Vertigo Gadar Fiks
Vertigo Gadar Fiks
VERTIGO
DISUSUN OLEH:
1. CINDY NILASARI
2. DIMAS BIMAYAKTI
3. CANDRA IRIYANTO
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengatahui apa definisi dari vertigo ?
2. Untuk mengatahui apa etiologi dari vertigo ?
3. Untuk mengatahui bagaimana patofisiologi dari vertigo ?
4. Untuk mengatahui bagaimana manifestasi klinis dari vertigo ?
5. Untuk mengatahui apa pemeriksaan penunjang dari vertigo?
6. Untuk mengatahui apa penatalaksanaan dari vertigo
7. Untuk mengatahui bagaimana WOC dari vertigo ?
8. Untuk mengatahui bagaimana askep vertigo ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Vertigo sering terjadi pada orang tua. Penyebab vertigo yaitu Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), Acute Vestibular Neuronitis (AVN),
dan penyakit Meniere.
B. ETIOLOGI
1. Vascular
• Tumor
Adanya tumor seperti neuroma, glioma, dan tumor
intraventrikular dapat menyebabkan gangguan vertigo
• Trauma
• Tiroid
4. Infection
Apabila terjadi infeksi pada daerah keseimbangan seperti
labirinitis maupun vestibular neuronitis dapat menyebabkan gangguan
vertigo.
C. PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk
keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan
proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu
lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi
alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam
keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul
berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan
bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya
terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer
atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan
terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping
itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/
berjalan dan gejala lainnya
D. MANIFESTASI KLINIS
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala mual, muntah,
rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur,
tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah
dengan selaput tipis.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
Tes Romberg penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan
kaki yang lain(tandem) tumit kaki yang satu berada di depan jari
kaki lainnya. Lengan dilipat pada dada dan mata lalu ditutup
untuk menilai adanya disfungsi vestibular. Pada orang normal
mampu berdiri dalam sikap romberg selama 30 detik atau lebih.
F. PENATALAKSANAAN
1. Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen
dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau
jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek
(nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping
obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien
bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2. untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya : tirah baring, obat
untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN ( terlampir )
ANALISA DATA
DO:
Wajah pasien tampak Disorientasi
anemis
Pasien tampak
memgangi kepala Kesadaran menurun
Ketika berjalan pasien
nampak sempoyongan
resiko tinggi cidera
Mual muntah
Anoreksia
perubahan nutrisi
kurang dari
Kebutuhan tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
P: intervensi dihentikan
2 15.00 1. Mengkaji karakteristik S: pasien mengatakan nyeri
nyeri, skala, sifat nyeri, kepala sedikit berkurang
lokasi dan penyebaran
2. menganjurkan teknik O : pasien tampak rileks
relaksasi napas dalam tidak memgangi kepalanya
3. memberi posisi yang lagi.
aman dan nyaman
4. mengukur TTV A : masalah teratasi sebagian
5. mengelola pemberian
obat analgesik P : lanjutkan itervensi no 2
dan 5
3 15.00 1. Kaji status nutrisi pasien S: pasien mengatakan masih
2. Berikan informasi yang sedit mual, tapi sudah tidak
tepat terhadap pasien muntah
tentang kebutuhan nutrisi
yang tepat dan sesuai O : pasien sudah tidak
3. Kolaborasi pemberian nampak lemas, conjungtiva
antiemetik tidak anemis
P: lanjutkan intervensi no 2
dan 3
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Vertigo merupakan kondisi yang diakibatkan karena adanya gangguan
pada telinga atau pada saraf ocousticus yang mengakibatkan nyeri dan
kelemahan otot leher serta keseimbangan tubuh pasien. Dengan manifestasi
pusing dengn sensasi berputar, dan menimbulkan lemas, mual dan muntah.
Dengan berbagai penyebab antara lain vascular, obat – obatan ataupun
infeksi