Anda di halaman 1dari 19

BAB V

DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA

A. DEMOKRASI
Muncul fenomena yang menarik pada saat ini, yakni banyak orang berbicara
tentang demokrasi. Istilah demokrasi tidak hanya menjadi konsumsi para mahasiswa dan
politikus tetapi juga sudah mulai merambah ke kalangan pedagang, pelajar, karyawan,dan
buruh, serta para selebritis. Demokarsi dalam bentuk yang sederhana dapat kita lihat dan
diartikan ke dalam bentuk demokrasi yang mencerminkan kebebasan menyatakan
pendapat dan suara, namun pada hakikatnya demokrasi lebih dari sekedar demontrasi di
jalan-jalan untuk menyuarakan pendapat.
Demokrasi saat ini juga sedang menjadi trend yang mendunia sebab banyak
pemerintahan di beberapa negara mulai menerapkan sistem demokrasi dalam negara dan
pemerintahannya, walaupun memang implementasi bentuk demokrasi itu sendiri dapat
berbeda-beda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Republik Rakyat Cina,
sebagai contoh negara komunis yang sekarang mulai menerapkan sistem demokrasi,
mempunyai caranya sendiri dalam menerapkan sistem bagi negaranya, begitu pun dengan
Amerika Serikat yang punya cara sendiri dalam menegakkan demokrasi, tidak hanya bagi
negaranya namun juga bagi negara-negara lain.
Karena beberapa alasan di atas, maka dalam bab ini penulisan akan mengulas
tentang apa itu demokrasi, bagaimana perkembangannya di dunia dan termasuk
diantaranya sejarah dan evolusi perkembangan demokrasi di Indonesia, kemudian juga
akan diikuti dengan pembahasan tentang ruang public, serta demokrasi di Indonesia.1

1
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017). 77-78

1
1. Definisi Demokrasi
Kalau kita ingin memahami lebih dalam bagaimana demokrasi itu berjalan serta
mengapa demokrasi saat ini sendang menjadi suatu hal yang marak dipergunakan,
maka pertama-tama perlu ada penjelasan apa sebenarnya demokrasi itu. Bila kita
telusuri makna kata demokrasi secara etismologis, maka kata ‘demokrasi’ berasal dari
Bahasa yunani kuno yang terdiri dari atas dua suku kata, yaitu:
1) Demos, yang berarti rakyat.
2) Kratos atau cratein, yaitu kekuasaan atau pemerintahan.

Pericles, seorang negarawan dari Athena yang hidup pada tahun 430-an SM,
pernah mendeskripsikan secara singkat mengenai demokrasi Menurutnya bahwa
demokrasi mengandung beberapa kriteria penting (Agustino, 2007: 131), yaitu:
1) Pemerintahnya oleh rakyat yang dibangun dari dukungan atau partisipasi rakyat
yang mayoritas secara langsung;
2) Kesamaan warga negara di depan hukum; penghargaan terhadap wilayah privat
(Pemenuhan Hak Asasi Manusia-dalam konteks kekinian) untuk memenuhi dan
mengekspresikan kepribadian individual; serta pluralism.

Definisi demokrasi yang dikemukakan oleh Abraham Lincoln pada abad ke-18
juga sangat menjunjung tinggi hak-hak atau kedaulatan rakyat yang harus dilindungi
oleh negara, di mana dalam pada saat itu Lincoln mendefinisikan demokrasi sebagai
“suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Definisi tersebut
tentunya mengingatkan kepada pemerintah agar selalu mengedepankan kepentingan
rakyat dalam setiap keputusan dan kebijakan yang dijalankan.2
Yang perlu kita pahami juga adalah, bahwa pada perkembangannya saat ini
demokrasi merupakan system pemerintahan perwakilan yang dibangun oleh aturan-
aturan mayoritas, di mana beberapa hak-hak dari individu dilindungi dari campur
tangan pemerintah dan tidak dapat dibatasi walaupun dengan suarau mayoritas. Karena
itu, menurut Gwendolen Carter dan Jhon Herz dalam Agustinp (2007: 141), demokrasi
didefinisikan sebagai:

2
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017). 78-79

2
1) Pembatasan terhadap tindakan pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi
individu dan kelompok dengan jalan menyusun pergantian pimpinan secara
berkala;
2) Adanya sikap toleran terhadap pendapat yang berlawanan;
3) Persamaan di muka hukum yang diwujudkan dengan sikap yang tunduk pada aturan
hukum tanpa membedakan kedudukan social, ekonomi, dan politik;
4) Adanya pemilihan yang bebas dan disertai dengan model perwakilan yang efektif;
5) Diberikan kebebasan berpatisipasi dan berposisi bagi partai politik serta pemilihan
umum, termasuk juga organisasi kemasyarakatan dan kelompok-kelompok
kepentingan serta kelompok-kelompok penekan;
6) Adanya penghormatan terhadap hak-hak rakyat untuk menyatakan pandangannya
betapa pun tampak salah dan tidak popular; serta
7) Dikembangkannya sikap menghargai hak-hak minoritas dan perorangan dengan
lebih mengarusutamakan penggunaan cara persuasi dan diskusi dari pada cara-cara
koersi dan represi.

Adapun Samuel P.Huntington (1991) menyatakan bahwa secara minimalis


demokrasi dapat didefenisikan sebagai (1) pemilihan umum yang terbuka, bebas dan
adil; (2) adanya pembagian kekuasaan yang jelas; (3) terjaganya stabilitas; dan (4)
adanya tingkat partisipasi yang luas dan otonom.3

2. Sejarah dan Evolusi Perkembangan Demokrasi


Munculnya gagasan mengenai demokrasi pertama kali lahir dari kebudayaan
Yunani Kuno, dimana demokrasi mencakup beberapa asas dan nilai, pada saat itu,
antara abad ke-6 sampai dengan 3 SM, sistem demokrasi langsung, di dalam sistem ini
hak untuk membuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga
yang bertindak atas dasar suara mayoritas.
Walaupun gagasan tentang demokrasi Yunani Kuno sempat hilang dari dunia
barat pada saat itu akibatdari dikalahkannya bangsa Romawi Oleh suku bangsa Eropa
barat. Akan tetapi memasuki abad pertengahan ditemukan suatu dokumen penting yang

3
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017). 79-80

3
dianggap sebagai pertanda munculnya kembali demokrasi dan kemudian menjadi
tonggak bagi perkembangan gagasan demokrasi di dunia, yaitu Magna Charta (1215),
dokumen ini merupakan suatu piagam yang berisi kontrak perjanjian antara beberapa
bangsawan dan raja Jhon dari Inggris. Dalam kontraknya yang tertuang dalam Piagam
Charta, Raja mengakui dan menjamin beberapa hak dan hak istimewa dari kaum
bangsawan sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang dan
sebagainya.
Meskipun piagam ini tidak berlaku bagi semua kalangan masyarakat pada saat
itu, namun hal ini tetap dianggap sebagai tonggak kebangkitan demokrasi, sebab
Piagam Magna Charta merupakan piagam yang pertama kali berhasil mengikat seorang
raja yang berkuasa, yaitu Raja Jhon (Inggris), dalam sebuah perjanjian resmi.
Dalam perkembangannya piagam Magna Charta juga menjadi pendobrak bagi
perkembangan demokrasi di dunia barat pada saat itu, dobrakan terhadap
perkembangan demokrasi dalam sejarahnya juga tidak dapat dilepaskan dari
munculnya dua kejadian besar sebelum berakhirnya abad pertengahan, yaitu
Renaissance (1350 – 1600) di Eropa Selatan, dan Reformasi (1500 - !650) di Eropa
Utara.
Munculnya dua kejadian tersebut merupakan langkah awal bagi masyarakat
Eropa Barat untuk mempersiapkan diri mereka saat menyelami masa “Aufklarung”
(abad pemikiran) berserta rasionalisme, yaitu suatu aliran pikiran yang ingin
memerdekakan pikiran manusia dari batas-batas yang ditentukan gereja dan mendasar
pemikiran semata-mata atas akal. Sebelumnya Rennaissance itu sendiri adalah aliran
yang berusaha menghidupkan kembali minat kepada kesusateraan dan kebudayaan
Yunani Kuno, aliran ini membelokkan perhatian yang tadinya diarahkan semata-mata
kepada tulisan-tulisan keagamaan menuju atau menjadi ke arah keduniawian yang
kemudian mengakibaatkan munculnya pandangan-pandangan baru.
Perkembangan demokrasi di dunia tidak dapat dilepaskan juga dari pengaruh
para filsuf-filsuf yang telah mencetuskan gagasan untuk mendobrak pemerintahan
absolut dan merumuskan serta menetapkan hak-hak politik rakyat, adalah John Locke
dari Inggris dan Montesquieu dari perancis yang menuangkan gagasan tentang
pentingnya hak-hak tersebut. Menurut Jhon Locke hak-hak politik mencakup hak atas

4
hidup, hak atas kebebasan, dan hak untuk memiliki sesuatu (life, liberty, and property),
sedangkan Montesquieu menyusun sistem yang dapat menjamin hak-hak politik itu,
yang kita kenal saat ini dengan nama trias politica.
Pada saat ini kita telah melihat bagaimana demokrasi terus berkembang dan
disuarakan oleh berbagai negara, organisasi, dan masyarakat dunia, hampir tidak satu
pun negara di dunia ini yang mengatakan negaranya adalah negara tidak demokratis
walaupun negara itu sebenarnya menganut atau mempunyai ideology komonis atau
sosialis.4

3. Ruang Publik
a. Kebebasan Politik
Berbicara tentang hakikat demokrasi maka kita akan menemukan adanya
sebuah mekanisme yang secara umum memberikan kesempatan kepada setiap
masyarakat untuk memilih siapa yang akan mewakili mereka dalam pemerintahan,
sebab kalau kita kembali pada pembahasan sebelumnya, yaitu tentang system
politik dalam demokrasi di sana akan didapati bahwa tidak semua masyarakat bisa
membuat kebijakan atau keputusan politik dan hanya pemerintah saja yang bisa
membuat hal tersebut atas nama masyarakat. Pemerintahan berdasarkan pada
demokrasi selalu bertindak atas nama rakyat dan mereka pun dipilih oleh rakyat
melalui sebuah mekanisme pemilihan umum sebenarnya tidak hanya mutlak
dilakukan oleh negara yang menerapkan nilai-nilai demokrasi.

b. Perwakilan
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa berbicara tentang demokrasi tentunya
akan berbicara pula tentang keterlibatan sekelompok kecil, yang di mana kelompok
tersebut dapat mengambil tindakan ataupun keputusan politik dengan atas nama
rakyat secara keseluruhan. Ketika kita berbicara tentang kelompok orang yang
mengatas namakan rakyat tersbut, maka dalam negara demokrasi kita mengenal
adanya mekanisme pemilihan umum yang memberikan legitimasi kepada seorang
atau sekelompok orang terpilih untuk bertindak atas nama rakyat. Dalam

4
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017). 81-82

5
mekanisme pemilihan umum kita mengenal adanya sebuah bentuk perwakilan
berdasarkan pada territorial (wilayah), di mana bentuk ini sebenarnya digunakan
dalam pemilihan anggota legislative.
Di Indonesia sistem perwakilan yang terselenggara melalui mekanisme
pemilihan umum memberikan dua bentuk ruang perwakilan Rakyat para
anggotanya merupakan anggota dari parpol berasal dari daerah pemilihan tertentu,
dan Dewan Perwakilan Daerah yang anggota-anggotanya merupakan murni
perwakilan dari suatu daerah dan tidak/bukan perwakilan dari salah satu partai
politik. Bentuk perwakilan ini menyerupai bentuk perwakilan, seperti Amerika
Serikat di mana kongres terdiri dari atas House of Representatives (DPR) dan senat
yang merupakan perwakilan dari daerah. Dengan bentuk perwakilan seperti itu
maka dapat kita katakana pula bahwa Indonesia menganut sistem bicameral (dua
kamar) dalam lembaga legislatifnya meskipun masih bersifat semu.

c. Keterlibatan Publik dalam Pembuatan Kebijakan


Kita telah melihat bahwa pemilihan umum (Pemilu) memainkan peran
utama di dalam sistem politik demokrasi di banyak negara, khususnya negara-
negara liberal. Pemilu mencerminkan adanya nilai-nilai kebebasan berpendapat dan
bersuara bagi setiap warga negara. Mereka (negara-negara liberal dan demokrasi)
dengan adanya pemilihan umum telah memungkinkan atau memberikan
kesempatan kepada setiap warga negaranya untuk memilik sekelompok kecil yang
mampu melakukan tugas-tugas pemerintahan.
1) Kelompok penekanan
Dalam sebuah negara yang menganut asas demokrasi, keberadaan
kelompok penekanan atau yang lebih dikenal pula dengan istilah pressure
group menyediakan kepada masyarakat kesempatan untuk dapat
mempengaruhi proses dari pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah, kelompok penekanan merupakan outsiders dari
pemerintah/kelompok di luar pemerintahan.

6
2) Tindakan politik “Extra-parliamentary”
Tindakan politik ”Extra-parliamentary” merupakan tindakan yang
dijalankan oleh sekelompok penduduk yang mencoba untuk mempengaruhi
proses pembuatan kebijakan oleh negara melalui cara lain. Untuk melakukan
cara ini, mereka harus menggunakan sebuah metode dengan cakupan luas
termasuk didalamnya adalah demontrasi, perselisihan, ketidakpatuhan
masyarakat, mogok kerja, kerusuhan, dan terorisme. Metode ‘’Extra-
parlimentary’’ (yang juga diasosiasikan dengan organisasi seperti kelompok
penekan) memberikan sebuah cara alternative dari tindakan politik.
Walau bagaimana pun aktivitas politik “Extra-parliamentery” dapat
memberikan sebuah kekhawatiran akan terjadinya sebuah kerusuhan yang
melampaui batas bahkan menlanggar hak-hak orang lain. Dalam hal ini untuk
mengantisipasi terjadinya hal-hal yang berlebihan maka pemerintah dapat
melakukan intervensi dan mengambil tindakan-tindakan yang cukup dan bahkn
tegas untuk melindungi serta menghindari kerugian warga negara lainnya, baik
dari segi jiwa maupun materi.
3) Pengambilan opini
Pengambilan opini mencoba untuk menentukan pandangan publik
dengan cara menaruh atau memberi pertanyaan-pertanyaan kepada sekelompok
kecil orang. Ada berbagai macam cara untuk menyeleksi kelompok ini. Kedua
cara utama tersebut melalui penggunaan sempel acak (random sample) atau
sampel bagian (quota sample). Pertanyaan untuk sampel yang pertama
ditujukan untuk kalangan masyarakat yang dipilih berdasarkan sebuah metode
dengan bangunan ilmiah lemah, sebagai contohnya sebuah random sampling
kemungkinan berisi ribuan nama yang terdaftar sebagai pemilih dalam
pemilihan umum. Lain halnya dengan sampel bagian, yang mencoba untuk
mencari sampel dari sekelompok orang yang komposisi atau persyaratannya
telah ditentukan terlebih dahulu.

7
4) Demokrasi di Indonesia
Dalam perkembangannya mulai dari masa kemerdekaan hingga saat ini,
perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasangan urut, dalam
perjalanannya banyak sekali hambatan-hambatan yang menjadi rintangan bagi
penegakan demokrasi di tanah air. Salah satu hambatan terbesar adalah
bagaimana menyusun suatau sistem politik di mana pemerintahan memiliki
kekuatan yang cukup untuk melaksanakan pembangunan dalam suatu
masyarakat yang beraneka ragam pola budayanya, tetapi tetap mendapat
partisipasi rakyat tanpa harus mengahidrkan sosok pemerintahan yang bersifat
otoriter atau diktatro.5

a. Masa Demokrasi Parlementer (Masa Pertama) 1945-1959


Masa demokrasi parlementer atau yang dikenal juga dengan sistem
pemerintahan parlementer mulai berlaku pada 14 Desemkber 1945 sejak
dikeluarkannya maklumat oleh pemerintahan Indonesia, dan masa ini
berlaku sampai dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Dijalankannya sistem ini bermula dari keinginan pemerintah untuk
menghapuskan sistem pemerintahan Indonesia yang sebelumnya terkesan
tidak demokratik, sebab pada masa sebelumnya dikeluarkan maklumat 16
Desember 1945 KNIP mempunyai wewenang untik turut membuat undang-
undang dan menetapkan GBHN, sehingga seolah-olah memegang sebagian
kekuasaan MPR serta DPR dan DPA.
b. Masa Demokrasi Terpimpin (Masa Kedua) 1959-1966
Masa demokrasi terpimpin dimlai pada saat Presiden Soekarno
mengeluarkan dektir pada 5 juli 1959, alasan dikeluarkannya dekrit adalah
agar Indonesia kembali kepada UUD 1945 sebagai dasar negara yang
berusaha menjaga persatuan di tengah-tengah keberagaman bangsa
Indonesia. Selain itu, alasan lain dikeluarkannya dekrit adalah untuk
meredakan kekisruhan politik akibat seringnya cabinet pemerintahan jatuh,

5
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017). 85-87

8
di mana hal ini kemudian berdampak pada tidak berjalannya program
pemerintahan yang berkesinambungan.
c. Masa Demokrasi Pancasila (Masa Ketiga) 1966- Saat ini
masa demokrasi Pancasila di mulai seiring dengan jatuhnya
kekuasaan Orde Lama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, hal ini
diakibatkan pelaksanaan demokrasi terpimpin itu sendiri bertentangan
dengan Pancasila, sebab presiden memiliki kekuasaan yang tidak terbatas.
Polemik antara ABRI dengan PKI berujung pada terjadinya peristiwa G
30S/PKI juga menjadi factor yang pada akhirnya mengakibatkan Soekarno
harus menyerahkan kedudukannya kepada Soeharto, dan kemudian
menggantikan era Orde Lama dengan era orde dengan tujua melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni daan konsekuen.
Dalam bukunya, Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran
Kewarganegaraan, Idris Israil (2005) menyebutkan ciri-ciri demokrasi
Indonesia sebagai berikut:
1) Kedaulatan ada di tangan rakyat;
2) Selalu berdasarkan kekeluarggaan dan gotong-royong;
3) Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat;
4) Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi;
5) Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban;
6) Menghargai hak asasi manusia;
7) Ketidak setujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan
disalurkan melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya
demonstrasi dan pemogokan karena merugikan semua pihak;
8) Tidak menganut sistem monopartai;
9) Pemilu dilaksanakan secara luber;
10) Mengandung sistem mengembang;
11) Tidak kenal adanya dictator mayoritas dan tirani minoritas;
12) Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.6

6
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017). 88-90

9
B. Hak Asasi Manusia
Pembicaraan tentang Hak Asasi Manusia (HAM) sering kali menjadi topik hangat
dalam setiap diskusi dan perdebatan politik, baik di tingkat local, nasional, dan global,
permasalahan HAM menjadi sangat penting karena menyangkut hak-hak asasi dari seorang
manusia yang harus dilindungi oleh negara dan tidak boleh dilanggar oleh siapa pun.
Meskipun manusia memiliki kebebasan untuk bertindak, namun kebebasan itu tidak
diperbolehkan sampai melanggar Hak Asasi Manusia, bahkan dalam konteks kenegaraan.
Meskipun negara mempunyai kekuasaan namun negara tidak boleh sewenang-wenang
melanggar HAM warga negaranya dan justru sebaliknya, negara mempunyai kewajiban
untuk melindunginya.
Hak Asasi Manusia dapat diartikan sebagai hak yang melekat pada diri manusia
dan menjadi dasar bagi manusia untuk menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya.
Sedangkan Koenthoro Poerbapranoto (1976) mendefinisikan hak asasi sebagai “hak yang
bersifat asasi”, artinya hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodrat nya yang tidak dapat
dipisahkan dari hakikatnya sehingga bersifat suci.
Istilah Hak Asasi manusia merupakan terjemahan dari Human right (Inggris) dan
Droits de L’homme (Prancis). HAM juga dikenal sebagai terjemahan dari basic rights atau
hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia yang dengan kata lain juga sebagai hak
fundamental. Istilah hak-hak asasi secara monumental lahir sejak keberhasilan Revolusi
Prancis pada 1789 dalam ‘’Declarations des Droits de L’homme et du Citoyen (hak-hak
asasi manusia dan warga negara prancis) dengan semboyan liberte, egalite, dan fraternite.

1. HAM dalam Percaturan Dunia Universal Declaration of Human Right


Pembahasan mengenai HAM merupakan hal yang sangat penting, HAM tidak
hanya dimiliki oleh satu kelompok, golongan, atau bangsa tetapi dia adalah milik
semua umat manusia oleh karenanya, permasalahan yang mencakup pelanggaran HAM
merupakan sebuah permasalahan bersama seluruh manusia di dunia. Dikarenakan
HAM merupakanhak dasar kehidupan manusia yang perlu dilindungi. Seiring dengan
sejarah dan semakin berkembangnya pelanggaran terhadap HAM pada masa perang
dunia, beberapa kalangan seperti John Paters Humhrey, Eleanor Roosevelt dari AS,
Jackues Maritain dari prancis, Charles Malik dari Lebanon, and P.C Chang dari RRC

10
diundang oleh PBB untuk menyusun sebuah pernyataan umum yang menjelaskan hak-
hak individual, pernyataan yang dibuat tokoh-tokoh tersebutlah yang kemudian dikenal
dengan nama Universal Declaration of Human Rights.
2. Hak Asasi Manusia di Indonesia
Indonesia seperti negara-negara lain didunia, mengalami pasang surut dalam
perkembangan dan proses penegakan HAM. Proses penegakan HAM di Indonesia
sejak merdeka hingga dewasa ini mengalami perubahan dan perkemkembangan yang
lebih baik. Hal ini karena adanya kesadaran dari masyarakat Indonesia sendiri dan
tekanan serta opini masyarakat internasional tentang pentingnya penegakan HAM.
Sejak merdeka, Indonesia sesungguhnya telah memberikan pengakuan dan
perlindungan HAM bagi warga negaranya, jauh sebelum PBB mencetuskan universal
declaration of human rights (pernyataan sedunia HAM). Pengakuan dan perlindungan
HAM bagi warga negara Indonesia tersebut diabadikan dalam konstitusi negara, yaitu
dalam UUD 1945, yang merupakan piagam HAM bagi bangsa Indonesia.
Meskipun Indonesia sudah memiliki UUD 1945 yang mengakomodir terhadap
penegakan HAM namun proses penegakan HAM itu sendiri selalu mengalami proses
yang berliku. Sejak periode atau zaman orde lama proses penegakan HAM mengalami
pasang surut, sebut saja terjadinya pengekangan pada kebebasan hak sipil dan hak
politik. Sekitar 7 tahun antara 1959-1966, system politik dan bangunan negara hukum
Indonesia disalahgunakan untuk kepentingan penguasa. Alih-alih hendak menegakan
demokrasi, domokrasi terpimpinnya Presiden Soekarno justru mengebiri demokrasi.
Sifat antri kritik Soekarno diwujudkan dalam bentuk tindakan subversive,baik
penahanan, pemenjaraan, bahkan pembredelan. Penahan tanpa proses hukum terhadap
pimpinan media catk misalnya Mukhtar Lubis adalah fakta nyata sikap anti kritik
seorang Soekarno.7

7
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017). 91-93

11
BAB VI
BANGSA, NEGARA DAN PEMERINTAHAN

A. BANGSA
1. Definisi Bangsa
Keberadaan sebuah negara merupakan suatu hal yang penting, sebab tanpa
adanya bangsa mustahil sebuah negara dapat terbentuk, sebagaimana tertuang dalam
unsur-unsur berdirinya sebuah negara maka unsur penduduk dikategorikan sebagai
unsur konstitutif atau dasar. Adanya keinginan untuk hidup bersama dianatar penduduk
dalam mencapai tujuan yang sama dapat membentuk sebuah negara. Berikut adalah
devinisi bangsa menurut para tokoh:
Bangsa menurut Ernest Renan (prancis) ‘’terbentuk karena adanya keinginan
untuk hidup bersama (hasrat bersatu) dengan perasaan setiakawan yang agung”
Otto Bouter (jerman) mengemukakan bahwa “bangsa adalah
kelompokmmanusia yang mempunyai persamaan karakteristik2 tumbuh karena
adanya persamaan senasib”.
F. Ratzel (jerman) “bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu
timbul karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham
geopolitik).
Hans Kohn mengungkapkan bahwa “bangsa adalah buah hasil tenaga hidup
manusia dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan
tidak bisa dirumuskan secara ekstrak. Kebanyakan bangsa memiliki faktor2 objektif
tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain. Factor ini berupa persamaan
keturunan, wilayah, bahsa, adat istiadat, kesamaan politik, persamaan agama”.
2. Nasionalisme
Adalah kata yang sering didengar dalam berbagai aktivitas kehidupan warga
negara, seperti dalam kehidupan social, politik,budaya, dan bahkan olahraga kata ini
selalu bermakna dan berbicara tentang kecintaan warga negara terhadap negara tanah
airnya. Nasionalisme adalah sebuah kata yang dapat memberikan rasa kebersamaan
dan kebanggaan terhadap negara sehingga dapat mendorong seorang warga negara
untuk berjuang dan melakukan apapun demi bangsa dan negaranya.

12
Secara konseptual dapat dikatakan bahwa nasionalisme adalah sebuah paham
yang berbicara tentang upaya sekelompok manusia yang membentuk satu rasa identitas
bersama dalam rangka menciptakan dan mempertahankan kedaulatan, serta
memajukan negara. Mereka yang menganut paham nasionalisme menga ggap bahwa
negara berdasarkan “beberapa kebenaran politik”. Ikatan nasionalisme tumbuh
ditengah masyarakat yang Mukai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan pada
saat itu pula muncul naluri untuk mempertahankan diri dan negerinya dari berbagai
ancaman.8
A. Bentuk-bentuk nasionalisme
Nasionalisme sebagai sebuah paham yang membentuk rasa indntitas
bersama sebuah bangsa mempunyai berbagai bentuk, setiap manusia
mencerminkan bagaimana nasionalisme tersebut muncul. Beberapa bentuk
nasionalisme tersebut adalah:
1) Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis
nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari pernyetaan
aktif rakyatnya, “kehendak rakyat”,”perwakilan politik”.
2) Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat.
3) Nasionalisme budaya dimana negara memperoleh kebenaran politik dari
budaya bersama dan bukannya “sifat keturunan”,seperti warna kulit,ras,dan
sbg.
4) Nasinalisme romantic disebut juga nasionalisme organik dan identitas, adalah
lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik
dari bangsa atau ras.
5) Nasionalisme kenegaraan ialah variasi kewarganegaraan, selalu digabngkan
dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalitik adalah kuat sehingga diberi
keutamaan lebih untuk mengatasi hak universal dan kebebasan . kejayaan suatu
negri selalu kontras dan berkomplik dengan prinsip masyarakat demokrasi.

8
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017). 97-98

13
6) Nasionalisme agama adalah dimana negara memperoleh legitimasi politik dari
persamaan agama. Walaupun begitu lazimnya nasionalisme etnis adalah
dicampuradukan dengan nasionalisme keagamaan.

B. Negara
Berbicara mengenai negara, maka pada dasarnya kita juga akan berbicara
tentang suatu alat (organisasi) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-
gejala kekuasaan dalam masyarakat.
Pada zamaan yunani kuno, Aristoteles dalam politica sudah merumuskan
pengertian negara. Saat itu, istilah polis berarti negara kota, yaitu suatu tempat
tinggal bersama warga negara dengan pemerintah dan banteng untuk menjaga
keamanan dari serangan musuh.
Plato, seorang guru Aristoteles, melihat negara timbul karena
adanya keimginan dan kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan mendorong
mereka untuk bekerja sama dalam memenuhi kebutuhab-kebutuhan tersebut.
kata negara yang lazim digunakan diindonesia berasal dari Bahasa
sanserketa nagari atau nagara yang berarti wilayah,kota, dan penguasa.
1. Definisi Negara
Harold J. Laski mendefisikan negara sbg berikut: “negara adalah suatu
masyarakat yang diintegritaskan karena mempunyai wewenang yang bersifat
memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok
yang merupakan bagian dari masyarakatitu. Masyarakat adalah suatu
kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mencapai terkabulnya
keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup
yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi2 ditentukan oleh
suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat”.
Robert M. Maclver, dan Weber mendefisikan negara sebagai “asosiasi
yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu
wilayah dengan berdasarkan system hukum yang diselenggarakan oleh
pemerintah tersebut diberi kekuasaan memaksa”.

14
Definisi berbeda tentang negara dikemukakan oleh Kraneburg, “
negara sebagai suatu orgaanisasi yg timbul karena kehendak dari suatu
golongan atau bangsanya sendiri”.
Bagi Surbakti 2010 “negara bukanlah pengelompokkan masyarakat
berdasarkan kesamaan identitas kultural atau fisik biologis. Negara
menggambarkan adanya satu struktur kekuasaan yang memonopoli
penggunaan paksaan fisik yang sah terhadap kelompok masyrakat yang tinggal
dalam wilayah yang jelas batas-batasnya. Jadi negara merupakan
pengelompokan masyarakat atas dasar kesamaan struktur kekuasaan yang
memerintahnya”.
George Jenllinek dalam pemikirannya tentang negara mengungkapkan
bahwa “negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang
telah berdiam disuatu wilayah tertentu”.
Dalam pandangan yang tidak jauh berbeda dengar para pakar politik
terdahulu yg telah memberikan difinisi tentang negara, Prof. R. Djokosoetono
mendefinisikan negara suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang
berada dibawah suatu pemerintahan yang sama.
2. Asal-usul Negara
Sebuah negara lahir dari sebuah proses yang panjang dan masing-
masing negara mempunyai sejarah tentang kemunculannya terdapat beberapa
teori yg mengemukakan tentang asal-usul negara, yaitu teori yang bersifat
ketuhanan, teori yang didasari oleh kekuatan/kekuasaan,teori perjanjian
masyarakat, dan teori hukum alam.9
a. Teori yang bersifat ketuhanan
b. Teori yang didasari oleh kekuatan/kekuasaan
c. Teori perjanjian masyarakat
d. Teori hkum alam
e. Asal usul terjadinya negara

9
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017). 100-103

15
3. Unsur unsur Negara
Ada beberapa unsur yang harus dipenuhi dalam membenguk suatu
negara dimana usnur unsur tersebut merupakan syarat mutlak. Adapun unsur
unsur itu adalah sebagai berikut:
a. Adanya wilayah,dimana suatu negara mempunyai tempat dan batas tertentu
tidak hanya meliputi tanah tetapi juga laut disekelilingnya dan langit atau
angkasa diatasnya
b. Penduduk, setiap negara harus mempunyai penduduk dan kekuasaan negara
menjangkau semua penduduk yg ada diwilayahnya.
c. Pemerintah yang berdaulat, setiap negara mempunyai organisasi yg
berwenang untuk merumskan dan melaksanakan keputusan yg mengikat
seluruh penduduk didalam wilayah kekuasaannya.
4. Tujuan dan Fungsi Negara
Dengan adanyatujuan negara maka negara harus melaksanakan 2 tugas umum
berikut :
a. Harus mengatur penghidupan dan negara sebaik baiknya sehingga apa yang
menjadi tujuan negara itu mudah dicapai.
b. Negara harus mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan melalui
aparatur yg berwenang dan berkuasa dengan sebaik baiknya.
1) Tujuan Negara
Tujuan negara sangat berhubungan erat dengan organisasi dari
negara yg bersangkutan. Tujuan negara jga sangat penting artinya, untuk
mengarahkan segala kegiatan dan sekaligus menjadi pedoman dalam
penyusunan dan pengadilan alat perlengkapan negara serta kehidupan
rakyatnya.
2) Fungsi Negara
Beberapa fungsi negara adalah sebagai berikut:
a. Menyejahterakan serta memakmurkan rakyat
b. Melaksanakan ketertiban
c. Pertahanan dan keamanan

16
d. Menengakkan keadilan
5. Devolusi
a. Bentuk Negara Berdasarkan Wilayah (Teritori): Negara Kesatuan,
Federasi dan Konfederasi
Berikut adalah bentuk bentuk negara yang secara umum terdapat
didunia:
1. Negara kesatuan
2. Negara serikat (federasi)
3. Negara konfederas (statenbond)
b. Setralisasi dan desentralisasi
Di Indonesia sejak 1998 hingga baru baru ini, pandangan politik yg
dianggap tepat dalam wacan public adalah bahwa desentralisasi merupakan
jalan meyakinkan yg akan menguntungkan daerah. Pandangan ini dicptakan
oleh pengalaman sejarah selama masa orde baru dimana sentralisme
membawa banyak akibat merugikan bagi daerah.10
1) Sentralisasi
2) Desentralisasi
C. Pemerintahan
Pada pembahasan berikutnya kita akan mendalamai apa itu pemerintahan,
bagaimana bentuk bentuk pemerintahan pada umumnya berlaku, serta bagaimana system
pemerintahan.
1. Definisi pemerintahan
Pemerintahan dalam arti sempit hanya meliputi lembaga eksekutif yang
mengurus pelaksanaan roda pemerintahan sedangkan pemerintahan dalam arti luas
selain lembaga eksekutif juga terdapat didalamnya lembaga legislative dan yudkatif.
2. Bentuk bentuk pemerintahan
Mengenai asal mula bentuk pemerintahan suatu negara dapat dipelajarai dari
sejarah yang berkembang dinegara tersebut. Secara umum bentuk pemerintahan terbagi
menjadi 2, yaitu negara yang pemerintahan nya berbentuk kerajaan (monarki) dan
republik.

10
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017). 108-112

17
a. Bentuk pemerintahan klasik
Dalam teori klasik bentuk pemerintahan dapat dibedakan atas jumlah orang
yg memerintah dan sifat pemerintahnya. Berikut adalah pemikiran terkait bentuk
pemerintahan klasik :
1) Plato (429-347 SM)
2) Aristoteles (384-322 SM)
3) Polybios (204-122 SM)
b. Bentuk pemerintahan Monarki (kerajaan)
Berikut adalah 3 bentuk pemerintahan monarki (kerajaan):
1) Monarki kosntitusional
2) Monarki absolut
3) Monarki parlementer
c. Bentuk pemerintahan republik
Jika pada negara yg berbentuk kerjaan, kekuasaan atau kedudukan kepala
negara dipegang atau dijabat oleh seorang raja/ratu maka dalam negara republic
kekuasaan kepala negara dipegang oleh seorang presiden yg dipilih oleh rakyat.
Sama hal nya dengan negara kerajaan bahwa bentuk pemerintahan republic pun
terbagi menjdai beberapa bagian,yaitu negara republic absoulut, konstitusional, dan
parlementer.
1. Absolut
Presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan dan kekuasaan
presiden tidak dibatasi.
2. Konstitusional
Presiden sebagai kepala negara atau pemerintahan dan kekuasaan
presiden dibatasi.
3. Parlementer
Presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan. Presiden hanya sebagai symbol dan perdana menteri
bertanggung jawab kepada parlemen.

18
3. Sistem Pemerintahan
a. Sistem Pemerintahan Parlementer
1) Kekuasaan legislative lebih kuat dari kekuasaan eksekutif
2) Menteri menteri didalam cabinet bertanggung jawab kepada legislative artinya
cabinet harus mendapatkan kepercayaan (mosi) dari parlemen (legislative)
3) Program program kebijaksanaan kabinet harus disesuaikan dengan tujuan
politik sebagian besar anggota parlemen.
4) Kedudukan kepala negara (raja,ratu,pangeran dan kaisar) hanya sebagai
lambang atau symbol nagara tidak yg tidak dapat diganggu gugat.
5) Pemerintahan dijalankan oleh perdana menteri selaku kepala pemerintahan.
b. Sistem pemerintahan presidensial
1) Dikepalai oleh seorang presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif.
2) Kekuasaan eksekutif yg dijalankan presiden harus didasarkan atas kedaulatan
rakyat.
3) Presiden mempunyai hak prerogative untuk mengangkat dan memberhentikan
para menteri.
4) Menteri menteri hanya bertanggung jawab kepada presiden dan bukan kepada
lembaga legislative atau parlemen.
5) Presiden tidka bertanggung jawab kepada legislative (DPR) anatar presiden dan
DPR tidak dapat saaling menjatuhkan atau membubarkan.11

11
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017). 12

19

Anda mungkin juga menyukai