Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang beranekaragam dan

memiliki kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan manusia. Hal ini sejalan

dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa perlu adanya pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya alam hayati secara lestari, selaras, serasi dan seimbang

bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hewan adalah salah satu sumber daya alam

hayati yang memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari.

Manusia membutuhkan hewan untuk dikonsumsi, namun juga untuk beberapa hewan,

manusia membutuhkan hewan sebagai teman dalam menjalani kehidupannya.

Negara-negara di dunia telah membicarakan mengenai kesejahteraan hewan

sebagai bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Pemerintah diharapkan ikut

turut campur tangan untuk membentuk suatu peraturan hukum yang menyangkut

tentang kesejahteraan hewan. Indonesia sendiri telah mengakomodir pengaturan

kesejahteraan hewan atau animal welfare dalam beberapa peraturan, salah satunya

yakni Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan jo.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Pengertian kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan

keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu

diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang

1
2

tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. 1 Penilaian tingkat

kesejahteraan hewan telah dikenal dengan konsep “Lima Kebebasan” (Five of

Freedom) yang dicetuskan oleh Inggris sejak tahun 1992. Lima unsur kebebasan

tersebut adalah :2

1. Bebas dari rasa lapar dan haus (Freedom from hunger and thirst)

2. Bebas dai rasa tidak nyaman (Freedom from discomfort)

3. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit (Freedom from pain, injury

and diseases)

4. Bebas dari rasa takut dan stress (Freedom from fear and distress)

5. Bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah (Freedom to

express natural behavior)

Banyaknya komunitas hewan, seperti Animal Welfare, Animal Defenders

Indonesia, dan kontes-kontes hewan peliharaan menunjukkan perhatian masyarakat di

bidang kesejahteraan hewan. Perdagangan hewan peliharaan pun semakin menjamur

di masyarakat dan kini hewan telah menjadi salah satu objek jual yang memiliki nilai

tinggi hingga puluhan juta rupiah. Kesejahteraan hewan seperti kebutuhan makanan,

fasilitas perawatan dan kesehatan hewan menjadi kebutuhan pokok utama bagi hewan

dan penyayang hewan. Mulai bermunculan praktik dokter hewan mandiri, praktik

dokter hewan bersama, klinik hewan maupun rumah sakit hewan sangat diperlukan

1
Pasal 1 ayat 42 Undang-Undang Nomor 41 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
2
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Prinsip-Prinsip Kesejahteraan Hewan (Animal
Welfare) di dalam Penelitian Biomedis, http://fkh.ipb.ac.id/index.php/component/content/article/7-
berita/1275-prinsip-prinsip-kesejahteraan-hewan-animal-welfare-di-dalam-penelitian-biomedis diakses
pada 7 November 2014
3

untuk memberikan pelayanan pengobatan dan meningkatkan kesejahteraan hewan

melalui penanganan dokter hewan yang berkompeten. Dokter hewan adalah orang

yang memiliki profesi di bidang kedokteran hewan, sertifikat kompetensi dan

kewenangan medik veteriner dalam melaksanakan pelayanan kesehatan hewan.3

Berbeda dengan manusia, hewan tidak dapat menunjukkan rasa sakitnya apabila ia

terkena penyakit. Pemilik hewan memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan

hewan peliharaannya yaitu dengan selalu memperhatikan hewannya dan segera

mengkonsultasikan ke dokter hewan apabila menemukan gejala-gejala adanya

penyakit pada diri hewan peliharaan. Dokter hewan akan memeriksa hewan tersebut

dan mendiagnosis penyakit yang ditemukan dalam diri hewan serta menanganinya

lebih lanjut. Kondisi hewan yang sehat tentu akan menciptakan suasana sehat dan

bahagia bagi pemiliknya, maka meskipun hewan hanya sebagai hewan peliharaan

namun kesehatan hewan sangat mempengaruhi kondisi manusia sebagai pemiliknya.

Pelayanan kesehatan hewan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi

pelayanan jasa laboratorium veteriner, jasa pemeriksaan dan pengujian veteriner, jasa

medik veteriner, dan/atau jasa di pusat kesehatan hewan atau pos kesehatan hewan.4

Salah satu pelayanan kesehatan hewan ialah operasi bedah veteriner atau operasi

bedah hewan, Bedah atau surgery adalah spesialisasi dalam kedokteran yang

mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan instrument. 5 Operasi bedah

hewan dalam dunia kedokteran hewan dinamakan Veterinary Surgery atau Operasi
3
Pasal 1 ayat 29 Undang-Undang Nomor 41 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
4
Bab I Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 02/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman
Pelayanan Jasa Medik Veteriner
5
Ns. Indri Permanasari, S.Kep, 2012, Dasar-Dasar Ilmu Bedah,
http://www.slideshare.net/rizmanaji/dasar-dasar-ilmu-bedahedit
4

Bedah Veteriner yang dilakukan oleh dokter hewan untuk kepentingan dan

kesejahteraan hewan dengan mengupayakan kesembuhan bagi hewan dari penyakit

yang berbahaya atau kecelakaan yang mengakibatkan patah/rusaknya organ tubuh

hewan sehingga dibutuhkan tindakan operasi bedah. Pelaksanaan perjanjian operasi

bedah hewan (veteriner) ini dilakukan oleh dokter hewan dengan terlebih dahulu

memberikan lembar persetujuan kedokteran atau informed consent kepada pemilik

hewan disertai dengan informasi yang berkaitan dengan tindakan kedokteran yang

akan dilakukan terhadap hewan tersebut. Informed consent ini sebagai landasan

timbulnya perjanjian operasi bedah hewan (veteriner).

Rumah Sakit Hewan Jakarta merupakan salah satu rumah sakit hewan yang

cukup besar di DKI Jakarta dan terletak di Jalan Harsono RM No. 28, Kelurahan

Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Rumah Sakit Hewan ini

diresmikan pada tanggal 25 Desember 1993 oleh Ibu Tien Soeharto yang didirikan

oleh yayasan Sapta Nawami Bhakti dan dikelola oleh PT. Pramukarti Semesta.

Rumah Sakit Hewan Jakarta merupakan rumah sakit swasta pertama di Indonesia dan

memiliki fasilitas antara lain yaitu Instalasi Rawat Inap, taman pusara satwa, jasa

ambulance, ruang mayat, petshop, grooming untuk hewan sakit, apotek, akupuntur,

operasi bedah, Instalasi gawat Darurat (IGD) dan melayani selama 24 jam.

Salah satu pelayanan jasa yang sering ditangani oleh Rumah Sakit Hewan

Jakarta adalah operasi bedah hewan (veteriner). Terdapat 2 (dua) jenis dalam operasi

bedah hewan (veteriner) yakni operasi mayor dan operasi minor. Operasi mayor

merupakan operasi besar yang berupa operasi sterelisasi, sistotomi, gastrotomi, dan

lain-lain. Sedangkan operasi minor yakni operasi kecil yang berupa jahit luka, dan
5

operasi kastrasi. Sebelum dilakukannya operasi bedah, dokter hewan terlebih dahulu

memberikan perjanjian mengenai persetujuan tindakan kedokteran atau informed

consent operasi bedah kepada pemilik hewan. Isi dalam lembar persertujuan tindakan

kedokteran operasi bedah hewan telah dibuat sebelumnya oleh pihak rumah sakit

hewan dan memuat klausula baku yaitu berupa aturan atau ketentuan yang sudah

dipersiapkan dan atau ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha,

yang dituangkan dalam perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh

konsumen.6 Pertanyaan yang kemudian timbul adalah apakah isi dalam perjanjian

operasi bedah hewan telah memberikan perlindungan hukum bagi pemilik hewan

sebagai konsumen dan juga bagi dokter hewan sebagai pemberi jasa pelayanan

kesehatan hewan.

Dokter hewan akan melakukan upaya terbaiknya untuk melakukan

penyembuhan bagi hewan melalui operasi bedah hewan, meskipun hasil operasi

bedah tidak selalu menuai keberhasilan dan memiliki resiko yang besar berupa

kematian pada hewan. Sebelum tindakan operasi bedah dilakukan, pemilik hewan

harus menandatangi lembar persetujuan tindakan medik operasi bedah hewan yang di

dalamnya mengatur mengenai kewajiban pemilik hewan untuk membayar seluruh

biaya tindakan medik operasi bedah hewan. Namun, Pemilik hewan sebagai

konsumen seringkali tidak mau melaksanakan kewajibannya untuk membayar sisa

pembayaran operasi bedah. Dalam hukum perdata, perilaku konsumen yang tidak

membayar sesuai dengan yang telah diperjanjikan sebelumnya dapat disebut sebagai

wanprestasi dan mengakibatkan kerugian secara materiil maupun immateriil bagi

6
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
6

Rumah Sakit Hewan Jakarta yang telah melakukan operasi bedah hewan. Sedangkan,

apabila dokter hewan yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya pada saat

melakukan operasi bedah hewan dan memberikan dampak buruk bagi kondisi

kesehatan hewan tersebut, hal ini akan menimbulkan kerugian bagi pemilik hewan

maupun bagi kesehatan hewan itu sendiri. Selain itu peraturan perundang-undangan

belum ada yang mengakomodir mengenai praktik kedokteran hewan veteriner,

sebagaimana Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bagi

dokter atau dokter gigi kepada manusia.

Mengenai perlindungan hukum bagi kedua belah pihak yaitu dokter hewan

dan pemilik hewan dalam perjanjian operasi bedah hewan (veteriner) belum ada

pengaturan yang jelas seperti halnya perlindungan hukum bagi kesehatan manusia

sebagai pasien. Maka berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Para Pihak

Dalam Pelaksanaan Perjanjian Operasi Bedah Hewan (Veteriner) di Rumah

Sakit Hewan Jakarta (RSHJ) di DKI Jakarta”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian operasi bedah hewan (veteriner) di

Rumah Sakit Hewan Jakarta?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi pemilik hewan dan dokter hewan

dalam perjanjian operasi bedah hewan (veteriner) di Rumah Sakit Hewan

Jakarta?
7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang dan rumusan

masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dari Penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Subyektif

Penulisan hukum ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam rangka menyelesaikan proses belajar pada jenjang sarjana di

Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

2. Tujuan Objektif

Tujuan Objektif dalam penulisan hukum ini adalah untuk mengetahui dan

mengkaji masalah yang berhubungan dengan hukum perdata dalam bidang hukum

kesehatan hewan khususnya mengenai :

a. Pelaksanaan perjanjian operasi bedah hewan (veteriner) di Rumah

Sakit Hewan Jakarta.

b. Perlindungan hukum bagi pemilik hewan dan dokter hewan dalam

perjanjian operasi bedah hewan (veteriner) di Rumah Sakit Hewan

Jakarta.

D. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran penulis untuk mengetahui keaslian penelitian terhadap

karya-karya yang dapat dikatakan sejenis, penulis menemukan beberapa penelitian


8

lain yang telah dilaksanakan di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang

sekiranya juga berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

1. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Klien (Pemilik Hewan)

dalam Perjanjian Terapeutik di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi

Yogyakata yang disusun oleh Khilmy Rosyidah

(09/282050/HK/18067) dengan rumusan masalah :

a. Bagaimana pelaksanaan perjanjian terapeutik antara klien

dengan dokter hewan di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi

Yogyakarta

b. Bagaimana perlindungan hukum terhadap klien dalam

perjanjian terapeutik di Rumah Sakit Hewan Prof. Soperwi

Yogyakarta?7

Perbedaan yang terdapat di dalam penulisan hukum tersebut dengan hal yang

penulis teliti adalah apabila dalam penulisan hukum tersebut membahas mengenai

perlindungan hukum bagi Klien (Pemilik Hewan) dalam perjanjian terapeutik, maka

hal yang penulis bahas yaitu mengenai perlindungan hukum pemilik hewan dan

dokter hewan dengan mengkhususkan pada perjanjian operasi bedah hewan. Selain

itu, perbedaan dalam penulisan hukum tersebut adalah lokasi penelitian yaitu

penelitian dilakukan di Rumah Sakit Hewan Soeparwi Yogyakarta, sedangkan

penulis melakukan penelitian di Rumah Sakit Hewan Jakarta.

7
Khilmy Rosyidah, 2013, Perjanjian Terapeutik di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi Yogyakarta,
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada
9

2. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jasa

Penitipan Hewan Peliharaan Di Kabupaten Sleman yang disusun oleh

Tata Hendrata (09/282604/HK/18162) dengan rumusan masalah :

a. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen dalam

perjanjian jasa penitipan hewan peliharaan?

b. Bagaimana penyelesaian wanprestasi dalam pelaksanaan

perjanjian jasa penitipan hewan peliharaan?

3. Pelaksanaan Perjanjian Penitipan Hewan di Rumah Sakit Hewan Prof.

Soeparwi oleh Audy Ferdiananda (10/296881/HK/18729) dengan

rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pelaksanaan perjanjian penitipan hewan di Rumah

Sakit Hewan Prof. Soeparwi?

b. Bagaimanakah bentuk-bentuk wanprestasi dan cara

penyelesaiannya pada perjanjian jasa penitipan hewan di

Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi?

Perbedaan yang terdapat dalam penelitian tersebut dengan yang penulis teliti

adalah bahwa penelitian tersebut membahas mengenai perjanjian jasa penitipan

hewan, maka hal yang penulis bahas mengenai perlindungan hukum bagi para pihak

yaitu pemilik hewan selaku konsumen dan dokter hewan dalam pelaksanaan operasi

bedah hewan (veteriner). Selain itu lokasi penelitian juga berbeda dengan lokasi yang

diteliti penulis yaitu Rumah Sakit Hewan Jakarta.


10

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan memiliki beberapa kegunaan atau manfaat

bagi beberapa pihak, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Penulisan Hukum ini dilaksanakan dengan harapan dapat menjadi bahan

informasi dan dapat menambah pengetahuan dalam bidang Hukum Perlindungan

Konsumen dan Hukum Kesehatan, khususnya mengenai perlindungan hukum bagi

pemilik hewan sebagai konsumen dan dokter hewan terhadap pelaksanaan perjanjian

operasi bedah hewan (veteriner), serta menambah pengetahuan mengenai praktik

kedokteran hewan sehingga dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian lain.

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan pada umumnya, utamanya di

Rumah Sakit Hewan Jakarta, dan pengembangan ilmu hukum kesehatan hewan pada

khususnya. Selain itu, penulis mengharapkan agar masyarakat luas dapat mengetahui

perlindungan hukum bagi pemilik hewan sebagai konsumen dan dokter hewan

terhadap pelaksanaan perjanjian operasi bedah hewan (veteriner) dan memberikan

masukan dalam rangka pelayanan lebih baik kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai