana.Tugas penyelenggaraan penanggulangan bencana ditangani oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat Pusat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) di tingkat Daerah.
1. Tingkat Pusat
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan Lembaga Pemerintah
Nondepartemen setingkat menteri yang memiliki fungsi perumusan dan penetapan kebijakan
penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta
efektif dan efisien; dan pengoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh.

1 Notoatmodjo,Soekidjo.2011.Kesehatan Masyarakat.Jakarta:PT Rineka Cipta.

2
2. Daerah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah perangkat daerah yang dibentuk
untuk melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Pada
tingkat provinsi BPBD dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah gubernur atau setingkat
eselon Ib dan pada tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah
bupati/walikota atau setingkat eselon IIa.
3. Unit Pelaksana Teknis Depkes
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Balai Teknis Kesehatan Lingkungan
Pemberantasan Penyakit Menular merupakan unit-unit pelaksana teknis Depkes di daerah. KKP
berperan dalam memfasilitasi penanganan keluar masuknya bantuan sumber daya kesehatan
melalui pelabuhan laut/udara dan daerah perbatasan, karantina kesehatan. BTKL berperan dalam
perkuatan sistem kewaspadaan dini dan rujukan laboratorium.
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana alam maupun
karena ulah manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana ini adalah kondisi
geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti keragaman sosial budaya dan politik.
Wilayah Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Secara geografis merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia dan benua Australia serta lempeng samudera Hindia
dan samudera Pasifik.
2. Terdapat 130 gunung api aktif di Indonesia yang terbagi dalam Tipe A, Tipe B, dan Tipe
C. Gunung api yang pernah meletus sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600 .
3. Terdapat lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil yang 30% di antaranya melewati
kawasan padat penduduk dan berpotensi terjadinya banjir, banjir bandang dan tanah longsor pada
saat musim penghujan.2.
B. Rumusan Masalah
1.Undang –undang kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 82
2.Apa Sumberdaya penanganan bencana
3.Apa itu Pelayanan kesehatan pada tanggap darurat dan pasca bencana
4.Apa itu pelayanan kegawatdaruratan
5.Menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan pada bencana

2 Ahmad,Sjafli.2007.Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.Jakarta:Dapertemen Kesehatan RI

3
6.Sumber dari anggaran APBN dan APBN
7.Pelayanan kesehatan pada bencana
8.Contoh permasalahan bencana
9.Implementasi di Indonesia

C. Tujuan
1.Untuk memenuhi nilai tugas etika dan hukum kesehatan
2.Untuk mengetahui apa saja yang terkandung dalam uu no 36 tahun 2009 pasal 82
3.Untuk mengetahui sumber daya penanganan bencana
4.Untuk mengetahui pelayanan kesehatan pada tanggap darurat dan pasca bencana
5.Untuk mengetahui pelayanan kegawatdaruratan
6.Untuk mengetahui siapa yang menjamin pelayanan kesehatan pada bencana
7.Untuk mengetahui contoh permasalahan yang ada di Indonesia
8.Untuk mengetahui implementasi di Indonesia saat ini

D. Pematasan Masalah
Pada Undang-undang Kesehatan no 36 tahun 2009,Bagian kesepuluh pelayanan kesehatan
pada bencana,ada beberapa pasal yang terdapat di bagian kesepuluh tersebut diantaranya pasal
82,pasal 83,pasal 84dan pasal 85.tapi disini penulis hanya membatasi pada pasal 82.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009
Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang mengatur tentang pelayanan
kesehatan pada bencana terdapat pada pasal ke 82 ,dapat dilihat dibawah ini
Bagian Kesepuluh
Pelayanan Kesehatan Pada Bencana
Pasal 82
1) Pemerintah,pemerintah daerah,dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan
sumber daya,fasilitas,dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
berkesinambungan pada bencana
2) Pelayan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan kesehatan
pada tanggap darurat dan pasca bencana
3) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup pelayanan
kegawatdaruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan
lebih lanjut.
4) Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
5) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja Negara (APBN),anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD),atau
bantuan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.3

B. Sumberdaya penanganan bencana


Pada pasal 82 ayat 1 menjelaskan bahwa pemerintah,pemerintah daerah,dan masyarakat
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya,fasilitas,dan pelaksanaan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.
Bencana adalah peristiwa atau rangkainan peristiwa yang mengancam dan menganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik factor alam dan/atau factor non
alam maupun factor manusia,sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,kerusakan

3
Undang-undang kesehatan no 36 tahun 2009

5
lingkungan,kerugian harta benda,dan dampak psikologis dan dari luar kemampuan masyarakat
dengan segala sumber dayanya.4
Penanganan bencana memerlukan sumberdaya yang memadai sesuai dengan tingkat dan
jenis bencana yang akan dihadapi.oleh karena itu,manajemen atau pimpinan tertinggi,harus
menyediakan sumberdaya yang diperlukan untuk mengelola bencana dilingkungannya masing-
masing.
Berbagai sumberdaya yang diperlukan untuk menangani suatu bencana antara lain:
 Sumberdaya Manusia
Penangan bencana memerlukan sumberdaya manusia yang memadai baik dari segi jumlah
maupun kompetensi dan kemampuannya.
Banyak permasalahan timbul ketika bencana terjadi karena sumberdaya yag terlibat dalam
penangulanan kurang memadai atau tidak tahu tugas dan tanggung jawabnya.
Oleh karena itu,sebelum menyusun system manajemen bencana yang baik,terlebih dahulu
harus diidentifikasi kebutuhan sumberdaya manusia yang diperlukan misalnya untuk tim
penangulangan,tim medis,tim logistik,tim teknis dan lainnya.
 Prasarana dan Material
Bencana tidak dapat ditanggulangi dengan efektif dan cepat tanpa didukung oleh prasarana
dan logistic yang memadai.demikian juga bencana alam memerlukan sarana khusus untuk
mengatasi dampak bencana misalnya alat berat,alat resque,peralatan medis,dan lainnya.tanpa
dukungan peralatan tersebut,jelas upaya penanggulangan akan terhambat bahkan gagal.
Prasarana dan material merupakan unsur penting dalam mendukung keberhasilan
penanggulangan bencana.banyak kejadian,dimana korban tidak berhasil ditolong karena tidak
tersedianya prasarana atau peralatan yang memadai sehingga jumlah korban meningkat.
Jenis sarana yang diperlukan tentunya disesuaikan dengan sifat bencana dan skala bencana
yang mungkin terjadi sesuai dengan hasil identifikasi dan perencanaan awal.beberapa sarana
yang siperlukan dalam penanganan bencana antara lain:
1. Alat resque seperti dongkrak,pemotong besi dan beton,pengungkit,dan alat deteksi
korban
2. Alat pemadam kebakaran
3. Peralatan penangulangan bahan kimia berbahaya dan beracun

4
Hadisaputro,Soeharyo.2011.Epidemiologi Manejerial.Semarang:Katalog dalam Terbitan

6
4. Peralatan keselamatan untuk menanggulangi kejadian seperti topi,masker,sepatu,sarung
tangan.
5. Peralatan komunikasi
6. Peralatan medis
7. Peralatan transportasi
 Sumberdaya Finansial
Kegiatan manajemen tanggap darurat jelas membutuhkan biaya,baikk sebelum kejadian
maupun saat dan setelah kejadian.sebelum kejadian diperlukan dukungan finansial untuk
penyediaan perlengkapan,pelatihan personil dan bangunan suatu system atau pusat komando
penanggulangan bencana yang baik.
Saat kejadian akan diperlukan dana yang disesuaikan dengan skala dan tingkat
bencana.setelah bencana diperlukan dukungan finansial untuk kegiatan rekonstruksi dan
pemulihan.

C. Pelayanan kesehatan pada tanggap darurat dan pasca bencana


Pada pasal 82 ayat 2 menjelaskan bahwa Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi pelayanan kesehatan pada tanggap darurat dan pasca bencana.
Dalam manajemen bencana bukan hanya pada tanggap darurat dan pasca bencana saja
tetapi ada suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan
aman melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut :
1. Pra Bencana,tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana
atau pra bencana meliputi:
1.1. Kesiapsiagaan
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengntisipasi bencana melalui
penggorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Membangun kesiapsiagaan adalah unsur penting namun tidak mudah dilakukan karena
menyangkut sikap mental dan budaya serta disiplin di tengah masyarakat.
1.2. Peringatan Dini
Langkah lainnya yang perlu di persiapkan sebelum bencana terjadi adalah peringatan
dini.langkah ini di perlukan untuk memberikan peringatan kepada mayarakat tentang bencana

7
yang akan terjadi sebelum kejadian seperti banjir,gempa bumi,tsunami,letusan gunung api,atau
badai.
1.3. Mitigasi
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi anacaman
bencana.
Mitigasi bencan juga merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi
dampak yang timbulkan akibat suatu bencana.dari batasan ini sangat jelas bahwa mitigasi
bersifat pencegahan sebelum kejadian
2. Saat Bencana,tahapan saat bencana sesungguhnya terjadi.oleh karena itu diperlukan langkah
langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan
tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat diminimalkan.
2.1. Tanggap Darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada
saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, Tanggap darurat
adalah tindakan segera yang dilakukan untuk mengatasi kejadian bencana misalnya dalam suatu
proses kebakaran atau peledakan di lingkungan industri:
 Memadamkan kebakaran atau ledakan
 Menyelamatkan manusia dan korban
 Menyelamatkan harta benda dan dokumen penting
 Perlindungan masyarakat umum
Tindakan ini dilakukan oleh tim penanggulangan bencana yang dibentuk dimasing-masing
derah atau organisasi.langkah-langkah yang dilakukan dalam kondisi tanggap darurat antara lain:
 Pengkajian secar cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan sumber daya,sehingga
dapat diketahui dan diperkirakan magnitude bencana,luas area yang terkena dan
perkiraan tingkat kerusakannya.
 Penentu status keadaan darurat bencana.
 Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga dapat pula
ditentukan status keadaan darurat.jika tingkat bencana sangat besar dan berdampak
luas,mungkin bencana tersebut dapat digolongkan sebagai bencan nasional.
 Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.

8
Langkah berikutnya adalah melakukan penyelamatan dan evaluasi korban
bencana.kemungkinan besar bencana tersebut menimbulkan korban yang dapat segera
ditemukan,namun tidak jarang pula korban terjebak atau tertimbun reruntuhan sehingga
diperlukan upaya keras untuk dapat menyelamatkan
o Pemenuhan kebutuhan dasar
Dalam kondisi bencana,kemungkinan besar semua sarana umum,sanitasi dan logistik
mengalami kehancuran atau sekurangnya terpus.untuk itu,salah satu langkah yang
harus dikakukan adalah memberikan layanan kebuttuhan dasar seperti pangan dan
papan
o Perlindungan terhadap kelompok rentan
Salah satu prioritas dalam penyelamatan korban bencana adalah kelompok yang
dikategorikan rentan,misalnya anak-anak,orang tua,cacat,pasien diumah sakit,dan
kaum lemah lainnya.meraka perlu dibantu terlebih dahulu dan dievaluasi ke tempat
yang lebih aman sehingga tidak menambah jumlah korban bencana.
o Pemulihan dengan segera prasana dan sarana vital.
Tim tanggap darurat juga bertugas untuk segera memulihkan kondisi prasarana yang
mengalami kerusakan akibat bencana seperti saluran air minum,listrik,dan
telepon.sarana vital ini sangat menentukan dalam mendukung upaya pemulihan dan
penyelamatan korban bencana.
3. Pasca Bencana,setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati,maka
langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi
3.1. Rehabilitasi
Adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana
3.2. Rekontruksi
Adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,kelembagaan pada wilayah
pascabencana,baik pada tingkatpemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh
dan berkembangnya kegiatan perekonomian,social dan budaya,tegaknya hokum dan

9
ketertiban,dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat
pada wilayah pascabencana.

D. Pelayanan kegawatdaruratan
Pada pasal 82 ayat 3 Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
Maka dari itu dibutuhkanlah Organisasi dan tanggung jawab untuk kegawatdaruratan dengan
cepat dan tepat untuk menyelamatan nyawa korban serta menghindarai kecacatan lebih lanjut
.Penanganan bencana tidak akan berhasil baik jika tidak didukung oleh pengorganisasian baik
jika tidak didukung oleh pengorganisasian baik pada level taktis maupun level strategis.oleh
karena itu disetiap level organisasi,harus dibentuk organisasi tanggap darurat yang
bentuk,struktur dan tanggung jawab disesuakan dengan kebutuhan atau potensi resiko bencana
yang dihadapi.organisasi tanggap darurat bencana sekurang-kurangnya mengandung funsi atau
unsur sebagai berikut.
1.Unsur komando yang bertanggung jawab mengkoordinir seluruh fungsi manajemen bencana
yang ditetapkan.
2.Tim inti yang terdiri atas unsur sebagai berikut:
 Unsur penanggulangan,yang bertugas dan bertanggung jawab menagani kejadian
bencana.sebagai contoh,untuk bencana kebakaran dan peledakan diperlukan tim yang
mampu memadamkan api atau mengatasi tumpahan bahan kimia.
 Unsur penyelamatan dan evakuasi (search & resque) bertugas menyelamatkan korban
bencana baik yang hidup maupun yang tewas menuju tempat yang aman
 Unsur penyelamatan material (salvage),bertugas menyelamatkan harta benda atau asset
yang terlibat atau terkena dampak bencana,termasuk dokumen penting,barang berharga
dan sarana vital.
 Unsur Medis,bertugas untuk memberikan bantuan medis bagi korban bencana yang dapat
diselamatkan oleh tim penyelamat dan evakuasi.
3.Tim penunjang
Unsur penunjang,adalah semua fungsi atau elemen yang berperan memberikan dukungan
terhadap tim inti antara lain:

10
 Fungsi logistik yang mendukung kebutuhan logistic baik untuk tim penanggulangan
maupun untuk korban bencana.jenis logistic yang diperlukan terbagi atas dua bagian
yaitu logistic untuk penanggulangan seperti peralatan dan material,dan logistic untuk
kebutuhan korban seperti selimut,makanan,dan obat-obatan.
 Fungsi transportasi,bertanggungjawab menyediakan dan mengkoordinir kebutuhan
transportasi baik darat,laut dan udara guna mendukung upaya penanggulangan.
 Fungsi keamanan,bertanggungjawab untuk memelihara keamanan selama
penanggulangan bencana berlangsung.unsur keamana ini juga bertugas mengamankan
lokasi kejadian bencana dan keamanan petugasdan korban bencana.
 Fungsi komunikasi,bertugas mendukung tim penaggulangan dengan sarana komunikasi
yang diperlukan.tanpa komunikasi yang baik,tim penaggulangan tidak akan dapat
melakukan koordinasi dengan kordinator tim atau anggota tim lainnya,misalnya untuk
meminta bantuan atau dukungan logistic yang diperlukan.
 Tim humas,yang memberikan dukungan informasi kepada semua pihak,misalnya dengan
media massa,keluarga korban,donor dan unsur lainnya yang mendukung
penanngulangan.tim ini dengan segera membuka pusat informasi bencana yang mudah
diakses semua pihak
 Unsur teknis yang memberikan dukungan teknis,seperti peralatan,alat berat dan sarana
lainnya.tim ini juga bertugas melakukan perbaikan atau sarana darurat yang diperlukan
dengan segera misalnya perbaikan jembatan atau sarana umum,perbaikan pipa yang
rusak,sarana air minum,atau listrik.
 Unsur lainnya yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan,misalnya bagian tata kota dan
bangunan jika diperlukan informasi tentang denah suatu bangunan.
Jumlah dari masing-masing tim disesuakan dengan kebutuhan dan skala kegiatan.untuk
bencana umum,jumlah tim tentu berbeda dengan bencana industry yang lebih terbatas area dan
lingkup penanggulangannya.
Di Indonesia,pemerintah juga sudah menyusun system organisasi tanggap darurat
bencana sebagaimana ditetapkan pada perundangan antara lain dengan membentuk BNPB dan
BPBD.5

5 Ramli,Soehatman.2010.Pedoman Praktis Manajemen Bencana.Jakarta:Dian Rakyat.

11
E. Menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan
Pada pasal 82 ayat 4 menjelaskan bahwa Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Sudah dijelaskan pada ayat 1, bahwa yang menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan
adalah pemerintah,pemerintah daerah dan masyarakat yang bertanggung jawab atas kejadian
bencana yang terjadi di daerah terkena bencana,seperti dari APBD derah dan APBN Negara.

F. Sumber dari anggaran APBN dan APBN


Pada pasal 82 ayat 5 menjelaskan bahwa,pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN),anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBN),atau bantuan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

G. Pelayanan Kesehatan Pada Bencana


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera setelah
terjadinya gempa bumi, kecelakaan transportasi atau industri yang besar, dan bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan muncul dalam
beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumbersumber daya lokal, termasuk
transportasi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu sumber daya lokal sangat menentukan
dalam penanganan korban di fase darurat.
Pelayanan kesehatan dasar yang diperlukan pengungsi meliputi:
1. Pelayanan pengobatan Bila pola pengungsian terkonsentrasi di barak-barak atau
tempat-tempat umum, pelayanan pengobatan dilakukan di lokasi pengungsian dengan membuat
pos pengobatan. Pelayanan pengobatan dilakukan di Puskesmas bila fasilitas kesehatan tersebut
masih berfungsi dan pola pengungsianya tersebar berada di tenda-tenda kanan kiri rumah
pengungsi.
2. Pelayanan imunisasi Bagi pengungsi khususnya anak-anak, dilakukan vaksinasi
campak tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Adapun kegiatan vaksinasi lainnya tetap
dilakukan sesuai program untuk melindungi kelompokkelompok rentan dalam pengungsian.
3. Pelayanan kesehatan ibu dan anak Kegiatan yang harus dilaksanakan adalah:
▪ Kesehatan Ibu dan Anak (pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan pasca-keguguran)
▪ Keluarga berencana (KB)

12
▪ Deteksi dini dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS
▪ Kesehatan reproduksi remaja
4. Pelayanan gizi Tujuannya meningkatkan status gizi bagi ibu hamil dan balita melalui
pemberian makanan optimal. Setelah dilakukan identifikasi terhadap kelompok bumil dan balita,
petugas kesehatan menentukan strategi intervensi berdasarkan analisis status gizi.Pada bayi tidak
diperkenan diberikan susu formula, kecuali bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya, ibu bayi dalam
keadaan sakit berat.
5. Pemberantasan penyakit menular dan pengendalian vektor Beberapa jenis penyakit
yang sering timbul di pengungsian dan memerlukan tindakan pencegahan karena berpotensi
menjadi KLB antara lain: campak, diare, cacar, malaria, varicella, ISPA, tetanus. Pelaksanaan
pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah pengelolaan
lingkungan, pengendalian dengan insektisida, serta pengawasan makanan dan minuman. Pada
pelaksanaan kegiatan surveilans bila menemukan kasus penyakit menular, semua pihak termasuk
LSM kemanusiaan di pengungsian harus melaporkan kepada Puskesmas/Pos Yankes di bawah
koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai penanggung jawab pemantauan dan
pengendalian.
6. Pelayanan kesehatan jiwa Pelayanan kesehatan jiwa di pos kesehatan diperlukan bagi
korban bencana, umumnya dimulai pada hari ke-2 setelah kejadian bencana. Bagi korban
bencana yang memerlukan pertolongan pelayanan kesehatan jiwa dapat dilayani di pos kesehatan
untuk kasus kejiwaan ringan. Sedangkan untuk kasus berat harus dirujuk ke Rumah Sakit
terdekat yang melayani kesehatan jiwa.
7. Pelayanan promosi kesehatan Kegiatan promosi kesehatan bagi para pengungsi
diarahkan untuk membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan ini mencakup:
▪ Kebersihan diri
▪ Pengolahan makanan
▪ Pengolahan air minum bersih dan aman
▪ Perawatan kesehatan ibu hamil (pemeriksaan rutin, imunisasi) Kegiatan promosi kesehatan
dilakukan melekat pada kegiatan kesehatan lainnya.6

6 Ahmad,Sjafli.2007.Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.Jakarta:Dapertemen Kesehatan RI

13
H. Contoh Permasalahan Bencana
Seperti yang kita ketahui beberpa tahun yang lalu sekitar tahun 2004,Indonesia tertimpa
bencana alam yang terbesar di Indonesia waktu itu yaitu tsunami 26 desember 2004 di
aceh,nias,asia selatan,asia tenggara,dan afrika.korban lebih dari 200.000 orang (150.000 orang
diaceh dan nias).ketinggian tsunami mencapai 35 meter karena gempa tektonik 8,5 SR di
samudera hindia.7
Dari bencana yang terjadi di aceh pada tahun 2004 kita dapat kita ambil pelajarannya
untuk lebih mempersiapkan diri pada saat bencana.pada tsunami di aceh orang-orang belum
dipersiapkan diri untuk menghadapi bencana pada saat tsunami apa yang harus
dilkakukanyaorang-orang panik lari kesana-kesini tidak tau apa yang harus dilakukan sehingga
mengakibatkan banyaknya korban jiwa sampai 150 ribu orang meningal dan puluhan ribu orang
lainnya hilang dan cedera.suatu desa atau kampong musnah dengan sekejap beserta seluruh
makhluknya beryawa menyisihkan puing-puing berserakan yang ada diaceh pada saat itu.
Kita harus mengenali tanda-tanda bencana seperti,banjir,tanah longsor,gempa
bumu,tsunami.bencana terjadi secara tiba-tiba kita tidak tau kapan akan terjadi tapi apabila kita
sudah mempersiapkan diri dengan pengetahuan pada saat bencana kita harus pergi kemana kita
sudah tau sehingga tidak menimbulkan korban yang lebih banyak lagi.itulah sebabnya sebagai
kesehatan masyarakat kita harus memberikan pelayan kesehatan kepada masyarakat dengan cara
pendekatan prefentif dan rehabilitative.
Gejala dan peringatan dini tsunami:
1.Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energy yang sangat kuat
2.Kejadian mendadak dan pada umumnya di Indonesia didahului dengan gempa bumi besar dan
susut laut
Penyelamatan diri saat terjadi tsunami:
Apabila kita sedang berda disekitar pantai,tersa ada guncangan gempa bumi,air laut dekat
pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat,segeralah lari menuju ke tempat yang
tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberi tahukan teman-teman yang lain
Stategi dan upaya pengurangan bencana tsunami
1.Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami

7
Hadisaputro,Soeharyo.2011.Epidemiologi Manejerial.Semarang:Katalog dalam Terbitan

14
2.Pendidikan kepada masyarakat terutama yang tinggal didaerah pantai tentang bahaya tsunami
3.Pembangunan system peringatan dini tsunami
4.Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang beresiko
5.Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman diseitar daerah pemukiman yang cukup
tinggi dan mudah dilalui untuk menghidari ketinggian tsunami.

I. Implementasi di Indonesia
Pelayanan kesehatan pada bencana di Indonesia saat ini sudah berjalan dengan baik
seperti sudah di bentuknya BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan BPBD
(Badan Penanggulangan Bencana Derah) yang sudah diatur pada perundang-undangan banana di
Indonesia yaitu Prepres No 8 Tahun 2008 tentang BNPB dan BPBD.
Dan juga sudah banyak organisasi-organisasi yang ikut membantu pada saat bencana
seperti Basarnas,PMI,dan relawan yang suka rela membantu orang yang terkena korban bencana
tersebut.organisasi tersebut bertujuan untuk mencegah kecacatan dan mencegah korban jiwa
lebih banyak

15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pelayanan kesehatan pada bencana saat ini sudah diatur oleh pemerintah dan daerah yaitu
BNPB dan BPBD.anggaran yang disediakan yaitu dari APBN dan APBD daerah setempat.pada
saat kegawatdaruratan sudah ada tim yang menangani bencana seperti tim logistic untuk
memberikan bantuan sandang pangan,tim komunukasi membantu warga yang kehilangan
anggota keluarganya.tim transportasi,tim keamanan,tim teknis,tim medis menyediakan peralatan
medis bagi korban yang terluka dan tim tim lainnya yang ikut mebantu.

B. Saran
Sebaiknya pemerintah lebih meningkatkan kinerja penanggulangan pada saat bencana
untuk meminimalisir timbulnya korban jiwa dan kecacatan maupun kerugian lainnya,dan lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat sekitar.
Tiada kesempurnaan di dunia ini,kami sangat menghapkan kritikan,maupun saran dari
makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan.dan semoga makalah yang kami buat dapat
bermanfaat.Amin.

16
Daftar Pustaka

Ramli,Soehatman.2010.Pedoman Praktis Manajemen Bencana.Jakarta:Dian Rakyat.

Hadisaputro,Soeharyo.2011.Epidemiologi Manejerial.Semarang:Katalog dalam Terbitan

Notoatmodjo,Soekidjo.2011.Kesehatan Masyarakat.Jakarta:PT Rineka Cipta

Undang-undang kesehatan no 36 tahun 2009

Ahmad,Sjafli.2007.Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat


Bencana.Jakarta:Dapertemen Kesehatan RI

17

Anda mungkin juga menyukai