Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN


(STUDI LITERATUR)

DOSEN PENGAMPU :
Rusmiati, SKM., M.Kes
Umi Rahayu, SKM., M.Kes
Fitri Rokhmalia, SST., M.Kes

DISUSUN OLEH :
Fadlillah Fauziah R P27833314006
Oktaviana Krissanti P27833314010
Muhammad Firmansyah P27833314019
Miftahul Hasanah P27833314024

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIV KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan
meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah
mengalami perubahan. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan
pencemaran udara yaitu masuknya zat pencemar berbentuk gas-gas dan partikel kecil
(aerosol) ke dalam udara, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia. Pembangunan fisik kota dan
berdirinya pusat-pusat industri disertai melonjaknya produksi kendaraan bermotor,
mengakibatkan peningkatan kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan, yang
merupakan salah satu sumber pencemaran udara. Peningkatan pencemaran udara terutama
terjadi di daerah perindustrian, perdagangan dan padat kendaraan. Konsentrasi
pencemaran udara di beberapa kota besar dan daerah industri Indonesia dapat
menyebabkan adanya gangguan pernafasan, iritasi pada mata dan telinga, serta timbulnya
penyakit tertentu (Soedomo, 2001).
Pencemaran udara merupakan faktor penting dalam pencemaran lingkungan,
pencemaran udara yang terjadi meliputi pencemaran udara di luar ruangan (outdoor
airpollution) dan pencemaran udara dalam ruangan (indoor air pollution). Pencemaran
udara luar ruangan sumber terdiri dari emisi kendaraan bermotor (Mangkunegoro,1996).
Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu, aerosol, timah
hitam) dan gas (Karbon Monoksida, Nitrogen Oksida, Sulfur Dioksida, Hidrogen Sulfida
dan Hidro Karbon). Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan
gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran
dan komposisinya. Gangguan yang diakibatkan oleh pencemaran udara dalam hal ini
partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernafasan kronis seperti bronchitis kronis,
enfisema paru, asma dan bahkan kanker paru. Begitu juga dengan kadar timah hitam
(Plumbum) yang tinggi diudara dapat mengganggu pembentukan sel darah merah. Gejala
keracunan dini dimulai ditunjukkan dengan terganggunya fungsi enzim untuk
pembentukan sel darah merah yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan
kesehatan lainnya, seperti anemia, kerusakan ginjal dll. Dimana keracunan plumbum
bersifat akumulatif.
Bahaya-bahaya dari lingkungan yang mengancam kesehatan manusia di
Indonesia dulunya didominasi oleh bahaya biologi , seiring dengan perkembangan zaman,
bahaya lingkungan semakin beragam yang bersifat risk mulai dari berbagai senyawa
kimia hingga radiasi
Rencana kegiatan dan/atau usaha tentunya akan menimbulkan dampak baik positif maupun
negatif. Dampak yang timbul oleh rencana kegiatan tersebut beragam jenis maupun
intensitasnya, namun secara umum dampak lingkungan dapat dibedakan atas 4 komponen
yaitu komponen fisik –kimia, biologi, sosial – ekonomi – budaya, dan kesehatan
masyarakat. Mengingat dampak lingkungan pada rencana kegiatan dan/atau usaha belum
terjadi maka perlu dilakukan analisis yang komprehensif atau yang dikenal dengan ARKL
(Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan) dan ADKL (Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan). Analisis yang dilakukan menggunakan berbagai pendekatan atau metode
formal sesuai dengan komponen lingkungan yang beresiko terkena dampak.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Khusus
Menganalisa dampak pencemaran timbal (Pb) di udara pada anak sekolah dasar
Pesisir Kota Makasar.

1.2.2 Tujuan Umum


1. Melakukan cvaluasi data dan informasi yang berkaitan dengan lokasi kejadian.
2. Mengkaji dan mempelajari kepedulian terhadap pencemaran
3. Mengidentifikasi dan menetapkan bahan pencemar sasaran kajian
4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi jalur pemajanan/cemaran
5. Menganalisa dampak kesehatan timbal di udara pada anak sekolah dasar pesisir
kota Makasar.
6. Memberikan rekomendasi dari kasus yang dianalisis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pencemaran Udara


Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke
dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehinggga dapat
dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan
efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain itu pencemaran udara dapat
pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karena masuknya bahan kontamnan alam
atau buatan ke dalam atmosfer tersebut (H.J Mukono, 2003).

2.2 Pencemaran Timbal (Pb) di Udara


Timbal (Pb) termasuk dalam kelompok logam berat golongan IVA dalam Sistem
Periodik Unsur kimia, mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,2, berbentuk
padat pada suhu kamar, bertitik lebur 327,4 0C dan memiliki berat jenis sebesar 11,4/l. Pb
jarang ditemukan di alam dalam keadaan bebas melainkan dalam bentuk senyawa dengan
molekul lain,misalnya dalam bentuk PbBr2 dan PbCl2. Logam Pb banyak digunakan
sebagai bahan pengemas, saluran air, alat-alat rumah tangga dan hiasan. Dalam bentuk
oksida timbal digunakan sebagai pigmen/zat warna dalam industri kosmetik dan glace
serta indusri keramik yang sebagian diantaranya digunakan dalam peralatan rumah
tangga. Dalam bentuk aerosol anorganik dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara yang
dihirup atau makanan seperti sayuran dan buah-buahan. (Librawati, 2005).
Menurut Winarno (1993), Pb merupakan racun syaraf (neuro toxin) yang bersifat
kumulatif, destruktif dan kontinu pada sistem haemofilik, kardio- vaskuler dan ginjal.
Anak yang telah menderita tokisisitas timbal cenderung menunjukkan gejala hiperaktif,
mudah bosan, mudah terpengaruh, sulit ber- konsentrasi terhadap lingkungannya
termasuk pada pelajaran, serta akan mengalami gangguan pada masa dewasanya nanti
yaitu anak menjadi lamban dalam berfikir, biasanya orang akan mengalami keracunan
timbal bila ia mengonsumsi timbal sekitar 0,2 sampai 2mg/hari. Berikut dampak logam Pb
pada kesehatan:
a. Merusak Sistem Syaraf dan Kecerdasan
b. Merusak fungsi organ, misalnya gejala gastro- intestinal
c. Efek Terhadap Reproduksi, seperti memperbesar resiko keguguran, kematian bayi
dalam kandungan, dan kelahiran prematur.
d. Pada Tulang, seperti Konsumsi makanan tinggi kalsium akan mengisolasi tubuh dari
paparan Pb yang baru karena ion Pb2+ logam ini mampu menggantikan keberadaan ion
Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang..

2.3 Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)


Berdasarkan KEPMENKES RI No. 876 Tahun 2001 ARKL merupakan suatu
pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan
mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan risiko
pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan yang bersangkutan.
Analisis risiko kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah lingkungan saat ini atau
di masa lalu (misalnya: lokasi tercemar).
Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang berguna untuk
mengetahui agen risiko yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan. Setelah
diidentifikasi, dilanjutkan dengan analisis dosis respon dengan merujuk pada literature
yang tersedia. Kemudian analisis pemajanan dilakukan dengan menghitung asupan dari
agen risiko dengan perhitungan Intake yang juga menggunakan hasil pengkuran
konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dapat dilakukan sendiri maupun
menggunakan data sekunder. Langkah yang terakhir yaitu karakterisasi risiko untuk
menentukan atau menetapkan apakah suatu agen risiko pada konsentrasi tertentu dapat
menimbulkan risiko gangguan kesehatan pada masyarakat yang terpajan (DEPKES
RI,2012).

2.4 Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)


Berdasarkan KEPMENKES RI No. 876 Tahun 2001 ADKL merupakan suatu
pendekatan untuk mencermati masalah kesehatan kesehatan masyarakat dengan
menggunakan rencana pembangunan sebagai titik awal dan melihat dampak kesehatan
yang berhubungan. Dampak kesehatan tersebut dapat bersifat langsung atau tidak
langsung, sehingga ADKL merupakan bagian tak terpisahkan dari proses perencanaan
dalam suatu pembangunan (misalnya: industri baru)
Langkah-Langkah Operasional ADKL, antara lain sebagai berikut.
Langkah 1 : Evaluasi data dan informasi yang berkaitan dengan lokasi kejadian
(mencakup informasi simpul 1, 2, 3 dan 4)
Langkah 2 : Mempelajari kepedulian terhadap pencemaran
Langkah 3 : Menetapkan bahan pencemar sasaran kajian
Langkah 4 : Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan
Langkah 5 : Memperkirakan dampak kesehatan masyarakat
Langkah 6 : Kesimpulan dan rekomendasi
Langkah 7 : Pengelolaan risiko
Langkah 8 : Laporan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi literatur. Dimana
pengertian dari metode studi literatur adalah suatu cara untuk mencari referensi teori yang
relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan, baik dari buku, majalah, atau
media lainnya yang kemudian dikaji dan dianalisa menggunakan metode tertentu.

3.2 Kasus

Penilaian Dan ManajemenResiko Timbal di Udara Pada


Anak SekolahDasar Pesisir Kota Makassar

Penelitian dilakukan diwilayah pesisir Kota Makassar pada lima kecamatan yaitu
Tamalate, Mariso, Ujung Tanah, Tallo, dan Biringkanaya. Sampel lingkungan dalam
penelitian ini adalah lima titik lokasi dengan tiga kali pengulangan Pb udara di masing –
masing kecamatan di Kota Makassar. Sedangkan sampel manusia adalah sebanyak 45
orang anak Sekolah Dasar dan bermukim di lima kecamatan di pesisir Kota Makassar.
Sampel udara di ambil pada Sekolah Dasar yang masing-masing di lakukan selama 3 kali
pengulangan waktu pagi, siang, dan sore hari. Rata – rata kandungan timbal (Pb) didalam
udara yang diperoleh di lima kecamatan pesisir di Kota Makassar yaitu 0,810 mg/m3. Laju
asupan terhadap 45 responden berdasarkan inhalasi udara yang mengandung timbal (Pb)
dalam 6 jam yaitu 0,35 m3/ hari. Rata – rata berat badan responden 29,25 kg. Rata – rata
frekuensi paparan adalah 240 hari/ tahun dan rata – rata durasi paparan selama 5 tahun
dengan nilai RfC sebesar 4,93 × 10-4 mg/kg.hari.
Dari hasil penelitian analisis risiko Pb terhadap anak sekolah dasar di pesisir
Makassar menunjukan bahwa paparan timbal di udara telah meningkatkan risiko perilaku
dan penurunan intelektual, tertunda pubertas, mengurangi pertumbuhan postnatal, dan
bahkan menyebabkan nefropati pada anak anak.
3.3 Data yang Didapat
No. Data Keterangan Keterangan
Anak SD di wilayah Pesisir
Responden yang diambil
1. - Kota Makassar yang
untuk Obyek Penelitian
berjumalah 45 anak
Wilayah Pesisir Kota
2. Tempat Penelitian -
Makassar
Rata –rata = 0,810 mg/m3
Konsentrasi agen risiko pada
3. Konsentrasi Pb di udara Minimal = 0,052 mg/m3
udara ambien.
Maksimal = 2,365 mg/m3
Laju konsumsi atau
banyaknya volume udara
4. Laju Asupan (R) 0,015 m3/jam
(m3) atau
masuk tubuh setiap jamnya
Lamanya atau jumlah jam
5. Lamanya Pajanan (tE) 6 jam/hari terjadinya pajanan setiap
harinya
Lamanya atau jumlah
6. Frekuensi Pajanan (tE) 240 hari/tahun hari terjadinya pajanan
setiap tahunnya yang aman
Lama Pajanan dalam Lamanya atau jumlah tahun
7. 5 tahun
tahun (Dt) terjadinya pajanan
Berat badan manusia /
8. Berat Badan Responden 29,25 kg
populasi / kelompok populasi
Untuk agen risiko dengan
Waktu pajanan rata-rata efek non karsinogenik :
9. 2190 hari
(tavg) Periode waktu rata – rata
untuk efek non karsinogenik
3.4 Penerapan Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan
1. Identifikasi Bahaya
Berdasarkan kasus yang terjadi, bahaya yang akan dianalisis adalah Pb di udara
ambien yang diukur sebagai Pb rata-rata dari pengukuran di 5 kecamatan Pesisir Kota
Makassar. Pada kasus tersebut tidak disebutkan adanya bahaya dari agen risiko yang
lain sehingga hanya Pb rata-rata di udara ambien yang akan dianalisis. Untuk lebih
lengkapnya identifikasi bahaya pada kasus tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Media
Sumber Agent Resiko Konsentrasi Organ Sasaran
Lingkungan
Emisi dari
kendaraan
Udara
bermotor di Pb (Plumbum) 0,810 mg/m3 Sistem Syaraf
Ambien
wilayah Pesisir
Kota Makassar

2. Analisis Dosis - Respon (Dose Response Assessment)


Timbal bersifat neurotoksik akumulatif. Timbal dapat meracuni manusia yang
berdampak pada seluruh sistem tubuh. Pada anak-anak, timbal menurunkan tingkat
kecerdasan, pertumbuhan, pendengaran, menyebabkan anemia, dan dapat
menimbulkan gangguan pemusatan perhatian dan gangguan tingkah laku.
Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur inhalasi
ataupun ingesti. Akan tetapi dari kasus di atas, Pb yang terdapat di udara ambien
masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur inhalasi (sistem pernafasan).
Diketahui bahwa Pb tidak memiliki implikasi terhadap kasus kanker sehingga
efek yang akan digunakan dalam analisis adalah efek sistemik atau efek non
karsinogenik. Analisis dosis - respon diketahui dari tabel di bawah ini :

Agent Dosis Respon Efek Kesehatan


Perubahan tingkat enzim dan perkembangan
Timbal (Pb) 4,93× 10-4
neurobehavioral anak -anak (IRIS 2006)
3. Analisis Pajanan
Analisis pajanan dilakukan dengan menghitung nilai dari masing – masing
variabel ke dalam rumus dengan tujuan untuk mengetahui Intake atau jumlah agen
yang masuk ke dalam tubuh.

a. Intake Pb dengan Konsentrasi Rata-rata :


C × R × tE × fE × Dt
Ink(rata − rata) =
Wb × tavg
mg m3 jam 240hari
0,810 m3 × 0,015 jam × 6 hari × tahun
× 5tahun
Ink(rata − rata) =
29,25 kg × 2190 hari

87, 48 mg
Ink(rata − rata) =
64057,5 kg. hari
Ink(rata − rata) =1, 36 × 10-3 mg / kg.hari

b. Intake Pb dengan Konsentrasi Minimal :


C × R × tE × fE × Dt
Ink(rata − rata) =
Wb × tavg
mg m3 jam 240hari
0,052 × 0,015 × 6 × × 5tahun
m3 jam hari tahun
Ink(rata − rata) =
29,25 kg × 2190 hari

5,616 mg
Ink(rata − rata) =
64057,5 kg. hari
Ink(rata − rata) =8,77 × 10-5 mg / kg.hari

c. Intake Pb dengan Konsentrasi Maksimal :


C × R × tE × fE × Dt
Ink(rata − rata) =
Wb × tavg
mg m3 jam 240hari
2,365 m3
× 0,015 jam × 6 hari × tahun
× 5tahun
Ink(rata − rata) =
29,25 kg × 2190 hari

255,42 mg
Ink(rata − rata) =
64057,5 kg. hari
Ink(rata − rata) =3,98 × 10-3 mg / kg.hari
4. Karakterisasi Risiko
Untuk karakterisasi risiko yang ditimbulkan agen resiko Pb, maka harus
dihitung RQ, yaitu dengan membagi nilai intake dengan RfC Pb.
Ink 1,36 × 10−3 𝑚𝑔/𝑘𝑔. ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑅𝑄 (𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎) = =
RfC 4,93 × 10−4 𝑚𝑔/𝑘𝑔. ℎ𝑎𝑟𝑖
= 𝟐, 𝟕𝟕

Ink 8,77 × 10−5 𝑚𝑔/𝑘𝑔. ℎ𝑎𝑟𝑖


𝑅𝑄 (𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙) = =
RfC 4,93 × 10−4 𝑚𝑔/𝑘𝑔. ℎ𝑎𝑟𝑖
= 𝟎, 𝟏𝟕

Ink 3,98 × 10−3 𝑚𝑔/𝑘𝑔. ℎ𝑎𝑟𝑖


𝑅𝑄 (𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙) = =
RfC 4,93 × 10−4 𝑚𝑔/𝑘𝑔. ℎ𝑎𝑟𝑖
= 𝟖, 𝟎𝟖

RQ = 2,77, maka RQ > 1, yang berarti tingkat risiko pajanan Pb di udara


ambien pada anak SD di wilayah Pesisir Kota Makassar dengan konsentrasi rata –
rata sebesar 0,810 mg/m3, “Tidak Aman” bagi anak SD dengan berat badan
rata-rata 29,25 Kg, waktu belajar 6 jam/hari, dan frekuensi pajanan 240
hari/tahun, serta rata-rata lamanya paparan bagi anak SD yaitu 5 tahun.

5. Manajemen Resiko
Manajemen resiko dilakukan untuk menghitung variabel konsentrasi, waktu
dan frekuensi yang aman masuk kedalam tubuh.
a. Konsentrasi aman
Rfc × Wb × tavg
Cnk(aman) =
R × tE × fE × Dt
𝑚𝑔
4,93 × 10−4 . ℎ𝑎𝑟𝑖 × 29,25kg × 2190 hari
𝑘𝑔
Cnk(aman) = m3 jam 240hari
0,015 jam × 6 hari × × 5 tahun
tahun

Cnk(aman) = 𝟎, 𝟐𝟗 𝐦𝐠/𝐦𝟑
b. Waktu Pajanan Aman
- Waktu pajanan aman rata – rata
Rfc × Wb × tavg
tEk(aman) =
C × R × fE × Dt
𝑚𝑔
4,93 × 10−4 . ℎ𝑎𝑟𝑖 × 29,25kg × 2190 hari
𝑘𝑔
tEk(aman) = mg m3 240hari
0,810 × 0,015 jam × × 5 tahun
m3 tahun

31,58
tEk(aman) =
14,58

tEk(aman) = 𝟐, 𝟏𝟔 ⇾ 𝟐 𝐣𝐚𝐦/𝐡𝐚𝐫𝐢

- Waktu pajanan aman maksimal


Rfc × Wb × tavg
tEk(aman) =
C × R × fE × Dt
𝑚𝑔
4,93 × 10−4 . ℎ𝑎𝑟𝑖 × 29,25kg × 2190 hari
𝑘𝑔
tEk(aman) = mg m3 240hari
2,365 × 0,015 jam × × 5 tahun
m3 tahun

31,58
tEk(aman) =
42,57

tEk(aman) = 𝟎, 𝟕𝟓 ⇾ 𝟏 𝐣𝐚𝐦/𝐡𝐚𝐫𝐢

c. Frekuensi Pajanan Aman


- Frekuensi pajanan aman rata- rata
Rfc × Wb × tavg
fEk(aman) =
C × R × tE × Dt
𝑚𝑔
4,93 × 10−4 . ℎ𝑎𝑟𝑖 × 29,25kg × 2190 hari
𝑘𝑔
fEk(aman) = mg m3 jam
0,810 × 0,015 jam × 6 hari × 5 tahun
m3

31,58
fEk(aman) =
0,36

fEk(aman) = 𝟖𝟕, 𝟕 ⇾ 𝟖𝟖 𝐡𝐚𝐫𝐢/𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧


- Frekuensi pajanan aman maksimal
Rfc × Wb × tavg
fEk(aman) =
C × R × tE × Dt
𝑚𝑔
4,93 × 10−4 . ℎ𝑎𝑟𝑖 × 29,25kg × 2190 hari
𝑘𝑔
fEk(aman) = mg m3 jam
2,365 × 0,015 jam × 6 hari × 5 tahun
m3

31,58
fEk(aman) =
1,06

fEk(aman) = 𝟐𝟗, 𝟕 ⇾ 𝟐𝟖 𝐡𝐚𝐫𝐢/𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧


BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN ANALISIS

4.1 Rona Lingkungan


1. Letak Geografis
Secara geografis Kota Makassar berada pada bagian barat Provinsi Sulawesi
Selatan yang terletak pada koordinat 1190, 32’ 59”, Bujur Timur dan 40, 8’ 19” Lintang
Selatan dengan ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut.
2. Topografi
Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2: (datar) dan
kemiringan lahan 3-15: (bergelombang) dengan hamparan daratan rendah yang
berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi
ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim
hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang
3. Geologi
Jenis - jenis tanah yang ada di wilayah kota Makassar terdiri dari : Tanah
Inceptisol, Jenis tanah incepsitol terdapat hampir diseluruh wilayah kota Makassar,
Sedangkan Tanah Ultisol merupakan tanah berwarna kemerahan yang banyak
mengandung lapisan tanah liat dan bersifat asam. Parameter yang menentukan
persebaran jenis tanah di wilayah kota Makassar adalah jenis tanah batuan,
iklim, dan geomorfologi lokal, sehingga perkembangannya ditentukan oleh tingkat
pelapukan batuan pada kawasan tersebut.
4. Hidrologi
Kota Makassar adalah kota yang letaknya berada dekat dengan pantai,
membentang sepanjang koridor Barat dan Utara dan sebagian besar wilayahnya
merupakan daerah dataran rendah, yang membentang dari tepi pantai sebelah
barat dan melebar hingga kearah Timur
5. Klimatologi
Berdasarkan keadaan cuaca serta curah hujan, Kota Makassar termasuk daerah
yang beriklim sedang sehingga tropis. Sepanjang 5 tahun terakhir suhu udara
rata-rata Kota Makassar berkisar antara 25º C sampai 33º C.
4.2 Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
1. Evaluasi data dan Informasi yang Berkaitan dengan Lokasi Pencemaran
Analisis resiko dan dampak kesehatan lingkungan terhadap pencemaran Pb
yang dihasilkan dari gas buang/asap kendaraan bermotor, dilakukan di wilayah pesisir
Kota Makassar pada lima kecamatan yaitu Kecamatan, Tamalate, Mariso, Ujung
Tanah, Tallo dan Biringkanaya.
Dalam penelitian ini, data-data yang digunakan sebagai variabel yang diteliti
mencakup populasi, yang dalam hal ini terbagi dua yaitu populasi lingkungan dan
populasi manusia. Populasi lingkungan adalah semua Pb udara di lima kecamatan
wilayah pesisir kota Makassar. Populasi manusia adalah semua anak sekolah dasar dan
bermukim di lima kecamatan pesisir Kota Makassar. Adapun sampel lingkungan dalam
penelitian ini adalah lima titik lokasi dengan tiga kali pengulangan Pb udara di lima
kecamatan wilayah pesisir Kota Makassar. Sedangkan sampel manusia adalah
sebanyak 45 orang anak Sekolah Dasar dan bermukim di lima kecamatan pesisir Kota
Makassar.
Berikut analisis pencemaran Pb jika digambarkan dalam skema teori simpul,
yang mencakup Simpul 1 (sumber), Simpul 2 (Media Lingkungan), Simpul 3 (Pajanan
Pada Tubuh), dan Simpul 4 (Dampak Kesehatan).

SIMPUL 1 SIMPUL 2 SIMPUL 3 SIMPUL 4


(SUMBER) (MEDIA) (TUBUH MANUSIA) (DAMPAK)
Pb (Timbal) Udara Inhalasi/Organ Target Gangguan sistem syaraf,
Anemia, Penurunan
kecerdasan, dll

VARIABEL YANG MEMPENGARUHI


Konsentrasi Pencemar, Lama paparan, Frekuensi paparan, dll
a. Simpul 1 (Sumber)
Pencemaran Pb di udara yang terjadi di Pesisir Kota Makassar berasal dari
asap kendaraan bermotor. Pb yang merupakan hasil samping dari pembakaran ini
berasal dari senyawa tetraetil-Pb yang selalu ditambahkan ke dalam bahan bakar
kendaraan bermotor. Timah hitam ditambahkan pada bahan bakar kendaraan
bermotor dalam bentuk senyawa organik tetraalkylead,terdiri dari tetramethyllead
(TML),tetraethylead (TEL), dan campuran alkil Triethylmethylead,
diethylmehylleaddan ethyltrimethyllead.
Tetraethylead(TEL) dan tetramethyllead(TML) secara bersama – sama
ditambahkan ke dalam bensin sebagai adiktif anti ketukan mesin dan menaikkan
angka oktan bensin. TEL berbentuk cairan berat dengan kerapatan 1,659 g/ml, titik
didih 200ºC = 390ºF dan larut dalam bensin.

b. Simpul 2 (Media Lingkungan)


Paparan timbal (Pb) terjadi melalui media lingkungan udara yang terhirup
oleh saluran pernapasan anak Sekolah Dasar di Pesisir Kota Makassar. Pencemaran
Pb yang terjadi sebagian besar dihasilkan dari gas buang pembakaran bahan bakar
kendaraan bermotor. Menurut Environment Project Agency, mekanisme
pencemaran Pb di udara yaitu, sekitar 25% logam berat Timbal (Pb) tetap berada
dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot.
Emisi Pb dari gas buangan tetap akan menimbulkan pencemaran udara
dimanapun kendaraan itu berada, tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10%
akan mencemari lokasi dalam radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi
dalam radius 20 km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup
jauh (Surani, 2002).

c. Simpul 3 (Pajanan Pada Tubuh Manusia)


Penyerapan Pb melalui pernafasan tergantung pada tiga proses yaitu
deposisi, pembersihan mukosilier, dan pembersihan alveoler. Deposisi
(penumpukan) partikel Pb dalam paru-paru maksimal (63%) ukuran sebesar 1 µm
dan minimal 39%) pada 0,1 µm. Orang yang sedang istirahat volume pernafasan
sebesar 10 L/menit.
Untuk pembersihan Pb yang ada pada paru dibutuhkan pembersihan silier
yang merupakan kombinasi aliran selaput lendir dan aktivitas silier melalui proses
pemindahan partikel-partikel yang ada pada laring dan faring.
Pembersihan alveoler memerlukan tiga tahap yaitu : 1) memindahkan
gerakan mukosilier, 2) berjalan melalui membran-membran sampai pada jaringan
paru, dan 3) berjalan melalui jaringan paru sampai pada kelenjar limpa dan darah.
Proses fagositosis oleh makrofag alveoli merupakan mekanisme penting bagi
pemindahan partikel-partikel dengan gerakan mukosilier.
Prosentase Pb udara yang terhirup akan mencapai darah diperkirakan sekitar
30% sampai 40% (rata-rata 37%) tergantung pada ukuran partikel, daya larut,
volume pernafasan, dan kondisi psikologis yang mempengaruhi penyerapan paru-
paru.
Pb masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan yang
merupakan jalan pemajanan terbesar dan melalui saluran pencernaan, terutama pada
anak-anak dan orang dewasa dengan kebersihan perorangan yang kurang baik.
Absorbsi Pb udara pada saluran pernafasan > 40% dan pada saluran pencernaan > 5-
10%, kemudian Pb didistribusikan ke dalam darah > 95% terikat pada sel darah
merah, dan sisanya terikat pada plasma. Sebagian Pb di simpan pada jaringan lunak
dan tulang. Ekskresi terutama melalui ginjal dan saluran pencernaan (Heriyanto,
1994).
d. Simpul 4 (Dampak Kesehatan)
Berdasarkan hasil perhitungan pada Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan,
didapatkan hasil bahwa dengan intake sebesar 1,36 x 10-3 mg/ kg. hari dengan laju
asupan sebesar 0,35 m3/ hari selama 5 tahun pada anak Sekolah Dasar menunjukkan
bahwa paparan timbal diudara telah meningkatkan risiko perilaku dan gangguan
sistem syaraf, penurunan intelektual, tertunda pubertas, mengurangi pertumbuhan
postnatal, dan bahkan menyebabkan nefropati pada anak – anak.

2. Mempelajari Kepedulian Terhadap Pencemar


Pentingnya respon masyarakat terhadap adanya pencemar di lingkungan dapat
berupa keluhan yang di rasakan merupakan salah satu bentuk dari kepedulian terhadap
pencemar. Sasaran yang dituju untuk penelitian ini adalah masyarakat selaku pengguna
kendaraan bermotor, pihak Sekolah Dasar, dan anak – anak Sekolah Dasar yang berada
di wilayah pesisir Kota Makasar. Hal tersebut dikarenakan wilayah pesisir Kota
Makasar berada di daerah padat penghuni yang menyebabkan tingginya resiko
masyarakat terutama anak – anak Sekolah Dasar terpapar oleh pencemaran udara dari
emisi gas buangan kendaraan bermotor.
Perlunya dilakukan kunjungan lapangan untuk mengidentifikasi karakteristik
sasaran, mempelajari status lokasi dan persepsi sasaran, mencatat kemungkinan cara
pemajanan dan potensi terjadinya pemajanan. Kemudian dilakukan penyuluhan
mengenai Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan dan memberikan informasi terkait
dengan pencemaran yang terjadi di wilayah tersebut pada sasaran yang dituju. Setelah
dilakukan kunjungan maka dibuat laporan ADKL dan dipublikasikan untuk
memperoleh komentar yang berkaitan dengan kesimpulan kesehatan dan rekomendasi
melalui instansi atau sarana pelayanan kesehatan.

3. Menetapkan Bahan Pencemar Sasaran Kajian


Dari hasil penelitian, kualitas udara di wilayah pesisir Kota Makasar telah
tercemar Timbal (Pb) yang berasal dari hasil gas buang kendaraan bermotor. Dari hasil
pengukuran kualitas udara dengan parameter Pb didapatkan hasil yaitu kadar Pb di
udara melebihi nilai ambang batas (0,810 mg/m3). Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No 41 tahun 1999 yang menyatakan NAB Pb di udara yaitu sebesar 2 µg/Nm3 (0,002
mg/m3). Tercemarnya udara oleh Pb berdampak pada kesehatan anak Sekolah Dasar
di 5 kecamatan Pesisir Kota Makassar dikarenakan letak lokasi SD tersebut berada di
pinggir jalan raya.
Dari hasil pengukuran yangdidapatkan kualitas udara di pesisir Kota Makasar
tercemar oleh Pb karena kadar Pb diudara melebihi ambang batas. Sehingga perlu
dilakukan identifikasi prakiraan dampak pencemaran Pb di lingkungan dan manusia
(anak SD di wilayah tersebut).

4. Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan


Identifakasi dan evaluasi jalur pemajanan merupakan suatu proses dimana
seseorang mungkin terpajan oleh bahan pencemar. Jalur pemajanan mencakup semua
elemen yang menghubungkan sumber pencemar kependuduk terpajan (Ikhtiar, 2015).
Jalur pemajanan yang terjadi pada kasus pencemaran Pb di Pesisir Kota Makassar yang
berdampak pada anak SD, yaitu:
a) Sumber pencemar timbal (Pb) berasal dari asap kendaraan bermotor, yang
merupakan hasil samping dari pembakaran yang berasal dari senyawa tetraetil-Pb
yang selalu ditambahkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor.
b) Paparan timbal (Pb) yang berasal dari asap kendaraan bermotor terakumulasi
melalui media lingkungan udara. Prosentase pencemaran Pb di udara yang berasal
dari kendaraan bermotor yaitu, sekitar 25% logam berat timbal (Pb) tetap berada
dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari udara sebagai gas buang kendaraan
bermotor/asap knalpot.
c) Titik pemajanan yaitu terjadi di 5 kecamatan di Pesisir Kota Makassar, tepatnya di
sekitar Sekolah Dasar di Kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso, Kecamatan
Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, dan Kecamatan Biringkanaya.
d) Cara pemajanan timbal (Pb) terjadi melalui pernapasan, dengan prosentase Pb udara
yang terhirup akan mencapai darah diperkirakan sekitar 30% sampai 40% (rata-rata
37%) tergantung pada ukuran partikel, daya larut, volume pernapasan, dan kondisi
psikologis yang mempengaruhi penyerapan paru-paru.
e) Penduduk berisiko pada kasus tersebut yaitu penduduk di Pesisir Kota Makassar,
tepatnya anak sekolah dasar yang menjadi obyek penelitian.
5. Memperkirakan dampak kesehatan masyarakat
a) Dampak terhadap manusia
1) Dapat menyerang berbagai sistem tubuh misalnya sistem syarat dan sistem
pernapasan.
2) Dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan otak anak, penurunan
intelektual (kecerdasaan) pada anak dan mempengaruhi tingkah laku anak.
3) Dapat mengiritasi kulit.
4) Alergi terhadap saluran pernapasan akibat timbal yang masuk kedalam saluran
pernapasan manusia.
5) Dapat menghambat kesuburan jika positif mengandung timbal.
6) Pada ibu hamil, timbal yang disera dan tertimbun dalam tulang yang
diremobilisasi dan masuk ke dalam peredaran daah, kemudian mengalir ke janin
dan menghambat perkembangan otak dan intelegensia janin.

b) Dampak terhadap Ligkungan


1) Lingkungan akan tampak berdebu dan kotor akibat asap pembuangan kendaraan
bermotor yang mengandung Pb.
2) Udara tercemar dan dapat menyebabkan turunnya mutu udara lingkungan
tersebut.
3) Dapat pula terjadi pemanasan global dan hujan asam akibat menurunnya kualitas
udara.

6. Kesimpulan dan Rekomendasi


Berdasarkan analisis kasus tentang Penilaian dan Manajemen Risiko Timbal di
Udara pada Anak Sekolah Dasar Pesisir Kota Makassar dapat disimpulkan bahwa
sumber pencemar berasal dari asap kendaraan bermotor yang mengandung timbal (Pb).
Penelitian dilakukan pada 5 kecamatan di Pesisir Kota Makassar dengan jumlah
sampel sebanyak 45 orang anak Sekolah Dasar. Dari hasil pengukuran, rata - rata
kandungan timbal diudara sebesar 0,810 mg/ m3 dimana melebihi nilai ambang batas
yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 2 µg/ m3. Sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan pada anak Sekolah Dasar, seperti gangguan sistem syaraf, penurunan
intelektual, tertunda pubertas, mengurangi pertumbuhan postnatal, dan bahkan
menyebabkan nefropati pada anak – anak.
Dengan demikian rekomendasi yang dapat diberikan untuk meminimalisir resiko
yang terjadi kepada anak Sekolah Dasar dan masyarakat yaitu :
1. Penyuluhan kesehatan kepada pihak guru dan siswa tentang bahaya pencemaran
timbal (Pb)
2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala kepada anak Sekolah Dasar karena anak
Sekolah Dasar rentan serta beresiko terkena paparan timbal (Pb)
3. Penggunaan bahan bakar yang tidak mengandung timbal (Pb) sehingga tidak
menimbulkan pencemaran udara.

7. Pengelolaan risiko
Berikut ini adalah upaya yang dapat dilakukan dalam upaya pengelolaan risiko
antara lain :
Pengelolaan Alternatif Pendekatan
No
Risiko Teknologi Sosio - ekonomi Institusional
- Penanaman - Pemberian
tanaman yang suplemen yang
Pemantauan nilai
dapat menyerap mengandung
ambang batas
Pb di udara kalsium tinggi
yang telah
seperti tanaman untuk anak SD
Penurunan ditetapkan untuk
gmelina sebagai sehingga proses
konsentrasi konsentrasi timbal
tanaman absorbsi Pb
1. hingga batas di lingkungan,
penghijuan didalam tubuh anak
aman karena
dapat dibatasi.
konsentrasi
- Penggantian
sedikit berpotensi
bahan bakar - Pemeriksaan
menimbulkan
yang ramah kesehatan secara
efek kesehatan
lingkungan berkala untuk anak
misalnya etanol, Sekolah Dasar
hidrogen,
- Melakukan
methanol,
penyuluhan tentang
propana atau
pentingnya
dengan
menjaga kesehatan
menggunakan
lingkungan dan
bensin yang
kesehatan diri
tidak
mengandung
timbal
Pengurangan Penggunaan Pengaturan ulang
waktu dan kendaraan seperlunya waktu/ kegiatan
2. frekuensi - saja untuk belajar mengajar
pajanan hingga meminimalisir risiko
batas aman paparan timbal
Penggunaan
Manajemen Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan
3. masker untuk
Kesehatan penyuluhan kesehatan
perlindungan diri
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pencemaran Pb di udara berasal dari gas pembuangan kendaraan bermotor yang
dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia jika terakumulasi dalam tubuh. Dampak
yang dapat ditimbulkan merupakan gangguan sistem saraf, organ reproduksi, merusak
fungsi organ, dll. Untuk anak-anak dapat menyebabkan menurunkan kecerdasan anak,
tertunda pubertas, dll. Pada prosesnya Pb masuk ke dalam tubuh manusia melalui 2 jalur
yaitu ingesti (sistem pencernaan) dan inhalasi (sistem pernapasan).
Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara akibat Pb maka dilakukan
penelitian di 5 kecamatan pesisir Kota Makasar dengan jumlah sampel sebanyak 45
orang anak Sekolah Dasar. Dari hasil pengukuran, rata - rata kandungan timbal di udara
sebesar 0,810 mg/ m3 dimana melebihi ambang batas yaitu 2 µg/ Nm3 (0,002 mg/ m3).
Sedangkan hasil pengukuran ARKL, didapatkan hasil bahwa intake rata – rata yang
didapatkan sebesar 1,36 x 10-3 mg/ kg dengan RfC sebesar 4,93 x10-4 maka nilai RQ
yang diperoleh sebesar 2,77 dimana RQ > 1 sehingga dikatakan “tidak aman”. Hal
tersebut menunjukkan bahwa anak Sekolah Dasar di pesisir Kota Makassar rentan dan
beresiko terkena dampak dari pencemaran akibat Pb karena terkena paparan terus –
menerus.
Berdasarkan hasil tersebut dilakukan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
bahwa sumber pencemar berasal dari timbal (Pb) hasil dari pembuangan kendaraan
bermotor yang melalui udara kemudian masuk kedalam tubuh manusia melalui inhalasi
(sistem pernapasan) dan dapat berdampak pada kesehatan tubuh anak – anak Sekolah
Dasar berupa gangguan sistem syaraf. Selain itu pentingnya pencegahan sejak dini dari
pencemaran Pb di udara pada anak – anak Sekolah Dasar harus dilakukan agar terhindar
dari dampak kesehatan yang ditimbulkan.
5.2 Saran
1. Bagi pemerintah Kota Makasar untuk melakukan pengujian sumber emisi secara
berkala dan mengkomunikasikannya pada masyarakat melalui ISPU di beberapa lokasi
di Kota Makasar
2. Bagi badan lingkungan hidup (BLH) Kota Makasar, perlu melakukan pemantauan dan
pengujian kualitas udara secara berkala di wilayah Kecamatan Tamalate, Mariso,
Ujung Tanah, Tallo dan Biringkanaya sebagai dasar pengukuran pencemaran
lingkungan
3. Menggunakan masker saat berpergian keluar rumah, khususnya anak – anak Sekolah
Dasar pesisir Kota Makasar
4. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada anak –anak Sekolah Dasar
5. Penanaman tanaman di sepanjang jalan untuk penghijauan dan mengurangi polusi
udara
DAFTAR PUSTAKA

Briggs, T. And Chmolcr A.M. Biochemistry Third Edition. Spinger Verlag. New York. Berlin
Heidelberg, London. Paris, Tokyo. Barcelona. 1995. P : 25-40

De Roes FJ. Smelters and Metal Reclaimmers in Occupational Industry and Environmental
Toxicology. New York. 1997. Mosby-Year Book, p. 291-3330

Heryanto Palar. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat.

Ikhtiar, Muhammad. 2015. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Makassar : Penerbit CV. Social
Politic Genius (SIGn)

KEPMENKES RI No. 876 Tahun 2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan

Librawati, T.P, 2005. Analisis Cemaran Pb pada Bawang Daun (Allium fistulosum L) di
daerah Dieng Wonosobo, Skripsi, Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto.

Mukono, H. J. 2003. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan Saluran


Pernapasan, Surabaya : Airlangga University Press.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Soedomo M. 2001. Pencemaran Udara. Bandung: ITB

Winarno, F.G, 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen, PT. Gramedia Pusat Utama,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai