Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL PENELITIAN

Efektifitas Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi

Maria Theodorin Agnes J Karang1, Ahmad Rizal2


Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Indonesia Maju
Jln. Harapan Nomor 50, Lenteng Agung – Jakarta Selatan 12610
telp: 081385703859 Email: theodorine.agnes.ta@gmail.com, Email :hmdrjl@gmail.com

Abstrak
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan dapat diukur paling tidak pada tiga kali pada
kesempatan yang berbeda. Salah satu cara menurunkan tekanan darah dengan metode terapi relaksasi otot
progresif.tujuan terapi relaksasi otot progresif memberikan hasil yang memuaskan dalam program terapi
terhadap ketegangan otot, memfasilitasi tidur, mengurangi kelelahan, nyeri pada leher dan punggung,
menurunkan tekanan darah tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi efektivitas terapi relaksasi otot
progresif terhadap lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru Tahun 2015. Desain
penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan rancangan one group prtest – posttest. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi sedang berobat berjumlah 30 responden. Hasil penelitian
menunjukkan ρ value 0,014 (ρ<0,05), maka Hο di tolak dan ada perbedaan antara penurunan tekananan darah
sebelum dan sesudah terapi relaksasi otot progresif pada lansia dengan hipertensi atau ada pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
Kata kunci: Hipertensi, relaksasi otot progresif

Abstract
Hypertension is high blood pressure that is abnormal and can be measured on at least three times on different
occasions. One way to lower blood pressure with the method of progressive muscle relaxation therapy. the
progressive muscle relaxation therapy goal gives satisfactory results in the program of therapy against the
muscular tension, facilitate sleep, reduces fatigue, pain on the neck and back, lowering high blood pressure. The
purpose of this research was to identify the effectiveness of progressive muscle relaxation therapy against
elderly with hypertension in Kebayoran Baru Subdistrict health centers of the year 2015. The research design
used i.e. one group with quantitative prtest – posttest. The population in this study are all the patients of
hypertension are treatment amounted to 30 respondents. The results showed ρ value 0.014 (ρ < 0.05), then at
starting Hο and there is a difference between a decrease of blood tekananan before and after the progressive
muscle relaxation therapy on the elderly with hypertension or there is the influence of progressive muscle
relaxation therapy against a decrease in blood pressure in the elderly with hypertension.
Keywords: Hypertension, progressive muscle relaxation

339
Vol. 7 No. 4 Desember 2017 Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Pendahuluan pembuluh darah yang mengalirkan darah ke


Jantung dan ke seluruh tubuh, harus menahan
Bertambahnya usia manusia atau tekanan yang tinggi ketika jantung memompa
terajadi proses penuaan secara degeneratif darah.4
mengakibatkan berkurangnya fungsi tubuh
pada diri seseorang. Dimana akan berdampak Adapun faktor - faktor yang
pada perubahan – perubahan diri pada mempengaruhi usia cenderung mengalami
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi masalah kesehatan yang disebabkan oleh
juga kognitif, perasaan, social dan seksual.1 penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan.
Pada perubahan fisiologis terjadi penurunan
Dampak dari berkurangnya fungsi- sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi
fungsi tubuh mengakibatkan hilangnya secara gangguan dari dalam maupun luar tubuh.Salah
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk satu gangguan kesehatan yang paling banyak
memperbaiki diri mengganti atau dialami oleh lansia adalah pada pasien
mempertahankan fungsi normalnya sehingga kardiovaskuler. Secara alamiah lansia akan
tidak dapat bertahan dari infeksi dan tidak mengalami penurunan fungsi organ dan
dapat memperbaiki kerusakan yang diderita.2 mengalami labilitas tekanan darah.5 Oleh
Proses menua merupakan proses yang sebab itu, lansia dianjurkan untuk selalu
terus menerus (berlanjut) secara alamiah, memeriksakan tekanan darah secara teratur
dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada agar dapat mencegah penyakit kardiovaskuler
semua makhluk hidup. Padausia lanjut sangat khususnya hipertensi.6
rentan terhadap penyakit karena penurunan Berdasarkan data yang dikelurkan oleh
aktivitas tubuh dan kognitif. Proses menua World Health Organization (WHO) pada tahun
sudah mulai sejak seseorang mencapai usia 2011 menyebutkan bahwa dua pertiga dari
dewasa., misalnya dengan terjadinya penduduk dunia yang menderita hipertesni
kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, diantaranya berada di negara berkembang yang
dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit berpenghasilan rendah dan sedang. Hipertensi
demi sedikit. Adapu akibat dari berkurangnya menyebabkan 8 juta kematian per tahun di
fungsi tubuh menyebabkan timbulnya berbagai seluruh dunia dan 1,5 juta kematian pertahun
penyakit yang terjadi pada lansia antara lain di wilayah Asia Tenggara. Indonesia berada
pneumonia, gastritis, infeksi saluran kemih, dalam deretan 10 negara dengan prevalensi
arthritis rheumathoid, osteoporosis, diabetes hipertensi tertinggi di dunia, bersama
mellitus, stroke, katarak, herpes zoster, dan Myanmar, India, Srilanka, Bhutan, Thailand,
hipertensi.Salah satu penyakit yang sering Nepal, dan Maldives.
diderita oleh lansia yaitu hipertensi.
Hasil Riset Keseharan Dasar (Riskesdas)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi tahun 2010 menunjukan bahwa telah terjadi
yang abnormal dan dapat diukur paling tidak pergeseran penyebab kematian dari penyakit
pada tiga kali pada kesempatan yang berbeda. menular ke penyakit tidak menular. Penyakit
Tekana darah yang normal bervariasi sesuai tidak menular menjadi penyebab kematian
usia. Joint National Committee on Pressure terbesar dengan 59,5 % kematian dan penyakit
yang ke-7 telah mempublikasi revisi panduan menular berada diurutan selanjutnya dengan
nilai tekanan darah sistolik dan diastolic yang 28,1 % kematian. Salah satu penyakit tidak
optimal pada hipertensi. menular yang menjadi masalah kesehatan
Pada umumnya tekanan darah dianggap dominan di negara – negara maju dan
optimal adalah 120 mmHg untuk tekanan berkembang adalah penyakit hipertensi.
sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolic, Hipertensi berkaitan dengan penurunan usia
sementara tekanan yang dianggap hipertensi harapan hidup penderita, peningkatan penyakit
adalah lebih dari 140 mmHg untuk sistolik dan jantung dan risiko terjadinya stroke.7
lebih dari 90 mmHg untuk diastolic Salah satu pengobatan hipertensi yang
Hipertensi berkaitan dengan elastisitas dapat dilakukan yaitu dengan cara terapi
pembuluh darah, volume darah dan frekuensi komplementer. Salah satu bentuk terapi
jantung memompa darah.Perlu diketahui komplementer adalah terapi relaksasi otot
bahwa pembuluh darah mirip dengan selang progresif.Teknik relaksasi otot progresif adalah
karet yang mengalirkan darah secara terus teknik relaksasi otot dalam yang tidak
menerus sepanjang waktu. Arteri nama memerlukan imajinasi, kekuatan atau
340
Maria Theodorin Agnes J Karang Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

sugesti.Teknik relaksasi itit progresif yang diperlukan untuk melakukan relaksasi


memusatkan perhatain pada suatu aktivitas otot otot progresif sehingga dapat menimbulkan
dengan mengidentifikasi otot yang tegang efek yang maksimal adalah selama satu sampai
kemudian menurunkan ketegangan dengan dua minggu dan dilaksanakan selama satu
melakukan teknik relaksasi untuk sampai dua kali 15 menit per hari.10
mendapatkan perasaan rileks.
Berdasarkan hasil rekam medis di
Terapi relaksasi otot progresif Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru
bermanfaat untuk menurnkan resistensi perifer Jakarta selatan pada tahun 2013 didapatkan
dan menaikan elastisitas pembuluh darah. hipertensi berjumlah 848 pasien, pada tahun
Otot-otot dan peredaran darah akan lebih 2014 berjumlah 1.037 pasien dan periode
sempurna dalam mengabil dan mengedarkan januari sampai agustus 2015 hipertensi pasien
oksigen serta relaksasi otot progresif dapat rawat inap berjumlah 647 pasien dan yang
bersifat vasodilator yang efeknya memperlebar berobat berjumlah 711 dengan pembagian
pembuluh darah dan dapat menurunkan berdasarakan sebagai berikut : usia 45 – 54
tekanan darah secara langsung. Relaksasi otot tahun berjumlah 290 pasien, usia 55 – 59 tahun
progresif ini menjadi metode relaksasi yang berjumlah 223 pasien, dan usia > 60 berjumlah
tidak memerlukan imajinasi, tidak ada efek 200 pasien.
samping, mudah dilakukan, membuat tubuh
Studi pendahuluan yang dilakukan
dan pikiran terasa tenang dan rileks. Latihan
peneliti pada tanggal 26 oktober 2015 dengan
ini dapat membantu mengurangi ketegangan
metode wawancara terhadap 10 perawat di
otot, stress, menurunkan tekanan darah,
ruangan puskesmas Kecamatan Kebayoran
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
Baru Jakarta Selatan, didapati 10 perawat
sehari-hari, meningkatkan imunitas, sehingga
mengatakan untuk mengatasi pasien hipertensi
status fungsional, dan kualitas hidup
pada lansia yang dilakukan dengan pengobatan
meningkat.8
farmakologis atau dengan pemberian obat
Terapi relaksasi otot progresif diuretic dan B-bloker dan memberikan
mempunya tujuan untuk mencapai keadaan pendidikan kesehatan tentang cara menjaga
rileks menyeluruh, mencakup keadaan rileks pola makan dan menghindari atau mengurangi
secara fisiologiskeadaan rileks yang diberikan makanan yang menyebabkan hipertensi.
akan merangsang hipotalamus dengan Perawat ruamengatakan tidak pernah
mengeluarkan pituitary untuk merilekskan melakukan pengobatan nonfarmakologi
pikiran. Keadaan rileks ditandai dengan dengan relaksasi otot progresif.
penurunan kadar epinefrin dan nonepinefrin
Penelitian ini bertujuan untuk
dalam darah, penurunan frekuensi denyut
mengidentifikasi efektivitas terapi relaksasi
jantung (sampai mencapai24 kali per menit),
otot progresif terhadap lansia dengan
penurunan frekuensi nafas (sampai 4-6 kali per
hipertensi di Puskesmas Kecamatan
menit), penurunan ketegangan otot,
Kebayoran Baru.
metabolism menurun, vasodilatasi dan
peningkatan temperature pada ekstremita.9 Metode
Relaksasi dilakukan secara bertahap dan Metode yang digunakan dalam desain
dipraktekan dengan berbaring atau duduk di ini adalah metode Quasi eksperimen. Hal ini
kursi dengan kepala ditopang dengan dapat terjadi, karena penelitian yang menguji
bantal.Setiap kelompok otot ditegangkan coba suatu intervensi pada kelompok subjek
selama 5-7 detik dan direlaksasikan selama 10- dengan atau tanpa kelompok pembanding
20 detik.Prosedur ini diulang paling tidak satu namun tidak dilakukan randomisasi. Desain
kali. penenelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah one group pretest – posttest. Dimana
Petunjuk relaksasi progresif dibagi
peneliti melakukan observasi sebanyak dua
dalam dua bagian, yaitu bagian pertama
kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah
dengan mengulang kembali pada saat praktek
eksperimen.11 Desain ini digunakan untuk
sehingga lebih mengenali otot tubuh yang
mengetahui Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
paling sering tegang, dan bagian kedua dengan
Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah
prosedur singkat untuk merilekskan beberapa
Pada Lansia Dengan Hipertensi di Puskesmas
otot secara stimulan sehingga relaksasi otot
Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan
dapat dicapai dalam waktu singkat. Waktu
Tahun 2015.
341
Vol. 7 No. 4 Desember 2017 Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Populasi adalah wilayah generalisasi Analisa univariat / analisa deskriptif


yang terdiri atas objek / subjek yang merupakan analisa data yang bertujuan untuk
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu mendeskripsikan data atau menggambarkan
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari data yang telah terkumpul sebagaiman adanya
dan ditarik kesimpulannya.12Populasi dalam tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi berlaku untuk umum atau generalisasi.15 Hasil
dengan kategori usia 60 tahun ke atas yang dari analisis univariat dalam penelitian ini
sedang berobat di Puskesmas Kecamatan berupa statistic deskriptif dari penuruan
Kebayoran Baru berjumlah 15 orang. tekanan darah sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan berupa tabel yang
Sampel adalah objek yang diteliti dan
menggabarkan data secara umum, juga nilai
dianggap mewakili seluruh populasi.13 Sampel
mean serta standar devisiasi dari masing –
yang terlibat dalam penelitin ini adalah semua
masing observasi.
pasien hipertensi dengan kategori usia 45
tahun keatas yang sedang berobat di Analisa bivariat dilakukan terhadap
Puskesmas Kecamatan Kebayoran Barru dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
dengan menggunakan total populasi yaitu 15 berhubungan atau korelasi, dalam penelitian
orang. Total populasi adalah teknik ini menggunakan uji paried sampel T test yang
pengambilan sampel dimana jumlah sampel merupakan analisis dengan melibatkan dua
sama dengan populasi.Alasan mengambil pengukuran pada subjek yang sama terhadap
jumlah populasi karena jumlah populasi suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Uji
kurang dari 100 dan seluruh populasi dijadikan tersebut digunakan untuk mengetahui
sampel penelitian. pengaruh sebelum dan sesudah terapi relaksasi
otot progresif pada lansia dengan hipertensi.
Teknik pengambilan sampling
Sebelum diberikan terapi dilakukan
menggunakan purposive sampling.Sampel
pemeriksaan tekanan darah. Setelah dilakukan
yang diambil secara purposive berarti dengan
terapi relaksasi otot progresif dilakukan
sengaja mengambil atau memilih kasus ata
pemeriksaan tekanan darah kembali pada
responden. Bedanya dengan accidental
responden yang sama.
(aksidental) sampling adalah dilakukan dengan
mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
Hasil
sesuai dengan konteks penelitian.14
Tabel 1. Tekanan darah Lansia sebelum
Penelitian dilakukan di Puskesmas
dilakukan Terapi Relaksasi Otot Progresif Di
Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta
Puskesmas Kecamatan Kebayoran BaruTahun
Selatan.Alasannya peneliti memilih puskesmas
2015 (n=15)
tersebut karena sampel dan tempat tersebut
sesuai dengan kriteria penelitian dan mudah Tekanan Darah Jumlah Persentase
dijangkau sehingga dapat memperoleh data (%)
dasar yang diperlukan. Penelitian ini dimulai
dari bulan agustus sampai dengan januari Normal 5 (33,3)
2016.
Tinggi 10 (66,7)
Dalam penelitian ini alat pengumpul
Total 15 (100,0)
data yang digunakan adalah lembar
observasi.Jenis skala pengukuran yang Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa sebelum
digunakan adalah skala ordinal.Lembar diberikan terapi relaksasi otot progresif pada
observasi berdasarkan pada klasifikasi tekanan responden peneliti terlebih dahulu melakukan
darah tinggi menurut JNC VII Mei 2007, untuk pemeriksaan tekanan darah pada responden
mengetahui tinggi rendahnya tekanan darah, dan didapatkan responden dengan tekanan
terkait dengan pengaruh terapi relaksasi otot darah tinggi (Hipertensi) sebanyak 10
progresif terhadap penurunan tekanan darah. responden (66,7%) sedangkan kategori normal
Sebelum melaukan pengumpulan dara lembar 5 responden yaitu (33,3%).
observasi diuji coba terlebih dahulu apakah
ada pertanyaan yang tidak jelas atau bahasa
yang tidak dimengerti

342
Maria Theodorin Agnes J Karang Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Tabel 2. Penurunan Tekanan Darah Pada perbedaan skor antara sebelum dan sesudah
Lansia Sesudah Dilakukan Terapi Relaksasi adalah 0,467 dengan standar deviasi 0,640.
Otot Progresif Di Puskesmas Kecamatan Hasil uji statistic dengan menggunakan uji
Kebayoran Baru Tahun 2015 (n=15) Paired Sampel T-Test didapatkan ρ value
0,029 (ρ<0,05), maka Hο di tolak dan ada
Tekanan Darah Jumlah Persentase
perbedaan antara penurunan tekananan darah
(%)
sebelum dan sesudah terapi relaksasi otot
Normal 12 (80,0) progresif pada lansia dengan hipertensi atau
Tinggi 2 (20,0) ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
Total 15 (100,0) dengan hipertensi.
Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa setelah Pembahasan
dilakukan terapi relaksasi otot progresif,
peneliti melakukan kembali pemeriksaan Penurunan tekanan darah sebelum dan
tekanan darah pada responden yang sama, hal sesudah diberikan terapi relaksasi otot
dilakukan untuk mengetahui tekanan darah progresif
responden yang diberikan terapi relaksasi otot Berdasarkan hasil penelitian dengan
progresif apakah mengalami penururnan atau menggunakan lembar observasi tentang
peningkatan setelah dilakukan terapi relaksasi rentang pengukuran tekanan darah.Sebelum
otot progresif. Dan agar dpat dilihat dari hasil dilakukan terapi relaksasi otot progresif
pemeriksaan tekanan darah ada tidaknya terlebih dahulu peneliti melakukan
pengaruh terapi relaksasi otot progresif pemeriksaan tekanan darah pada
terhadap penurunan tekanan darah. dan responden.Didapatkan sebagian besar kategori
didapatkan responden yang masih memeiliki tekanan darah tinggi yaitu 10 responden
tekanan darah tinggi 3 dari 15 responden (66,7%) sedangkan kategori tekanan darah
(20,0%) sedangkan kategori normal sebanyak normal 5 responden (33,3%).Setelah
12 dari 15 responden (80,0). Hal ini pemeriksaan dilakukanterapi relaksasi otot
membuktikan bahwa adanya penurunan progresif dilakukan pemeriksaan tekanan darah
tekanan darah pada responden dari 10 pada responden Sedangkan Distribusi
responden dengan hipertensi mennjadi 3 responden menurut penurunan tekanan darah
responden dengan hipertensi. sesudah diberikan terapi relaksasi otot
Tabel 3. Efektivitas Terapi Relaksasi Otot progresif sebagian besar dengan kategori
Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah normal yaitu 12 responden (80,0%) sedangkan
Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Puskesmas kategori tinggi 3 responden (20,0%).
Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan Menurut Edmund Jacobson teknik
Tekanan Darah Mean SD SE P relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi
otot dalam yang tiak memerlukan imajinasi ,
value ketekunan, atau sugesti. Relaksasi otot
progresif akan menurunkan denyut nadi dan
Sebelum terapi tekanan darah, juga mengurangi keringat dan
Relaksasi otot 1,67 0,488 0,126 frekuensi pernafasan. Tekanan darah sistolik
salah satunya dipengaruhi oleh psikologis
Progresif
sehingga dengan relaksasi akan mendapatkan
ketenangan dan tekanan sistolik menurun,
Sesudah terapi selain itu tekanan darah sistolik juga
dipengaruhi sirkulasi sestemik dan sirkulasi
Relaksasi otot 1,20 0,414 0,107 0,029
pulmonal sehingga dengan terapi ini yang
Progresif dibantu dengan pengaturan pernafasan akan
terjadi penurunan tekanan darah sistolik.
Tabel 3 diatas menunjukkan penurunan Sedangkan tekanan darah diastolic terkait
tekanan darah pada lansia sebelum terapi dengan sirkulasi kororner, jika arteri koroner
relaksasi otot progresif adalah 16,7 dengan mengalami aterosklerosis akan mempengaruhi
standar deviasi 0,488.sesudah terapi relaksasi
peningkatan tekanan darah diastolik, sehingga
otot progresif didapat rata-rata penurunan dengan terapi relaksasi otot progresif
tekanan darh pada lansia adalah 1,20 dengan
standar deviasi 0,414 terlihat nilai mean
343
Vol. 7 No. 4 Desember 2017 Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

mengalami sedikit penurunan tekanan darah dengan hipertensi untuk menurunkan tekanan
diastolic. darah. Terapi ini juga dapat dilakukan setiap
hari dirumah saat santai dan sebelum tidur dan
Saat relaksasi terjadi kombinasi tarikan
mudah untuk dilakukan.
dan hembusan nafas panjang, yang
memberikan pertukaran udara yang bagus. Menurut peneliti hal tersebut
Saat dalamkeadaan rilek otot akan vasodilatasi memberikan arti bahwa melakukan terapi
dan membuat keadaan menjadi rileks, dimana relaksasi otot progresif terus menerus akan
ketegangan otot sebelum terapi membuat membantu penurunan tekanan darah dan
tekanan darah meningkat, sehingga diberikan membuat seseorang mejadi rileks.keadaan
terapi. Sehingga dibutuhkan rileks dapat membatu responden dalam
relaksasi.Pergantian ini akan memperkaya menurunkan tekanan darah. Terapi relaksasi
darah dengan oksigen serta membersihkan dapat dilakukan saaat santai bahkan bisa
organ respirasi, dengan demikian dilakukan sebelum tidur hal ini dapat
meningkatkan kapasitas vital dan oksidasi membantu responden dengan usia lanjut.
paru. Selain itu ketika relaksasi, otot Sedangkan penerapan terapi relaksasi tidak
merangsang pengeluaran beberapa hormone dilaksanakan secara terus menerus
positif bagi tubuh yaitu Endophine, Serotonin, mengakibatkan tekanan darah pada lansia tetap
melatonin, yang merupakan endogogonius atau bahkan meningkat sehingga
morphin (zat yang memberikan efek memperlambat proses penurunan tekanan
menenangkan) yang ada dalam tubuh manusia darah. Walaupun diberikan obat namun tidak
dan katekolamin yang merupakan zat yang dibarengi dengan relaksasi yang dapat
dapat melancarkan aliran darah. keadaan rileks merilekskan pikiran maka hasilnya akan tetap
secara fisiologiskeadaan rileks yang diberikan bahkan meningkat.
akan merangsang hipotalamus dengan
Kesimpulan
mengeluarkan pituitary untuk merilekskan
pikiran dan mempengaruhi penurunan tekanan Berdasarkan hasil penelitian dan
darah. pembahsan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, pembahasan mengenai
Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif
Efektifitas Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Dengan Hipertensi
Lansia Dengan Hipertensi di Puskesmas
Rata-rata skor penurunan tekanan darah Kecamatan Kebayoran Baru maka peneliti
pada lansia sebelum terapi relaksasi otot dapat menyimpulkan bahwa:
progresif adalah adalah 1,67 dengan standar
Peningkatan tekanan darah pada lansia
deviasi 0,488. Sesudah terapi relaksasi otot
sebelum diberikan terapi lingkungan sebagian
progresif didapat rata-rata penurunan tekanan
besar lansia mempunyai tekanan darah
darah pada lansia adalah 1,20 dengan standar
tinggi.Penerapan terapi relaksasi otot progresif
deviasi 0,414 Terlihat nilai mean perbedaan
di puskesmas kecamatan kebayoran baru di
skor antara sebelum dan sesudah adalah 0,467
nilai belum dilakukan.Setelah diberika terapi
dengan standar deviasi 0,640. Hasil uji statistik
relaksasi otot progresif didapatkan lansia yang
dengan menggunakan ujiPaired Sampel T-Test
memiliki tekanan darah tinggi menjadi
didapatkanp value 0,014 (p < 0,05), maka Ho
berkurang atau menurun.Sehingga adanya
di tolak dan ada perbedaan antara penurunan
efektivitas terapi relaksasi otot progresif
tekanan darah sebelum dan sesudah terapi
terhadap tekanan darah pada lansia dengan
relaksasi otot progresif pada lansia dengan
hipertensi.
hipertensi atau ada pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap penurunan tekanan Saran
darah pada lansia dengan hipertensi. Mempertimbangkan hasil penelitian
Dilihat dari hasil penelitian tentang tentang Efektifitas Terapi Relaksasi Otot
efektifitas terapi relaksasi otot progresif Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah
terhadap penururnan dekanan darah pada Pada Lansia Dengan Hipertensi di Puskesmas
lansia dengan hipertensi di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru pada tahun 2015
Kecamatan Kebayoran Baru maka peneliti maka perlu kiranya :
dapat menyimpulkan bahwa penerapan terapi Bagi Pelayanan Keperawatan agar dapat
relaksasi otot progresif dapat membantu lansia mempertimbangakan kefektifan penggunaan
344
Maria Theodorin Agnes J Karang Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

terapi alami, hal ini dikarenakan terapirelaksasi Daftar Pustaka


progresif selain dapat menurunkan dan 1. Arikunto, S. Prosedur Penelitian : Suatu
mengontrol tekanan darah dalam jangka waktu Pendekatan Praktik Jakarta : Rineka Cipta;
lama dan agar terapi relaksasi otot progresif ini 2013.
bisa digunakan selanjutnya dalam pelayanan di 2. Azizah, Lilik M. Keperawatn Lanjut Usia.
puskesmas dan disebarluaskan keefektifan Edisi I. Yogyakarta : Graha Ilmu; 2012.
kepada para penderita hipertensi yang berobat 3. Darmijo, R. Boedhi. Geriatri (Ilmu Kesehatan
ke puskesmas tersebut. Lanjut Usia). Jakarta: FKUI; 2008.
4. Hastono, S. Analisa Data kesehatan.Depok :
Bagi Institusi pendidikan Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Indonesia;
agar dapat mensosialisasikan terapi ini yaitu 2007.
terapi relaksasi otot progresif untuk 5. Jasmarizal, dkk.Pengaruh Terapi Relaksasi
menurunkan tekanan darah penderita Otot ProgresifTerhadap Penurunan Tekanan
hipertensi, kedalam kegiatan pembelajaran Darah Sistolik Pada Lansia Dengan
baik di dalam kelas maupun di lapangan.Bagi Hipertensi.Padang : STIKES
Instpendidikan KeperawatanAgar dapat Mercubaktijaya;2011.
6. Kowalski, Robert E. Terapi Hipertensi.
mensosialisasikan terapi ini yaitu terapi
Bandung :PT. Mizan Pustaka; 2010.
relaksasi otot progresif untuk menurunkan 7. Maryam, R. S. dkk. Mengenal UsiaLanjut
tekanan darah penderita hipertensi, kedalam dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika;
kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas 2008.
maupun di lapangan. 8. Notoadmojo. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta; 2007.
Bagi Peneliti Selanjutnya agar dapat
9. Notoadmojo, S. Metodologi Penelitian
melanjutkan dan menyempurnakan penelitian Kesehatan. Edisi 3 Jakarta: Rineka Cipta;
relaksasi otot progresif untuk menurunkan 2005.
tekanan darah penderita hipertensi dan agar 10. Nurlsalam. Metodologi Penelitian Ilmu
dapat meneliti lebih komprehensif faktor- Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba
faktor yang dapat menghambat penurunan Medika; 2013.
tekanan darah penderita hipertensi yang sedang 11. Palmer, dkk. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta:
dalam terapi relaksasi otot progresif. Erlangga; 2007.
12. Rosta. Kerdiologi: lecture notes. Jakarta:
Agar dapat meneliti lebih Penerbit Erlangga; 2011.
komprehensif faktor-faktor yang dapat 13. Santoso, Singgih.Statistik Parametrik: Konsep
menghambat penurunan tekanan darah dan Aplikasi dengan SPPS;2012.
14. Suadirman, S. P. Psikologi UsiaLanjut.
penderita hipertensi yang sedang dalam Cetakan I. Yogyakarta : Gadjah mada
terapi relaksasi otot progresif University Press; 2011.
15. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitas Dan R & D. Bandung : Alfabeta;
2007.

345

Anda mungkin juga menyukai