Anda di halaman 1dari 4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang
mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan,
dan kekurangan energi yang menyebabkan keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktifitas. Gejala lain yang biasa menyertai yaitu konsentrasi dan
perhatian berkurang, pikiran bersalah dan tidak berguna, pandangan masa
depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri
atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang (Maslim, 2001).
Faktor-faktor risiko terjadinya depresi yaitu peristiwa-peristiwa kehidupan
yang bersifat stressor yang mendadak (kematian/kecelakaan yang tiba-tiba),
gaya hidup, gangguan psikiatri, dan kepribadian premorbid (Nurmiati, 2010).
Depresi juga dihubungkan dengan penerimaan diri yang rendah (Besser,
2003).
Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada
urutan keempat penyakit di dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% pria, pada
suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi. Sebanyak dua
pertiga orang dengan depresi tidak menyadari bahwa mereka memiliki
penyakit yang dapat disembuhkan sehingga tidak mencari pengobatan
(Halverson, 2011). Angka kejadian depresi juga semakin lama semakin
meningkat sehingga semakin banyak menyita perhatian dari berbagai
kalangan. Gangguan depresi dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Sekitar 15% penderita depresi melakukan bunuh diri (Nurmiati, 2010).
Diproyeksikan pada tahun 2020 mendatang, depresi merupakan gangguan
mental yang paling banyak terjadi di masyarakat dan akan menjadi beban
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

pada kesejahteraan manusia yang paling besar (Maramis, 2009). Salah satu
kelompok yang berisiko tinggi mengalami depresi adalah kelompok gay
(homoseksual) (Sandfort, 2001).
Homoseksual atau penyuka sesama jenis sudah tidak asing lagi di
masyarakat modern ini dan bahkan fenomena ini sekarang sudah tampak
nyata bermunculan di tempat-tempat umum. Para penyuka sesama jenis tidak
lagi hanya berani tampil di tempat-tempat tertentu yang diperuntukkan khusus
bagi kalangan mereka. Namun kehadiran kaum homoseksual, baik lesbian
maupun gay, hingga saat ini masih menjadi kontroversi. Sebagian
menganggap homoseksual sebagai kelainan sedangkan ada yang menganggap
sebagai trend atau gaya hidup (Sakti et al., 2008).
Belum diketahui secara pasti faktor penyebab seseorang menjadi gay.
Banyak teori yang diungkapkan oleh para ahli mengenai hal ini, akan tetapi
sampai sekarang masih harus ditelaah lebih lanjut lagi. Clara (2008)
mengungkapkan bahwa bisa jadi penyebab gay adalah interaksi dari berbagai
faktor tersebut, yaitu faktor lingkungan (sosiokultural), biologis, dan faktor
pribadi/personal (psikologis).
Orientasi seksual pada sesama jenis, baik itu gay maupun lesbian,
bukanlah fenomena baru di Indonesia. Anderson dalam Oetomo (2003)
mengemukakan bahwa Serat Centhini, naskah sastra Jawa klasik awal abad-
19, juga menggambarkan tentang adanya persetubuhan dan percintaan antar
laki-laki. Jumlah kaum gay dan lesbian di Indonesia sekarang ini diperkirakan
sekitar 2 juta orang seperti yang diungkapkan oleh Oetomo (1999) ketika
mewakili kaum homoseksual Indonesia dalam menyalurkan aspirasi ke Partai
Rakyat Demokrat (PRD) dalam pemilu. Meski belum ada data yang valid,
angka ini diperoleh berdasarkan persentase 1 persen dari populasi penduduk
suatu negara, seperti yang diakui di Amerika Serikat dan negara-negara barat
(Ariani, 1999). Sejarah praktik homoseksual dan prevalensi jumlah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

homoseksual di Indonesia tersebut, tidak serta merta menunjukkan


penerimaan masyarakat Indonesia pada kaum homoseksual. Kaum
homoseksual sering dianggap menyimpang. Hal tersebut disebabkan karena
masyarakat Indonesia didominasi sistem sosial dan budaya heteroseksual
(Oetomo, 2003).
Stigma negatif terhadap kaum homoseksual tersebut mendorong
sebagian homoseksual untuk cenderung menutupi orientasi seksualnya
(Kartini, 2006). Banyak dari mereka yang bahkan tidak bisa/sulit menerima
orientasi seksualnya sendiri. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah masalah
penerimaan diri pada kaum gay tersebut, baik yang dipengaruhi maupun tidak
dipengaruhi oleh penerimaan sosial.
Penerimaan diri ialah kemampuan individu untuk menerima dirinya
sendiri yang ditandai dengan kepercayaan diri dan keberhagaan diri.
Menerima diri berarti individu menerima segala kelebihan dan kekurangan
yang dimilikinya. Penerimaan diri (self-acceptance) penting untuk
mengintegrasikan tubuh, pikiran, dan jiwa. Selain itu, penerimaan diri juga
penting guna mencapai kondisi mental yang sehat. Dengan penerimaan diri
akan memudahkan seseorang dalam melakukan penyesuaian sosial
(Anggarani, 2007).
Ketidakmampuan untuk menerima diri dapat menyebabkan berbagai
kesulitan emosi seperti kemarahan dan depresi (Buss, 2001). Untuk
membuktikan hal tersebut maka penulis melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara penerimaan diri dan depresi pada gay. Penelitian
ini dilakukan di Surakarta karena komunitas gay di Surakarta masih belum
banyak diteliti. Selain itu, isu-isu penolakan masyakarat terhadap komunitas
gay di Surakarta juga semakin meningkat, yang mungkin bisa menjadi
stressor tersendiri bagi kalangan gay tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

B. Perumusan Masalah

Adakah hubungan antara penerimaan diri dengan depresi pada gay di


Surakarta?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dan depresi pada
gay di Surakarta.

D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Manfaat penelitian secara teoritis, yaitu:
a. Penelitian ini diharapkan menjadi bukti ilmiah adanya hubungan
antara penerimaan diri dan depresi pada gay.
b. Menambah wawasan mengenai penerimaan diri dan potensi depresi
pada gay.
2. Aspek Praktis
Bagi pihak-pihak yang memiliki perhatian pada komunitas gay serta bagi
kaum gay itu sendiri, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk menentukan intervensi yang menekankan pada peran
aktif lingkungan gay guna memahami terjadinya depresi pada gay
sekaligus upaya pencegahannya.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai