Modul Pengantar Ilmu Geologi
Modul Pengantar Ilmu Geologi
1. Pengertian Geologi
A. Inti bumi (paling dalam), terdiri dari inti dalam (kedalaman 5.140-
6.371 km, padat, berat, dan sangat panas), inti luar (kedalaman
2.883-5.140 km, cair atau lelehan lebih ringan, dan sangat panas).
Gambar 3.
Sketsa aliran panas pada pemanasan air di atas kompor, dan sketsa aliran
konveksi magma.
4. Pembentukan Batuan
3. Batuan beku basa, dengan kandungan SiO2 < 50% (basalt, gabro).
AB + CD ® AC + BD
(batugamping) (marmer)
Secara umum pada batuan metamorf dikenal mempunyai 3 macam
struktur, yaitu :
Keterangan :
4. Stratigrafi
5. Mineralogi
Komposisi kimia
Sistem kristal
Nama mineral
Ca Co3
Rombohedral
Kalsit
Ca Co3
Ortorombik
Aragonit
PbS
Isometrik
Galena
Fe2O3
Rombohedral
Hematit
Fe2O4
Isometrik
Magnetit
NaCl
Isometrik
Halit
CaSO4
Ortorombik
Anhidrit
CaSO4 . 2H2O
Monoklin
Gipsum
C
Isometrik
Intan
C
Heksagonal
Grafit
FeS2
Isometrik
Pyrit
FeS
Heksagonal
Pyrotit
Ada bahan lain yang tidak dapat disebut sebagai mineral, misalnya : SiO2
(opal, karena amorf), C (batubara, karena merupakan bahan organik),
H2O (air, karena bukan benda padat).
6. Struktur Geologi
Struktur geologi adalah suatu struktur atau kondisi geologi yang ada di
suatu daerah sebagai akibat dari terjadinya perubahan-perubahan pada
batuan oleh proses tektonik atau proses lainnya. Dengan terjadinya
proses tektonik, maka batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf) maupun kerak bumi akan berubah susunannya dari
keadaannya semula. Struktur geologi (makro) yang penting untuk
diketahui antara lain ; bidang perlapisan, sistem sesar, sistem perlipatan,
sistem kekar, dan bidang ketidakselarasan.
Sesar atau patahan (fault) adalah suatu bidang yang terbentuk karena
kekuatan batuan tidak dapat menahan lagi tekanan/beban yang ada
sehingga akhirnya batuan tersebut patah. Setelah terjadinya sesar
tersebut, kedua bagian yang tadinya berhubungan dapat bergeser naik,
turun, atau bergeser secara mendatar (Gambar 11).
Sesar yang terbentuk karena proses tektonik yang kuat umumnya tidak
berdiri sendiri (tunggal), tetapi akan menghasilkan sesar-sesar lain yang
lebih kecil di sekitarnya sehingga dapat membentuk suatu sistem sesar
yang kompleks (Gambar 12).
Gambar 11. Sketsa beberapa tipe sesar tunggal
Karena aktivitas tektonik, lapisan batuan sedimen yang relatif elastis akan
mengalami tekanan yang tinggi dan terlipat, dan membentuk sistem
sinklin-antiklin. Pada sistem perlipatan maka lapisan batuan yang tadinya
mendatar akan berubah posisinya menjadi miring dengan sudut
kemiringan (dip) dan jurus (strike) yang bervariasi (Gambar 13 dan 14).
Gambar 13. Sketsa sistem perlipatan
Gambar 16.
Beberapa kemungkinan interpretasi singkapan yang telah mengalami
perlipatan.
6.4. Sistem Kekar
Seperti juga pada sesar dan perlipatan, kekar umumnya terbentuk karena
proses tektonik yang terjadi pada suatu daerah tertentu. Dalam hal ini
kekar merupakan akibat lanjutan dan proses pembentuk sesar atau
perlipatan. Kalau kekuatan suatu batuan (kuat tekan atau kuat tarik)
tidak sanggup lagi melawan tegangan yang ada, maka batuan tersebut
akan pecah atau retak. Jika ukuran dari retakan tersebut besar dan
terjadi pergeseran yang besar disebut terjadi sesar, sedangkan dalam
ukuran retakan tersebut kecil (hanya sampai beberapa meter) dan relatif
tidak terjadi pergeseran disebut sebagai kekar (Gambar 17).
Pada suatu batuan yang sama dalam daerah yang relatif kecil sering
terdapat beberapa pasang kekar yang berbeda (sistem kekar). Kekar-
kekar yang mempunyai orientasi (jurus dan kemiringan) sama disebut
sebagai satu set kekar. Dalam suatu sistem kekar bisa terdapat lebih dari
satu set kekar.
Permukaan bidang kekar ada yang halus, kasar, bergelombang, licin, dll,
tergantung pada jenis batuan, kekuatan batuan, besarnya gaya, dan jenis
gaya yang bekerja padanya.
Dalam analisis kekar yang perlu diperhatikan adalah : ukuran kekar
(persistensi), kekasaran bidang kekar, bukaan kekar (separation), isi
bukaan kekar (infilling), ada/tidaknya air pada kekar, besar aliran air
pada sistem kekar, orientasi bidang kekar (jurus dan kemiringan), jumlah
set kekar pada daerah yang sama, dan kerapatan/jarak kekar
Gambar 20.
Batuan yang terkekarkan memberikan indikasi longsoran membaji
Pettijohn, E.J., 1975. Sedimentary Rocks, Third Edition. Harper & Row.
Turner, F.J., and Verhoogen, J., 1960. Igneous Rock and Metamorphic
Petrology, John Wiley & Sons.