Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori pembelajaran merupakan penyedia panduan bagi pengajar untuk membantu siswa
didik dalam mengembangkan kognitif, emosional, sosial, fisik, dan spiritual. Panduan-panduan
tersebut adalah kejelasan informasi yang mendeskripsikan tujuan, pengetahuan yang
diperlukan, dan unjuk kerjaan itu penting. Hal ini adalah untuk mengantisipasi perubahan yang
terjadi di dunia pendidikan. Ada dua perubahan yang perlu diantisipasi, yaitu perubahan yang
sifatnya sedikit demi sedikit (piecemeal) dan yang bersifat sistemik (systemic). Jadi teori
pembelajaran itu penting sebagai suatu dasar pengetahuan yang memandu praktek pendidikan:
“bagaimana memfasilitasi belajar” dalam dunia pendidikan yang senantiasa berubah, terlebih
dalam cakupan yang sistemik.
Pada bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan aplikasi teori
kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik. Masing-masing teori pendidikan
memilki kelemahan dan kelebihan. Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih
teori mana yang tepat untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan ciri-
ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana yang
tersedia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Jelaskan pengertian teori kognitif?
2. Sebutkan tokoh – tokoh yang berperan dalam teori Belajar kognitif?
3. Apa saja prinsip-prinsip teori belajar kognitif?
4. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif?
5. Bagaimana pengaplikasi teori kognitif dalam proses belajar sebagai upaya meningkatkan
prestasi anak didik?

C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Dengan adanya makalah mengenai ini, penulis berharap akan dapat memberikan wahana
pengetahuan bagi pembaca berkaitan dengan teori kognitif.
2. Menjadikan pedoman dalam pengaplikasian teori kognitif sebagai modal awal dalam
mengembangkan potensi-potensi lain dalam diri anak didik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif


Secara etimologi istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti. Dalam artian yang luas Cognition adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Didalam perkembangan selanjutnya, kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau konsep umum yang mencakup semua bentuk
pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah
pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat diotak juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang berkaitan dengan rasa.
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajar sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.
Teori kognitif memberikan banyak konsep utama dalam psikologi pendidikan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan
diperolehnya schemata (skema bagaimana seseorang memersepsikan lingkungannya) dalam
tahapan-tahapan perkembangan dan saat seseorang memperoleh cara baru dalam
mempresentasikan informasi secara mental. Teori kognitif digolongkan ke dalam
konstruktivisme, bukan teori nativisme yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai
pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan.
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah,
tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang
yang memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi
yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke
dalam pikiran dan perasaannya. Selain itu, dalam psikologi kognitif, manusia melakukan
pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu, menganalisisnya, lalu mensintesiskannya
kembali. Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan kognitif adalah

2
adaptasi intelektual oleh Jean Piaget, discovery learning oleh Jeron Bruner, dan reception
learning oleh Ausubel.
B. Tokoh Teori Belaar Kognitif
1. Piaget
Menurut Piaget (Uno,2006: 10-11) salah satu penganut aliran kognitif yang kuat, proses belajar
sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi (penyimpangan).
a. Proses asimilasi adalah proses penyatuan (engintegrasian) informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
b. Proses akomodai adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru.
c. Proses ekulibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan empat tahapan, antara lain:
a. Tahap Sensori Motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini seorang anak mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi
rangkaian pembuatan yang bermakna.
b. Tahap pra-operassional (2-7 tahun )
Pada tahap ini seeorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari
pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan
dan menyimpulkan sesuatu seecara konsisten.
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun )
Pada tahap ini seorang anak dapat membuat kesimpulan dari seesuatu pada situasi nyata atau
dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi
nyata secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan ukuran).
d. Tahap operasional formal (11 tahun keatas )
Pada tahap ini kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Selain itu
pula kemampuan menalara secara abstrak meningkat sehingga seseorang mampu untuk berfikir
secara deduktif. Dan juga pada tahap ini, seseorang mampu mempertimbangkan beberapa
aspek dari suatu situasi secara bersama-sama.
Piaget juga berpendapat bahwa peerkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui
sebuah proses asimilasi dan akomodasi. Di dalam pemikiran seseorang, sudah terdapat struktur
kognitif atau kerangka kognitif yang disebut skema. Setiap orang akan selalu berusaha untuk
mencari suatu keseimbanga, kesesuaian atau ekuilibrium antara apa yang baru
dialami(pengalaman barunya) dan apa yang ada pada struktur kognitifnya.jika pengalaman
barungan cocok dengan yang tersimpan pada kerangka kognitifnya, proses asimilasi dapat
terjadi dengan mudah, dan keseimbangan (ekuilibrium) tidak terganggu. Jika apa yang

3
tersimpan di krangka kognitifnya tidak cocok dengan pengalaman barungan, ketidak
seimbangan akan terjadi, dan anak beerusaha untuk menyeimbangkanya lagi.
Dengan demikian, diperoleh proses akomodasi. Dapat disimpulkan proses asimilasi
adalah suatu proses tempat informasi atau pengalaman yang baru menyatuhkan diri kedalam
kerangka kognitif yang ada, sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau
pengembangan kerangka kognitif yang ada agar sesuai dengan pengalaman baru yang
dialaminya.
Piaget juga mengemukakan bahwa selain disebabkan oleh proses asimilasi dan
akomodasi di atas, perkembangan kognitif seorang anak juga dipengaruhi oleh kematangan
dari otak sistem saraf anak, intraraksi anak dengan objek-objek diseekitarnya (pengalaman
fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamanya kerangka kognitifnya
(pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamanya denngan
kerangka kognitifnya (peengalaman logico-mathematics), dan interaksi anak dengan orang-
orang di sekitarnya.
Para pengikut Piaget menyakini bahwa pengalaman belajar aktif cenderung
meningkatkan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar pasif cenderung
mempunyai akibat yang lebih sedikit dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. Aktif
dalam arti bahwa siswa melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-benda konkret.
2. Bruner
Bruner mengusulkan teori yang disebut free Discovery learning ( Uno, 2008:12).
Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya)
sebagai contoh-contoh yang mengambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya. Iswa
dibimbing secara induktif untuk memahami suatu sebenaran umum. Misalnya, untuk
memahami konsep kejujuran, siswa tidak menghafal definisi kata kejujuran, tetapi mempelajari
contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari contoh itulah, siswa dibimbindg untuk
mendefinisikan kata kejujuran.
Lawan pendekatan ini disebut “belajar ekspositori”( belajar dengan cara menjelaskan.
Dalam hal ini, siswa diberi informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi tersebut
melalui contoh-contoh khusus dan konkret.
Menurut pandangan Bruner (Uno, 2008 :13), teori belajar bersifat deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran bersifat preskriptif. Misalnya, teori belajar memprediksi berapa usia
maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran
mengguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan. Menurut Bnuner,

4
perkembangan kognitif seseorang terjadi tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat li
ngkungan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap enaktif
Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memaami lingkungan
sekitarnya. Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak dipelajari
siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran
tersebut dipresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata.
b. Tahap ikonik
Tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan
menggunkan ikon, gambar dan diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-
benda konkret. Dengan demikian, topic pembelahjaran yang bersifat abstrak ini telah
direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata yang dapat diamati siswa,
lalu dipresentasikan atau diwujudkan dalam gambar atau diagram yang bersifat semi-konkret.
c. Tahap simbolik
Seseorang telah mampu mempunyai ide-ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuanya dalam berbahasa atau logika. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami
konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (discovery learning).
3. David P. Ausubel
Teori ini disebut juga teori hafalan ( rote learning)sebagaimana pernyataan yang dikutip
(Bell, 1978:132) berikut: “…, if the learner’s intention is to memorise it verbatim as a series
of arbitrarily related word, both the learning process and the learning outcome must
necessarily be rote and meaningless ( jika seseorang, contohnya si siswa tadi, berkeinginan
untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain sudah
diketahuinya, maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai
hafalan dan tidak bermakna sama sekali baginya.”
Kelemahan lain belajar hafalan adalah seseorang kemungkinan besar tidak dapat
menjawab soal baru lainya. karena materi matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-
pisah, namun merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkaitantara yang satu dan
lyang lainya, setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan keterampilan dasar terlebih
dahulu. Setelah itu siswa harus mampu megaitkan antara pengetahuan yang baru dan
pengetahuan yang sudah dipunyanya agar terjadi suatu proses pembelajarn yang berrmakna
(meaningful learning).

5
Karenanya Ausubel menyatakan berikut sebgaimana dikutip Orton (1987 : 34). “if I
had to reduce all of educational psychology to just one principle, I would say this: the most
important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this
and teach accordingly.” Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat
menentukan bermakna tidaknya suatu proses pembelajaran. Belajar hafalan akan terjadi jika
siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lama.
C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif
Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang
prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
 Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
 Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
 Menekankan pada pola pikir peserta didik
 Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan
informasi dalam ingatannya
 Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses
aktif di dalam diri peserta didik
 Menerapkan reward and punishment
 Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi
juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.

D. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar
kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya.
Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya
merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan
berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan
membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa
mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk
mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.

6
b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa
sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada
cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam
ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih
mudah dipahami.

Kelemahan Teori Belajar kognitif


Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

E. Pengaplikasi Teori Kognitif Dalam Proses Belajar Aplikasi teori kognitif pada
pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
3. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
4. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.
5. Memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada
hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil
tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memerhatikan
tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa
untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi
memberikan pengalaman yang dimaksud.
6. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made
knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan
dengan lingkungan.
7. Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. Teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang
sama, namun pertumbuhan itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu,

7
guru harus berupaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu
ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
8. Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan-
gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat
diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat
mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor
kognitif bagi Teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu
dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar
peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauhmana fungsi kognitif peserta didik dapat
berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru menurut teori belajar psikologi kognitif ialah bagaimana dapat
mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang
ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan
di sekolah, maka peserta akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran
yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Oleh karena itu, peran ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu
faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor
kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya
berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun
kegiatan belajar secara kelompok.
Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon
guru dan para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa
pengetahuan tentang kognitif peserta didik, guru akan mengalami kesulitan dalam
membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas
proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses belajar mengajar antara
guru dengan peserta didik. Sebaliknya, dengan adanya pengetahuan yang mendalam akan
pentingnya teori kognitif serta diterapkan dalam proses belajar anak didik tidak mustahil
apabila teori kognitif nantinya dapat meningkatkan prestasi anak didik dalam dunia pendidikan.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui
proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang
memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang
saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke dalam
pikiran dan perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan
suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa
bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi
belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar. Dari
belajar teori ini terdapat Kelebihan dan Kelemahan yaitu :
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
 Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
 Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Kelemahan Teori Belajar kognitif
 Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
 Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
 Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.
B. Saran
Kami menyadari kekurangan dari makalah ini. Sehingga kami manyarankan kepada
pembaca agar bisa memberikan kritik dan sarannya, agar makalah ini bisa jadi lebih baik.
Terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah,Enung.2006.Psilogi Perkembangan ( Perkembangan Peserta Didik).Bandung:CV


Pustaka Setia.
Hamzah.2010.Perencanaan Pebelajaran.Jakarta:PT Bumi Aksara
Makmun, Abin Syamsuddin.2007.Psikologi Kependidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sunarto,dkk.2006.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: PT Renaka Cipta Jarkarta.
Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Alif.2011.Belajar dan Pembelajaran.Jogjakarta : Ar-
Ruzz Media.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
R. Ibrahim.2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Renela Cipta.
http://www.ayobukasaja.com/2012/05/teori-belajar-kognitif.html (diakses pada hari
sabtu, 8 Desember 2018).
Majana. 2012. http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/09/makalah-teori-belajar-kognitif-
dan.html(diakses pada hari sabtu, 7 Desember 2018)
Sarianta. 2012.http://www.sariyanta.com/kuliah/teori-teori-belajar/(diakses pada hari sabtu, 07
Desember 2018)

10

Anda mungkin juga menyukai