NOMOR : 303/PER/E1/2016
i
Dua strategi yang terkait langsung adalah penguatan dan pemaduan
kebijakan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang merata dan
berkualitas, baik antar-sektor maupun antara pusat dan daerah,
utamanya dalam sistem JKN-SJSN, dengan menata fasilitas kesehatan
KB dan penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan ketersediaan
alat dan obat kontrasepsi yang memadai di setiap fasilitas kesehatan KB
dan kesehatan reproduksi dan jejaring pelayanan.
ii
Saya sangat menyambut baik rampungnya Buku Pedoman Kebutuhan
Alat dan Obat Kontrasepsi serta Sarana Penunjang Pelayanan
Kontrasepsi yang diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan dalam
penetapan ketersediaan Alat dan Obat Kontrasepsi serta Sarana
Penunjang Pelayanan Kontrasepsi dalam mendukung pelayanan
kontrasepsi yang bermutu bagi seluruh pasangan usia subur.
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan ridho-Nya, maka Pedoman Kebutuhan Alat dan Obat
Kontrasepsi (alokon) serta Sarana Penunjang Pelayanan Kontrasepsi
dalam Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga dapat diselesaikan tepat waktu. Pedoman ini dapat digunakan
sebagai rujukan dalam pemenuhan kebutuhan alokon serta sarana
penunjang pelayanan kontrasepsi di fasilitas kesehatan.
Jakarta, 2016
Direktur Bina Kesertaan KB
Jalur Pemerintah,
Kusnadi, SH
v
vi
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ............................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................ v
DAFTAR ISI ...................................................................................... vii
PERATURAN KEPALA ........................................................................ xi
DAFTAR AKRONIM ........................................................................... xvi
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA
vii
F. Safety Box.................................................................... 56
G. Auto Disable Disposable Syringe................................. 60
H. Fallope Ring................................................................. 64
BAB V PENUTUP........................................................................... 71
viii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Kontributor :
A. Alat dan Obat Kontrasepsi................................................. 73
B. Sarana Penunjang Pelayanan Kontrasepsi......................... 75
Lampiran 2
A. Surat Pernyataan Kesediaan untuk Alat dan Obat
Kontrasepsi........................................................................ 77
B. Surat Pernyataan Kesediaan untuk Sarana Penunjang
Pelayanan Kontrasepsi ...................................................... 78
C. Surat Pernyataan Bebas Konflik Kepentingan untuk
Alat dan Obat Kontrasepsi................................................. 79
D. Surat Pernyataan Bebas Konflik Kepentingan untuk
Sarana Penunjang Pelayanan Kontrasepsi......................... 81
Lampiran 3
A. Berita Acara Penyerahan Hasil Rumusan Kebutuhan Alat
dan Obat Kontrasepsi........................................................ 83
B. Berita Acara Penyerahan Hasil Rumusan Kebutuhan
Sarana Penunjang Pelayanan Kontrasepsi......................... 85
C. Surat Tugas Penyusunan Pedoman Kebutuhan Alat
dan Obat Kontrasepsi serta Sarana Penunjang
Pelayanan Kontrasepsi ...................................................... 87
ix
x
PERATURAN
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR: 303/PER/E1/2016
TENTANG
PEDOMAN KEBUTUHAN ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI SERTA
SARANA PENUNJANG PELAYANAN KONTRASEPSI
DALAM PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
xi
c. b a h w a b e r d a s a r k a n p e r t i m b a n g a n
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf
b perlu menetapkan Peraturan Kepala tentang
Pedoman Kebutuhan Alat dan Obat kontrasepsi
serta Sarana Penunjang Pelayanan Kontrasepsi
dalam Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga;
xii
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014
tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana,
dan Sistem Informasi Keluarga (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
319, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5614);
6. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001
t e n t a n g K e d u d u k a n , Tu g a s , F u n g s i ,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian,
yang telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun
2013;
7. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001
tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I
Lembaga Pemerintah Non Kementerian, yang
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
8. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 29)
sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 28
Tahun 2016 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 62);
xiii
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1190/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Izin Edar
Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun
2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada
Jaminan Kesehatan Nasional sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2015
tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan
Kesehatan Nasional);
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 312/Menkes/SK/IX/2013
tentang Daftar Obat Essensial Nasional 2013;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 118/MENKES/SK/IV/2014
tentang Kompedium Alat Kesehatan;
13. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional Nomor
72/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Kepala Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Nomor
273/PER/B4/2014;
14. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional Nomor
165/PER/E1/2011 tentang Pelayanan Keluarga
Berencana Metode Kontrasepsi Jangka Panjang;
xiv
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pedoman Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi
serta Sarana Penunjang Pelayanan Kontrasepsi
dalam Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga adalah
sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan
ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari peraturan ini.
Pasal 2
Pedoman Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi
serta Sarana Penunjang Pelayanan Kontrasepsi
dalam Program Kependudukan, Keluarga
B e r e n c a n a d a n Pe m b a n g u n a n Ke l u a rga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan
petunjuk bagi pemegang kebijakan di sektor
pemerintah dan swasta dalam upaya memenuhi
kebutuhan alat dan obat kontrasepsi serta sarana
penunjang pelayanan yang aman, bermutu dan
bermanfaat/berkhasiat bagi akseptor KB.
xv
Pasal 3
Pada saat Peraturan Kepala Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional ini mulai berlaku,
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional Nomor: 430/PER/B4/2010
tentang Pedoman Spesifikasi Alat/Obat Kontrasepsi
dan Non Kontrasepsi Program Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 4
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 September 2016
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA NASIONAL,
xvi
DAFTAR AKRONIM
ABPK : Alat Bantu Pengambilan Keputusan
ADDS : Auto Disable Disposable Syringe
AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Alokon : Alat dan Obat Kontrasepsi
APIP : Aparat Pengawas Internal Pemerintah
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional
BPJS Kesehatan : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
BP3K : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
DOEN : Daftar Obat Essensial Nasional
IAUI : Ikatan Ahli Urologi Indonesia
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
ISBN : International Standard Book Number
IUD : Intra Uterine Device
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
JKN-SJSN : Jaminan Kesehatan Nasional – Sistem Jaminan
Sosial Nasional
KB : Keluarga Berencana
xvii
KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi
KKBPK : Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga
KPA : Kuasa Pengguna Aggaran
LKPP : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah
LPSE : Layanan Pengadaan Secara Elektronik
MUYAN : Mobil Unit Pelayanan
PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
PKMI : Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia
PKRT : Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PUS : Pasangan Usia Subur
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
ULP : Unit Layanan Pengadaan
VTP : Vasektomi Tanpa Pisau
xviii
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR : 303/PER/E1/2016
TENTANG
PEDOMAN
KEBUTUHAN ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI SERTA
SARANA PENUNJANG PELAYANAN KONTRASEPSI
DALAM PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
A.
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
1
B. TUJUAN
C. SASARAN PENGGUNA
D. RUANG LINGKUP
E. BATASAN PENGERTIAN
A. LATAR BELAKANG
1. Umum
BAB I
PENDAHULUAN
1
obat kontrasepsi bagi peserta JKN di seluruh fasilitas kesehatan
yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan (BPJS) Kesehatan.
2
serta pendayagunaan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
pelayanan KB;
c. Peningkatan pelayanan KB dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang untuk mengurangi risiko drop
out dan peningkatan penggunaan metode kontrasepsi
jangka pendek dengan memberikan informasi secara
kontinyu untuk keberlangsungan ber-KB serta pemberian
pelayanan KB lanjutan. Disamping itu juga dilakukan
penanganan KB pasca persalinan, pasca keguguran dan
penanganan komplikasi dan efek samping.
3
ketepatan, keamanan, kerasionalan penggunaan dan
pengelolaan obat yang sekaligus meningkatkan daya guna dan
hasil guna biaya yang tersedia sebagai salah satu langkah untuk
memperluas, memeratakan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Bentuk sediaan dan
kekuatan sediaan yang tercantum dalam DOEN adalah
mengikat.Besar kemasan yang diadakan untuk masing-masing
unit pelayanan kesehatan didasarkan pada efisiensi pengadaan
dan distribusinya dikaitkan dengan penggunaan.
4
h. Obat jadi kombinasi tetap harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) Obat hanya bermanfaat bagi akseptor KB dalam bentuk
kombinasi tetap;
2) Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan
keamanan yang lebih tinggi daripada masing-masing
komponen;
3) Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap
merupakan perbandingan yang tepat untuk sebagian
besar akseptor KB yang memerlukan kombinasi
tersebut;
4) Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-
biaya (benefit cost ratio).
5
prasarana dan sarana kesehatan untuk menunjang pelayanan
kontrasepsi di fasilitas pelayanan KB sederhana, fasilitas
pelayanan KB lengkap, fasilitas pelayanan KB sempurna dan
fasilitas pelayanan KB paripurna.
6
5. Tim Ahli dan Tim Teknis
Dalam perumusan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi serta
sarana penunjang pelayanan kontrasepsi dilakukan
pembahasan bersama dengan Tim Ahli yang terdiri dari
organisasi profesi seperti Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia (POGI), Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) maupun
Tim Teknis dari Kementerian Kesehatan, BPOM dan
Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indenesia (PKMI). Tim Ahli
dan Tim Teknis bersama dengan sekretariat dibentuk
berdasarkan Surat Tugas dari Deputi Bidang KB dan KR yang
terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
7
Persyaratan anggota Tim Ahli dan Tim Teknis adalah:
a. Memiliki integritas dan standar profesional tinggi;
b. Menyatakan pernyataan kesediaan secara tertulis;
c. Bersedia menandantangani pernyataan bebas konflik
kepentingan.
8
d. Ketersediaan sarana penunjang pelayanan kontrasepsi yang
tercantum dalam data basis e-katalog LKPP;
e. Rekomendasi Tim Ahli dan Tim Teknis.
9. Finalisasi
Proses finalisasi mencakup beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Penyempurnaan redaksional draft akhir Buku Pedoman;
b. Pengajuan nomor International Standard Book Number
(ISBN) ke Perpustakaan Nasional;
9
c. Konsultasi teknis terkait pengadaan alat dan obat
kontrasepsi serta sarana penunjang pelayanan kontrasepsi
dengan LKPP;
d. Pembuatan lembar konsep pengesahan draft akhir Buku
Pedoman ke Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan komponen
terkait.
10. Pengesahan
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
menetapkan Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional tentang Buku Pedoman
Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi serta Sarana Penunjang
Pelayanan Kontrasepsi beserta lampiran yang menjadi bagian
yang tidak terpisahkan.
10
c. Kriteria pembahasan
Kompilasi usulan diserahkan kepada Tim Ahli dan Tim Teknis
untuk dilakukan pembahasan. Pembahasan usulan
diutamakan pada usulan yang disertai dengan alasan dan
atau bukti ilmiah yang lengkap.
d. Waktu revisi usulan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi
serta sarana penunjang pelayanan kontrasepsi
menyesuaikan waktu perubahan DOEN yang dilakukan
setiap 2 (dua) tahun dan atau sesuai dengan kebutuhan.
B. TUJUAN
1. Umum
Meningkatkan kualitas pelayanan kontrasepsi melalui
pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi serta sarana
penunjang pelayanan kontrasepsi yang aman, bermutu dan
bermanfaat/berkhasiat.
2. Khusus
a. Memberikan acuan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi
b. Memberikan acuan kebutuhan sarana penunjang
pelayanan kontrasepsi
C. SASARAN PENGGUNA
11
D. RUANG LINGKUP
1. Usulan rumusan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi
a. Obat Suntik KB I: Medroxyprogesterone acetate 150 mg
b. Pil KB I: Ethinylestradiol 0.03 mg+ levonorgestrel 0.15 mg
c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Intra Uterine Device)
d. Susuk KB II plus inserter: levonorgestrel 75 mg + inserter
e. Kondom
2. Usulan rumusan kebutuhan sarana penunjang pelayanan
kontrasepsi
a. AKDR set/IUD kit
b. Implan removal kit
c. Set vasektomi tanpa pisau
d. Minilaparotomi set
e. Auto disable disposable syringe
f. Safety box
g. Kursi ginekologi
h. Fallope ring (tubal ring)
E. BATASAN PENGERTIAN
1. Daftar Obat Essential Nasional (DOEN) adalah daftar yang
berisikan obat terpilih yang paling dibutuhkan dan diupayakan
tersedia di unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan
tingkatnya. DOEN merupakan standar nasional minimal untuk
pelayanan kesehatan.
12
3. Sarana penunjang pelayanan kontrasepsi adalah sarana
penunjang pelayanan kontrasepsi adalah sarana yang
dibutuhkan untuk penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi
yang terdiri dari sarana medis dan non medis. Sarana medis
pelayanan kontrasepsi meliputi laparoscopy tanpa monitor,
laparoscopy dengan monitor, IUD kit, implan removal kit, set
vasektomi tanpa pisau (VTP), kursi ginekologi, minilaparotomi
kit, dry sterilization, dan Auto Disable Disposable Syringe
(ADDS). Sedangkan sarana non-medis pelayanan kontrasepsi
meliputi Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) dan Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K)serta materi KIE.
13
14
A.
B.
IUD COPPER T
BAB II
KEBUTUHAN ALAT DAN
OBAT KONTRASEPSI (ALOKON)
b. Registrasi
Memiliki izin edar Kementerian Kesehatan RI dan masih
berlaku.
c. Batas Kadaluarsa
Minimal 5 (lima) tahun sejak dilakukan penyerahan barang
di gudang Pusat/Perwakilan BKKBN Provinsi/BPMPKB DKI
Jakarta dan atau tahun produksi yang disesuaikan dengan
tahun pengadaan.
15
2. PENGEPAKAN
Pelabelan/penandaan kemasan IUD COPPER T mengikuti
peraturan perundang-undangan yang berlaku dari Kementerian
Kesehatan RI dan informasi tambahan dari BKKBN sebagai
berikut:
16
3) Pada setiap inner box terdapat tulisan nomor bets,
nomor registrasi, tahun produksi dan batas kadaluarsa
(bulan, tahun).
4) Tiap 40 (empat puluh) inner box, dimasukkan kedalam
outer box. Setiap outer box berisi 1.000 (seribu) Unit
IUD COPPER T
*Tahun berkenaan/berjalan
17
B. KEBUTUHAN ALOKON SUSUK KB II PLUS INSERTER
b. Parameter uji :
sesuai dengan produk yang didaftarkan ke BPOM RI
c. Registrasi:
Mempunyai Nomor Izin Edar (NIE) dari BPOM-RI dan masih
berlaku
d. Batas kadaluarsa:
Minimal 3 (tiga) tahun sejak diterima di gudang
Pusat/Perwakilan BKKBN Provinsi/BPMPKB DKI Jakarta dan
atau tahun produksi menyesuaikan dengan tahun
pengadaan.
18
a. Individual Pack
1) Pada Susuk KB II plus inserter harus tercantum nomor
batch, nomor registrasi, waktu produksi (bulan, tahun)
dan batas kadaluarsa (bulan dan tahun).
2) Setiap individual pack tercantum logo institusi BKKBN.
3) Pada Susuk KB II plus inserter harus tercantum tulisan
“Untuk Program Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN Tahun
Anggaran .....” dengan warna biru/hitam dan tulisan
“Tidak Diperjualbelikan” dengan warna merah.
4) Jumlah individual pack yang dimasukkan kedalam inner
box disesuaikan dengan kemasan yang tercantum
dalam NIE.
19
c. Outer Box (Box Besar)
1) Dalam 1 outer box berisi 200 individual pack Susuk KB II
Plus inserter Tiga Tahunan
2) Setiap outer box terdapat tulisan “Susuk KB II Plus
Inserter” dengan warna hitam/biru.
3) Pada outer box : nomor batch, nomor registrasi, waktu
produksi (bulan, tahun) dan batas kadaluarsa (bulan dan
tahun) tertulis pada dua sisi.
4) Setiap satu outer box tercantum logo institusi BKKBN,
tulisan ”Untuk Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN
Tahun Anggaran .....” dengan warna biru/hitam dan
tulisan “Tidak diperjualbelikan” dengan warna merah.
Ketebalan karton outer box adalah sekitar 6 mm.
*Tahun berkenaan/berjalan
20
C. KEBUTUHAN ALOKON PIL KB I KOMBINASI
b. Parameter uji :
Mengacu pada Farmakope Indonesia Edisi terkini
c. Registrasi:
Nomor Izin Edar (NIE) dari BPOM dan masih berlaku.
d. Batas kadaluarsa :
Minimal 3 (tiga) tahun sejak dilakukan penyerahan barang
di gudang Pusat/Perwakilan BKKBN Provinsi/BPMPKB DKI
Jakarta dan atau tahun produksi menyesuaikan dengan
tahun pengadaan.
2. PENGEPAKAN/KEMASAN
Informasi produk dan penandaan pada kemasan mengikuti
persyaratan dalam Nomor Ijin Edar produk obat Pil KB I
Kombinasi dari BPOM dan informasi tambahan dari BKKBN
sebagai berikut:
21
a. Individual blister pack
1) Pada individual blister pack harus tercantum nomor
batch, nomor registrasi, waktu produksi (bulan dan
tahun) dan batas kadaluarsa (bulan, tahun).
2) Pada blister pack tercantum logo institusi BKKBN
3) Pada individual blister pack harus tercantum tulisan
“Untuk Program Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga BKKBN APBN Tahun
Anggaran .....” dengan warna biru/hitam dan “Tidak
diperjualbelikan” dengan warna merah.
4) Tiap 100 blister pack dimasukkan ke dalam inner box.
22
c. Outer box (box besar)
1) Pada outer box terdapat tulisan PIL KB I Kombinasi
dengan warna Biru/Hitam.
2) Pada outer box tertulis nomor batch, nomor registrasi,
waktu produksi (bulan, tahun) dan batas kadaluarsa
(bulan, tahun).
3) Pada outer box harus tercantum logo institusi BKKBN
dan terdapat tulisan “Untuk Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
BKKBN APBN Tahun Anggaran .....” dengan warna
biru/hitam dan “Tidak diperjualbelikan” dengan warna
merah.
4) Ketebalan karton outer box minimal 6 mm.
*Tahun berkenaan/berjalan
23
D. KEBUTUHAN ALOKON SUNTIK KB I TIGA BULANAN
a. Suntik KB I
Tiap vial terdiri dari @ 3ml injeksi suspensi steril yang
mengandung bahan aktif Medroxyprogesterone Acetate
150 mg.
b. Parameter uji :
Mengacu pada Farmakope Indonesia Edisi terkini
c. Registrasi:
Mempunyai Nomor Izin Edar (NIE) dari BPOM-RI dan masih
berlaku;
d. Masa kadaluarsa:
Minimal 3 (tiga) tahun sejak dilakukan penyerahan barang
di gudang Pusat/Perwakilan BKKBN Provinsi/BPMPKB DKI
Jakarta dan atau tahun produksi menyesuaikan dengan
tahun pengadaan.
2. PENGEPAKAN / KEMASAN
Informasi produk dan penandaan pada kemasan mengikuti
persyaratan dalam Nomor Ijin Edar produk obat suntik KB I Tiga
Bulanan dari BPOM dan informasi tambahan dari BKKBN
sebagai berikut:
24
a. Individual pack (vial)
1) Pada setiap vial harus tercantum nomor batch, nomor
registrasi, waktu produksi (bulan, tahun) dan batas
kadaluarsa (bulan, tahun).
2) Pada setiap vial harus tercantum tulisan “Obat Suntik
KB I TIGA BULANAN, “Untuk Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
BKKBN APBN Tahun Anggaran .....” dengan warna
biru/hitam serta tulisan “Tidak diperjualbelikan”
dengan warna merah dan tercetak logo institusi
BKKBN.
25
c. Outer Box (Box Besar)
1) Dalam 1 outer box berisi 500 vial Obat Suntik KB I Tiga
Bulanan
2) Pada outer box terdapat tulisan Obat Suntik KB I Tiga
Bulanan dengan warna biru/hitam.
3) Pada outer box tertulis nomor batch, nomor registrasi,
waktu produksi (bulan, tahun) dan batas kadaluarsa
(bulan dan tahun).
4) Pada outer box terdapat logo institusi BKKBN, tulisan
“Untuk Program Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN Tahun
Anggaran .....” dengan warna biru/hitam dan tulisan
“Tidak Diperjualbelikan” dengan warna merah.
5) Ketebalan karton outer box minimal 6 mm.
*tahun berjalan/berkenaan
26
E. KEBUTUHAN ALOKON KONDOM PRIA POLOS TANPA
AROMA
b. Parameter uji :
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kondom
yang berlaku (uji daya letup dan uji kebocoran)
c. Registrasi:
Telah mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) dari Kementerian
Kesehatan RI, dan masih berlaku.
d. Batas Kadaluarsa :
Minimal 5 (lima) tahun sejak dilakukan penyerahan barang
di gudang Pusat/Perwakilan BKKBN Provinsi/BPMPKB DKI
Jakarta dan atau tahun produksi menyesuaikan dengan
tahun pengadaan.
2. Pengepakan Kemasan
Pelabelan/penandaan kemasan kondom pria polos tanpa
aroma mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku
dari Kementerian Kesehatan RI dan informasi tambahan dari
BKKBN sebagai berikut:
27
a. Individual pack (buah)
1) Pada individual pack Kondom pria polos tanpa aroma
harus tercantum nomor bets, nomor register, tahun
produksi dan batas kadaluarsa (bulan, tahun).
2) Pada individual pack harus tercantum tulisan“Kondom
pria polos tanpa aroma”, “Untuk Program
Kependudukan, Keluarga Berencanadan
Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN Tahun
Anggaran....*, dan Pencegah IMS, HIV dan AIDS” warna
hitam dan tulisan “Tidak diperjualbelikan” dengan
warna merah serta tercetak logo institusi BKKBN.
3) Pada individual pack tercantum label suhu
penyimpanan Kondom pria polos tanpa aroma sesuai
rekomendasi pabrikan dalam bahasa Indonesia.
4) Tiap 6 buah Kondom pria polos tanpa aroma
dimasukkan ke dalam inner box.
28
4) Pada inner box tercantum label penyimpanan Kondom
pria polos tanpa aroma sesuai rekomendasi pabrikan
dalam bahasa Indonesia.
5) Tiap 24 inner box dimasukkan ke dalam outer box.
d. Master box
1) Pada master box harus tercantum tulisan“Kondom pria
polos tanpa aroma”, “Untuk Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga,
BKKBN APBN Tahun Anggaran........* dan Pencegah
IMS, HIV dan AIDS” dengan warna hitam dan tulisan
“Tidak Diperjualbelikan” dengan warna merah serta
tercetak logo institusi BKKBN.
2) Pada master box tertulis nomor bets, nomor registrasi,
tahun produksi dan batas kadaluarsa (bulan, tahun).
29
3) Pada master box tercantum label penyimpanan
Kondom pria polos tanpa aroma sesuai rekomendasi
pabrikan dalam bahasa Indonesia.
4) Setiap master box berisi 2.880 individual pack kondom.
5) Ketebalan karton untuk master box minimal 6 mm.
30
F. KEBUTUHAN ALOKON KONDOM PRIA POLOS DENGAN
AROMA
b. Parameter uji :
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kondom
yang berlaku (uji daya letup dan uji kebocoran)
c. Registrasi:
Telah mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) dari Kementerian
Kesehatan RI, dan masih berlaku.
d. Batas Kadaluarsa :
Minimal 5 (lima) tahun sejak dilakukan penyerahan barang
di gudang Pusat/Perwakilan BKKBN Provinsi/BPMPKB DKI
Jakarta dan atau tahun produksi menyesuaikan dengan
tahun pengadaan.
2. Pengepakan Kemasan
Pelabelan/penandaan kemasan kondom pria polos dengan
aroma mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku
dari Kementerian Kesehatan RI dan informasi tambahan dari
BKKBN sebagai berikut:
31
a. Individual pack (buah)
1) Pada individual pack Kondom pria polos dengan aroma
harus tercantum nomor bets, nomor register, tahun
produksi dan batas kadaluarsa (bulan, tahun).
2) Pada individual pack harus tercantum tulisan “Kondom
pria polos dengan aroma”, “Untuk Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN Tahun
Anggaran....*, dan Pencegah IMS, HIV dan AIDS” warna
hitam dan tulisan “Tidak diperjualbelikan” dengan
warna merah serta tercetak logo institusi BKKBN.
3) Pada individual pack tercantum label suhu
penyimpanan Kondom pria polos dengan aroma sesuai
rekomendasi pabrikan dalam bahasa Indonesia.
4) Tiap 6 buah Kondom pria polos dengan aroma
dimasukkan ke dalam inner box.
32
4) Pada inner box tercantum label penyimpanan Kondom
pria polos dengan aroma sesuai rekomendasi pabrikan
dalam bahasa Indonesia.
5) Tiap 24 inner box dimasukkan ke dalam outer box.
d. Master box
1) Pada master box harus tercantum tulisan “Kondom pria
p o l o s d e n g a n a r o m a ”, “ U n t u k P r o g r a m
Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN Tahun
Anggaran........* dan Pencegah IMS, HIV dan AIDS”
dengan warna hitam dan tulisan “ Tidak
Diperjualbelikan” dengan warna merah serta tercetak
logo institusi BKKBN.
33
2) Pada master box tertulis nomor bets, nomor registrasi,
tahun produksi dan batas kadaluarsa (bulan, tahun).
3) Pada master box tercantum label penyimpanan
Kondom pria polos dengan aroma sesuai rekomendasi
pabrikan dalam bahasa Indonesia.
4) Setiap master box berisi 2.880 individual pack kondom.
5) Ketebalan karton untuk master box minimal 6 mm.
34
G. KEBUTUHAN ALOKON KONDOM PRIA ULIR TANPA
AROMA
b. Parameter uji :
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kondom
yang berlaku (uji daya letup dan uji kebocoran)
c. Registrasi:
Telah mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) dari Kementerian
Kesehatan RI, dan masih berlaku.
d. Batas Kadaluarsa :
Minimal 5 (lima) tahun sejak dilakukan penyerahan barang
di gudang Pusat/Perwakilan BKKBN Provinsi/BPMPKB DKI
Jakarta dan atau tahun produksi menyesuaikan dengan
tahun pengadaan.
2. Pengepakan Kemasan
Pelabelan/penandaan kemasan kondom pria ulir tanpa aroma
mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku dari
Kementerian Kesehatan RI dan informasi tambahan dari BKKBN
sebagai berikut:
35
a. Individual pack (buah)
1) Pada individual pack Kondom pria ulir tanpa aroma
harus tercantum nomor bets, nomor register, tahun
produksi dan batas kadaluarsa (bulan, tahun).
2) Pada individual pack harus tercantum tulisan “Kondom
p r i a u l i r t a n p a a ro m a ”, “ U n t u k P ro g ra m
Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN Tahun
Anggaran....*, dan Pencegah IMS, HIV dan AIDS” warna
hitam dan tulisan “Tidak diperjualbelikan” dengan
warna merah serta tercetak logo institusi BKKBN.
3) Pada individual pack tercantum label suhu
penyimpanan Kondom pria ulir tanpa aroma sesuai
rekomendasi pabrikan dalam bahasa Indonesia.
4) Tiap 6 buah Kondom pria ulir tanpa aroma dimasukkan
ke dalam inner box.
36
4) Pada inner box tercantum label penyimpanan Kondom
pria ulir tanpa aroma sesuai rekomendasi pabrikan
dalam bahasa Indonesia.
5) Tiap 24 inner box dimasukkan ke dalam outer box.
d. Master box
1) Pada master box harus tercantum tulisan “Kondom pria
ulir tanpa aroma”, “Untuk Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga,
BKKBN APBN Tahun Anggaran........* dan Pencegah
IMS, HIV dan AIDS” dengan warna hitam dan tulisan
“Tidak Diperjualbelikan” dengan warna merah serta
tercetak logo institusi BKKBN.
2) Pada master box tertulis nomor bets, nomor registrasi,
tahun produksi dan batas kadaluarsa (bulan, tahun).
37
3) Pada master box tercantum label penyimpanan
Kondom pria ulir tanpa aroma sesuai rekomendasi
pabrikan dalam bahasa Indonesia.
4) Setiap master box berisi 2.880 individual pack kondom.
5) Ketebalan karton untuk master box minimal 6 mm.
38
H. KEBUTUHAN ALOKON KONDOM PRIA ULIR DENGAN
AROMA
b. Parameter uji :
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kondom
yang berlaku (uji daya letup dan uji kebocoran)
c. Registrasi:
Telah mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) dari Kementerian
Kesehatan RI, dan masih berlaku.
d. Batas Kadaluarsa :
Minimal 5 (lima) tahun sejak dilakukan penyerahan barang
di gudang Pusat/Perwakilan BKKBN Provinsi/BPMPKB DKI
Jakarta dan atau tahun produksi menyesuaikan dengan
tahun pengadaan.
2. Pengepakan Kemasan
Pelabelan/penandaan kemasan kondom pria ulir dengan aroma
mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku dari
Kementerian Kesehatan RI dan informasi tambahan dari BKKBN
sebagai berikut:
39
a. Individual pack (buah)
1) Pada individual pack Kondom pria ulir dengan aroma
harus tercantum nomor bets, nomor register, tahun
produksi dan batas kadaluarsa (bulan, tahun).
2) Pada individual pack harus tercantum tulisan “Kondom
pria ulir dengan aroma”, “Untuk Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN Tahun
Anggaran....*, dan Pencegah IMS, HIV dan AIDS” warna
hitam dan tulisan “Tidak diperjualbelikan” dengan
warna merah serta tercetak logo institusi BKKBN.
3) Pada individual pack tercantum label suhu
penyimpanan Kondom pria ulir dengan aroma sesuai
rekomendasi pabrikan dalam bahasa Indonesia.
4) Tiap 6 buah Kondom pria ulir dengan aroma
dimasukkan ke dalam inner box.
40
4) Pada inner box tercantum label penyimpanan Kondom
pria ulir dengan aroma sesuai rekomendasi pabrikan
dalam bahasa Indonesia.
5) Tiap 24 inner box dimasukkan ke dalam outer box.
d. Master box
1) Pada master box harus tercantum tulisan “Kondom pria
ulir dengan aroma”, “Untuk Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga,
BKKBN APBN Tahun Anggaran........* dan Pencegah
IMS, HIV dan AIDS” dengan warna hitam dan tulisan
“Tidak Diperjualbelikan” dengan warna merah serta
tercetak logo institusi BKKBN.
2) Pada master box tertulis nomor bets, nomor registrasi,
tahun produksi dan batas kadaluarsa (bulan, tahun).
41
3) Pada master box tercantum label penyimpanan
Kondom pria ulir dengan aroma sesuai rekomendasi
pabrikan dalam bahasa Indonesia.
4) Setiap master box berisi 2.880 individual pack kondom.
5) Ketebalan karton untuk master box minimal 6mm.
42
A.
B.
IUD KIT
BAB III
KEBUTUHAN SARANA PENUNJANG
PELAYANAN KONTRASEPSI
43
2. Non Alat Kesehatan (Tidak dipersyaratkan NIE)
Kebutuhan non alat kesehatan yang harus disediakan:
JENIS PERALATAN JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
Mangkok Antiseptik: diameter atas 6 - 8 cm atau 1 (satu) buah
Iodine Cup ukuran 0.06 – 0.07 L
3. Pengepakan
Pelabelan/penandaan kemasan IUD Kit mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku dari Kementerian
Kesehatan RI dan informasi tambahan dari BKKBN sebagai
berikut:
a. Setiap jenis alat dan non alat kesehatan IUD Kit dibungkus
dengan plastik transparan.
b. Seluruh jenis alat dan non alat kesehatan IUD Kit
dimasukkan ke dalam karton (box) dengan ketebalan
minimal 6 mm dibungkus plastik transparant sehingga
kedap air.
c. Pada setiap box harus terdapat tulisan “IUD Kit”, “Untuk
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN Tahun Anggaran
..........*” dengan warna biru/hitam dan “ Tidak
diperjualbelikan” dengan warna merah serta tercetak logo
Institusi BKKBN.
d. Pada setiap box harus tercantum nomor registrasi dan
tahun produksi dari IUD Kit/masing-masing alat kesehatan
IUD Kit dengan warna biru/hitam.
*Tahun berjalan/berkenaan
44
B. KEBUTUHAN SARANA PENUNJANG PELAYANAN
KONTRASEPSI: IMPLAN REMOVAL KIT
Sarana penunjang pelayanan kontrasepsi Implan Removal Kit
diperuntukkan bagi tenaga kesehatan untuk mencabut/melepas
obat kontrasepsi Implan/Susuk KB/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
(AKBK).
45
3. Pengepakan
Pelabelan/penandaan kemasan Implan Removal Kit mengikuti
peraturan perundang-undangan yang berlaku dari Kementerian
Kesehatan RI dan informasi tambahan dari BKKBN sebagai
berikut:
a. Setiap jenis alat dan non alat kesehatan Implan Removal Kit
dibungkus dengan plastik transparan.
b. Seluruh jenis alat dan non alat kesehatan Implan Removal
Kit dimasukkan ke dalam karton (box) dengan ketebalan
karton minimal 6 mm dibungkus plastik transparant
sehingga kedap air.
c. Pada setiap box harus terdapat tulisan “Implan Removal
Kit”, “Untuk Program Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN Tahun
Anggaran ..........*” dengan warna biru/hitam dan “Tidak
diperjualbelikan” dengan warna merah serta tercetak logo
Institusi BKKBN.
d. Pada setiap box harus tercantum nomor registrasi dan
tahun produksi dari Implan Removal Kit/masing-masing alat
kesehatan Implan Removal Kit dengan warna biru/hitam.
*Tahun berjalan/berkenaan
46
C. KEBUTUHAN SARANA PENUNJANG PELAYANAN
KONTRASEPSI: MINILAPAROTOMI SET UNTUK TUBEKTOMI
Deskripsi:
Sarana penunjang pelayanan kontrasepsi minilaparotomi set
diperuntukkan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan prosedur
sterilisasi wanita (tubektomi).
47
NO JENIS PERALATAN JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
k. Pinset Anatomis Panjang 20 cm (8") 2 (dua) buah
3. Pengepakan
Pelabelan/penandaan kemasan Minilaparotomi Set mengikuti
peraturan perundang-undangan yang berlaku dari Kementerian
Kesehatan RI dan informasi tambahan dari BKKBN sebagai
berikut:
a. Setiap jenis alat dan non alat kesehatan Minilaparotomi Set
dibungkus dengan plastik transparan.
48
b. Seluruh jenis alat dan non alat kesehatan Minilaparotomi
Set dimasukkan ke dalam karton (box) dengan ketebalan
karton minimal 6 mm dibungkus plastik transparant
sehingga kedap air.
c. Pada setiap box harus terdapat tulisan “Minilaparotomi
Set”, “Untuk Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN
Tahun Anggaran ..........*” dengan warna biru/hitam dan
“Tidak diperjualbelikan” dengan warna merah serta
tercetak logo Institusi BKKBN.
d. Pada setiap box harus tercantum nomor registrasi dan
tahun produksi dari Minilaparotomi Set /masing-masing
alat kesehatan Minilaparotomi Set dengan warna
biru/hitam.
*Tahun berjalan/berkenaan
49
D. KEBUTUHAN SARANA PENUNJANG PELAYANAN
KONTRASEPSI: SET VASEKTOMI TANPA PISAU (VTP)
Deskripsi:
Kebutuhan set vasektomi tanpa pisau (VTP) yang digunakan untuk
operasi VTP sesuai Standar WHO/metode “Li”. Adapun alat-alat
yang diperlukan dalam set VTP adalah dengan rincian sebagai
berikut:
50
3. Pengepakan
Pelabelan/penandaan kemasan set VTP mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku dari Kementerian
Kesehatan RI dan informasi tambahan dari BKKBN sebagai
berikut:
a. Setiap jenis alat dan non alat kesehatan set VTP dibungkus
dengan plastik transparan.
b. Seluruh jenis alat dan non alat kesehatan set VTP
dimasukkan ke dalam karton (box) dengan ketebalan karton
minimal 6 mm.
c. Pada setiap box harus terdapat tulisan “Set Vasektomi
Tanpa Pisau”, “Untuk Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN
Tahun Anggaran ..........*” dengan warna biru/hitam dan
“Tidak diperjualbelikan” dengan warna merah serta
tercetak logo Institusi BKKBN.
d. Pada setiap box harus tercantum nomor registrasi dan
tahun produksi dari set VTP /masing-masing alat kesehatan
set VTP dengan warna biru/hitam.
*Tahun berjalan/berkenaan
51
E. KEBUTUHAN SARANA PENUNJANG PELAYANAN
KONTRASEPSI: KURSI GINEKOLOGI
Deskripsi:
Sarana penunjang pelayanan kontrasepsi kursi ginekologi
diperuntukkan bagi tenaga kesehatan untuk memposisikan calon
atau akseptor IUD dalam melaksanakan pemasangan atau
pencabutan alat kontrasepsi IUD dana atau untuk keperluan medis
lainnya.
a. Spesifikasi Umum
Dimensi luar : P 1.720 – 1.750 x L 700 – 750 x
T 800 – 810 (mm)
Dimensi dalam : P 1.720 – 1.750 x L 550 - 600 x
T 800 - 810 (mm)
Bahan pipa : Stainless Steel (SS) anti karat
sesuai dengan ISO 4957
Kontruksi : Knock Down
Mattras : Terbuat dari kayu multiplex :
tebal 8-10 mm dilapisi
busa: 60-70 mm dengan
cover leather imitation
warna biru muda.
Pengatur Kemiringan : Secara manual, dengan elevasi
0 s/d 80 derajat.
Kemasan : Di packing (bungkus) menggunakan
plastik dan dimasukkan ke kardus
serta pada bagian luarnya
dibungkus plastik kembali, dengan
ketentuan sebagai berikut:
52
1) Setiap satu set kursi ginekologi
harus di dimasukkan ke dalam
Karton type Triple-wall ukuran
K275/M150x6/K275.
Selanjutnya Kursi Ginekologi
yang sudah dikemas dalam
karton tersebut dimasukkan ke
dalam peti kayu.
2) Setiap kemasan terdapat “Logo
BKKBN” dan tulisan “Kursi
Ginekologi”, “Untuk Program
Ke p e n d u d u ka n , Ke l u a rga
Berencana dan Pembangunan
Keluarga, BKKBN APBN Tahun
.....*” warna tulisan biru/hitam
b. Spesifikasi Khusus
1) Bagian Kaki Utama:
Bahan : Stainless Steel (SS) anti karat sesuai
dengan ISO 4957, 20x40, tebal 1,5
mm
Pipa penghubung : Stainless Steel (SS) anti karat sesuai
dengan ISO 4957, 20x40, tebal 1,5
mm
2) Bagian Sandaran Badan:
Bahan : Stainless Steel (SS) anti karat sesuai
dengan ISO 4957
Panjang : 700 – 750 mm
Lebar : 500 – 550 mm
Alas matras : Multiplax tebal 8 – 10 mm dilapisi
busa dengan permukaan rata dan
kualitas busa padat (standar busa) =
53
60 – 70 mm dengan cover leather
imitation warna biru muda.
Pengatur : Gerigi dan terkunci
sandaran
3) Bagian Dudukan:
Bahan : Stainless Steel (SS) anti karat sesuai
dengan ISO 4957
Panjang : 400 – 480 mm
Lebar : 500 – 550 mm
Alas matras : Terdapat setengah lingkaran pada
pinggiran matras pada bagian lebar
bagian bawah dengan diameter 22
cm – 25 cm yang bila disambungkan
d e n ga n s a n d a ra n ka k i a ka n
membentuk lubang 1 lingkaran
multiplex tebal 8 – 10 mm dilapisi
busa = 60 – 70 mm dengan cover
leather imitation warna biru muda
Di lengkapi : Baskom dibawah dudukan untuk
penadah, terbuat dari Stainless
Steel ukuran diameter 280 - 300 mm
54
cover leather imitation warna biru
muda
Pengunci : Pengunci tunjangan sandaran kaki
tunjangan dari plat Stainless steel yang dapat
menahan beban 20 kg dan posisinya
tidak berubah.
Tangga injakan : Terbuat dari Stainless Steel (SS)
kaki anti karat sesuai dengan ISO 4957
tebal minimal 1 mm, anti slip, lantai
injakan kakinya dapat disimpan dan
didorong kebelakang
5) Aksesoris
Penyangga betis : Terbuat dari plastik nylon/ABS
ukuran (P) 245-255 x (L) 165 - 175 x
(T) 110 - 120 mm, tebal 6 mm,
dilapisi busa tebal 10 - 20 mm dan
kulit imitasi warna biru muda
dengan penyangga dari Stainless
Steel diameter 16 mm, dapat diatur
menahan beban 20 kg dan posisinya
tidak bergerak setelah dikunci.
*Tahun berkenaan/berjalan
55
F. KEBUTUHAN SARANA PENUNJANG PELAYANAN
KONTRASEPSI: KOTAK PENGAMAN (SAFETY BOX)
Deskripsi produk:Kotak Pengaman digunakan untuk menampung
limbah medis benda tajam seperti alat suntik dan benda tajam
infeksius lainnya.
56
Penandaan khusus : - Memiliki lambang biohazard berwarna
untuk Peringatan merah ataupun tulisan peringatan
dan keamanan “Biohazard” pada bagian muka safety
box dan lambang biohazard disertai
tulisan “Limbah Medis Infeksius” pada
bagian belakang safety box.
- Memiliki tulisan “Kotak Pengaman untuk
Pembuangan Alat Suntik/Benda Tajam
Bekas” sebagai indikasi kegunaan safety
Box pada bagian muka safety box.
- Memiliki panduan batas pengisian
maksimum yang disarankan sesuai
dengan volume safety box, yang ada
pada sisi kiri dan kanan
- Penandaan dan indikasi dalam bentuk
tulisan dalam bahasa Indonesia
- Memiliki tanda universal “sekali pakai”
(angka 2 dicoret) pada bagian muka
safety box
- Pada bagian atas penutup akhir, memiliki
kolom isian untuk identifikasi kegunaan
oleh pengguna untuk memudahkan
identifikasi pada saat pemakaian dan
pemusnahan di lapangan.
Instruksi perakitan : Pada bagian sisi lain safety box terdapat cara
dan Pemusnahan merakit dan memusnahkan safety box
dengan dilengkapi instruksi bergambar.
Pegangan : Terdapat pegangan pada safety box bagian
atas yang kuat untuk mengangkat safety box
yang telah berisi penuh. Pegangan
memudahkan penggunaan di lapangan.
57
Fitur keamanan : - Memiliki tutup pelindung lubang tempat
memasukan limbah medis yang dapat
ditutup pada saat safety box sedang
tidak digunakan.
- Pada salah satu sisi terdapat instruksi
tambahan mengenai cara perlindungan
terhadap infeksi silang dan cara
mencegah tertusuk jarum suntik dalam
bahasa Indonesia.
- Memiliki mekanisme perekat (stich)
pada bagian sambungan sisi untuk
menjaga presisi dari safety box dan
mempertahankan presisi safety box
ketika safety box tersebut ditumpuk.
Individual : Pada setiap individual safety box harus
Safety Box terdapat tulisan “Safety Box” dengan warna
hitam/biru. Tercantum minimal Nomor Ijin
Edar (NIE) dan lot numbering system dengan
warna biru/hitam. Pada setiap safety box
harus terdapat logo institusi BKKBN dan
te rd a p at t u l i s a n “ U nt u k P ro g ra m
Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN
Tahun Anggaran ..........*” dengan warna
biru/hitam dan “Tidak diperjualbelikan”
dengan warna merah.
Master Box : - Setiap 50 buah individual safety box
dalam keadaan rata belum terakit
dikemas ke dalam master box yang
tertutup rapat dan dibungkus dengan
plastik di bagian luar.
58
- Pada master box terdapat tulisan Safety
Box dengan warna hitam/biru.
- Pada master box tertulis nomor ijin edar
(NIE) dan lot numbering system, dan
ta h u n p ro d u ks i , d e n ga n wa r n a
hitam/biru.
- Pada master box terdapat logo institusi
BKKBN dan terdapat tulisan “Untuk
Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga,
BKKBN APBN Tahun Anggaran ......*”
dengan warna biru/hitam dan “Tidak
diperjualbelikan” dengan warna merah.
- Ketebalan karton master box minimal 6
mm.
*Tahun berkenaan/berjalan
59
G. KEBUTUHAN SARANA PENUNJANG KONTRASEPSI:
AUTO DISABLE DISPOSABLE SYRINGE (ADDS)
Deskripsi
Auto Disable Disposable Syringe adalah alat yang digunakan untuk
tujuan medis dan akan rusak secara otomatis jika digunakan
berulang. Alat ini digunakan untuk menyuntikan obat dalam bentuk
cairan kedalam tubuh.
2. Registrasi :
Memiliki Nomor Ijin Edar (NIE) dari Kementerian Kesehatan RI
dan masih berlaku.
3. Masa Kadaluarsa
Minimal 3 (tiga) tahun sejak dilakukan penyerahan barang di
gudang Pusat/Perwakilan BKKBN Provinsi/BPMPKB DKI Jakarta
dan atau tahun produksi yang disesuaikan dengan tahun
pengadaan.
4. Pengepakan
Pelabelan/penandaan kemasan Auto Disable Disposable
Syringe mengikuti peraturan perundang-undangan yang
berlaku dari Kementerian Kesehatan RI dan informasi
tambahan dari BKKBN sebagai berikut:
60
a. Individual pack :
1) Setiap alat suntik sekali pakai dan langsung
rusak/mengunci berikut jarum dikemas ke dalam plastik
steril transparant.
2) Pada setiap individual pack harus tercantum nomor
bets, nomor registrasi, tahun produksi dan batas
kadaluarsa (bulan, tahun) dengan warna biru/hitam
dan tercetak logo institusi BKKBN.
3) Pada setiap individual pack harus tercantum tulisan:
a) “Auto Disable Disposable Syringe” dengan tulisan
warna biru/hitam;
b) “Tidak Diperjualbelikan” dengan tulisan warna
merah;
c) “Untuk Sekali Pakai, Menghindari Hepatitis B, C
dan HIV dan AIDS” dengan warna merah dan;
d) “Untuk Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga, BKKBN
APBN Tahun Anggaran .............*” dengan warna
biru/hitam.
4) Tiap 20 individual pack dimasukkan ke dalam inner box.
61
c) “Untuk Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga, BKKBN
APBN Tahun Anggaran ............*” dengan warna
Biru/Hitam.
4) Pada setiap inner box dilengkapi dengan petunjuk
pemakaian dalam Bahasa Indonesia, 1 copy untuk
setiap inner box, dengan tulisan sebagai berikut:
a) Buka kemasan dari sisi atas yang bertanda
b) Buka tutup jarum
c) Masukkan jarum ke vial obat suntik tepat di tengah
tutup karet
d) Jangan tekan plunger ke depan sebelum mengisi
obat suntik
e) Sedot cairan obat suntik dengan menarik plunger
(piston)
f) Hilangkan udara ke dalam barrel dengan menekan
plunger sampai skala yang telah ditentukan
g) Penyuntikan ke klien KB sampai cairan obat suntik
KB habis
h) Buang alat yang telah digunakan ditempat yang
sesuai (Safety Box)
5) Tiap 25 inner box, dimasukkan ke dalam outer box.
Setiap outer box berisi 500 individual pack.
62
a) “Tidak Diperjualbelikan” dengan warna merah;
b) “Untuk Sekali Pakai, Menghindari Hepatitis B,C
dan HIV dan AIDS” dengan warna merah dan;
c) “Untuk Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga, BKKBN
APBN Tahun Anggaran .............*” dengan warna
biru.
4) Ketebalan karton outer box minimal 6 mm.
63
H. KEBUTUHAN SARANA PENUNJANG PELAYANAN
KONTRASEPSI: FALLOPE RING
Deskripsi:
Sarana penunjang pelayanan kontrasepsi Fallope Ring
diperuntukkan bagi tenaga kesehatan untuk mengoklusi tuba
fallopii (saluran telur) pada proses sterilisasi wanita.
a. Fallope Ring
Alat penjepit/pengikat tuba dalam rangka sterilisasi wanita.
1) Material : Medical grade silicon rubber
2) Length : 2.70 – 2.75 mm
3) Inside diameter : 0.90 – 1.10 mm
4) Outside diameter : 3.70 – 4.30 mm
5) Quality : Sertifikat ISO 9001 – 2000
6) Dorometer hardness : 48
7) Tensil strength : 1.200 psi
8) Masa kadaluarsa : Minimal 3 (tiga) tahun sejak
dilakukan penyerahan barang di gudang Pusat/
Perwakilan BKKBN Provinsi/BPMPKB DKI Jakarta dan
atau tahun produksi menyesuaikan dengan tahun
pengadaan.
b. Registrasi :
Memiliki Nomor Ijin Edar (NIE) dari Kementerian Kesehatan
RI dan masih berlaku.
2. Pengepakan/Kemasan
Pelabelan/penandaan kemasan fallope ring mengikuti
peraturan perundang-undangan yang berlaku dari Kementerian
64
Kesehatan RI dan informasi tambahan dari BKKBN sebagai
berikut:
65
c. Outer Box (Box besar)
1) Setiap outer box terdapat tulisan nomor bets, Nomor
Ijin Edar (NIE), tahun produksi dan batas kadaluarsa
(bulan, tahun).
2) Setiap outer box terdapat tulisan “FALLOPE RING”,
“Untuk Program Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga, BKKBN APBN Tahun
Anggaran .............*” dengan warna biru/hitam dan
tulisan “Tidak Diperjualbelikan” dengan tulisan warna
merah.
3) Setiap outer box terdapat logo institusi BKKBN.
4) Setiap outer box berisi 10 inner box atau 500 buah
individual pack.
5) Ketebalan karton outer box minimal 6 mm.
*Tahun berkenaan/berjalan
66
BAB IV
KEBUTUHAN OBAT/ALAT
KESEHATAN/PKRT PENUNJANG
PELAYANAN KONTRASEPSI
A. KEBUTUHAN OBAT/ALAT
KESEHATAN/PKRT PENUNJANG
PELAYANAN PEMASANGAN DAN
4
PENCABUTAN KONTRASEPSI IMPLAN
B. KEBUTUHAN OBAT/ALAT
KESEHATAN/PKRT PENUNJANG
PELAYANAN PEMASANGAN DAN
PENCABUTAN KONTRASEPSI IUD
C. KEBUTUHAN OBAT/ALAT
KESEHATAN/PKRT PENUNJANG
PELAYANAN KONTRASEPSI TUBEKTOMI
DENGAN LAPAROSKOPI ATAU
MINILAPAROTOMI
D. KEBUTUHAN OBAT/ALAT
KESEHATAN/PKRT PENUNJANG
PELAYANAN KONTRASEPSI VASEKTOMI
BAB IV
KEBUTUHAN OBAT/ALAT
KESEHATAN/PKRT PENUNJANG
PELAYANAN KONTRASEPSI
4
A. K E B U T U H A N O B AT/A L AT K E S E H ATA N / P K R T
PENUNJANG PELAYANAN PEMASANGAN DAN
PENCABUTAN KONTRASEPSI IMPLAN:
1. Kain penutup operasi steril atau Doek Steril Disposable.
2. Kapas.
3. Larutan antiseptik: misal Povidon Iodine.
4. Sarung tangan steril (disposable)
5. Obat Anestesi: Lidokain injeksi 1% @ 2 ml tanpa adrenalin.
6. Auto Disable Disposable Syringe 3 ml (Alat Suntik sekali pakai
dan rusak/mengunci).
7. Plester Steril.
8. Kain kassa pembalut.
9. Epinefrin untuk syok anafilaktik.
10. Larutan disinfektan seperti klorin 0,5%
11. Analgetik: Asam mefenamat kaplet 500 mg dalam bentuk strip
(@10 kaplet).
67
B. K E B U T U H A N O B AT/A L AT K E S E H ATA N / P K R T
PENUNJANG PELAYANAN PEMASANGAN DAN
PENCABUTAN KONTRASEPSI IUD:
1. Sarung tangan steril (disposable).
2. Larutan antiseptik: misal Povidon Iodine.
3. Kassa steril.
4. Kapas.
5. Epinefrin untuk syok anafilaktik.
6. Larutan disinfektan seperti klorin 0,5%.
C. K E B U T U H A N O B AT/A L AT K E S E H ATA N / P K R T
PENUNJANG PELAYANAN KONTRASEPSI TUBEKTOMI
DENGAN LAPAROSKOPI ATAU MINILAPAROTOMI:
1. Sarung tangan steril (disposable).
2. Masker penutup mulut dan hidung.
3. Larutan antiseptik: misal Povidon Iodine.
4. Kassa steril.
5. Kapas.
6. Epinefrin untuk syok anafilaktik.
7. Larutan disinfektan seperti klorin 0,5%, larutan Cidex atau
Formaldehid 8%.
8. Obat untuk menghilangkan nyeri/rasa sakit:
68
Obat Regimen Keterangan
Dosis Umum Dosis
Maksimum
Unit/kg Klien 40-50 kg
Bila klien
membutuhkan
tambahan obat agar -
lebih nyaman:
Meperidin 2,5 mg
Lidokain 1%
? Analgesik tuba Sampai 5 5 ml 1% Lidokain
cc/tuba (Xylocaine®,
Lignocaine®) untuk
setiap tuba 5 ml 0,5
Bupivakain (Marcaine®)
lidokain gel 2%
?
Anestesi Lokal Maks. 300 Lidokain (Xylocaine®,
mg/20 cc Lignocaine®) 1% 20cc
(maksimal 300 mg),
Bupivakain (Marcaine®)
0,5% 20 cc (maksimal
125 mg)
9. Peralatan resusitasi:
a. Ambu bag;
b. Tangki oksigen dengan pengaturan aliran, selang oksigen
dan masker oksigen;
c. Mesin penghisap lendir dengan selang dan tabung
penampung. Pipa udara untuk hidung (dua ukuran);
d. Pipa udara untuk mulut (dua ukuran);
e. Infus set dan cairan infus;
f. Peralatan untuk tindakan bedah akut.
69
D. K E B U T U H A N O B AT/A L AT K E S E H ATA N / P K R T
PENUNJANG PELAYANAN KONTRASEPSI VASEKTOMI:
1. Sarung tangan steril (disposable).
2. Masker penutup mulut dan hidung.
3. Larutan antiseptik: misal Povidon Iodine.
4. Kassa steril
5. Kapas.
6. Obat Anestesi: Lidokain injeksi 1% @2 ml tanpa adrenalin,
7. Analgetik: Asam mefenamat kaplet 500 mg dalam bentuk strip
(@10 kaplet).
8. Epinefrin untuk syok anafilaktik.
9. Larutan disinfektan seperti klorin 0,5%, larutan Cidex atau
Formaldehid 8%.
70
BAB V
PENUTUP
5
BAB V
PENUTUP
5
Buku Pedoman Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi (alokon) serta
Sarana Penunjang Pelayanan Kontrasepsi dalam Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
adalah sebagai rujukan baik bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota tentang proses dan
hasil perumusan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi serta sarana
penunjang pelayanan kontrasepsi yang dibutuhkan dalam rangka
menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi serta sarana
penunjang pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan dibutuhkan
oleh masyarakat.
71
72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Kontributor :
A. Alat dan Obat Kontrasepsi
B. Sarana Penunjang Pelayanan Kontrasepsi
Lampiran 2
A. Surat Pernyataan Kesediaan untuk Alat dan Obat
Kontrasepsi
B. Surat Pernyataan Kesediaan untuk Sarana
Penunjang Pelayanan Kontrasepsi
C. Surat Pernyataan Bebas Konflik Kepentingan
untuk Alat dan Obat Kontrasepsi
D. Surat Pernyataan Bebas Konflik Kepentingan
untuk Sarana Penunjang Pelayanan Kontrasepsi
Lampiran 3
A. Berita Acara Penyerahan Hasil Rumusan
Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi
B. Berita Acara Penyerahan Hasil Rumusan
Kebutuhan Sarana Penunjang Pelayanan
Kontrasepsi
C. Surat Tugas Penyusunan Pedoman Kebutuhan
Alat dan Obat Kontrasepsi serta Sarana
Penunjang Pelayanan Kontrasepsi
Lampiran 1.A
DAFTAR KONTRIBUTOR
PERUMUSAN KEBUTUHAN ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI
73
20. dr. Mila Yusnita, (Ditjalpem)
21. Iman Teguh Raharjo, (Ditjalpem)
22. dr. Sofyan Zakaria, (Ditjalpem
23. Lalu Rustam, (Ditjalpem)
24. Farah Adibah, (Ditjalpem)
25. Windi Sari Astuti, (Ditjalpem)
26. Ngatimin, (Ditjalpem)
27. Cicik Agustina, (Ditjalpem)
28. Sunaryatna, (Ditjalpem)
29. Annisa M, (Ditjalpem)
30. Sahlani, (Ditjalpem)
31. Pardi, (Ditjalpem)
32. Pipit, (Biren)
33. Feni Ardianti, (Biren)
34. Mario E., (Pusna)
35. R. Roro Endang W, (BIKUB)
36. Dimas, (ITWIL II)
74
Lampiran 1.B
DAFTAR KONTRIBUTOR
PERUMUSAN KEBUTUHAN SARANA PENUNJANG PELAYANAN
KONTRASEPSI
75
19. Rr. Ajeng Kusharyeni, (LKPP)
20. dr. Irma Ardiana, MAPS, (Ditjalpem)
21. Karnasih Tjiptaningrum, S. Kom, MPH (Ditjalpem)
22. Windi Sari Astuti, (Ditjalpem) 23.Sigit, (ITWIL II)
24. Dimas, (ITWILII)
25. Nopi Fauziah, (BIKUB)
26. Lalu Rustam, (Ditjalpem)
27. Farah Adibah, (Ditjalpem)
28. dr. Ari Widiastuti, ( Ditjalpem)
29. dr. Fajar Firdawati ( Ditjalpem)
30. dr. Mila Yusnita, (Ditjalpem)
31. dr. Endra, (Ditjalpem)
32. lmanTeguh Raharjo, (Ditjalpem)
33. dr. Sofyan Zakaria, (Ditjalpem)
34. Slamet, (Ditjalpem)
35. Muryanti (Ditjalpem)
36. Cicik Agustina (Ditjalpem)
37. Annisa M (Ditjalpem)
38. Ngatimin, (Ditjalpem)
39. Beni Winarto, (Ditjalpem)
40. Sahlani, (Ditjalpem)
41. Pardi, (Ditjalpem)
76
Lampiran 2.A
Jakarta, 2016
77
Lampiran 2.B
Jakarta, 2016
78
Lampiran 2.C
SURAT PERNYATAAN
BEBAS KONFLIK KEPENTINGAN
UNTUK ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI
Nama :
Alamat :
Pekerjaan/ Profesi :
79
4. Setiap proses dan hasil rapat penyusunan kebutuhan alat dan obat
kontrasepsi bersifat rahasia. Oleh sebab itu saya tidak akan
menyampaikan informasi apapun yang dihasilkan dari pertemuan
dengan alasan apapun tanpa persetujuan dari BKKBN.
........................................... ................................
Nama lengkap Tanggal
80
Lampiran 2.D
SURAT PERNYATAAN
BEBAS KONFLIK KEPENTINGAN
UNTUK SARANA PENUNJANG PELAYANAN KONTRASEPSI
Nama :
Alamat :
Pekerjaan/ Profesi :
81
4. Setiap proses dan hasil rapat penyusunan kebutuhan sarana
penunjang pelayanan kontrasepsi bersifat rahasia. Oleh sebab itu
saya tidak akan menyampaikan informasi apapun yang dihasilkan
dari pertemuan dengan alasan apapun tanpa persetujuan dari
BKKBN.
........................................... ................................
Nama lengkap Tanggal
82
Lampiran 3.A
Pada hari ini ........, tanggal ........... bulan ........... tahun ...........
(dd/mm/yyyy) kami Tim Ahli/Teknis dari ...............................................
yangbertanda tangan dibawah ini menyerahkan sepenuhnya kepada
BKKBN kebutuhan sarana penunjang pelayanan kontrasepsi
.......................................... dengan rincian sebagai berikut:
B. PENGEPAKAN
1. Individual Pack..................
2. Inner Box...........................
3. Outer Box..........................
83
Demikian Berita Acara Penyerahan hasil rumusan kebutuhan alat dan
obat kontrasepsi .......................................... ini dibuat, untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya dan dengan penuh
tanggungjawab.
Tim Ahli/Teknis:
1. ................................................................... ( ttd )
2. ................................................................... ( ttd )
3. ................................................................... ( ttd )
4. ................................................................... ( ttd )
5. dst..............................................................
84
Lampiran 3.B
Pada hari ini ........, tanggal ........... bulan ........... tahun ...........
(dd/mm/yyyy) kami Tim Ahli/Teknis dari ...............................................
yangbertanda tangan dibawah ini menyerahkan sepenuhnya kepada
BKKBN kebutuhan sarana penunjang pelayanan kontrasepsi
.......................................... dengan rincian sebagai berikut:
dst
ke b u t u h a n s a r a n a p e n u n j a n g p e l a y a n a n ko n t r a s e p s i
.......................................... ini selanjutnya dapat digunakan oleh BKKBN
sebagai acuan dalam memenuhi kebutuhan sarana penunjang
pelayanan kontrasepsi guna mendukung program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
85
Demikian Berita Acara Penyerahan hasil rumusan kebutuhan sarana
penunjang pelayanan kontrasepsi .......................................... ini dibuat,
untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan dengan penuh
tanggungjawab.
Tim Ahli/Teknis:
1. ................................................................... ( ttd )
2. ................................................................... ( ttd )
3. ................................................................... ( ttd )
4. ................................................................... ( ttd )
5. dst..............................................................
86
Lampiran 3.C
SURAT TUGAS
Nomor : 1206/KU.803/E1/2016
87
3. Pokja Alat dan Obat Kontrasepsi (IUD Copper T, Susuk KB II Plus Inserter, Pil
KB I Kombinasi, Suntik KB I Tiga Bulanan, Kondom):
a. Bintang Petralina, SST, M.Keb. (PP IBI Pusat)
b. Dra. Nurlaili Isnaini, MKM, Apt. (Dit. Pengawasan Alkes dan PKRT,
Kemenkes Rl)
c. Pritha Elisa, S.Farm, Apt. (Dit. Penilaian Alkes dan PKRT, Kemenkes Rl)
d. Dra. Siwi Tjandrasiwi, Apt. (Direktorat Penilaian Obat dan Produk
Biologi, BPOM Rl)
4. Sekretariat:
a. dr. Irma Ardiana, MAPS (Kasubdit Jaminan Pelayanan dan Penyediaan
Sarana)
b. Karnasih Tjiptaningrum, S.Kom, MPH (Kepala Seksi Penyediaan Sarana)
c. dr. Ari Widiastuti (Kepala Seksi Jaminan Pelayanan)
d. Muryanti, Amd.Keb.
e. Ngatimin, SE
f. Windi Sari Astuti, SAP
g. Cicik Agustina, S.Farm.,Apt.
h. Pardi
i. Sunaryatna
Demikian surat tugas ini dibuat, untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.
Jakarta, 13 Mei2016
Tembusan Yth:
1. Kepala BKKBN (sebagai laporan)
2. Sekretaris Utama
88