TUGAS RUTIN Etika Bisnis 4
TUGAS RUTIN Etika Bisnis 4
ETIKA BISNIS
Disusun Oleh:
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan
karunianya saya dapat menyelesaikan Makalah ini, saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini
Tujuan saya menulis tugas ini yang utama untuk memenuhi tugas individu
dari dosen pengampu Sulaiman Lubis, SE.,MM dalam mata kuliah “etika bisnis”
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan Makalah ini, oleh karena itu saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini
membawa manfaat bagi para pembaca
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar,
asalkan dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi,
dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan
hak-hak orang lain perlu diperhatikan. Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis
adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis
yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari
perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang
menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut
menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga
dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan
wajar pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak
pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang
berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para
pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Berbagai hal tersebut
merupakan bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin
menguasai pasar. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga
mempengaruhi para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara
lain untuk memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan.
Ketiga faktor tersebut merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis
melakukan pelanggaran etika dengan berbagai cara
4
BAB II
PEMBAHASAN
Undang-undang :
5
Jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur sudah melanggar beberapa
pasal, yaitu :
Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa”.
Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan”
Pasal 8
Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya
dari peredaran”
Pasal 19 :
6
Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”
Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara
nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal transaksi”
Kesimpulan :
Saran :
7
Kasus Indomie :
Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut
mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari
peredaran. Zat yang terkandung dalam Indomie adalah methyl
parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat tersebut
biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pada Jumat
(08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk
Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk
sementara waktu tidak memasarkan produk dari Indomie.
Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera
memanggil Kepala BPOM Kustantinah. “Kita akan mengundang BPOM untuk
menjelaskan masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari
Kamis ini,” kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR,
Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi IX DPR akan meminta keterangan
tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak negara luar yang
mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam
produk Indomie.
Analisis:
Pada kasus ini diketahui bahwa indomie dalam bahan bakunya menggunakan
pengawet methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua
bahan pengawet itu membuat produk menjadi tidak cepat busuk dan tahan lama.
Zat berbahaya ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian
untuk produk kosmetik pemakaian nipagin dibatasi maksimal 0,15%. Ketua
BPOM Kustantinah membenarkan bahwa benar Indomie mengandung nipagin,
yang juga berada di dalam kecap dalam kemasan mie instan tersebut tetapi dalam
batas aman dan wajar untuk dikonsumsi.
Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk konsumsi akan
berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah dan sangat
berisiko terkena penyakit kanker.
8
Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision, produk
Indomie sudah mengacu kepada persyaratan internasional tentang regulasi mutu,
gizi dan keamanan produk pangan, sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota
Codex. Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi
di Indonesia dan karena standar diantara kedua Negara berbeda maka timbullah
masalahini.
Kesimpulan :
Dalam berbisnis setiap perusahaan mempunyai target yang harus terpenuhi dan
mempunyai tujuan untuk memperluas target pasarnya tidak hanya dalam taraf
nasional tetapi internasional. Namun dalam perjalanannya banyak hal yang harus
diperhatikan salah satunya adalah etika dalam berbisnis. Pada produk Indomie ini
bukan hanya keuntungan yang maksimal dan memperluas target pasar tetapi
kepuasan konsumen dan transparasi bahan baku yang digunakan juga harus
diperhatikan sehingga dapat membentuk perusahaan yang kokoh dan memiliki
daya saing yang tinggi dan patut diperhitungkan.
Pada kasus Indomie masalah yang terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan
dan informasi mengenai kandungan-kandungan apa saja yang terkandung dalam
produk mie tersebut sehingga Taiwan mempermasalahkan kandungan nipagin
yang ada dalam produk tersebut. Padahal menurut BPOM kandungan nipagin
yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut, kadar kimia
yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajardan aman untuk dikonsumsi.
Selain itu standar di antara kedua Negara yang berbedaIndonesia yang merupakan
anggota Codex Alimentarius Commision dan karena Taiwan bukan merupakan
anggota Codec sehingga harusnya produk Indomie tersebut tidak dipasarkan ke
Taiwan
Saran :
Dalam hal ini saran lebih diutamakan kepada produsen Indomie dalam hal
memasarkan produknya harus lebih teliti dalam standart-standart bahan baku yang
digunakan pada Negara tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang
menyebabkan nama produknya menjadi rusak dan membuat buruk bukan hanya
produknya tetapi perusahaan dan citranya di masyarakat.
Bagi perusahaan Indomie sebaiknya memperbaiki etika dalam berbisnis, harus
transparan mengenai kandungan-kandungan apa saja yang terkandung dalam
produk mie yang mereka produksi agar tidak ada pelanggaran hokum pemakaian
dan konsumsi serta keresahan yang terjadi akibat informasi yang kurang bagi para
konsumen tentang makanan yang akan merekakonsumsi.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai - nilai
moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan.Selompok pemilik kepentingan yang memengaruhi
keputusan bisnis adalah para pengusaha dan mitra usaha, petani dan perusahaan
pemasok bahan baku, Organisasi pekerja, pemerintah, bank, investor, masyarakat
umum serta pelanggan. Etika bisnis bisa membantu untuk mengambil keputusan
moral yang dapat dipertanggung jawabkan, tapi tidak berniat mengganti tempat
dari para pelaku moral dalam perusahaan.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11