Materi 2 - Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Materi 2 - Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia
FUNGSI DAN
KEDUDUKAN
BAHASA
INDONESIA
01
Fakultas Ilmu Sistem Informasi RINA KURNIAWATI, SHI, MH
Komunikasi
Abstract Kompetensi
Bahasa Indonesia memiliki fungsi yang Mahasiswa mampu memahami bahasa
kuat sebagai identitas Bangsa dan Indonesia dari fungsi dan
kedudukan yang penting sebagai kedudukannya
bahasa pengantar resmi dalam setiap
kegiatan
FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA
INDONESIA
Fungsi bahasa Indonesia sudah tercantum dalamUndang-Undang Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan. Pada Bagian
Kesatu, Umum, Pasal 25 dinyatakan sebagai berikut :
1. Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang
diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang
dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa.
2. Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai jati diri bangsa,
kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, dan sarana komunikasi
antardaerah dan antarbudaya daerah.
3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi
sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional,
pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana
pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.
Sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya
daerah, bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional,
pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana
pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.
Bagian kedua dari UU tersebut dikemukakan tentang penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundangan, dokumen resmi negara, dan pidato resmi
Presiden/wakil Presiden/pejabat negara yang disampaikan di dalam/di luar negeri. Penggunaan bahasa
Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional, tetapi apabila bertujuan
untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik atau satuan pendidikan khusus yang
mendidik warga negara asing masih diperbolehkan menggunakan bahasa asing.
Informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar negeri yang beredar
di Indonesia wajib menggunakan bahasa Indonesia dan dapat dilengkapi dengan bahasa daerah atau
bahasa asing sesuai dengan keperluan. Rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat
informasi lain yang merupakan pelayanan umum wajib menggunakan bahasa Indonesia dan dapat
disertai bahasa daerah dan/atau bahasa asing. Hal ini juga berlaku untuk informasi melalui media
massa. Media massa dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing yang mempunyai tujuan
khusus atau sasaran khusus.
Bagian keempat dibicarakan tentang peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa
Internasional. Peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dilakukan secara
bertahap, sistematis, dan berkelanjutan dengan koordinasi dari lembaga kebahasaan. Tidak seperti
peraturan perundang-undangan lainnya yang selalu diikuti sanksi, UU No 24 Th. 2009 tidak
menyebutkan sanksi terhadap pelanggaran kewajiban penggunaan bahasa Indonesia. Walaupun
Pemakaian bahasa Indonesia dalam situasi resmi, misalnya, pidato resmi pejabat negara
merupakan bagian dari sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol
kedaulatan dan kehormatan negara. Oleh karena itu, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2010 telah mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam pidato resmi Presiden dan/atau Wakil
Presiden serta pejabat negara lainnya. Dalam forum resmi yang diselenggarakan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa, organisasi internasional, dan negara penerima, pejabat negara menggunakan bahasa
Indonesia dalam pidato resmi baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Penyampaian pidato di atas
dapat didampingi penerjemah atau diikuti transkrip pidato dalam bahasa Indonesia untuk memperjelas
makna yang akan disampaikan.
Pengertian Bahasa
1. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer / (manasuka), yang digunakan oleh anggota
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri;
2. percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun: baik budi bahasa nya.
Bahasa menunjukkan bangsa, artinya budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan
tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau keturunan).
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan
mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka
menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-
cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong
dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua
alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.
Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat
diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau
perlambang.
Bahasa berfungsi sebagai alat berkomunikasi atau sarana untuk menyampaikan informasi. Disamping
itu juga untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan karena itu mempunyai fungsi:
1. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah yang satoe tanah air Indonesia.
2. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe bangsa Indonesia.
3. Kami poetra dan poetri Indonesia menjoenjoeng bahasa persatoean bahasa Indonesia.
Berdasarkan UUD 1945 bab XV pasal 36 Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia, berarti bahasa
Indonesia dijadikan bahasa negara.
Menurut Sabriani (1963), mempertanyakan bahwa apakah bahasa mempengaruhi perilaku manusia atau
tidak? Sebenarnya ada variabel lain yang berada diantara variabel bahasa dan perilaku. Variabel
tersebut adalah variabel realita. Jika hal ini benar, maka terbukalah peluang bahwa belum tentu bahasa
yang mempengaruhi perilaku manusia, bisa jadi realita atau keduanya.
Kehadiran realita dan hubungannya dengan variabel lain, yakni bahasa dan perilaku, perlu dibuktikan
kebenarannya. Selain itu, perlu juga dicermati bahwa istilah perilaku menyiratkan penutur. Istilah
perilaku merujuk ke perilaku penutur bahasa, yang dalam artian komunikasi mencakup pendengar,
pembaca, pembicara, dan penulis.
Fodor (1974) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol dan tanda. Yang dimaksud
dengan sistem simbol adalah hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan
yang dimaksud dengan sistem tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional
tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud. Dalam
bahasa Indonesia kata cecak memiliki hubungan kausal dengan referennya atau binatangnya. Artinya,
binatang itu disebut cecak karena suaranya kedengaran seperti cak-cak-cak. Oleh karena itu kata cecak
disebut tanda bukan simbol. Lebih lanjut Fodor mengatakan bahwa problema bahasa adalah problema
makna. Sebenarnya, tidak semua ahli bahasa membedakan antara simbol dan tanda. Richards (1985)
menyebut kata table sebagai tanda meskipun tidak ada hubungan kausal antara objek (benda) yang
dilambangkan kata itu dengan kata table.
Dari uraian di atas dapat ditangkap bahwa salah satu cara mengungkapkan makna adalah
dengan bahasa, dan masih banyak cara yang lain yang dapat dipergunakan. Namun sejauh ini, apa
makna dari makna, atau apa yang dimaksud dengan makna belum jelas. Bolinger (1981) menyatakan
bahwa bahasa memiliki sistem fonem, yang terbentuk dari distinctive features bunyi, sistem morfem
dan sintaksis. Untuk mengungkapkan makna bahasa harus berhubungan dengan dunia luar. Yang
dimaksud dengan dunia luar adalah dunia di luar bahasa termasuk dunia dalam diri penutur bahasa.
Dunia dalam pengertian seperti inilah disebut realita.
Penjelasan Bolinger (1981) tersebut menunjukkan bahwa makna adalah hubungan antara realita
dan bahasa. Sementara realita mencakup segala sesuatu yang berada di luar bahasa. Realita itu mungkin
terwujud dalam bentuk abstraksi bahasa, karena tidak ada bahasa tanpa makna. Sementara makna
adalah hasil hubungan bahasa dan realita.