DISUSUN OLEH :
GILANG DEKA HAYUNA
1808012
B. Etiologi
Abortus inkomplit merupakan salah satu abortus spontan, banyak
faktor penyebab terjadinya abortus spontan.
Penyebab abortus spontan (Manuaba,2009) :
1) Faktor genetic
a. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom yang sering ditemukan pada abortus spontan
adalah trisomi, monosomi, triploid/tetraploid
b. Abortus dua kali karena kelainan kromosom terjadi 80%
c. Sindrom Ehlers – Danlos
Yaitu suatu keadaan membran endometrium sangat rapuh
sehingga mudah ruptur atau pecah (rupture membrane abortus
spontan)
2) Faktor hormonal
a. Defisiensi luetal
b. Abortus berulang karena faktor hormonal sekitar 35 – 50%
C. Manifestasi Klinis
Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil
konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai
berikut:
1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
Gejala lain dari abortus inkomplit antara lain:
1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3) perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri
atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian
jaringan keluar.
6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2009).
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis
kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara
8 sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga
umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang
dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu
kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas
dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk
miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat
maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola
kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah diserap
dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti
daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak
berbenjol – benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih
lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan
adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah –
merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang
terjadi sudah berlangsung lama (Ai Yeyeh, 2010).
E. Pathways
F. Penatalaksanaan Medis
Pemeriksaan umum:
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,
termasuk tanda-tanda vital.
2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan,
tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika
tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut
saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat
penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu.
5) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan
larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc
dalam 2 jam pertama (Saifuddin, 2011).
Penanganan Abortus Inkomplit
1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok dan sepsis)
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan <
16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a. Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
jika AVM tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium
0,2 mg im (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol
400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
3) Jika kehamilan > 16 mingguan
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologis arau RL ) dengan kecepatan 40 tetes / menit sampai
terjadi ekspulsi konsepsi.
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
c. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
4) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis
(sulbenisillin 2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
5) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg
setiap 8 jam.
6) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama
2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
7) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
(Saifuddin, 2011).
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah
Kadar Hb, dimana
a. Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM III 11
gr % dan TM II 10,5 gr %).
b. Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
c. Hb 9-10 gr% : anemia ringan
d. Hb 7-8 gr% : anemia sedang
e. Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
2) Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan
kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
3) USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan
amnion masih ada.
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Klien
2) Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan,
takut bergerak.
3) Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
a) Kesehatan sekarang
b) Kesehatan masa lalu
4) Riwayat Pembedahan
5) Riwayat penyakit yang pernah dialami
6) Riwayat kesehatan keluarga
7) Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya
8) Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
9) Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
10) Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan
kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
11) Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap
warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fisik, dan seterusnya.
2) Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,
derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan
kontraksi uterus.
a) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk
mengamati turgor.
b) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau
respon nyeri yang abnormal
3) Perkusi
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi
yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
4) Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin.
c. Pemeriksaan psikososial
1) Respon dan persepsi keluarga
2) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
e.
3. Intervensi Keperawatan
Tumor
(pembengkaka
n)
Kalor (panas)
Dolor (nyeri)
d. Fungsi laesa
(gangguan fungsi)
e. Mengetahui sejauh
e. Evaluasi/validasi
mana
tentang informasi
informasi/cara
yang diberikan
dapat diterima
klien
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh, Rukiyah, dkk. et al. 2010. Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans
Info. Media
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).
Jakarta: TIM.