Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari segala sesuatu

mengenai planet Bumi beserta isinya. Geologi merupakan kelompok ilmu yang

membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur,

proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi,

kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir

di alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu

pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam

namun juga merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang sangat menarik untuk

dipelajari.

Cakupan ilmu Geologi sangatlah luas, salah satu cabang ilmu dari geologi

adalah “Geomorfologi” dimana kata geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa

Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (earth/bumi), morphos (shape/bentuk),

logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka

pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan

bumi. Geomorfologi sangat erat kaitannya dengan bidang ilmu seperti fisiografi,

meteorologi, klimatologi, hidrologi, geologi, dan geografi.

Dalam mendiskripsi bentuk-bentuk bentangalam (landform atau landscapes)

ada tiga faktor yang diperhatikan dalam mempelajari geomorfologi, yaitu: struktur,
proses dan stadia. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan dalam mempelajari

geomorfologi. Geomorfologi tentu saja sangat erat kaitannya dengan peta topografi.

Dalam mempelajari geomorfologi sangatlah penting untuk mengetahui cara

menginterpretasi atau menafsirkan peta topografi. Dalam menginterpretasi peta

topografi, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu kemiringan lereng, jenis

batuan/litologi, dan ketinggian suatu daerah. Karena kita tahu bahwa kajian geologi

belum lengkap jika hanya sebatas teori saja, sehingga praktek sangatlah penting untuk

dilaksanakan karena dapat membantu memperdalam pemahaman dari teori. Maka

dari itu, diadakanlah praktikum Geomorfologi Acara Interpretasi Peta Topografi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum acara “Interpretasi Peta Geomorfologi” adalah

agar praktikan dapat menginterpretasi peta topografi sehingga dapat mengenali

bentang alam suatu daerah.

Sedangkan tujuan dari praktikum acara ini adalah:

1. Praktikan dapat menginterpretasi relief suatu daerah melalui peta topografi

2. Praktikan dapat menginterpretasi jenis batuan/litologi yang menyusun bentang

alam suatu daerah melalui peta topografi

3. Praktikan dapat mengeinterpretasii diagram ketinggian sayatan suatu peta

topografi melalui garis penampang

1.4 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Peta Topografi

2. Kertas kalkir ukuran A3

3. Kertas grafik ukuran A3

4. Kertas A4S

5. Alat tulis menulis

6. Pensil warna

7. Pulpen mekanik

8. Penggaris
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peta

2.1.1 Pengertian Peta

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu
melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda,
mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar
komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunanimappa yang berarti taplak atau kain
penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau
sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan
skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga
dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi.

2.1.2 Fungsi Peta

Fungsi dari peta antara lain :


a. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.
b. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.
c. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara,
gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.
d. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah
yang akan diteliti.
e. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
f. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
g. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
h. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena
(gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.
2.1.3 Jenis-Jenis Peta

Adapun jenis-jenis peta dibagi berdasarkan beberapa aspek, yaitu :


A. Berdasarkan isinya peta dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Peta Umum
Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum.
Peta umum ini memuat semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik
kenampakan fisis (alam) maupun kenampakan sosial budaya. Peta umum ada 2
jenis yaitu: peta topografi dan peta chorografi. Peta topografi yaitu peta yang
menggambarkan bentuk relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi sedangkan
peta chorografi, menggambarkan daerah yang luas, misalnya provinsi, negara,
benua bahkan dunia. Dalam peta ini digambarkan semua kenampakan yang ada
di antaranya pegunungan, gunung, sungai, danau, jalan raya, jalan kereta api,
batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain.
b. Peta Khusus atau Tematik
Disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya menggambarkan
satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi yang ingin ditampilkan.
Contoh peta khusus/tematik: peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, peta
penyebaran hasil pertanian, peta penyebaran hasil tambang, chart (peta jalur
penerbangan atau pelayaran).
B. Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi:
a. Peta Digital
Peta yang digambarkan pada sebuah aplikasi komputer, biasanya menggunakan
Sistem Informasi Geografis (SIG).
b. Peta Timbul (relief)
Peta timbul atau relief adalah peta yang menggambarkan bentuk sebenarnya
dari permukaan bumi.
c. Peta Datar
Peta datar adalah peta yang digambarkan dalam bidang datar berbentuk dua
dimensi.
C. Berdasarkan skalanya , peta dapat dibagi menjadi:
a. Peta Kadaster / Teknik
Peta kadaster atau teknik adalah peta yang memiliki skala antara 1:100 hingga
1:5.000.
b. Peta Skala Besar
Peta ini memiliki skala antara 1:5.000 hingga 1:250.000.
c. Peta Skala Menengah
Peta ini memiliki skala antara 1:250.000 hingga 1:500.000.
d. Peta Skala Kecil
Peta ini memiliki skala antara 1:500.000 hingga 1:1.000.000 atau lebih.

Gambar 2.1 Contoh peta


2.2 Garis Kontur

2.2.1 Pengertian Garis Kontur

Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian


sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis lengkung
horisontal. Garis ini merupakan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai
ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi atau garis khayal yang
menghubungkan titik – titik yang mempunyai ketinggian yang sama.Penarikan garis
kontur bertujuan untuk memberikan informasi relief (baik secara relatif maupun
absolut).

Gambar 2.1 Peta Kontur

2.2.2 Sifat-Sifat Garis Kontur

Adapun sifat-sifat garis kontur adalah :


a. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
b. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
c. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
d. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
e. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang
curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang
landai.
f. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan
gunung.
g. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik menandakan suatu
lembah/jurang.

2.3 Geomorfologi

2.3.1 Definisi Geomorfologi

Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari


tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau
ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian
geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi. Dari
definisi tersebut dapat dimengerti bahwa geomorfologi adalah ilmu tentang berbagai
bentuk lahan di permukaan bumi baik di atas maupun di bawah permukaan laut
dengan penekanan studinya pada: asal, sifat, proses perkembangan, susunan materlal,
dan kaitannya dengan lingkungan.

2.3.2 Aspek-Aspek Geomorfologi

Pada dasarnya terdapat empat aspek besar dalam geomorfologi yaitu:


1) Studi bentuk lahan (geomorfologi statik).
2) Studi proses (geomorfologi dinamik).
3) Studi cara terbentuk (geomorfologi genetik).
4) Studi lingkungan (geomorfologi lingkungan).

2.3.3 Konsep Dasar Geomorfologi

Adapun konsep dasar Geomorfologi yaitu sebagai berikut:


1. Hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung saat ini berlangsung
juga pada masa lampau, dengan kata lain gaya-gaya dan proses-proses yang
membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati saat ini telah berlangsung
sejak terbentuknya bumi.
2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang paling dominan dalam
evolusi bentangalam dan struktur geologi akan dicerminkan oleh bentuk
bentangalamnya.
3. Relief muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya boleh jadi
karena derajat pembentukannya juga berbeda.
4. Proses-proses geomorfologi akan meninggalkan bekas-bekas yang nyata pada
bentangalam dan setiap proses geomorfologi akan membentuk bentuk
bentangalam dengan karakteristik tertentu (meninggalkan jejak yang spesifik
yang dapat dibedakan dengan proses lainnya secara jelas).
5. Akibat adanya intensitas erosi yang berbeda beda di permukaan bumi, maka
akan dihasilkan suatu urutan bentuk bentangalam dengan karakteristik tertentu
disetiap tahap perkembangannya.
6. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dijumpai dibandingkan dengan
evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk muka bumi pada
umumnya sangat kompleks/rumit, jarang sekali yang prosesnya sederhana).
7. Bentuk bentuk bentangalam yang ada di permukaan bumi yang berumur lebih
tua dari Tersier jarang sekali dijumpai dan kebanyakan berumur Kuarter.
8. Penafsiran secara tepat terhadap bentangalam saat ini tidak mungkin dilakukan
tanpa mempertimbangkan perubahan iklim dan geologi yang terjadi selama
zaman Kuarter (Pengenalan bentangalam saat sekarang harus memperhatikan
proses yang berlangsung sejak zaman Pleistosen)
9. Adanya perbedaan iklim di muka bumi perlu menjadi pengetahuan kita untuk
memahami proses-proses geomorfologi yang berbeda beda yang terjadi dimuka
bumi (dalam mempelajari bentangalam secara global/skala dunia, pengetahuan
tentang iklim global sangat diperlukan)
2.4 Klasifikasi Van Zuidam

Adapun klasifikasi lereng oleh Van Zuidam yaitu sebsgai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Lereng Van Zuidam


2.5 Interpretasi Litologi

Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang perlu diamati
adalah pola kontur dan aliran sungai.
a. Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang menunjukan
batuan lunak atau lepas.
b. Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya,
menunjukan lebih keras dari batuan sekitarnya.
c. Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya batuan
keras atau zona patahan.
d. Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu berada pada
batuan yang lebih mudah tererosi (lunak). (kerapatan sungai adalah
perbandingan antara total panjang sungai-sungai yang berada pada cekungan
pengaliran terhadap luas cekungan pengaliran sungai-sungai itu sendiri),
sedangkan kerapatan sungai yang kecil menunjukan batuan yang resisten
terhadap erosi.
Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah
pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau
pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai, bentuk-
bentuk topografi yang khas, serta pola aliran sungai.

2.6 Cara Membuat Diagram Penampang


Tahapan membuat diagram/penampang melintang pada peta topografi.
1. Tentukan wilayah yang akan dibuat diagram penampang melintang.Misalnya
peta ini:

Gambar 2.2 Contoh peta topografi


2. Buat garis penampang pada peta kontur yaitu dengan membuat garis
melintang/garis horizontal.
Gambar 2.3Sayatan padapeta topografi
3. Buat grafik/digram ketinggian di bawah peta yang sudah dibuat garis
penampang.

Gambar 2.4Diagram padapeta topografi


4. Tepat di titik perpotongan antara garis penampang dan kontur pada peta, tarik
garis ke bawah untuk dihubungkan ke grafik/diagram, sehingga dihasilkan titik
perpotongan ketinggian pada grafik ketinggian.
Gambar 2.5Ketinggian dalam diagram padapeta topografi
5. Hubungkan titik-titik perpotongan pada grafik ketinggian sehingga dihasilkan
pola bentuk bumi sesungguhnya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam praktikum Geomorfologi Acara Interpretasi Peta Topografi ini,


dilakukan untuk menafsirkan bentangalam suatu daerah melalui peta topografi.
Praktikum ini dibagi menjadi tiga bagian sesuai tujuan praktikum yaitu:

1. Menginterpretasi Lereng melalui Peta Topografi

Dalam menginterpretasi atau menafsirkan kelerengan suatu wilayah melalui


peta topografi, yang sangat penting diperhatikan adalah jarak antar garis kontur. Pada
praktikum ini kami menginterpretasi kelerengan secara garis besarnya saja, yaitu
membedakan antara daerah yang curam, miring dan landai.
Daerah yang curam dapat dikenali dengan melihat garis-garis kontur yang
rapat. Garis kontur yang rapat menandakan daerah yang curam atau terjal karena
jarak antara ketinggian satu dan ketinggian lain sangat dekat. Dapat diketahui kontur
tersebut dapat berupa jurang atau gunung. Lereng yang curam pada peta disimbolkan
dengan diberi warna ungu. Pada peta yang kami amati, daerah yang curam terdapat
pada daerah sebelah timur dan barat daya.
Daerah yang miring dapat dikenali dengan melihat garis-garis kontur yang tidak
terlalu rapat dan tidak terlalu landai, sedang-sedang saja.. Garis kontur yang seperti
ini menandakan daerah yang miring karena jarak antara ketinggian satu dan
ketinggian lain tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Kita dapat mengetahui
bahwa kontur tersebut dapat berupa bukit atau kawasan yang sering terkena erosi.
Lereng yang curam pada peta disimbolkan dengan diberi warna kuning. Pada peta
yang kami amati, daerah yang miring terdapat pada daerah sebelah barat laut.
Daerah yang landai dapat dikenali dengan melihat garis-garis kontur yang
jarang. Garis kontur yang jarang menandakan daerah yang landai karena jarak antara
ketinggian satu dan ketinggian lain jauh. Dapat diketahui kontur tersebut dapat
berupa dataran, pemukiman, jalan, persawahan dan lain sebagainya. Lereng yang
landai pada peta disimbolkan dengan diberi warna hijau. Pada peta yang kami amati,
daerah yang curam terdapat di tengah-tengah.
2. Menginterpretasi Litologi melalui Peta Topografi

Dalam interpretasi litologi dari peta topografi, hal terpenting adalah


pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau
pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai, bentuk-
bentuk topografi yang khas, serta pola aliran sungai. Namun yang kami lakukan
hanya secara dasarnya yaitu melihat bentuk konturnya.
Batuan vulkanik/piroklastik memiliki bentuk kontur yang menjulur seperti lidah
dan rapat. Disimbolkan dengan diberi warna jingga.. Pada peta yang diamati, batuan
vulkanik tersebar di bagian timur.
Batuan sedimen memiliki bentuk kontur yang agak rapat namun tidak teratur.
Dalam peta yang diamati, dapat dilihat terdapat batuan sedimen, yaitu batu gamping.
Simbol dari batuan ini yaitu diberi warna biru. Persebaran batu gamoing pada peta
berada di daerah barat.
Batuan beku memiliki kontur yang agak rapat dan lebih teratur. Batuan beku
disimnolkan di peta dengan diberi warna merah. Pada peta yang diamati terdpat dua
daerah yang merupakan daerah terdpat batuan beku.

3. Membuat Garis Penampang pada Peta Topografi

Dalam membuat garis penampang, pada peta ditarik garis sayatan yang
memotong peta dari ujung ke ujung lain yang memotong banyak kontur. Memotong
banyak kontur dilakukan agar kita dapat melihat lebih spesifik bagaimana bentuk
bentangalam tersebut dari tampak samping. Setelah ditarik sayatan, maka diambillah
data letak titik perpotongan kontur dan ketinggian kontur tersebut. Selanjutnya buat
garis horizontal pada kertas grafik yang sesuai dengan garis sayatan tadi yang akan
dijadikan diagram penampang. Data terserbut dimasukkan ke dalam garis horizontal
untuk kemudian dibuat titiknya sesuai ketinggian. Setiap satu millimeter pada kertas
grafik tadi menandakan ketinggian 30 meter sehingga tiap satu meter mewakili 300
meter pada kenyataan sebenarnya. Setelah itu hubungkan titik-titik tadi sehingga
tampak penampakan bentangalam berdasarkan sayatan tersebut. Pada peta topografi
kami, terlihat diagram penampang semakin ke kanan relatif semakin tinggi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Geomorfologi acara Interpretasi Peta Topografi ini,


dapat disimpulkan bahwa:
1. Untuk menginterpretasi kemiringan lereng melalui suatu peta topografi, yang
sangat penting diperhatikan adalah jarak antar garis konturnya. Garis kontur
yang rapat menandakan lereng yang curam, garis kontur yang jarang
menandakan lereng yang landai, sedangkan garis kontur yang tidak terlalu rapat
dan tidak terlalu jarang menandakan lereng yang miring.
2. Dalam menginterpretasi litologi melalui suatu peta topografi, hal terpenting
adalah pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan
atau pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah aliran
sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta pola aliran sungai.
3. Untuk membuat diagram penampang pada peta topografi, dilakukan dengan
memindahkan garis sayatan pada suatu garis horizontal kemudian dibuat grafik
ketinggian yang sesuai dengan ketinggian kontur pada peta topografi tersebut.

4.2 Saran

4.2.1 Saran Untuk Praktikum

1. Sebaiknya praktikum dilaksanakan tepat waktu dan tidak melampaui batas


jadwal perkuliahan
2. Sebaiknya praktikum dapat dilaksanakan di tempat yang lebih luas dan
praktikan dapat leluasa karena pengerjaan laporan sementara menggunakan alat
dan bahan yang banyak dan mengambil banyak ruang.
4.2.2 Saran Untuk Asisten

1. Sebaiknya asisten yang hadir pada saat praktikum lebih banyak agar dapat
memibimbing langsung praktikan dalam mengerjakan laporan sementara dan
praktikan tidak ada yang kebingungan dan kesulitan.
2. Sebaiknya asisten dapat menjelaskan lebih mendetail mengenai prosedur
praktikum saat asistensi acara.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Pengertian Garis Kontur pada Peta, Karakteristik, Macam dan
Rumus Cara Menghitung Interval Garis
Kontur.www.kompasalam.com/2015/10/ pengertian-garis-kontur-pada-
peta-karakteristik-macan-dan-rumus-cara-menghitung-interval-garis-
kontur.html diakses pada tanggal 11 Maret 2017 pukul 20.50 WITA

Anonim. 2015. Interpretasi Peta. https://herydictus.wordpress.com/2012/09/16/


interpretasi-peta/ diakses pada tanggal 11 Maret 2017 pukul 20.55 WITA

Hidayat, Andi. 2010. Pengetahuan Peta. https://andimanwno.files.wordpress.com/-


2010/08/pengetahuan-peta.pdf diakses pada tanggal 11 Maret pukul 20.42
WITA

Noor, Djauhari. 2012. Geomorfologi.Bogor : Universitas Pakuan

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan

Nuratika, Saputri. 2016. Cara Membuat Diagram Penampang pada Peta Topografi.
https://saputrinuratika.blogspot.co.id/2016/01/cara-membuat-diagram--
penampang-pada-peta-topografi.html diakses pada tanggal 11 Maret 2017
pukul 21.35 WITA

Anda mungkin juga menyukai