Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS SINTESIS TINDAKAN KEPERAWATAN

PERAWATAN CATHETER DOUBLE LUMEN (CDL) PADA Tn. CS

DI RUANG BINAHONG RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :
SURATMAN
NIM : SN181169

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2018 / 2019


ANALISIS SINTESIS TINDAKAN KEPERAWATAN

PERAWATAN CATHETER DOUBLE LUMEN (CDL) PADA Tn. CS

DI RUANG BINAHONG RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Hari : Senin
Tanggal : 26 November 2018
Jam : 09.00 WIB

A. Keluhan utama : nyeri pinggang


B. Diagnosis medis : Ureterolithiasis, CKD, post pasang CDL
C. Diagnosis keperawatan : Risiko infeksi b.d prosedur invasif
D. Data yang mendukung diagnosis keperawatan
DS : pasien mengatakan kateter dobel luen sudah terpasang selama 1bulan
DO : - tampak CDL di dada kiri atas pasien
- balutan CDL tampak kotor
- kasa balutan agak basah
- lekosit : 9520/uL
- suhu : 37,2 °C
E. Dasar pemikiran
Catheter Double Lumen (CDL) adalah sebuah alat yang terbuat dari
bahan plastic PVC mempunyai 2 cabang, selang merah (arteri) untuk
keluarnya darah dari tubuh ke mesin dan selang biru (vena) untuk masuknya
darah dari mesin ke tubuh (Edgar dkk, 2009).
Kateter double lumen dimasukkan melalui midclavicula dengan tujuan
kateter tersebut dapat sampai ke suprasternal. Kateter vena subclavikula lebih
aman dan nyaman digunakan untuk akses vascular sementara dibandingkan
kateter vena femoral, dan tidak mengharuskan pasien dirawat di rumah sakit.
Hal ini disebabkan karena rendahnya risiko terjadi infeksi dan dapat dipakai
selama 6-8 minggu kecuali ada komplikasi.
Pemasangan alat invasif akan menimbulkan beberapa komplikasi,
mulai dari yang komplikasi ringan sampai dengan berat, petugas kesehatan
wajib mengetahui komplikasi akibat dari pemasangan vena sentral seperti
kateter dobel lumen. Adapun komplikasinya antara lain :
1. Komplikasi karena penusukan
Komplikasi karena penusukan yang terjadi seperti disritmia atrium dan
disritmia ventrikel. Disritmia atrium dapat terjadi 40% pada pemakaian
kateter subclavian dan terjadi 20% disritmia ventrikel. Terjadi komplikasi
pneumothoraks 1-5% pada kateter subclavian tetapi kurang dari 0,1%
pada kateter jugularis internal. Selain itu, terjadi pula komplikasi akibat
penusukkan adalah emboli udara, perforasi pada dinding jantung atau vena
sentral, tamponade pericardium dan tertembusnya arteri.
2. Infeksi
Infeksi karena penggunaan kateter merupakan masalah utama. Infeksi
terjadi akibat migrasi mikroorganisme dari kulit pasien melalui lokasi
tusukan kateter dan turun ke permukaan luar kateter atau dari kateter yang
terkontaminasi selama prosedur hemodialisis. Salah satu komplikasi yang
umum terjadi pada akses vaskuler adalah bakteremia atau infeksi aliran
darah. Terdapat 17,6 % subjek mengalami bakteremia pada pasien
terpasang CDL ( Infection of Double Lumen Catheter as Hemodialysis
Access, The New Ropanasuri Journal of Surgery, 2017, Volume 2 No
1:25-28). Menurut (Edgar dkk, 2009) pemakaian femoral kateter
beresiko terjadi bakteremia 3,1% selama satu minggu kateterisasi dan
meningkat menjadi 10,7% setelah 2 minggu kateterisasi. Oleh karena itu,
pemakaian kateter femoral harus dilepaskan setelah pemakaian satu
minggu. Infeksi terjadi pula pada pemakaian kateter jugularis internal
sebesar 5,4% pada 3 minggu dan meningkat menjadi 10,3% setelah
pemakaian 4 minggu.
3. Thrombosis dan emboli udara
Thrombosis dapat terjadi setelah pemasangan kateter karena kesalahan
teknik. Thrombosis dapat menyebabkan hilangnya akses vascular untuk
HD.
4. Stenosis vena sentral
Stenosis lebih sering terjadi pada pemakaian kateter subclavian.
Akses Vaskuler harus dipelihara agar bertahan lama dan tidak terjadi
komplikasi. Pemeliharaan akses vaskuler agar bertahan lama dapat dilakukan
dengan :
1. Kontrol teratur baik kepada nefrologis maupun kepada spesialis bedah
vaskular untuk memastikan akses hemodialisanya tidak bermasalah.
2. Akses harus dijaga tetap bersih.
3. Pastikan bahwa akses digunakan hanya untuk hemodialisa
4. Periksa getaran (thrill) pada akses setiap hari, segera ke dokter spesialis
bedah vaskular jika thrill menghilang.
5. Perhatikan tanda infeksi seperti bengkak, mengkilat, kemerahan, ada nanah
6. Tidak boleh mengukur tekanan darah pada lengan yang digunakan untuk
akses HD
7. Jangan menggunakan pakaian ketat dan jam tangan pada lengan yang
digunakan sebagai akses.
8. Jangan sampai tangan yang digunakan sebagai akses tertimpa badan
bahkan bantal pada saat tidur.
9. Jangan mengangkat beban berat dengan menggunakan lengan akses.

F. Prinsip tindakan keperawatan


No Prosedur Rasional
Tahap pra-interaksi
1 Mengkaji intervensi yang telah Untuk mengetahui perawatan apa
diberikan oleh dokter dan saja yang sudah diberikan
perawatan
Tahap Orientasi
2 Mengucapkan salam Menerapkan etika islami
3 Menyapa dan menyebut nama Menerapkan etika keperawatan
pasien
4 Menjelaskan tujuan dan prosedur Agar pasien dapat memahami
prosedur yang akan dilakukan
5 Menanyakan persetujuan kesiapan Informed concent
pasien
Tahap Interaksi
1 Cuci tangan
2 Mengatur posisi yang nyaman Meningkatkan rasa nyaman
sesuai kondisi pasien pasien
3 Mengatur lingkungan yang tenang Mengurangi kecemasan pasien
4 - Memakai sarung tangan
disposable

- Dekatkan alat yang digunakan

- Letakkan alas (perlak) di bawah


kateter double lumen

- Lepaskan balutan kotor dari badan


pasien dan masukkan balutan
tersebut ke dalam plastik kotor.

- Lepaskan sarung tangan


disposable

- Buka set steril

- Pakai sarung tangan steril

- Isilah masing – masing kom


dengan betadin solution, alcohol
70 %. Lakukan desinfektan pada
area kulit di sekitar lokasi
penusukan (exit site) dengan
menggunakan alkohol 70% dan
diulangi sampai kulit bebas dari
kotoran.

- Kemudian berikan desinfektan


dengan bethadine solution secara
sirkuler dari arah dalam keluar.

- Sekitar exit site, tutup dengan


kasa steril.

- Kencangkan kateter double lumen


dan tutup kateter double lumen
dan klem dalam posisi terkunci

- Fiksasi kateter double lumen.

- Tutuplah seluruh kateter dengan


kasa steril / dressing

- Bersihkan alat-alat yang sudah


terpakai

- Cek kembali keadaan exit site dan


kelancaran kateter

- Lepaskan sarung tangan steril.

- Cuci tangan

(Fresenius Medical Care, Perawatan


Catheter Double Lumen, 2008)

5 Cuci tangan
Evaluasi

- Kaji respon klien : keluhan


nyeri, ekspresi wajah

- Monitor TTV

- Monitor tanda-tanda inflamasi,


infeksi / iritasi pada area tusukan

- Monitor kondisi kateter :


kelancaran, kondisi tertekuk,
rembesan

6 Dokumentasi

- Catat kondisi balutan dan kateter


sebelumnya waktu perawatan

- Keluhan rasa tidak nyaman klien

G. Analisis tindakan
Akses vaskuler untuk hemodialisa adalah jalur untuk mempertahankan
kehidupan pada penderita End Stage Renal Disease (ESRD) atau Gagal Ginjal
Kronik, karena penderita gagal ginjal memerlukan hemodialisa yang dalam
pengertian awam kita kenal sebagai cuci darah terus menerus.
Akses vaskuler memungkinkan darah mengalir dalam jumlah besar
dan terus menerus kedalam mesin selama proses hemodialisa berlangsung.
Pada pembuluh darah vena normal tidak mungkin hal ini terjadi karena
pembuluh akan kolaps pada saat darah ditarik melalui mesin. Untuk itu
diperlukan pembuatan akses vaskuler yang memungkinkan proses
hemodialisa dilakukan.
Akses vaskuler penderita gagal ginjal harusnya dibuat beberapa bulan
sebelum penderita jatuh kedalam gagal ginjal kronik. Akses vaskuler untuk
hemodialisa ada dua macam. Akses vaskuler jangka lama yang kadang-
kadang sering disebut akses vaskuler permanen dan akses vaskuler sementara.
Tindakan yang dilakukan terhadap Tn. C adalah perawatan Catheter Double
Lumen (CDL) sebagai akses Hemodialisis. Perawatan dan pemeliharaan CDL
yang baik dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi / bakteremia, sehingga
akses vaskuler dapat bertahan lama.
H. Bahaya dilakukannya tindakan
Persepsi pasien akan penyakitnya berpengaruh terhadap efektifitas teknik
relaksasi napas dalam. Pencegahannya adalah dengan melakukan komunikasi
terapeutik yang benar, memberikan penjelasan dan prosedur yang akan
dilakukan sampai pasien mengerti.

I. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan


1. Kaji respon klien : keluhan nyeri, ekspresi wajah
2. Monitor TTV
3. Monitor tanda-tanda peradangan, infeksi atau iritasi pada area tusukan.
4. Monitor kondisi kateter : kelancaran, kondisi tertekuk, rembesan
5. Pendidikan kesehatan

J. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan


S : pasien berterima kasih karena balutan sudah diganti
Pasien senang
O : pasien tampak lebih rileks
- balutan bersih, kering
T : 120/70 mmHg, RR : 18 x/menit, N : 84 x/menit, S : 37 ° C
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

K. Evaluasi diri
Secara umum langkah prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan SOP.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap pasien, tidak dilakukan
pemeriksaan kelancaran CDL.

L. Daftar Pustaka

Basri, NS., Patrianef., 2017. Infection of Double Lumen Catheter as


Hemodialysis Access, The New Ropanasuri Journal of Surgery, 2017,
Volume 2 No 1:25-28, Department Of Surgery Faculty Of Medicine,
Universitas Indonesia.

Borley, NR & Grace PA. 2006. At A Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga.

Edgar,V.Lerma., Jeffrey, S.Berns., Allen R. Nissenson. (2009). Current


Diagnosis & Treatment Nephrology & Hypertension. International
Edition. Chicago, USA: McGraw Hill.

Fresensius Medical Care. 2008. Perawatan Catheter Double Lumen. Tidak


terbitkan.
National Kidney Disease Education Program. 2014. Vascular Acces For
Hemodialysis. Bethesda: National Institute of Diabetes and Digestive
and Kidney Disease.

Mengetahui,
Mahasiswa / Praktikan Pembimbing Klinik / CI

(……SURATMAN…….) (……………………………...)

Anda mungkin juga menyukai