Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian, dalam bahasa inggris “research”. Research “kembali”,
“search” berarti “mencari”. Sesuai dengan tujuannya, reseacrh didefinisikan
sebagai “suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan, dan usaha-usaha itu dilakukan dengan
menggunakan metode ilmiah”. Pelajaran yang membicarakan metode-metode
ilmiah mengenai penelitian disebut metode penelitian atau research
methodology.
Mengapa orang melakukan penelitian? Hal ini tidak lain karena sifat
ilmu pengetahuan yang selalu ingin menemukan hal-hal yang baru. Disamping
itu, banyak pendapat mengatakan bahwa, manusia selalu ingin memecahkan
masalah yang dihadapinya. Hidup manusia penuh dengan masalah, baik
masalah besar ataupun kecil. Manusia juga cenderung ingin mencari sesuatu
yang baru. Sesuatu yang baru itu diharapkan dapat menguntungkan dirinya.
Setiap manusia yang mendapatkan masalah, berharap dapat memecahkan
masalahnya dengan baik.
Umumnya orang yang sulit memecahkan masalah akan minta bantuan
orang lain. Dia berharap, orang lain ikut memikirkan masalahnya dan bertukar
pengalaman. Pengalaman itu bisa dari pengalaman sendiri, pengalaman orang
lain, dan pengalaman dari membaca banyak buku ilmu pengetahuan. Hal ini
berarti dia ingin mendapatkan ilmu pengetahuan dari orang lain.
Artinya, bahwa manusia terpelajar akan memecahkan masalahnya
dengan cara relevan. Pendek kata memcahkan masalah dengan ilmu
pengetahuan yang relevan dan objektif. Memecahkan masalah secara ilmiah.
Sebab, tugas-tugas atau pekerjaan-pekerjaan profesional harus didasarkan
pada katagori ilmiah.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka kami membuat rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana rancangan penelitian menurut percobaan ?
2. Bagaimana rancangan penelitian menurut kuasi eksperimental ?
3. Bagaimana rancangan penelitian menurut penelitian klinik ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka kami membuat tujuan
penulisan, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana rancangan penelitian menurut percobaan
2. Untuk mengetahui bagaimana rancangan penelitian menurut kuasi
eksperimental.
3. Untuk mengetahui bagaimana rancangan penelitian menurut penelitian
klinik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rancangan Penelitian
1. Pengertian dan Klarifikasi Rancangan (Desain) Penelitian
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai
sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti
luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan
penelitian. Dalam rancangan perencanaan dimulai dengan mengadakan
observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan
diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis
penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses, membuat
percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel,
prosedur dan teknik sampling, instrumen, pengumpulan data, analisis data
yang terkumpul dan pelaporan hasil penelitian.
Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, maka tujuan
rancangan penelitian adalah untuk memberikan suatu rencana untuk
mrnjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Konsideran utamanya dalam
rancangan perencanaan adalah untuk mengkhususkan mekanisme kontrol
yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga jawaban atas pertanyaan
akan menjadi jelas. Selanjutnya rancangan penelitian dalam makna
pelaksanaan sangat terkait dengan pembuktian hipotesis, menyatakan
suatu kejelasan hubungan sebab akibat dan setiap variabel yang terlibat,
dan dari penentuan instrumen pengumpulan data akan jelas terukur tingkat
validitas internal dan validitas eksternal.
a. Rancangan penelitian percobaan
Rancangan penelitian percobaan pada dasarnya bertujuan untuk
memberikan deskripsi dengan maksud untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian. Tipe deskripsi yang dihasilkan tergantung pada
banyaknya informasi yang dimiliki peneliti tentang topik sebelum

3
proses pengumpulan data. Secara umum, biasanya rancangan
deskriptif dibagi menjadi dua yaitu rancangan eksploratori dan survei.
Rancangan percobaan yang lainnya adalah sensus atau
penelitian populasi. Ciri utama dan rancangan penelitian deskriptif
tidak menyatakan adanya hubungan sebab akibat serta tidak terlalu
kompleks, karena biasannya penelitian ditujukan untuk meneliti
variabel atau populasi tunggal.
b. Rancangan penelitian eksploratori
Jenis rancangan penelitian eksploratif, adalah jenis rancangan
penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru dari
hasil eksplorasi yang mendalam pada obyek tertentu. Sesuatu yang
baru itu dapat saja berupa pengelompokan suatu gejala, fakta dan
penyakit tertentu. Rancangan penelitian ini banyak memakan waktu
dan biaya
c. Rancangan penelitian survei
Penetapan rancangan penelitian survey bertujuan :
 Untuk mencari informasi aktual yang mendetail berdasarkan gejala
yang ada
 Untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau bentuk
mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-paktek yang sedang
berlangsung
 Untuk membuat komparasi dan evaluasi
 Untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain
dalam menangani masalah-masalah atau situasi yang sama, agar
dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana
dan pengambilan keputusan dimasa depan.
d. Rancangan penelitian eksperimen
Semua rancangan percobaan atau eksperimen mempunyai
karakteristik sentral yaitu didasarkan pada adanya manipulasi variabel
bebas dan mengukur efek pada variabel terikat. Rancangan eksperimen
klasik terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

4
Kelompok eksperimen, variabel bebasnya dimanipulasi, dalam
kelompok kontrol variabel terikatnya yang diukur, maka tidak ada
perubahan yang dibuat pada variabel bebasnya.
Secara umum, ciri rancangan penelitian eksperimen yang baik adalah :
 Subyek secara acak dipilih ke dalam kelompok-kelompok
 Peneliti merancang manipulasi yang akan diberikan pada variabel
eksperimen dan dilakukan kontrol yang ketat
 Terdapat setidak-tidaknya dua kelompok yaitu krlompok
eksperimen dan kontrol yang satu sama lain sebagai pembanding
 Selalu digunakan analisis variabs untuk meminimalkan varians dan
error dan memaksimumkan varians dari variabel yang diteliti dan
berkaitan dengan hipotesis yang ditetapkan.
Oleh karena itu peneliti harus mampu melakukan kontrol
yang ketat terhadap variabel eksperimen, maka ada tiga prinsip dasar
dalam pelaksanaan rancangan eksperimen yaitu :
i. Replikasi, pengulangan dari eksperimen dasar. Hal ini berguna
untuk memberikan estimasi yang lebih tepat terhadap eror
eksperimen dan memperoleh estimasi yang lebih baik terhadap
rata-rata pengaruh yang ditimbulkan dan perlakuan.
ii. Randomisasi bermanfaat untuk meningkatkan validitas dan
mengurangi bias utamanya dalam hal pembagian kelompok dan
perlakuan
iii. Kontrol internal, melakukan penimbangan, bloking dan
pengelompokkan serta unit-unit percobaan yag digunakan. Hal ini,
bermanfaat unntuk membuat prosedur yang lebih akurat,
efisien,dan sensitif.
Error eksperimen dalam sebuah penelitian eksperimen dapat terjadi
karena beberapa hal , yaitu:
a. Kesalahan dari percobaan yang sedang dilakukan.
b. Kesalahan pengamatan
c. Kesalahan pengukuran

5
d. Variasi dan bahan yang digunakan dalam percobaan
e. Pengaruh kombinasi dari faktor-faktor luar.
Semakin banyak replikasi memang membawa konsekuensi penelitian
eksperimen itu mahal dan memakan waktu relatif lama. Oleh karena itu
pertimbangan untuk menentukan banyaknya replikasi sangat ditentukan
oleh:
a. Luas dan banyaknya jenis unit pecobaan.
b. Bentuk unit percobaan.
c. Varibilitas dan ketersediaan material percobaan.
d. Derajat ketelitian yang diinginkan. Derajat kebebasan diharapkan
tidak boleh kurang dari 10-15.

e. Rancangan Penelitian Klinik


Perkembangan penilitian klinik adalah sejalan dengan
perkembangan ilmu kedekteron. Ilmu kedokteran sebagai ilmu alamiah
berkembang melalui dua cara, yaitu melalui observasi dan eksperimen.
Cara observasi ini dilakukan dengan mencatat sifat – sifat dan gejala-
gejala yang terjadi secara alamiah, dan dengan cara ini kemudian
diperoleh informasi tenatng perjalanan alamiah penyakit dan factor-
faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan cara eksperimen, dilakukan
dengan mengatur kondisi tertentu terhadap objek, kemudian
mengamati terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada objek
tersebut. Di dalam ilmu kedoteran/kesehatan, kedua cara ini saling
menunjang dan saling melengkapi.
1) Tahap – tahap penilitian
Tujuan penilitian klinik adalah untuk menguji efektivitas obat pada
manusia. Dengan sendirinya sebelum obat tersebut dicobakan pada
manusia terlebih dahulu harus dicobakan pada binatang percobaan.
Berdasarkan tujuannya, penelitian klinik ini dibagi dalam 4 tahap,
yakni :
 Tahap pertama

6
Tahap pertama klinik ini merupakan pemberian obat untuk
pertama kali pada manusia, setelah obat yang bersangkutan
telah lolos dari penilitian farmakologi dan teksiologi pada
binatang percobaan. Tujuan penilitian klinis tahap ini untuk
memperlihatkan efek farmakologi klinik suatu obat pada
sekelompok kecil penderita atau sukarelawan sehat.
Pengukuran dalam penilitian ini menyangkut khasiat obat,
dengan data yang dikumpulkan adalah : jenis obat, hubungan
antara dosis dengan respons, lama keja obat pada dosis tunggal,
metabolisme, dan interaksi.
 Tahap kedua
Tujuan penilitian tahap ini adalah untuk menentukan apakah
kerja farmakologi yang telah dibuktiakan pada tahap pertama
tersebut berguna untuk pengobatan. Indicator dari pengukuran
penilitian tahap ini adalah penyembuhan penyakit. Tetapi
karena kesembuhan tersebut biasanya terjadi pada waktu yang
panjang, maka efek farmakologilah yang dijadikan indicator,
misalnya kadar gula darah, penurunan tekanan darah, dan
sebagainya. Selain itu perlu dikumpulkan data tentang efek
samping yang cukup untuk memperkirakan secara dini rasio
antara risiko dan keuntungan. Dari penilitian pada tahap ini
dapat ditentukan manfaat obat yang bersangkutan dibanding
dengan obat atau cara pengobatan yang lain yang telah
ada.Dalam tahap ini pula dapat ditentukan hubungan antara
dosis dan kadar obat dalam plasma atau jaringan dengan efek
kliniknya.
 Tahap ketiga
Pada tahap ini diperlukan orang percobaan atau penderita yang
lebih banyak, dan dilakukan di luar tempat penilitian tahap
kedua, dan hasil penilitian ini dapat memperkuat atau menolak
hal-hal yang ditemukan pada penilitian tahap kedua,

7
misalkannya : insiden efek samping yang frekuensinya rendah,
profil obat yang bersangkutan bila digunakan pada pasien yang
tidak terseleksi secara teliti, dan sebagainya.
 Keempat
Tahap ini adalah yang dilakukan setelah obat dipasarkan. Oleh
sebab itu penilitian sering disebut ‘’ post marketing drugs
surveillance’’,yang bertujuan mengatasi kekurangan informasi
yang ada pada penilitian tahap sebelumnya. Penilitian ini
mencakup empat masalah pokok yaitu :
− Efek samping, terutama yang muncul akibat pengguna obat
jangka pendek.
− Masalah manfaat, yang mencakup efek obat pada pemberian
jangka lama dalam usaha pencegahan kekmbuhan, komplikasi
penyakit, dan manfaat obat-obatan disbanding dengan cara
penyembuhan yg lain.
− Data pengguna, mencakup pengguna obat untuk indikasi baru,
kelebihan pakai (oper used), salah guna (misused), dan
penyalagunaan ( abused), yang biasanya sukar dijumpai pada
percobaan klinik yang terkontrol.
− Ratio biaya atau risiko/keuntungan , bahaya dan biaya.
Pada tahap ini, metode penilitian yang digunakan bukan saja
yang bersifat penilitian klinik, tetapi digunakan pada penilitian
epidiologik, survey dan pemantauan ( monitoring). Pada saat
ini ‘’ clinical trial’’ sebagai suatu metode penilitian kesehatan/
kedokteran penggunaannya tidak hanya terbatas pada
pengembangan dan evaluasi obat saja, tetapi mulai digunakan
untuk pengembangan dan evaluasi cara penyembuhan yang
lain, misalnya : operasi, fisioterapi, jenis dan cara perawatan,
dan sebagainya. Semua kegiatan ini biasanya disebut penilitian
pelayanan kesehatan ( health care trial)

8
1. Rancangan Eksperimental sungguhan (true experimental
rescarch)
Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk
menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara
mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau
lebih kondisi perlakuan dan memperbandingakan hasilnya dengan satu
atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
Rancangan eksperimental sungguhan yang cukup dikenal adalah:
a. Control group posttest-only design
Dalam model rancangan ml, kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dibentuk dengan prosedur random, sehingga keduanya dapat
dianggap setara. Selanjutnya kelompok ekperimen diberikan
perlakuan. Setelah perlakuan telah diberikan dalam jangka waktu
tertentu, maka setelah itu dilakukan pengukuran variabel terikat pada
kedua kelompok tersebut, dan hasilnya dibandingkan perbedaannya.
Model rancangan ini cocok untuk kondisi yang tidak
dimungkinkan dilakukan pre test atau ketika dikhawatirkan akan
adanya interaksi antara pre test dengan perlakuan yang diberikan.
Rancangan ml mampu mengendalikan faktor histori, maturasi, dan pre
test, tetapi tidak mampu mengukur besarnya efek dan faktor-faktor
tersebut.
b. Pre test post tes control group design
Rancangan ini lebih baik dan rancangan eksperimen tanpa pre test
karena akan lebih akurat dalam memperoleh akibat dan suatu
perlakuan dengan perbandingan keadaan dan variabel kontrol yang
tidak dikenai oleh perlakuan.
c. Solomon four group design
Rancangan solomon ini memang tidak banyak digunakan pada
jumlah sampel penelitian yang kecil. Namun pada penelitian pertanian
dan sosial sering digunakan. Rancangan ini memiliki keunggulan

9
untuk mengurangi pengaruh pre test terhadap unit percobaan dan
mengurangi error interaksi antara pre test dengan perlakuan.
Rancangan ini terdiri dari 4 kelompok, yaitu 2 kelompok yang
dilakukan pre test dan 2 kelompok yang dilakukan pre test postles.
Secara konkret dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelompok perlakuan dan kontrol dengn pre test.
2. Kelompok perlakuan dan kontrol tanpa pre test.
Khusus faktorial pada dasarnya bukan merupakan rancangan
penelitian, tetapi memang sebuah penelitian eksperimen. Oleh karena
itu eksperimen faktorial bisa didekati dengan berbagai rancangan,
misalnya dengan randomized complete block.
Keuntungan dari eksperimen faktorial adalah dimungkinkan untuk
mengetahui pengaruh interaksi antar faktor. Oleh karena itu semua
prinsip dasar penelitian eksperimen harus tetap ada, agar error
eksperimen dapat diukur. Misalnya akan diadakan 2 perlakuan
pemberian makanan tambahan yang berupa susu dan bubur kacang
dengan masing masing 2 level. Maka disusunlah kelompok:
1) Kelompok A, pemberian susu 2 gelas sehari.
2) Kelompok B, pemberian susu 3 gelas sehari.
3) Kelompok C, pemberian bubur kacang 1 mangkok sehari.
4) Kelompok D, pemberian bubur kacang 2 mangkok sehari.

2. Rancangan Eksperimental Semu (Quasi Experimental


Research)
Penelitian eksperimen semu merupakan jenis penelitian yang
mendekati percobaan sungguhan di mana tidak mungkin mengadakan
kontrol/memanipulasikan semua variabel yang relevan. Penelitian ini
secara khas mengenai keadaan praktis yang di dalamnya tidak
mungkin untuk mengontrol semua variabel kecuali beberapa variabel
saja.
1) Tujuan :

10
Untuk mengkaji kemungkinan hubungan sebab-akibat dalam
keadaan yang tidak memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat
diperoleh informasi pengganti bagi situasi dengan pengendalian.
Atau dengan kata lain untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan
semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan jelas
mengerti kompromi apa yang ada pada validitas internal dan
validitas eksternal rancangannya dan berbuat sesuai dengan
keterbatasan-keterbatasan tersebut.
2) Ciri-ciri :
Ciri-ciri rancangan eksperimen semu adalah :
a. Manipulasi eksperimen hanya pada variabel bebas.
b. Tidak ada pemilihan secara acak untuk kelompok dan atau
c. Tidak ada kelompok kontrol.
3) Langkah-langkah Pokok :
Langkah pokok dalam penelitian eksperimen semu hampir sama
dengan penelitian eksperimen sungguhan, karena kecuali
memberikan perlakuan dengan pengalaman sungguhan secara teliti
terhadap masing-masing keterbatasan dalam hal validitas internal
dan eksternalnya.
4) Rancangan – rancangan yang ada dalam metode kuasi experimen
a. non-equivalen grup desain
Non-Equivalent Grup Desain adalah desain yang paling sering
digunakan dalam penelitian sosial. Hal ini terstruktur seperti
sebuah eksperimen pretest posttest-acak. Dalam NEGD, kita paling
sering menggunakan grup utuh yang kita anggap sama seperti
perlakuan dan kelompok kontrol. Dalam pendidikan, kita bisa
memilih dua kelas yang sebanding. Dalam penelitian berbasis
masyarakat, kita bisa menggunakan dua komunitas yang sama.

11
Kita mencoba untuk memilih grup yang semirip mungkin, tapi kita
tidak pernah bisa yakin kelompok-kelompok yang sebanding.
Atau, dengan kata lain, tidak mungkin bahwa kedua kelompok
akan mirip jika mereka kita tugaskan melalui undian acak. Karena
sering kemungkinan bahwa kelompok-kelompok yang tidak setara.
Berarti bahwa tugas yang kita berikan untuk kelompok seharusnya
tidak acak. Dengan kata lain, peneliti tidak menguasai tugas untuk
kelompok melalui mekanisme penugasan acak., ini yang
dinamakan desain kelompok nonequivalent.
b. pretest dan posttest desain
Dari banyak desain eksperimental sebenarnya , pretest posttest
desain-metode yang disukai untuk membandingkan kelompok
peserta dan mengukur tingkat perubahan yang terjadi sebagai hasil
dari perlakuan.
Pretest posttest-desain tumbuh dari desain posttest sederhana saja,
dan beberapa masalah yang timbul dengan tugas dan alokasi
peserta untuk kelompok.
c. Desain Regresi-Diskontinuitas
Desain regresi-diskontinuitas.Untuk kebanyakan orang “regresi”
menyiratkan reversi mundur atau kembali, sebelumnya yang lebih
primitif sementara “diskontinuitas” menunjukkan lonjakan yang
tidak wajar atau pergeseran dalam apa yang dinyatakan mungkin
menjadi proses yang halus, lebih terus menerus. Untuk sebuah
metodologi penelitian, bagaimanapun, diskontinuitas regresi
(selanjutnya diberi label “RD”) tidak membawa arti negatif seperti
itu. Sebaliknya, desain RD dipandang sebagai metode yang
berguna untuk menentukan apakah suatu program atau perlakuan
itu efektif.
Desain RD belum sering digunakan dalam penelitian sosial.
penerapan yang paling umum adalah dalam evaluasi pendidikan
kompensasi di mana sekolah anak-anak yang memperoleh nilai

12
yang jatuh di bawah beberapa nilai standar yang telah ditentukan
pada tes prestasi ditugaskan untuk pelatihan perbaikan yang
dirancang untuk meningkatkan kinerja mereka. Frekuensi rendah
mungkin disebabkan beberapa faktor. Misalnya, desain RD
memaksa menetapkan peserta untuk kondisi semata-mata
berdasarkan indikator kuantitatif Mungkin alasan paling jelas
untuk desain RD adalah desain yang tampaknya tidak masuk akal.
Desain RD memiliki potensi besar untuk evaluasi dan penelitian
program. Dari sudut pandang metodologis, kesimpulan yang
diambil dari desain RD baik dilaksanakan sebanding dengan
kesimpulan dari percobaan acak. Desain RD sering langsung dapat
digunakan dengan upaya pengukuran yang ada seperti informasi
statistik yang dikumpulkan secara teratur khas dari sistem
pengelolaan yang paling informasi. Keuntungan dari desain RD
menjamin upaya pendidikan yang lebih besar pada bagian dari
komunitas metodologis untuk mendorong penggunaannya sesuai.

3. Rancangan penelitian uji klinik


Rancangan penelitian uji klinik sangat khas karena berkaitan dengan
pencapaian tujuan untuk mengetahui khasiat obat, efek samping obat,
dosis optimal untuk orang Indonesia, dan membandingkan efek obat lain.
Dalam hal ini rancangan penelitian uji klinik bersifat eksperimental dan
komparatif. Oleh karena itu dalam rancangan uji klinik dikenal perlakuan
dan plasebo.
Plasebo adalah bahan inert, tidak berkhasiat tidak mempunyai efek
metabolik yang berarti, tidak toksik, tidak alergenik, dan tidak memiliki
efek farmakologik terhadap penyakit yang sedang diobati. Plasebo harus
diberikan dalam keadaan yang sama dengan obat yang diteliti dalam arti :
bentuk , rasa, dan warna, sehingga penderita tidak dapat membedakannya
dengan obat yang diteliti.
A. Fase pelaksanaan rancangan uji klinik

13
Pelaksanaan rancangan uji klinik pada manusia melibatkan dokter
dan ahli farmakologi klinik sebagai pelaksana, pengawas, dan
penanggungjawab penelitian. Rancangan uji klinik meliputi
beberapa fase yaitu:
1) Safety evalution, penelitian ini dibawah pengawasan ahli
farmakologi klinik yang ingin mengetahui efek farmakodinamika
dan farmakokinetik obat pada manusia. Tujuannya untuk menilai
keamanan obat yang diteliti. Subjeknya dapat orang sehat dan
orang sakit.
2) Efficacay evalution penelitian ml dilakukan pada subyek yang
jumlahnya terbatas dibawah pengawasan dokter ahli pada
bidangnya. Tujuan untuk menilai efek obat.
3) Multicentre clinical trial, penelitian yang dilakukan pada sejumlah
besar subyek. Tujuannya untuk mengetahui efek terapi dan efek
samping obat dalam skala luas.
4) Post marketing trial, penelitian yang dilakukan untuk memantau
efek terapetik dan efek samping obat yang lebih rinci sesudah obat
tersebut dipasarkan.
B. Subyek dan penderita serta
Dalam penelitian yang menggunakan rancangan uji klinik,
peranan subyek (sehat) dan penderita serta sangat penting. Oleh
karena itu subyek dan penderita serta dalam rancangan ini harus
memenuhi beberapa syarat yang ketat. Syarat tersebut meliputi:
1) Kriteria diagnostik merupakan kriteria penyerta (kriteria
inkulasi) atau syarat yang diperlukan untuk subyek penelitian dan
berarti bahwa semua persyaratan harus dipenuhi agar kita
memperoleh kelompok penderita yang homogen.
2) Kriteria pre-terapi merupakan kriteria yang berisi persyaratan
antara lain tentang umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi.
Berat ringannya penyakit, terapi sebelumnya, dan ciri yang lain
yang ada hubungannya dengan penelitian.

14
3) Kriteria Ko-morbid merupakan kriteria penyisihan (kriteria
ekslusi) yang memuat persyaratan untuk menolak penderita dalam
uji klinik. Misalnya penderita gagal ginjal dengan kadar kreatinin
serum lebih dari 4 mg/dl, sehingga tidak boleh menjadi subyek
penelitian.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rancangan penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi
penelitian yang dimasuksudkan untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi, dengan mengupayakan optimasi yang berimbang antara validitas
dalam dan validitas luar, dengan melakukan pengendalian berbagai jenis
rancangan atau metode penelitian.

B. Saran
Melalui makalah ini kami berharap melalui makalah ini para
pembaca dapat menggunakan metode penelitian yang tepat ketika mulai
melakukan penelitian dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.

16

Anda mungkin juga menyukai