Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam melakukan percobaan di laboratorium kimia, kita tidak akan terlepas
dari analisis, baik itu kualitatif ataupun kuantitatif. Kedua analisis ini akan selalu
beriringan. Setelah kita mengidentifikasi suatu zat melalui analisis kualitatif,
langkah selanjutnya adalah menentukan banyaknya jumlah zat yang terdapat
dalam sampel tersebut yang biasa kita kenal dengan analisis kuantitatif. Dalam
analisis kuantitatif, kita beberapa metode dan salah satunya yaitu metode
titrimetri (Khopkar, 2007).
Metode titrimetri yang dikenal juga sebagai metode volumetri merupakan
cara analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia.
Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit
dengan zat pendeteksi yang diseut titran (Hamdani, 2011).
Istilah titrasi untuk penambahan titran ke dalam analit didasarkan pada proses
pengukuran volume titran untuk mencapai titik ekivalen. Istilah metode titrimetri
lebih cocok diterapkan untuk analisis kuantitatif dibandingkan metode volumetri,
sebab pengukuran volume tidak selalu berkaitan dengan titrasi (Hamdani, 2011).
Jenis metode titrasi didasarkan pada jenis reaksi kimia yang terlibat dalam
proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode titrimetri dapat dibagi
menjadi empat golongan, yaitu; asidi-alkalimetri, oksidimetri, kompleksometri,
dan titrasi pengendapan. Namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas
tentang titrasi oksidimetri (redoks) secara khusus (Khopkar, 2007).

1
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan bisa mengetahui
bagaimana cara melakukan titrasi redoks
1.3 Tujuan Praktikum
Agar praktikan bisa Mengetahui reaksi dari pada redoks, mcam-macam titrasi
redoks dan Mengetahui prinsip kerja dari pada titrasi redoks.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Titrasi
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya
adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi
dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion
bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analit harus bersifat
reduktor atau sebaliknya (Hamdani, 2011).
Titrasi ini didasarkan pada reaksi oksidasi-reduksi antara analit dan titran.
Analit yang mengandung spesi reduktor dititrasi dengan titran berupa larutan
standar dari oksidator atau sebaliknya. Berbagai reaksi redoks data digunakan
sebagai dasar reaksi oksidimetri, misalnya penetapan ion besi(II), Fe2+ dalam
analit dengan menggunakan titran larutan standar cesium(IV), Ce4+ yang
mengikuti persamaan reaksi
Fe2+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+
Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Sepertinya akan menjadi
tidak mungkin bisa mengaplikasikan titrasi redoks tanpa melakukan penyetaraan
reaksinya dulu. Selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel volta, sifat
oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang cukup
baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi
jauh lebih mudah. Perlu diingat dari penyetaraan reaksi kita akan mendapatkan
harga equivalen tiap senyawa untuk perhitungan (Hamdani, 2011).
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat
kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant (potensiomteri), atau
dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan
efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih.
Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya
penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium
dikromat (Hamdani, 2011).

3
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat
anorganik maupun organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan
potensial, sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan potensial untuk
mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan
dengan menggunakan indicator (Hamdani, 2011).
2.2 Macam-macam Titrasi Redoks
Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi
redoks, maka dikenal beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri
dan permanganometri.
a. Iodimetri dan Iodometri
Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung),
dan iodometri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai
oksidator, sedangkan dalam iodometri ion iodida digunakan sebagai reduktor.
Baik dalam iodometri ataupun iodimetri penentuan titik akhir titrasi didasarkan
adanya I2 yang bebas. Dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk
mentitrasi iodium yang dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan
standar sekunder dan dapat distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium
iodidat. Dalam suatu titrasi, bila larutan titran dibuat dari zat yang
kemurniannya tidak pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan
tersebut digunakan zat baku yang disebut larutan baku primer, yaitu larutan
yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara penimbangan zat secara
seksama yang digunakan untuk standarisasi suatu larutan karena zatnya relatif
stabil. Selain itu, pembakuan juga bisa dilakukan dengan menggunakan larutan
baku sekunder, yaitu larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara
dibakukan oleh larutan baku primer, karena sifatnya yang labil, mudah terurai,
dan higroskopis (Khopkar, 2007).
Sifat khas iodine cukup menarik berwarna biru didalam larutan amilosa
dan berwarna merah pada larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas
reaksi redoks dapat diikuti dengan menggunaka indikator amilosa atau
amilopektin. Analisa dengan menggunakan iodine secara langsung disebut

4
dengan titrasi iodimetri. Namun titrasi juga dapat dilakukan dengan cara
menggunakan larutan iodida, dimana larutan tersebut diubah menjadi iodine,
dan selanjutnya dilakukan titrasi dengan natrium tiosulfat, titrasi tidak iodine
secara tidak langsung disebut dengan iodometri. Dalam titrasi ini digunakan
indikator amilosa, amilopektin, indikator carbon tetraklorida juga digunakan
yang berwarna ungu jika mengandung iodine.
b. Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi redoks menggunakan larutan
standar Kalium permanganat. Reaksi redoks ini dapat berlangsung dalam
suasana asam maupun dalam suasana basa. Dalam suasana asam, kalium
permanganat akan tereduksi menjadi Mn2+ dengan persamaan reaksi :
MnO4- + 8 H+ + 5 e → Mn2+ + 4 H2O
Berdasarkan jumlah ellektron yang ditangkap perubahan bilangan
oksidasinya, maka berat ekivalen Dengan demikian berat ekivalennya
seperlima dari berat molekulnya atau 31,606. Dalam reaksi redoks ini, suasana
terjadi karena penambahan asam sulfat, dan asam sulfat cukup baik karena
tidak bereaksi dengan permanganat. Larutan permanganat berwarna ungu, jika
titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak berwarna, indikator tidak diperlukan.
Namun jika larutan permangant yang kita pergunakan encer, maka
penambahanindikator dapat dilakukan. Beberapa indikator yang dapat
dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil antranilat.
Analisa dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti
dalam analisis vitamin C (asam askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri
dipergunakan. Pertama-tama, sampel ditimbang seberat 400 mg kemudian
dilarutkan kedalam air yang sudah terbebas dari gas carbondioksida (CO2),
selanjutnya larutan ini diasamkan dengan penambahan asam sulfat encer
sebanyak 10 mL. Titrasi dengan iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi
gunakan larutan kanji atau amilosa (Steven, 2012).
c. Dikromatometri

5
Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa
dikromat sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat,
tetapi lebih lemah dari permanganat. Kalium dikromat merupakan standar
primer. Penggunaan utama dikromatometri adalah untuk penentuan besi(II)
dalam asam klorida.
d. Serimetri
Serimetri adalah titrasi menggunakan larutan baku serium sulfat, untuk
zat uji yang bersifat reduktor. Contoh : Titrasi zat uji yang mengandung ion
ferro.
e. Nitrimetri
Metode Nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa
senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer.
Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer
(aromatic) dengan natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garam
diazonium. Reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan
yang berlangsung dalam dua tahap seperti dibawah ini :
NaNO2 + HCl → NaCl + HONO
Ar- NH2 + HONO + HCl → Ar-N2Cl + H2O
Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang
terbentu mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15oC. Reaksi diazotasi dapat
dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida.
Fe2+ → Fe3+ + e oksidasi
Ce4+ + e → Ce3+ reduksi
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+ redoks
Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang
terbentu mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15oC. Reaksi diazotasi dapat
dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida. Reaksi dilakukan
dibawah 15 oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium akan

6
terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat dipercepat dengan
menambahkan kalium bromida.
Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna dari
pasta kanji iodide atau kertas iodida sebagai indikator luar.
2.3 Uraian Bahan

1. Tablet Vit.C
Nama resmi : Acidum ascorbicum
Sinonim : Asam askorbat, Vitamin C

RM/BM : C6H8O6 / 176,13

Rumus struktur : CH2OH CHOHO=OOH OH

Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau agak kuning, tidak

berbau rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun

menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap di

udara, dalam larutan cepat teroksidasi.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar laut dalam etanol

95 % P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan eter


P dan dalam benzen P.

Khasiat : Antiskorbut

Kegunaan : Sebagai sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

2. Aquades
Nama resmi : Aqua destillata

7
Sinonim : Air suling, aquades

RM/BM : H2O /18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Asam sulfat
Nama resmi : Acidum sulfuricum

Sinonim : Asam sulfat

RM/BM : H2SO4 /98,07

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna,

jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas.

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai katalisator

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. Iodium
Nama resmi : Iodum

Sinonim : Iodium

RM/BM : I2 / 126,91

Pemerian : Keping atau butir, mengkilat seperti logam hitam

8
kelabu, bau khas.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam garam

iodida, mudah larut dalam etanol 95% P.

Khasiat : Anti infeksi kulit

Kegunaan : Sebagai larutan baku

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. Indikator kanji
Nama resmi : AMILUM MANIHOT

Nama lain : Amilum/pati kentang

Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berbau.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai indikator.

9
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah batang pengaduk, buret, erlenmeyer,
gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, statif klem,

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah Aquades, tablet Vit.C, asam sulfat,
Iodium, IndiKator kanji
3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Analisis Asam Sitrat

a) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan


b) Digerus 400 gr Tablet Vit.C
c) Dilarutkan dalam 100 mI air bebas karbon dan di tambahkan 25 mI asam
sulfat
d) Ditambahkan indikator kanji
e) Dititrasi dengan Iodium 0,1 N
f) Di lihat perubahan warna yang terjadi
g) Dicatat volume titrasi

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Sampel Indikator Volume Titrasi Hasil Reaksi

Tablet Vit.C Kanji Iodium 35 mI Tidak Terjadi


+ 25 mI Perubahan warna
Asam Sulfat

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan penetapan kadar vitamin C dengan metode
iodimetri. Iodimetri adalah titrasi langsung dan merupakan metode penentuan
atau penetapan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang
bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion
iodida. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya.
Pada praktikum kali ini dilakukan titrasi Redoks untuk melihat reaksi yang
terjadi dari sampel Vit C. Sebelum dilakukan percobaan, di siapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan, diantaranya dibuat desain alat statif dan clem dan di
tempatkan buret sebagai alat titras. Dan di siapkan bahan Vit C, Asam sulfat, dan
indikator kanji.

Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah vitamin C. Indikator


yang digunakan adalah indikator kanji. Kanji digunakan karena akan membentuk
kompleks iod amilum yang berwarna biru tua meskipun konsentrasi I2 sangat
kecil dan molekul iod terikat kuat pada permukaan beta amilosa seperti amilum.
Indikator kanji yang digunakan harus dalam keadaan panas agar mendapatkan
hasil titrasi yang maksimal dan juga karena kanji tidak dapat larut jika tidak
dipanaskan. Tetapi, dalam pemanasannya harus diperhatikan agar larutan kanji
tersebut tidak berubah menjadi encer.

11
Selanjutanya, sampel Vit C ditambahkan air bebas kerbon dan 25 mI asam
sulfat, di camporkan hingga homogen. Larutan Vit C di tambahkan indikator
kanji, penambahan indikator kanji sebagai pengontrol dari larutan sampel.
Salanjutanya sampel di titrasi menggunakan iodium 0,1 N. Setelah di titrasi tidak
terjadi perubahan warna, faktor ini di sebabkan dari proses perlakuan dan sampel
yang di pakain baik, sehingga dalm proses perlakuan tidak mendapat hasil yang
maksimal.

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari Hasil perlakuan dapat di simpulkan bahwa, tirrasi redoks merupakan
suatu titrasi yang dapat menentukan kadar dari suatu senyawa pada sampel, akan
tetapi pada perlakuan dalm sampel Vit C terjadi kesalahan sehingga tidak di
ketahui suatu kadar dari senyawa dalam sampel.
5.2 Saran
Praktikan diharapkan selalu menjaga sikap pada saat melakukan praktikum,
perlakuan harus dilakukan sesuai denga prosedur kerja.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bassett, dkk. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Intyastiwi, 2010. Titrasi Permanganometri. Didownload pada


(http://www.pdf.kq5.org/oleh- kelompok-9.html) pada tanggal 17 Desember
2010,pukul 16.30 WITA.

Khopkar. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Underwood, A.L. , Day, R. A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

14

Anda mungkin juga menyukai