Isi Konsep Konflik Manajemen Keperawatan
Isi Konsep Konflik Manajemen Keperawatan
PENDAHULUAN
1
d. Apa saja tahap-tahapan konflik?
2. Resolusi Konflik
a. Bagaimana cara pendekatan untuk resolusi konflik?
b. Bagaimana strategi untuk resolusi konflik?
c. Apa yang dimaksud dengan konflik interpersonal?
d. Apa yang dimaksud dengan konflik kelompok?
e. Apa yang dimaksud dengan konflik dalam kelompok?
f. Apa yang dimaksud dengan konflik organisasi?
g. Bagaimana cara mencegah konflik?
1.3 Tujuan
1. Teori Konflik
a. Untuk mengetahui penyebab dari konflik
b. Untuk mengetahui tipe konflik
c. Untuk mengetahui reaksi menghadapi konflik
d. Untuk mengetahui tahap-tahapan konflik
2. Resolusi Konflik
a. Untuk mengetahui cara pendekatan untuk resolusi konflik
b. Untuk mengetahui strategi untuk resolusi konflik
c. Untuk mengetahui pengertian konflik interpersonal
d. Untuk mengetahui pengertian konflik kelompok
e. Untuk mengetahui pengertian konflik dalam kelompok
f. Untuk mengetahui pengertian konflik organisasi
g. Untuk mengetahui cara mencegah konflik
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c. Avoider, yang ditunjukkan dengan penghindaran kesepakatan yang telah
dibuat dan menolak untuk berpartisipasi.
2. Stres, juga dapat mengkobatkan terjadinya konflik dalam suatu organisasi. Stres
yang timbul ini dapat disebabkan oleh banyaknya stressor yang muncul dalam
lingkungan kerja seseorang. Contoh stressor antara lain terlalu banyak atau terlalu
sedikit beban yang menjadi tanggung jawab seseorang jika dibandingkan dengan
orang lain yang ada dalam organisasi, misalnya di bangsal keperawatan.
3. Kondisi ruangan yang terlalu sempit atau tidak kondusif untuk melakukan
kegiatan-kegiatan rutin dapat memicu terjadinya konflik. Hal yang memperburuk
keadaan dalam ruangan dapat berupa hubungan yang monoton atau konstan
diantara individu yang terlibat didalamnya, terlalu banyaknya pengunjung pasien
dalam suatu ruangan atau bangsal, dan bahkan dapat berupa aktivitas profesi
selain keperawatan, seperti dokter juga mampu memperparah kondisi ruangan
yang mengakibatkan terjadinya konflik.
4. Kewenangan dokter-perawat yang berlebihan dan tidak saling mengindahkan
usulan-usulan diantara mereka, juga dapat mengakibatkan munculnya konflik.
Dokter yang tidak mau menerima umpan balik dari perawat, atau perawat yang
merasa tidak acuh dengan saran-saan dari dokter untuk kesembuhan klien yang
dirawatnya, dapat memperkeruh suasana. Kondisi ini akan semakin “runyam”
jika diantara pihak yang terlibat dalam pengelolaan klien merasa direndahkan
harga dirinya akibat sesuatu hal. Misalnya kata-kata ketus dokter terhadap
perawat atau nada tinggi dari perawat sebagai bentuk ketidak puasan tehadap
penanganan yang dilakukan profesi lain.
5. Perbedaaan nilai atau keyakinan antara satu orang dengan orang lain. Perawat
begitu percaya dengan persepsinya tentang pendapat kliennya sehingga menjadi
tidak yakin dengan pendapat yang diusulkan oleh profesi atau tim kesehatan lain.
Keadaan ini akan semakin menjadi kompleks jika perbedaan keyakinan, nilai dan
persepsi telah melibatkan pihak diluar tim kesehatan yaitu keluarga pasien. Jika
ini telah terjadi, konflik yang muncul pun semakin tidak sederhana karena telah
mengikutsertakan banyak variable di dalamnya.
6. Eksklusifisme, adanya pemikiran bahwa kelompok tertentu memiliki kemampuan
yang lebih dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini tidak jarang
mengakibatkan terjadinya konflik antar-kelompok dalam suatu tatanan organisasi.
Hal ini bisa terjadi manakala sebuah kelompok didalam tatanan organisasi
4
(seperti bangsal keperawatan) diberikan tanggung jawab oleh manager untuk
suatu tugas tertentu atau area pelayanan tertentu, lantas memisahkan diri dari
sistem atau kelompok lain yang ada dibangsal tersebut karena merasa bahwa
kelompoknya lebih mampu dibandingakan dengan kelompo lain.
7. Peran ganda yang disandang seseorang (perawat) dalam bangsal keperawatan
seringkali mengakibatkan konflik seorang perawatan yang berperan lebih dari
satu peran pada waktu yang hamper bersamaan, masih merupakan fenomena yang
jamak ditemukan dalam tatanan pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun
di komunitas. Contoh peran ganda, antara lain satu sisi perawat sebagai pemberi
pelayanan keperawatan kepada klien, namun pada saat yang bersamaan yang
harus juga berperan sebagai pembimbing mahasiswa atau bahkan sebagai
manager dibangsal yang bersangkutan. Dalam kondisi ini sering terjadi
kebingunan untuk menentukan mana yang harus dikerjaka terlebih dahulu oleh
perawat tersebut dan kegiatan mana yang dapat dilakukan kemudian. Akibatnya,
sering terjadi kegagalan melakukan tanggung jawab dan tanggung gugat untuk
suatu tugas pada individu atay kelompok.
8. Kekurangan sumber daya insani, dalam tatanan organisasi dapat dianggap sumber
absolute terjadinya konflik. Sedikinya sumber daya insani atau manusia, sering
memicu terjadinya persaingan yang tidak sehat dalam suatu tatanan organisasi.
Contoh konflik yang dapat terjadi, yaitu persaingan untuk memperoleh uang
melalui pemikiran bahwa segala sesuatu pasti di hubungkan dengan uang,
persaingan memperebutkan menangani klien, dan tidak jarang juga terjadi
persaingan dalam memperebutkan jabatan atau kedudukan.
9. Perubahan dianggap sebagai proses ilmiah. Tetapi kadang perubahan justru akan
mengakibatkan munculnya berbagai macam konflik. Perubahan yang dilakukan
terlalu tergesa-gesa atau cepat, atau perubahan yang dilakukan terlalu lambat,
dapat memunculkan konflik. Individu yang tidak siap dengan perubahan,
memandang perubahan sebagai suatu ancaman. Begitu juga individu yang selalu
menginginkan perubaan akan menjadi tidak nyaman bila tidak terjadi perubahan,
atau perubahan dilakukan terlalu dalam tatanan organisasinya.
10. Imbalan, beberapa ahli berpendapat bahwa imbalan kadang tidak cukup
berpengaruh dengan motovasi seseorang. Namun, jika imbalan dikaitkan dengan
pembagian yang tidak merata anatar satu orang dan orang lain sering
menyebabkan munculnya konflik. Terlebih lagi bila individu yang bersangkutan
5
tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besar-kecilnya
imbalan atau sering disebut dengan sistem imbalan. Pemberian imbalan yang
tidak didasarkan atas pertimbangan professional sering menimbulkan masalah
yang pada gilirannya dapat memunculkan suatu konflik.
11. Komunikasi dapat memunculkan suatu konflik jika penyampaian informasi yang
tidak seimbang, hanya orang-orang tertentu yang diajak biacar oleh manager,
penggunaan bahasa yang tidak efektif, dan juga penggunaan media yang tidak
tepat sering kali berujung dengan terjadinya konflik ditatanan organisasi yang
bersangkutan.
6
pediatric didaerahnya, dengan menempatkan semau ahli pediatric terbagi
diantara dua rumah sakit lainya. Perawat yang sama juga merupakan pegawai di
salah satu rumah sakit yang ingin tetap mempertahankan kedua pelayanan
tersebut dirumah sakitnya.
4. Peran pribadi
Orang yang sama nilai- nilainya berlawanan (ketidak sesuaian kognitif).
Contoh perawat percaya bahwa pasien di klinik harus menerima perhatian
individual dari seseorang perawat yang mengikuti perkembangannya pada setiap
kunjungan. Syarat – syarat dari kedudukannya dan system pelayanan yang ada
membuat tujuan ini jarang bisa tercapai, jika tidak boleh dibilang bahwa tidak
mungkin tercapai.
5. Antar pribadi
Dua atau lebih orang bertindak sebagai pendukung kelompok- kelompok yang
berbeda. Contoh direktur keperawatan bersaing dengan direktur lain untuk
sebuah posisi baru.
6. Didalam kelompok
Nilai- nilai baru dari luar dimasukkan pada kelompok yang ada. Contoh
pendidikan yang berkelajutan diwajibkan oleh pemerintah untuk setiap
perpanjangan ijin kn keperawatan. Lembaga pelayanan kesehatan desa tidak
mempunyai dana untuk pengirim perawat untuk mengikuti program
pendidikan berkelanjutan, dan staff perawat, yang dibayar murah tetapi puas,
tidak dapat membianyayi sendiri pendidikan lanjutan mereka.
7. Antar kelompok
Dua atau lebih kelompok dengan tujuan yang berlawanan. Contoh departemen
keperawatan menuntut bahwa para perawata diruang operasi dan pemulihan
secara organisional berada dibawah keperwatan. Departemen bedah, yang terdiri
dari dari para dokter, menyakini bahwa mereka harus mengendalikan perawat-
perawat di area ini.
8. Peran mendua
Seseorang tidak menyadari harapan olrang lain terhadap sebuah peran
tertentunya. Contoh seorang pengawas perawat yang baru tidak mempunyai
gambaran tentang posisinya dan tidak mempunyai pengalaman sebelumnnya
sebagai pengawas.
9. Beban peran yang terlalu
7
Seseorang tidak dapat memenuhi harapan orang lain untuk perannya. Contoh
seorang sarjana muda baru diharapkan oleh direktur keperawatan untuk
bertanggung jawab terhadap 40 tempat tidur di unit penyakit kronis dan akut
pada dinas malam.
8
c. Variabel Pribadi
Ketidaksukaan pribadi atas individu lain
2. Tahap II Kognisi dan Personalisasi
Apabila pada tahap I muncul kondisi yang negatif, maka pada tahap ini kondisi
tersebut didefinisikan, sesuai persepsi pihak yang berkonflik.
a. Konflik yang dipersepsikan : kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya konflik
yang menciptakan peluang terjadinya konflik
b. Konflik yang dirasakan : keterlibatan emosional saat konflik yang menciptakan
kecemasan, ketegangan, frustasi, atau kekerasan.
3. Tahap III Maksud
Keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu
a. Persaingan : keinginan memuaskan kepentingan seseorang, tidak mempedulikan
dampak pada pihak lain dalam konflik tsb.
b. Kolaborasi : situasi yg di dalamnya pihak-pihak yang berkonflik sepenuhnya saling
memuaskan kepentingan semua pihak.
c. Penghindaran : keinginan menarik diri dari konflik
d. Akomodasi : kesediaan satu pihak dlm konflik untuk memperlakukan kepentingan
pesaing di atas kepentingannya sendiri.
e. Kompromi : satu situasi yg di dalamnya masing-masing pihak yang berkonflik
bersedia mengorbankan sesuatu.
4. Tahap IV Perilaku
Pada tahap ini konflik tampak nyata, mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yang
dibuat pihak-pihak yang berkonflik.
5. Tahap V Hasil
Pada tahap ini konflik dapat ditentukan apakah merupakan Konflik Fungsional atau
Konflik Disfungsional.
9
2.2 RESOLUSI KONFLIK
Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua
orang yang terlibat di dalamnya dengan prinsip “win-win solution” .
10
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan
kerja yang sama dalam penyelesain masalahnya.
11
masalahnya. Strategi ini dipilih bila ketidaksepakatan adalah membahayakan
kedua pihak,biaya penyelesaian lebih besar dari pada menghindar, atau maslah
perlu orang ketiga dalam menyelesaikannya atau jika masalah dapat terselesaikan
dengan sendirinya.
6. Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi “win-win solution” pada koloaborasi kedua unsur
terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu
tujuan. Karena keduanya meyakini akan mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan, masing-masing meyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan berjalan
jika kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat
tidak memiliki kemampuandalam menyelesaikan masalah dan tidak adanya
kepercayaan dari kedua kelompok / seorangan (Bowditch & Buono, 1994).
12
2.2.5 Konflik Dalam Kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-
tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok
kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat
dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma
produktivitas kelompok dimana ia berada.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpukan bahwa hubungan kerja perawat dan personel yang lain, pasien
dan keluarga dapat menimbulkan potensial konflik. Dalam hal ini manajer perawat harus
menguasai bagaimana mengelola konflik. Penyebab-penyebab konflik termasuk perilaku
menentang, stres, ruang yang penuh sesak, kewenangan dokter, serta ketidak cocokan nilai
dan sasaran.
Konflik dapat dicegah atau diatasi dengan disiplin, mempertimbangkan tahap
kehidupan, komunikasi termasuk mendengarkan secara aktif, penggunaan lingkaran
kualitas, dan ketetapan tentang latihan asertif bagi manajer perawat. Tujuan dari manajemen
konflik termasuk memperluas tentang masalah, meningkatkan alternatif pemecahan, dan
mencapai kesepakatan dalam keputusan yang dapat dilaksanakan serta keikhlasan terhadap
keputusan yang dibuat. Strategi khusus termasuk menghindar, akomodasi, kompetisi,
kompromi, dan kerja sama. Selain itu manajer perawat dapat mempelajari dan menggunakan
keterampilan khusus untuk mencegah dan mengelola konflik.
Manajemen konflik menjaga meluasnya konflik, membuat kerja lebih produktif, dan
dapat membuat konflik sebagai suatu kekuatan yang positif dan membangun.
3.2 Saran
Konflik adalah sebuah kemutlakan, pemimpin harus belajar untuk secara efektif
memfasilitasi penyelesaian konflik diantara orang-orang agar tujuan dapat tercapai. Dari
hasil pembahasan di atas, diharap para pembaca baik yang merupakan calon pemimpin
ataupun yang telah menjadi pemimpin, agar dapat me-manajemen institusi atau
organisasinya dengan baik agar terbebas dari konflik yang ada.
14
DAFTAR PUSTAKA
15