2. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Congenital
Lemahnya dinding akibat defek kongenital yang tidak diketahui,
resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
2. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring
dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah
berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga
usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan
tekanan dalam rongga perut .
3. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi
pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses
perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih
banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu
pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian
besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan
adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan
isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
4. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti
pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu
kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk
kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini
dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang
dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu
pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat
menjadi pencetus terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh
angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis
inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan
bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.
Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia
akan mengalaminya lagi.
3. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami
pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu
yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin
dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan
suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ - organ
selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan yang
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau
mengalami kelemahan.
4. Manifestasi Klinik
1. Berupa benjolan
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi
4. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis
yang berisi kandung kencing
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus (ileus)
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah
putih dan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulis
4. CT Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstrakolon.
5. USG untuk menilai massa hernia inguinal
6. Pengobatan
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive
sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke
dalam cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara
bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia
reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-
anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin
di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia keluar
dari cavum peritonii.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik yang dapat dilakukan pada:
a. Hernia reponibilis
b. Hernia irreponibilis
c. Hernia strangulata
d. Hernia incarserata
7. Komplikasi
Hernia inkarserata : terjadi penjepitan isi hernia, tetapi belum
terjadi gangguan vaskularisasi
Hernia strangulasi : terjadi penjepitan isi hernia, dan telah
mengalami gangguan vaskularisas.
Komplikasi intraoperatif :
1. Perdarahan yang berasal dari vase epigastrica atau vase femoralis
2. Trauma pada usus
3. Trauma vesica urinaria
4. Terpotongnya isi funiculus spermaticus dan syaraf-syarafnya
5. Terpotong lig. teres uteri
6. Torsio testis karena penempatan yang tidak benar
Komplikasi intraoperatif :
1. Hematoma skrotum
2. Infeksi
3. Residif
4. Fistel urin / faeces
8. Pencegahan
1. Menjaga berat badan ideal
2. Mengonsumsi makanan tinggi serat
3. Tidak merokok
4. Menghindari mengangkat beban berat
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat
pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu
lama.
b. Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urin.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan
timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari
tangan dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda
tajam, semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan
badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
2. Penyimpangan KDM
Pembedahan
Nyeri
Ketidak seimbangan nutrisi
Kantung hernia memasuki
Hernia insisional kurang dari kebutuhan
celah bekas insisi
tubuh
4. Rencana Intervensi
1. Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Wajah klien rileks
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya, faktor yang memeperberat
karakteristik.
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi pengalihan
seperti megobrol, mendengarkan musik dan menonton tv.
- Berikan posisi yang nyaman (semifowler).
- Kolaborasi pemberian obat analgetik.
Intervensi :
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan klien
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, kalor,
fungsiolaesa).
- Observasi tanda-tanda vital, perhatikan adanya peningkatan suhu
tubuh.
- Lakukan ganti balutan tiap hari.
- Pertahankan perawatan luka dengan teknik steril, aseptik dan
antiseptik.
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Monitor leukosit.
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidayat, R & De Jong, W. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC