Kelompok 2 :
Ikaviviana Ayuningtyas (A018003)
Sri Rahayu (A018009)
Vienna Rossa (A018011)
Elsa Elida (A018012)
Shadrina Marini Kusuma (A018033)
Demikian bunyi hadis yang diterima Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu.
Maka, setiap hal yang selaras dengan jalan beliau, ia termasuk sunnahnya. Sunnah
yang diperintahkan tersebut dapat berstatus mustahab (jika dikerjakan berpahala dan
jika ditinggalkan tidak berdosa -pent) dan dapat pula berstatus wajib, tergantung
kepada dalil-dalil yang menunjukkannya.
Menurut ulama fuqaha (ahli fiqih), sunnah didefinisikan sebagai segala sesuatu
perbuatan (amalan) yang dianjurkan oleh syariat untuk diikuti umat muslim, namun
hukumnya tidak sampai derajat wajib.
Menurut ulama aqidah, sunnah berarti amal perbuatan yang tuntunannya bersumber
dari Nabi Muhammad SAW, bukan sesuatu yang dilebih-lebihkan atau diadakan
sendiri menurut keyakinan (bid’ah).
Menurut pakar hadist (muhadditsun), sunnah adalah segala sesuatu (perbuatan,
perkataan, ataupun ketetapan) yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, baik
sebelum diutus menjadi rasul maupun sesudahnya.
Menurut ahli ushul, sunnah merupakan hal-hal yang bersumber dari Rasulullah SAW
selain Al-Quran, baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan yang bisa dijadikan dalil
bagi hukum syara’.
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21).
Dari 2 firman Allah SWT diatas, secara tegas menjelaskan bahwa adanya
perintah untuk menerima dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Rasul dan
menjaukan apa yang dilarangnya (QS. Al-Hasyir: 7). Perintah menta'ati Rasul karena
Ia merupakan suri tauladan yang baik bagi manusia (QS. Al-Ahzab: 21).
Dengan dmikian menjadi sangat jelas mematuhi dan meneladani Rasulullah
SAW berarti pula mengikuti aturan-aturan hokum yang ditetapkan oleh
beliau. Bahkan Al-Qur’an menegaskan, keimanan seseorang tergantung pada
kepatuhan seseorang kepada keputusan hukum yang ditetapkan Rasulullah SAW.
a. Aqidah
Bidang ‘aqidah ini dibatasi oleh Islam, dalam hal perbedaan antara iman
dan kafir, yang berhubungan dengan Allah dan sifat- sifat-Nya, para Rasul
dan hari kiamat. Sunnah tidak dapat menetapkan dasar ‘aqidah karena ‘aqidah
ini menimbulkan kepercayaan. sedangkan kepercayaan itu adalah keyakinan
yang pasti. Tidak ada yang mungkin menghasilkan keyakinan yang pasti
itu, kecuali yang pasti pula.
b.Akhlak
Dalam Sunnah atau Hadis, banyak sekali disampaikan Nabi mengenai
hikma-hikmah, adap sopan santun dalam pergaulan ataupun nasehat, baik
secara langsung maupun dalam bentuk pujian tentang keadilan, kebenaran
dan menepati janji, dan atau celaan terhadap perbuatan perbuatan buruk yang
dilakukan umat.
c. Hukum-Hukum Amaliah
Hukum amaliah berhubungan dengan penetapan bentuk-bentuk ibadah,
pengaturan mu’amalah antar manusia, memisahkan hak-hak dan
kewajiban, menyelesaikan persengketaan di antara umat secara bijak dan
adil. Maka hukum-hukum yang diperoleh dari sunnah dalam bentuk inilah
yang disebut “Fiqh Sunnah”, sedangkan hadisnya sendiri disebut “Hadis
Ahkam”.
Sikap Terhadap Sunnah Tasyri’iyah
Oleh Karena Sunnah tasyri’iyah merupakan Sunnah yang berdasarkan
hukum. Dan merupakan sebuah risalah kenabian maka sikap kita sangat dianjurkan
untuk mengikutinya. Karena itu, apa yang datang dari beliau hendaklah diterima
dengan ketaatan sepenuh hati sebagai bukti seseorang dianggap beriman dan apa
yang beliau larang haruslah dihindari Karena beliau melarang sesuatu yang sudah
pasti memiliki dampak negatif bagi kehidupan. Sebab yang diperintahkan Allah itu
tidak akan menjerumuskan kita kedalam keburukan, melainkan akan membawa
kepada kebahagian abadi di akhirat nanti. Jadi sebaiknya kita mengikuti sunnah
yang sudah disyariatkan karena itu pasti baik untuk kita.
Dasar penetapan terhadap adanya sunnah ghairu Tasyri’iyah ini adalah hadis yang
diriwayatkan Muslim:
كنا: ما تصنعون؟ قالوا: فقال, يلقحون النخل:قدم نبي للا المدينة وهم يأبرون النخل يقولون
, فذكروا ذلك له: قال, فنفضت أو فنقصت, فتركوه, لعلكم لولم تفعلوا كان خيرا: قال,نصنعه
انما انا بشرا ذاامرتكم بشيئ من د ينكم فخذوه وا ذا امرتكم بشيئ من رأ يى فإنما انا بشر:فقال
((رواه مسلم
Artinya: Rasulullah SAW. Datang ke Madinah pada saat penduduknya melakukan
penyerbukan kurma. Nabi bertanya, "Apa yang kalian lakukan?" mereka menjawab,
"Kami melakukan sesuatu yang biasa kami lakukan (penyerbukan kurma).
"Barangkali kali kalian tidak melakukannya, itu lebih baik."Merekapun tidak
melakukan hal itu lagi, dan ternyata kurma mereka hasilnya berkurang.Rafi' berkata,
"Lalu mereka ceritakan kejadian itu pada Rasulullah.Maka rasulpun bersabda,
"Saya hanya seorang manusia, apabila aku perintahkan kalian mengenai sesuatu
tentang Agama, pegangilah dengan teguh perintah itu, apabila aku perintahkan
kalian berdasarkan pendapatku, maka aku hanyalah manusia. (HR. Muslim).
Dari hadis yang tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan Nabi yang
seakan melarang penduduk agar tidak menyerbuki kurma hanyalah asumsi Nabi yang
mengira bahwa tidak perlu menyerbuki kurma, ternyata penyerbukan kurma itu akan
menghasilkan kurma yang lebih baik. Ini bukanlah risalah agama, akan tetapi ini
menyangkut dengan persoalan keduniawian (pertanian) yang terkadang mereka lebih
tau daripada Nabi, karena kebiasaan mereka yang menyerbuki kurma. Maka disini
menunjukkan ada sunnah-sunnah yang merupakan sifat kemanusiaannya (basyariah)
dan itu tidak harus di ikuti (Ghairu Tasyri’iyah).
Adapun maksud dan tujuan dari syari’at dalam setiap penetapan hukum itu
adalah adanya kemaslahatan bagi umat manusia, hal ini sebagaimana yang
diterangkan oleh Ibn Qayyim berikut ini:
Sesungguhnya syari’at islam itu dibangun atas kemaslahatan manusia untuk
kehidupan mereka di dunia dan akhirat. Syari’at Islam seluruhnya keadilan rahmat,
maslahat, dan hikmah. Karenanya, setiap masalah yang menyimpang dari keadilan
menuju kezaliman, dari rahmat menuju kekerasan, dari maslahah menuju kerusakan,
dan dari hikmah menuju kepada kesia-siaan belaka, maka semua itu bukan termasuk
syari’at Islam, sekalipun semua itu diupayakan untuk dimasukkan dengan cara
mengadakan interpretasi (penakwilan). Syari’at Islam merupakan keadilan Allah bagi
hamba-hamba-Nya, rahmat bagi makhluk-Nya, dan merupakan tempat bernaung di
bumi-Nya, serta hikmahnya menunjukkan atas adanya Allah dan kebenaran Rasul-
Nya sebagai bukti yang paling sempurna dan yang paling benar.
Daftar Pustaka