Anda di halaman 1dari 9

PARE ITU TERMANIS

Catatan perjalanan dua bulan di kampung Inggris

1. Temui Passionku
2. Uang Habis kesempatan datang
3. Memulai perjalanan
4. Kesan pertama Meteora Kamp
5. Mari bersahabat (sharing-traveling)
6. Sepeda tua 05-P
7. Kelas perdana Periode Pertama
8. Omeh
9. Tiga Kawan: Ongki-Anwar-Ali
10. Selamat Malam Dimas
11. Kelas Speaking 2 Mr. Okto
12. Bromo, Aku melihat Indahnya mentari
13. Sarung tangan untuk Nindy
14. Periode: Dua minggu melelahkan
15. Selalu Berjumpa Arogan
16. Juice Buah Miss Darni
17. Skor 5 Pronaouncation
18. Buku Sahabat Windy
19. Tiga Poin: Punishment
20. Anak Rombongan
21. Salah Jam Ibadah
22. Panti Asuhan Alfa dan Omega
23. Natal di Pare
24. Rambutan Gratis
25. Cinta Periode
26. Siti Rodiyah
27. Public Speaking
28. Pengamen
29. Make Up Miss Ila
30. Nyong Ambon, Geri Talakua
31. Moment penting: Terbebas dari ketakutan
32. Ketan
33. Jumpa Pendeta GPM
34. Kelas Speaking Mr. Syamsul
35. Tiket Pesawat Mahal: kembali dengan Kapal
36. Farawell
37. Kart day
38. Dua Hari di Surabaya
39. Tiga malam di kapal Dobonsolo
40. Kembali membangun mimpiku
41. Temui Passionku
42. Uang Habis kesempatan datang
43. Memulai perjalanan
44. Kesan pertama Meteora Kamp
45. Mari bersahabat (sharing-traveling)
46. Sepeda tua 05-P
47. Kelas perdana Periode Pertama
48. Omeh
49. Tiga Kawan: Ongki-Anwar-Ali
50. Selamat Malam Dimas
51. Kelas Speaking 2 Mr. Okto
52. Bromo, Aku melihat Indahnya mentari
53. Sarung tangan untuk Anin
54. Periode: Dua minggu melelahkan
55. Selalu Berjumpa Arogan
56. Juice Buah Miss Darni
57. Skor 5 Pronaouncation
58. Buku Sahabat Windy
59. Tiga Poin: Punishment
60. Anak Rembongan
61. Salah Jam Ibadah
62. Panti Asuhan Alfa dan Omega
63. Natal di Pare
64. Rambutan Gratis
65. Cinta Periode
66. Siti Rodiyah
67. Public Speaking
68. Pengamen
69. Make Up Miss Ila
70. Nyong Ambon, Geri Talakua
71. Moment penting: Terbebas dari ketakutan
72. Ketan
73. Jumpa Pendeta GPM
74. Kelas Speaking Mr. Syamsul
75. Tiket Pesawat Mahal: kembali dengan Kapal
76. Farawell
77. Kart day
78. Dua Hari di Surabaya
79. Tiga malam di kapal Dobonsolo
80. Kembali membangun mimpiku
Pare

Aku adalah rindu yang ingin menemuimu


Mengikuti jejak Pendahulu
Yang menjadikanmu kemah terkemuka

Aku pengingatmu
Saat anak-anak Nusantara berkumpul
Wakapo-Nusantara-Amazon-Rusia-UK-Parcor
Belakang Office dan kembali lagi ke Kamp

Aku adalah kenanganmu


Kala itu kekuatiran dilepaskan pergi
Dan keberanian angkat bicara
Menjemput kepercayaan diri
yang sudah lama terpenjara

Aku adalah diriku


yang terlihat dalam cerminmu
Cahaya menyinari perjalanan
Dan mengantarku pada keyakinan

Akulah nona hitam manis


Nona Ambon yang menyimpang kenangan
Menjadi kekuatan karena Pare-ku manis
Temui Passionku
Setelah tiga tahun bekerja di Yayasan Heka Leka, Aku meluangkan waktu merefleksikan
perjalananku dalam gerakan ini. Beberapa pertanyaan 1. Apakah semua yang kukerjakan
memberikan kemerdekaan dan kebahagian bagi diriku? 2. Mengapa pada tahun ketiga ini aku lebih
banyak merasa lelah. Apakah karena kurang beristirahat? Walaupun demikian jika pekerjaan yang
dilakukan adalah tujuan hidupku maka seharusnya itu penuh hastrat yang besar. Mungkin pada
masa tertentu akan merasa lelah tetapi tidak akan menghilangkan semangat. .

Maluku memiliki 1425 pulau. Letak geografis ini mentakdirkan kami terlahir sebagai anak-anak
pulau. Aku dibesarkan di Kamarian, Pulau Seram. Setelah lulus SMA, Aku melanjutkan kulaih di Kota
Ambon.

Sebagai penggerak, kami terpanggil untuk menyebrangi lautan, membangun kordinasi dan relasi
dengan penggerak, guru dan masyarakat pulau-pulau diluar kota Ambon. Sebut saja saat kita pergi
ke Pulau Saparua akan membutuhkan 1 jam menggunakan kapal cepat dibandingkan jika ke Pulau
Kisar yang membutuhkan 48 jam dengan kapal Cepat.

Tidak ada yang mudah disini. Membangun kordinasi, memimpin tim, berbagi bersama guru dan
siswa atau mendukung sebuah tim untuk kegiatan pendidikan seperti festival Pendidikan dan
workshop. Walaupun demikian, aku melihatnya sebagai tanggungjjawab memanusiakan manusia
Maluku. Sejauh itu adalah praktek baik yang mempercepat perubahan dalam masyarakat, mengapa
tidak untuk diperjuangkan. Aku dapat merasakan harapan orang-orang di pulau dan kekuatan
perubahan dalam gerakan ini.

Aku bersyukur untuk semua kemajuan dan pencapaian yang kita alami bersama. Semakin banyak
praktek baik di bidang pendidikan yang dilakukan semakin besar juga kepercayaaan masyarakat
kepada heka leka maka semakin bertambah peran yang dikerjakan.

Pada titik inilah aku mulai merasakan lelah. Ada sesuatu yang tidak beres dengan diriku. Aku bisa
mengerjakan apapun disini yang memberikan dampak besar bagi orang lain. Tetapi mengapa aku
masih saja kurang bersemangat? Gaji bukanlah persoalan. Secara peran aku memiliki alasan untuk
membuatku berguna. Berbagi dengan orang, memimpin dan mengelilingi pulau-pulau menyukakan
hatiku. Tapi inipun belum bisa menjadi alasan yang kuat untukku berdaya.

Selama proses ini aku terus memikirkannya. Apakah disini Tuhan menginginkan aku terus berada,
berdaya dan bermakna? Mengapa aku tidak memiliki hastrat besar? Apa tujuan hidupku dan apakah
dengan memilih bekerja disini dapat efektif mendukung mewujudkan mimpiku.

Akhirnya perjalanan Festival Pendidikan bulan oktober di Pulau Banda dan Kisar tahun 2018
menggelisahkan naluri dan mendorongku membuat keputusan besar. Aku resign. Oleh karena hati
yang terus tergerak pada perjumpaan dengan orang-orang kristen di pulau dan mendengar belbagai
bentuk persoalan jemaat dalam bergereja di bidang pastoral.

Aku pun menyadari peranku di heka leka cukup penting untuk dipertahankan secara pribadi, tetapi
aku telah menemukan alasan terbesarku untuk berdaya dan hastrat belajar mengembangkan diri.
Seperti mendapatkan kekuatan baru. Aku ingat cerita Musa dan Nehemia dalam alkitab. Saat mereka
menemukan panggilan atau tujuan hidup. Musa kembali menggerjakan misi pembebasan kepada
bangsa Israel pada usia lanjut. Aku menangkapnya sebagai cara Tuhan mengubah dan menentukan
hidup seseorang. Usia tidak menjadi masalah. Tidak tergantung pada banyaknya waktu yang sudah
habis terbuang. Semua proses di masa sebelum menemukan tujuan hidup kita adalah proses yang
dipakai Tuhan membentuk karakter anak-anakNya sesuai dengan rencana-Nya. Lebih terpenting
sekarang bagaimana menggunakan semua waktu untuk membangun mimpi atau tujuan hidup itu.

Begitu pula pada masa Nehemia. Nehemia adalah juru minum raja Ahasweros. Sebagai orang
kepercayaan tentu dia mendapatkan banyak peluang yang akan membawanya berada pada posisi
yang lebih baik. Nehemia menemukan tujuan Hidupnya saat mendengar adanya ancaman bagi
Israel, umat Tuhan karena sebagian besar tembok Yerusalem sudah runtuh. Aku memperajari
Bagaimana Nehemia merespon panggilannya itu. Dia mendoakannya, mempersiapkan diri,
mengkomunikasikan kepada raja dan pergi membangun. Aku menemukan Ketika Nehemia mulai
mengerjakan misinya dia mendapat dukungan dan juga tantangan. Nehemia merespon setiap
setbacks dengan iman yang membawanya pada kemenangan.

Kembali pada keputusanku keluar dari Heka Leka. Tidak tahu apa yang terjadi nanti ke depan.
Sebagai orang yang menginginkan perubahan, aku mau belajar berani melapangkan dada, menerima
setiap proses dan siap memulai perjalanan baru. Ini tidak mudah tetapi semua akan lebih baik dari
pada tinggal dalam kebimbangan.

Uang Habis kesempatan datang


Bulan November 2018, Kak Stanley bertanya kepadaku “ Bagaimana Au persiapan ke Pare?”
“Aku tidak ada uang ke sana kak. Semua tabungan sudah habis untuk keperluaan adik dan yang
lain.” Ujarku. Saat itu aku sedang belajar mengikhlaskan semua kesempatan terbaik. Belajar
menerima konsekuensi dari pilihan pengunduran diri.

Lebih lanjut Aku berperang melawan diri sendiri terhadap rasa kuatir dan takut. Takut untuk
menyampaikan pendapat. Takut mengalami penolakan. Takut menerima dan mengerjakan
tanggungjawab yang lebih besar. Atau kuatir bagaimana memulai sebuah pergerakan dan akankah
dapat memperoleh peluang yang lebih baik dari sekarang? Termasuk kuatir tidak akan ke Pare.

Dua hari sebelum berangkat aku kembali berbicara dengan kak Stanley, kak Ega dan kak Riyan.
Malam itu Kak Stanley menanyakan kembali apakah aku bersungguh-sungguh yakin akan
keputusanku keluar dari Heka Leka? Aku merasa tenang. Tidak ada rasa kuatir atau takut. Entah apa
yang terjadi denganku, keyakinan ini sangat besar “Aku mau mengerjakan tujuan hidupku”.

Percakapan kami berjalan elok dan diakhiri dengan . “Agustina, beta mau bilang

Aku bangga pernah bekerja dengan seorang pemimpin yang berjiwa besar.

Aku menyerahkan segalanya kepada Tuhan termasuk keinginan terbesar untuk belajar Bahasa
Inggris di Pare.
Aku percaya Tuhan memberikan setiap orang tujuan hidup maka Tuhan sendiri yang akan bekerja
bersama, membangun mimpi dan koneksi, , memberikan kesempatan dan berkat.

Aku menutup mataku. Membayangkan semua yang pernah terjadi dan menemukan sudah sangat
lama Tuhan menolongku dari berbagai kekurangan dan masalah. Masakah untuk bagian ini aku
kuatir dan takut lagi? Apakah kasih dan pemeliharaan Tuhan tidak cukup untukku? Aku mulai
mengubah cara berpikir, menghargai dan mendukung diri untuk maju.

Akhirnya pada bulan November aku beranikan diri menyampaikan ke kakak Stanley. Aku
menemukan percakapan yang memerdekakan pikiran dan hatiku. Rasa damai dan tenang. Aku juga
sudah belajar untuk menerima setiap resiko dari keputusan yang di ambil termasuk kemungkinan
tidak akan ke Pare. Karena pada saat itu aku tidak lagi memiliki uang. Namun, aku menemukan hati
besar seorang pemimpin. Kak Stanley tetap mau mendukung belajar bahasa Inggris di Pare,
Kampung Inggris. Bagiku ini adalah anugrah Tuhan. Salah satu cara Tuhan membentuk, memelihara
dan mempimpin hidup.

1. Memulai perjalanan
2. Kesan pertama Meteora Kamp
3. Mari bersahabat (sharing-traveling)
4. Sepeda tua 05-P
5. Kelas perdana Periode Pertama
6. Omeh
7. Tiga Kawan: Ongki-Anwar-Ali
8. Selamat Malam Dimas
9. Kelas Speaking 2 Mr. Okto
10. Bromo, Aku melihat Indahnya mentari
11. Sarung tangan untuk Anin
12. Periode: Dua minggu melelahkan
13. Selalu Berjumpa Arogan
14. Juice Buah Miss Darni
15. Skor 5 Pronaouncation
16. Buku Sahabat Windy
17. Tiga Poin: Punishment
18. Anak Rembongan
19. Salah Jam Ibadah
20. Panti Asuhan Alfa dan Omega
21. Natal di Pare
22. Rambutan Gratis
23. Cinta Periode
24. Siti Rodiyah
25. Public Speaking
26. Pengamen
27. Make Up Miss Ila
28. Nyong Ambon, Geri Talakua
29. Moment penting: Terbebas dari ketakutan
30. Ketan
31. Jumpa Pendeta GPM
32. Kelas Speaking Mr. Syamsul
33. Tiket Pesawat Mahal: kembali dengan Kapal
34. Farawell
35. Kart day
36. Dua Hari di Surabaya
37. Tiga malam di kapal Dobonsolo
38. Kembali membangun mimpiku

Memulai Perjalanan

Sebagai seorang tipe sederhana aku ingin pergi ke Pare dengan tas ransel kecil. Biar tidak ribet dalam
perjalanan. Tiket pesawat sudah ada dan besok berangkat. Sekitar jam 8 malam Aku harus ke rumah
Kak Eby mengambil koper karena usulan kakak-kakak yang memperhatikan kenyamanan dan hal-hal
terbaik bagiku.

Tanggal 23 November 2018, Tuhan memelukku dengan kasih dan berkatNya dimulai dari Kak Frans
yang bersedia mengantarku ke bandara Pattimura. Tiba di bandara Juanda, aku menuju mobil travel
ke Pare. Disanalah aku berjumpa dengan Mr. Ibnu seorang lelaki muda asal Kalimatan yang
mengambil kursus Bahasa Inggris di Peace. Kami bercakap- cakap ringan mengenai tujuan ke Pare
dan rencana ke depan.

Nilai yang dipelajari: jangan pernah takut melangkah seorang diri bahkan ke tempat baru sekalipun
karena kamu tidak akan tahu sesuatu yang menarik mungkin akan terjadi disana.

Mr. Ibnu turun duluan di Peace Office. Pak supir mengantarku melewati jalan-jalan yang aku tidak
tahu sambil menyebutkan nama-nama jalan atau lembaga kursus bahasa Inggris yang kami lewati.
Kami berhenti di Jln. Briwijaya tepat sebelah kanan jalan tergantung papan nama Global English.

Saat kaki menginjak tempat ini, aku meyakinkan diriku akan ada banyak hal menyenangkan dan
bermanfaat terjadi.

Sahabat dan Misi yang tertunda


Beberapa menit kemudian Geri, nyong hitam manis asal Saparua datang menemuiku. Dia menemani,
mentraktir makan dan berbagai pengalamannya. Oleh sarannya aku tinggal di Meteora Kamp dan
bersyukur pernah menjadi bagian disana.

Teman-teman pertamaku adalah tiga gadis cantik dan baik hati. Manda dan Ega asal Semarang dan
Sabrina seorang Kristen asal Bandung. Mereka yang mengajaku ke gereja. Awalnya mereka tinggal di
Kamp juga. Tetapi karena ingin mencari suasana berbeda mereka memilih tinggal di rumah kos. Aku
menikmati canda tawa dan keberanian mencoba hal baru bersama mereka.

Duduk makan bersama Sabrina di depan teras kamar kamp nomor 1. Kami bercakap-cakap dan
akupun lega mendengar pernyataannya "Jangan pernah menunggu memiliki kemampuan/kapasitas
terbaik atau menjadi ahli dulu barulah melakukan perubahan atau mengerjakan panggilan." Merasa
diri tidak mampu atau belum memiliki kemampuan hanya kekaburan identitas yang tidak percaya
terhadap diri sendiri. Peningkatan kualitas diri tidak mungkin terjadi sekilas membalik telapak tangan
melainkan membutuhkan proses belajar dari setiap tantangan dan peluang. Beranilah mengambil
tanggungjawab dan melangkahlah dalam naluri seorang pemimpin.

Jhon .... pernah berkata dalam bukunya.....

....

Lebih lanjut mereka bertiga mengajakku ke beberapa tempat wisata di Kediri bersama empat teman
se-Kam. Yasmin cerdas, Nur dan Erni penenang dan Nevi jago gambar. Kami meminjam 4 speda
motor di salah satu rental motor untuk 12 jam dengan Rp 60.000 per motor.

Biasanya sebelum memulai periode baru, seluruh anggota baru Kamp akan diantar tutur kamp ke
beberapa gedung belajar Global English yang terletak di lokasi berbeda. Miss Dona salah satu tutor
Meteora mengumumkan bahwa kita akan berkeliling jam 4 sore sedangkan kami akan ke kediri.
Akhirnya kami mengubah tujuan ke Kebun bibit Pare dan Pak Kumis Resto.. .

..

Nilai yang dipelajari: Tidak selamanya rencana akan terjadi sesuai diharapkan. Kalaupun demikian,
jangan terlalu ambil pusing. Atur rencana kembali dan lihat peluang yang ada.

Mulai dari Aus, UK, Nusatara, ....menuju Amozon dan Rusia dan berakhir di Parcor. Kami berjalan
kaki tidak pada biasanya menggunakan sepeda. Setelah orbit, kami melanjutkan misi yang tertunda,
gumul di Kediri. Lebih kurang 30 menit dengan sepeda motor perjalanan dari Pare ke Kabupaten
kediri. Makan dan foto bersama. Foto yang unik dan menarik dihasilkan dari beberapa kali
pemotretan. Sudah petang, kami harus kembali. Hujan turun deras. Kami memilih menunggu hujan
redah. 15 menit 20 menit 30 menit hujan belum berhenti. Akhirnya kami menerobos derasnya hujan
dan dua kali berhenti untuk berteduh.

Diri yang selalu tertantang

Aku menyukai sepeda nomor 05 P berwarna biru yang berjejeran diantara ratusan sepeda pada
Rental Sepeda samping kamp. Di Kampung Inggris Pare sebaiknya menyewa sepeda untuk
mempermudah aktivitas karena jarak lokasi yang berbeda dan selisih waktu jam kelas yang cukup
singkat. Di rental Sepeda kamu dapat memilih dari harga Rp 60.000-130.000 tergantung tipe sepeda.
Aku memilih speda tua itu menemaniku selama 2 bulan. Harganya 65.000 per bulan.

Anda mungkin juga menyukai