Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan (Sjamsuhidayat & De Jong dalam Nurarif, (2015).
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ
intestinal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang
tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering
adalah usus halus, tetapi bisa juga suatu jaringan lemak/omentum
Erikson dalam Muttaqin, (2016).
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan mukulo-aponevrotik dinding perut. Hernia terdiri
atas cincin, kantong dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya hernia
dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau
akuisita.

2. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Congenital
Lemahnya dinding akibat defek kongenital yang tidak diketahui,
resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
2. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring
dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah
berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga
usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan
tekanan dalam rongga perut .
3. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi
pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses
perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih
banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu
pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian
besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan
adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan
isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
4. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti
pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu
kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk
kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini
dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang
dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu
pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat
menjadi pencetus terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh
angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis
inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan
bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.
Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia
akan mengalaminya lagi.

3. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami
pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu
yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin
dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan
suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ - organ
selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan yang
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau
mengalami kelemahan.
4. Manifestasi Klinik
1. Berupa benjolan
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi
4. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis
yang berisi kandung kencing

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus (ileus)
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah
putih dan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulis
4. CT Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstrakolon.
5. USG untuk menilai massa hernia inguinal

6. Pengobatan
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive
sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke
dalam cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara
bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia
reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-
anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin
di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia keluar
dari cavum peritonii.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik yang dapat dilakukan pada:
a. Hernia reponibilis
b. Hernia irreponibilis
c. Hernia strangulata
d. Hernia incarserata

Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:


a. Herniotomi
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint lenton (penebalan antara tepi bebas m.obliquus
intraabdominalis dan m.transversus abdominalis yang berinsersio
di tuberculum pubicum).
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint lenton pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang / tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup
otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-
macam manurut kebutuhannya (ferguson, bassini, halstedt,
hernioplasty, pada hernia inguinalis media dan hernia femoralis
dikerjakan dengan cara MC. Vay).

7. Komplikasi
Hernia inkarserata : terjadi penjepitan isi hernia, tetapi belum
terjadi gangguan vaskularisasi
Hernia strangulasi : terjadi penjepitan isi hernia, dan telah
mengalami gangguan vaskularisas.
Komplikasi intraoperatif :
1. Perdarahan yang berasal dari vase epigastrica atau vase femoralis
2. Trauma pada usus
3. Trauma vesica urinaria
4. Terpotongnya isi funiculus spermaticus dan syaraf-syarafnya
5. Terpotong lig. teres uteri
6. Torsio testis karena penempatan yang tidak benar
Komplikasi intraoperatif :
1. Hematoma skrotum
2. Infeksi
3. Residif
4. Fistel urin / faeces

8. Pencegahan
1. Menjaga berat badan ideal
2. Mengonsumsi makanan tinggi serat
3. Tidak merokok
4. Menghindari mengangkat beban berat
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat
pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu
lama.
b. Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urin.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan
timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari
tangan dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda
tajam, semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan
badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
2. Penyimpangan KDM

Faktor pencetus: aktivitas berat, bayi prematur,


kelemahan dinding abdomen, intraabdiminal
tinggi, adanya tekanan Hernia

Hernia umbilikalis Hernia para umbilikalis Henia Inguinalis


kongenital

Masuknya omentum organ Kantung hernia melewati Kantung hernia memasuki


intestinal ke kantong dinding abdomen celah inguinal
umbilikalis
Prostusi hilang timbul Dinding posterior canalis
inguinal yang lemah
Gangguan suplai darah ke
intestinal
Ketidaknyamanan Benjolan pada region
abdominal inguinal
Nekrosis intestinal
Intervensi bedah Diatas ligamentum inguinal
relatif/konsevatif mengecil bila berbaring

Pembedahan

Nekrosis intestinal Asupan gizi kurang Mual

Resti perdarahan, Resti


infeksi Peristaltic usus menurun Nafsu makan menurun

Terputusnya jaringan saraf


Intake makanan inadekuat

Nyeri
Ketidak seimbangan nutrisi
Kantung hernia memasuki
Hernia insisional kurang dari kebutuhan
celah bekas insisi
tubuh

Heatus hernia Kantung hernia memasuki


rongga thorak
3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual
muntah.
3. Gangguan rasa nyaman
4. Resiko perdarahan
5. Resiko infeksi b.d luka insisi bedah/operasi

4. Rencana Intervensi
1. Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Wajah klien rileks

Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya, faktor yang memeperberat
karakteristik.
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi pengalihan
seperti megobrol, mendengarkan musik dan menonton tv.
- Berikan posisi yang nyaman (semifowler).
- Kolaborasi pemberian obat analgetik.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual


muntah
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai degan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuahn nutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan

Intervensi :
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan klien
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan

3. Resiko infeksi b.d luka insisi bedah/ operasi


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi resiko infeksi tidak
terjadi.
Kriteria Hasil :
- Luka kering, tidak ada pus
- Tidak ada bengkak
- Kerapatan luka tampak bagus

Intervensi :
- Observasi tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, kalor,
fungsiolaesa).
- Observasi tanda-tanda vital, perhatikan adanya peningkatan suhu
tubuh.
- Lakukan ganti balutan tiap hari.
- Pertahankan perawatan luka dengan teknik steril, aseptik dan
antiseptik.
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Monitor leukosit.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2016. Gangguan gastrointestinal Aplikasi


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC, Edisi Revisi, Jilid II. Yogyakarta:
Mediaction

Sjamsuhidayat, R & De Jong, W. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai