Anda di halaman 1dari 33

Bed site teaching

Neoplasma Ovarium Kistik susp. Malignancy

Oleh:

Aidil Putra 1010312116

SM Rezvi 1210313017

Izzatya Rusdi 1210312048

Lily Fajriati 1210312054

Preseptor:

dr. Andi Friadi, Sp.OG (K)

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2016

1
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi......................................................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 3
1.2 Batasan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 4
1.4 Metode Penulisan ....................................................................... 4
1.5 Manfaat Penulisan ...................................................................... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi .................................................................................. 5
2.2 Epidemiologi ......................................................................... 5
2.3 Klasifikasi...............................................................................6
2.4 Etiologi dan Faktor Risiko .................................................... 8
2.5 Patogenesis .......................................................................... 10
2.6 Tanda dan Gejala ................................................................. 11
2.7 Diagnosis ............................................................................. 12
2.8 Tatalaksana .......................................................................... 19
2.9 Komplikasi .......................................................................... 21
2.10 Prognosis ........................................................................... 22
BAB 3. LAPORAN KASUS........................................................................ 24
BAB 4. DISKUSI ......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 33

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang
tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan
atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium1.

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan
sel telur dari ovarium1.

Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah penderita kanker


ovarium sebanyak 23.400 dengan angka kematian sebesar 13.900 orang (CFR =
59,4%). Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada
awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah
terjadi metastase, sehingga 60% - 70% pasien datang pada stadium lanjut sehingga
penyakit ini disebut sebagai “silent killer”.

Kanker ovarium adalah penyebab utama kematian akibat kanker kelima dari
kalangan wanita AS dan memiliki angka kematian tertinggi dari salah satu kanker
ginekologi. Di seluruh dunia, tahun 2007 terdapat 204.000 wanita yang terdiagnosis
kanker ovarium dan 125.000 diantaranya meninggal. Di Malaysia pada tahun 2008
terdata 428 kasus penderita kista ovarium, dimana terdapat 20% diantaranya
meninggal dunia.Angka kejadian penyakit kista ovarium di Indonesia belum
diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai
gambaran di RS. Kanker Dharmais ditemukam kira-kira 30 penderita setiap tahun.

3
1.2 Batasan Masalah
Bedsite teaching ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan dari Neoplasma
Ovarium Kistik.

1.3 Tujuan Penulisan


Mengetahui definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, dan penatalaksanaan dari Neoplasma Ovarium Kistik.

1.4 Manfaat Penulisan


Menambah pengetahuan tentang Neoplasma Ovarium Kistik serta menjadi
tambahan ilmu bagi rekan-rekan dokter muda yang membaca.

1.5 Metode Penulisan


Penulisan bed site teaching ini merujuk pada berbagai kepustakaan dan literatur.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definsi

Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch)


yang tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan
atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium1.

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan
sel telur dari ovarium1.

Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan
yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena
terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu
ovulasi. Kista fungsional akan mengkerut dan menyusut setelah beberapa waktu
(setelah 1-3 bulan) 1.

Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam, karena memang seringkali
penderita tidak merasakan apa-apa, kalaupun terjadi keluhan biasanya sudah
lanjut1.

2.2 Epidemiologi

Menurut WHO di Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah


penderita kanker ovarium sebanyak 23.400 dengan angka kematian sebesar 13.900
orang (CFR = 59,4%). Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit
ini pada awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila
sudah terjadi metastase, sehingga 60% - 70% pasien datang pada stadium lanjut
sehingga penyakit ini disebut sebagai “silent killer”.

5
Kanker ovarium adalah penyebab utama kematian akibat kanker kelima dari
kalangan wanita AS dan memiliki angka kematian tertinggi dari salah satu kanker
ginekologi. Di seluruh dunia, tahun 2007 terdapat 204.000 wanita yang terdiagnosis
kanker ovarium dan 125.000 diantaranya meninggal. Di Malaysia pada tahun 2008
terdata 428 kasus penderita kista ovarium, dimana terdapat 20% diantaranya
meninggal dunia.Angka kejadian penyakit kista ovarium di Indonesia belum
diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai
gambaran di RS. Kanker Dharmais ditemukam kira-kira 30 penderita setiap tahun.

2.3 Klasifikasi

Terdapat berbagai macam tumor yang dapat tumbuh pada ovarium. Ada
yang neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat
jinak (noncancerous) dan tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya
adalah maligna atau ganas (cancerous) dan dapat menyebat ke bagian-bagian tubuh
lainnya. Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi menjadi
tumor kistik dan tumor solid. Kista ovarium termasuk tumor neoplastik yang
bersifat jinak dan diklasifikasikan menjadi:1

1. Kistoma Ovarii Simpleks


Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi bersar. Dinding kista tipis tampak lapisan
epitel jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel
kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai)
dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma
serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan
dalam kista.

2. Kistadenoma Ovarii Musinosum


Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan
berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar,
lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak

6
lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral,
akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral.

Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat


terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat
menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang
memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan
peritoneum parietale.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan
berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.

3. Kistadenoma Ovarii Serosum


Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin,
akan tetapi dapat pula berbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk
multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan.
Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak
jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permuukaannya penuh dengan pertumbuhan
papiler (solid papilloma).

4. Kista Endometroid
Kista ini biasanya unilateral dangan permukaan licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.

5. Kista Dermoid
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan
putih, keabu-abuan dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di
bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi
bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya tedapat satu daerah pada dinding bagian dalam, yang
menonjol dan padat.

7
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal dan entodermal. Maka dapt
ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat
otot jaringan ikat (mesodermal) dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran
pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga
kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak,
bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat
pula merupakan gelondongan seperti konde.

Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak
di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista
dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum2.

2.4 Etiologi dan Faktor Resiko


Etiologi kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun secara umum,
dapat digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang dialami. Penyebab terjadinya
kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus,
hipofisis atau ovarium.4
Kista ovarium terbentuk oleh berbagai macam sebab. Penyebab ini akan
menentukan tipe kista. Tipe kista yang paling banyak ditemukan yaitu kista
folikuler. Kista ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol. Pada keadaan normal, folikel yang berisi ovum akan terbuka saat siklus
menstruasi untuk melepaskan sel ovum, namun pada beberapa kasus, folikel ini
tidak membuka dan menimbulkan bendungan cairan sehingga terbentuk kista.4
Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase perdarahan dari siklus menstruasi.
Kista teka lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening dan biasanya
berhubungan dengan tipe lain tumor ovarium.2
Tumor ovarium ganas terbagi atas tiga kelompok berdasarkan struktur
anatomi dari mana tumor itu berasal yaitu tumor epitel ovarium, tumor germ sel,
tumor sex cord – stromal. Kanker ovarium ganas terdiri dari 90 – 95 % kanker epitel
ovarium, dan selebihnya 5 – 10 % terdiri dari tumor germ sel dan tumor sex cord-
stroma.1

8
Gambar: asal keganasan pada ovarium
Kanker epitel ovarium merupakan penyebab kematian lebih dari keseluruhan
keganasan ginekologi di Amerika Serikat. Di seluruh dunia 204.000 wanita
terdiagnosa setiap tahun dan 125.000 wanita meninggal karena penyakit ini.
Dikarenakan tidak ada test penapisan yang efektif untuk kanker ovarium dan gejala
klinis yang kabur pada stadium awal, sehingga tiga per empat pasien terdiagnosa
sudah stadium lanjut.1

Tumor germ sel berasal dari element germinal dari ovarium dan terdiri dari
sepertiga dari seluruh neoplasma ovarium. Sub tipe yang paling sering adalah
mature cystic teratoma, juga sering disebut kista dermoid. 95 % dari tumor germ
sel terdiri dari kista dermoid dan biasanya jinak secara klinis. Sebaliknya tumor
ganas germ sel hanya merupakan 5 % dari kanker ovarium ganas di negara – negara
barat.1 Tumor sex cord – stromal terdiri dari berbagai kelompok neoplasma yang
jarang yang berasal dari matriks ovarium.

Faktor resiko terjadinya kista ovarium :


 Riwayat kista ovarium sebelumnya

 Siklus menstruasi yang tidak teratur5

 Menstruasi di usia dini (usia 11 tahun atau lebih muda)5

9
 Hiperstimulasi induksi ovulasi dengan gonadotropin atau bahan lainnya
seperti clomiphene citrate atau letrozole dapat membentuk kista ovarium
sebagai bagian dari ovarian hyperstimulation syndrome.

2.5 Patofisiologi

Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang
kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari pertumbuhan, aktivitas
endokrin dan komplikasi tumor.

1. Akibat pertumbuhan,
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan
perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor
atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat
menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak
bebas di rongga perut kadang – kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam
perut serta dapat juga mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.

2. Akibat aktivitas hormonal


Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu

sendiri mengeluarkan hormon.

3. Akibat Komplikasi
1. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur – angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala – gejala
klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah
yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.

2. Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya
putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal dan ini menimbulkan
rasa sakit.

10
3. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.

4. Robek dinding Kista


Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
persetubuhan. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut,
maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga peritoneum
dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda – tanda abdomen
akut.

5. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinn perubahan keganasan. Adanya asites
dalam hal ini mencurigakan. Kista dermoid adalah tumor yang diduga
berasal dari bagian ovum yang normalnya menghilang saat maturasi.
Asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri atas sel – sel embrional yang tidak
berdiferensiasi. Kista ini tumbuh dengan lambat dan ditemukan selama
pembedahan yang mengandung material sebasea kental, berwarna kuning,
yang timbul dari lapisan kulit. Kista dermoid hanya merupakan satu tipe lesi
yang dapat terjadi. Banyak tipe lainnya dapat terjadi dan pengobatannya
tergantung pada tipenya.

2.6 Tanda dan Gejala

Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala


dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Sebagian gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau
komplikasi tumor tersebut. Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid. Dapat
juga terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan atau nyeri pada saat bersenggama. Jika tumor sudah menekan rektum atau
kandung kemih mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.

11
Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites
(penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut)
dan organ-organ di dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati.
Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit
ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak napas1.

Pada umumnya gejala yang timbul dan patognomonik adalah:

 Penekanan terhadap vesika dan rektum.


 Perut terasa penuh
 Pembesaran perut
 Perdarahan (jarang)
 Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)
 Sesak napas, oedema tungkai (pada tumor yang sangat besar)3.

2.7 Diagnosis

Anamnesa
Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien.
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama
tumor ovarium yang kecil. Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan
perut. Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit
tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur.
Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya
dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi.
Dapat terjadi penekanan terhadapat kandung kemih sehingga
menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering.7
Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus
terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi
yang sering. Pasien juga mengeluhkan ketidaknyamanan dalam coitus,
yaitu pada penetrasi yang dalam. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak
adanya nafsu makan dan rasa enak dan rasa sesak. Pada umumnya tumor
ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut

12
mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan
vagina yang abnormal dapat terjadi. Pada anak muda, dapat menimbulkan
menarche lebih awal.

Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada
wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal
ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan
menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile,
permukaan massa umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong
pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul
pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau
endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.2

Stadium kanker ovarium diklasifikasikan menurut International Federation of


Gynecologist and Obstetricians (FIGO) 2000. Stadium kanker ovarium ditentukan
setelah pembedahan laparatomy surgical staging.

Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Gynecologist and


Obstetricians (FIGO) 2000.24 Stadium

Stadium Keterangan

I Tumor terbatas pada ovarium

IA Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor pada
cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum

IB Tumor terbatas pada dua ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor


pada permukaan kapsul, tidak ada sel tumor pada cairan asites
ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum

IC Tumor terbatas pada satu atau dua dengan salah satu faktor dari
kapsul tumor yang pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan

13
kapsul, ditemukan sel tumor ganas pada cairan asites ataupun
bilasan rongga peritoneum

II Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis

IIA Tumor meluas ke uterus dan atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan
asites ataupun bilasan rongga peritoneum

IIB Tumor meluas ke jaringan organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di
cairan asites ataupun bilasan rongga peritoneum

IIC Perluasan di pelvis (IIA atau IIB) dengan ditemukan sel tumor di
cairan asites atau bilasan rongga peritoneum

III Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor
pada rongga peritoneum di luar pelvis dengan atau metastasis ke
kelenjar getah bening regional

IIIA Metastasis mikroskopis di luar pelvis

IIIB Metastasis makroskopis di luar pelvis dengan besarnya lesi


metastasis yang kurang atau sama dengan 2 sentimeter

IIIC Metastasis makroskopis di luar pelvis dengan besarnya lesi


metastasis yang lebih dari 2 sentimeter dan atau metastasis ke
kelenjar getah bening regional

IV Metastasis jauh ( di luar rongga peritoneum )

Pemeriksaan CA 125

Test serum CA 125 bisa positif pada berbagai jenis kasus malignan non
ovarium. Karsinoma ginekologi yang lain seperti pada endometrium bisa positif
pada beberapa kasus. Hal ini berlaku juga pada kanker non ginekologi seperti kolon
dan pankreas bisa meningkatkan kadar serum CA 125. Tumor berasal dari organ –
organ selain ovarium bisa meningkatkan kadar CA 125 jika sudah metastasis ke

14
ovarium. Oleh karena itu fungsi test CA 125 kurang mempunyai nilai untuk
diagnosa banding berbagai jenis keganasan.

Kadar serum CA 125 pada kanker ovarium sebelum diterapi mencerminkan


jumlah antigen yang berhubungan dengan tumor dalam sirkulasi dalam
hubungannya dengan beratnya penyakit pada saat ditentukan stadium. Pada
stadium I, hanya 41 % dari semua pasien mempunyai peningkatan kadar serum CA
125. Oleh karena itu pada lebih dari setengah jumlah pasien dengan keganasan
terbatas pada satu atau dua ovarium (dengan atau tanpa sel malignan pada cairan
asites atau cairan pencucian abdominal) kadar serum CA 125 berada dalam batas
normal.27 Kadar CA 125 yang meningkat didapati pada 50 % pasien dengan kanker
ovarium stadium I dan > 90% wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut.3
Dikarenakan keterbatasan ini, sensitivitas CA 125 dalam mendeteksi penyakit
diperkirakan hanya 70-80% dengan spesifisitas 98,6% hingga 99,4% serta
rendahnya nilai prediksi positif(positive prediktif value) sebesar 3%.

15
Ultrasonografi

Pemakaian ultrasonografi juga telah dipelajari untuk membedakan tumor


ovarium ganas dan tumor ovarium jinak. skor ditentukan dengan memberikan nilai
satu dari setiap karakteristik yang dijumpai pada ultrasonografi seperti
multilokulasi kista ovarium, komponen solid pada tumor ovarium, lesi bilateral,
asites dan adanya bukti metastasis intra abdomen.

sassone skoring digunakan untuk membedakan tumor ovarium jinak dan


tumor ovarium ganas dengan mencakup struktur dinding dalam, tebal dinding
kapsul, adanya septa, tebal septa, dan echogenesitas. Setiap karakteristik diberikan
skor antara 1 dan 5. Skor minimum adalah 4 dan skor maksimum adalah 15. Skor
< 9 mengindikasikan resiko keganasan rendah. Skor ≥ 9 beresiko tinggi keganasan.
Sistim skor tersebut mencapai maksimum sensitivitas 100%, spesifisitas 83% dan
positive predictive value 37% dalam membedakan tumor ovarium jinak dan ganas.
Ukuran ovarium > 5 cm pada ultrasonografi transvaginal mempunyai 2.5 kali resiko
malignan dibanding dengan ovarium yang lebih kecil. Jika ovariumnya normal atau
tidak terlihat, maka dianggap skor ultrasonografinya < 5.

16
Gambar: skoring sassone

Ultrasonografi sering dilakukan untuk mengevaluasi massa di pelvis dan


ovarium. Kista simple (simple cyst) adalah salah satu massa pelvis yang paling
sering. Gambaran klasik sonografi dari kista simple adalah batas yang rata dan
regular, anechoic dan adanya peningkatan akustik posterior.

17
Gambar 2. Simple Cyst

Pada umumnya, tumor ganas ovarium mempunyai gambaran multilokulasi,


komponen padat atau echogenik dan mempunyai septa yang tebal dengan area
nodular. Sonografi kurang membantu pada pasien dengan tumor ovarium ganas
stadium lanjut. Sonogram pelvis mungkin sulit menginterpretasi uterus, adnexa dan
struktur sekelilingnya jika ada massa besar di abdomen. Gambaran asites mudah
terlihat pada ultrasonografi.

Gambar: massa komples ovarium

18
Risk Malignancy Indeks

Risk Malignancy Indeks berdasarkan serum CA 125, status menopause, dan


hasil ultrasonografi, dan merekomendasikan penggunaannya untuk membedakan
tumor jinak atau ganas dari tumor ovarium. Dari hasil penelitian Jacob dan kawan
- kawan, dengan menggunakan RMI dengan skor IRK = 200, sensitivitasnya adalah
85,4% dan spesifisitasnya adalah 96,9%. Hasil ini lebih akurat dibandingkan
dengan penggunaan ultrasonografi dan serum CA 125 secara sendiri - sendiri.
Mereka juga menyarankan bahwa RMI bisa digunakan untuk merujuk pasien ke
pusat onkologi untuk mendapat pengobatan yang lebih sesuai dan terapi
pembedahan yang lebih efektif.

M = 1 jika belum menopause U = 0 jika (-) karakteristik

M = 3 jika sudah menopause U = 1 jika ada 1karakteristik

U = 3 jika ≥ 2 karakteristik

Sistim skoring dengan menggunakan Doppler berwarna memerlukan


teknologi yang mahal yang tidak tersedia pada kebanyakan tempat. RMI merupakan
sistim skoring yang sederhana dan komponen ultrasonografinya mencakup
karakteristik yang mudah terlihat dengan menggunakan ultrasonografi
transabdominal.

Indeks resiko keganasan (IRK-1) menurut Jacob dan kawan - kawan


dihitung dengan menggunakan rumus :

RMI = U x M x Serum CA 125

2.8 Tatalaksana

Apabila kista sudah terlanjur tumbuh dan didiagnosa sebagai kista ovarium
yang berbahaya, biasanya tindakan medis perlu dilakukan. Operasi pengangkatan
biasanya akan dilakukan untuk mencegah kista ovarium tumbuh lebih besar.
Penyembuhan dari kista juga tergantung pada jenisnya masing-masing.Kista

19
ovarium neoplastik memerlukan operasi dan kista nonneoplastik tidak. Jika
menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan yang
besar kistanya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm,
kemungkinan besar kista tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi
merupakan kista nonneoplastik.

Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan


menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat
ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini
perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara mengadakan pemeriksaan
ginekologik berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam
pertumbuhan kista tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa
kemungkinan besar kista itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu
pengobatan operatif.

Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung kista.Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(salpingo-ooforektomi).Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk
mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua ovarium.

Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak.Jika keadaan meragukan, perlu pada
waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh
seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas
atau tidak.Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan
salpingo-ooforektomi bilateral.Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin
mendapat keturunan dan tingkat keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel
granulosa), dapat dipertanggung-jawabkan untuk mengambil resiko dengan
melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

Terapi bergantung pada ukuran dan konsistensi kista dan penampakannya


pada pemeriksaan ultrasonografi.Mungkin dapat diamati kista ovarium
berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk melihat apakah kista

20
membesar.Jika diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat dilakukan aspirasi kista
atau kistektomi ovarium.Kista yang terdapat pada wanita hamil, yang berukuran
>80 mm dengan dinding tebal atau semisolid memerlukan pembedahan, setelah
kehamilan minggu ke 12.Kista yang dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30
mungkin sulit dikeluarkan lewatpembedahan dan dapat terjadi persalinan
prematur.Keputusan untuk melakukan operasi hanya dapat dibuat setelah
mendapatkan pertimbangan yang cermat dengan melibatkan pasien dan
pasangannya. Jika kista menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat
digerakkan secara digital, harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium.

Manajemen Pada Kanker Ovarium Stadium Awal

Jika secara klinis keganasan hanya terbatas pada ovarium, maka tindakan
operatif untuk penggangkatan massa harus dilakukan. Insisi abdominal harus
adekuat sesuai dengan ukuran tumor, yang ditentuka dari pemeriksaan fisik dan
hasil pencitraan. Operasi dimulai dengan pembebasan ronga abdomen dari cairan
asites dan bilasan peritonium, selanjutnya dilakukan histerktomi dan tindankan
BSO. Jika tumor telah mencapai ekstraovarium, maka dilakukan penggangkatan
infracolic omentum dan dilakukan biopsi.

Kemoterapi adjuvan

Pada pasien dengan stadium IA atau IB, dengan derajat 1 and 2 masih dapat
di tatalaksana dengan hanya tindakan operatif. Namun pada stadium IA atau IB,
stadium 3 kanker ovarium epitelian dan semua stadium IC dan II harus dilakukan
kemoterapi sebanyak 3 hinggan 6 siklus dengan carboplatin (Paraplatin) and
paclitaxel (Taxol) chemotherapy.

2.9 Komplikasi

a. Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman


pada perut dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara
sempurna/menimbulkan gangguan miksi, sedangkan suatu kista
yang lebih besar yang terletak bebas dalam rongga perut dapat

21
menyebabkan rasa berat dalam perut dan kadang menimbulkan
rasa sesak.

b. Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit


sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista dan
menimbulkan gejala klinis yang minimal. Apabila perdarahan
terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang
cepat dari kista dan menimbulkan nyeri perut mendadak2.

c. Robekan dinding kista terjadi pada torsi tangkai atau akibat


trauma. Apabila kista mengandung cairan serous, rasa nyeri
akibat robekan akan segera berkurang. Apabila disertai dengan
perdarahan akut, akan menimbulkan rasa nyeri yang terus-
menerus dan menimbulkan tanda akut abdomen. Kista yang
mengandung cairan musin akan mengakibatkan implantasi sel-
sel kista pada peritoneum. Sel-sel tersebut mengeluarkan cairan
musin yang mengisi rongga perut dan menyebabkan perlekatan
dalam rongga perut. Keadaan ini dikenal dengan nama
pseudomiksoma peritonei2.

d. Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak


seperti kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii
musinosum dan kista dermoid. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pemeriksaan mikroskopik setelah pengangkatan tumor untuk
melihat adanya kemungkinan perubahan keganasan2.

2.10 Prognosis

Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan
sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun
tidak akan menimbulkan gejala yang berarti. Kista jenis ini termasuk jinak dan tidak
memerlukan penanganan medis.

Dengan kemoterapi, kanker ovarium stadium awal mengalami rekurensi


dalam 5 tahun dan membutuhkan terapi yang lebih baik. Secara keseluruhan,

22
survival rate dalam 5 tahun pada kanker ovarium epitelial memiliki angka 45 % .
survival rate bergantung pada stadium penyakit dan ada tidaknya metastasis. Pada
paseien dengan mutasi gen BRCA carrier menunjukan prognosis yang lebih baik
karena sensitifitas yang lebih terhadap platium, namun tetap dapat ternya relaps.

23
BAB 3

LAPORAN KASUS

A. ANAMNESIS

Identitas Pasien

Nama : Ny. Y

No. MR : 955125

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Petani

Alamat : Kerinci

Agama : Islam

Status Menikah : Menikah

Tanggal Masuk RS : 7 Oktober 2016

Jam Masuk RS : 08.05 WIB

Anamnesis

Seorang pasien wanita umur 46 tahun datang ke Poli Obstetri Ginekologi RSUP
Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 1 September 2016 rujukan dari RSUD Kerinci
dengan diagnosis neoplasma ovarium kistik campur padat.

Keluhan Utama

Bengkak di perut yang makin membesar sejak 1 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

- Bengkak di perut yang makin membesar sejak 1 minggu yang lalu. Sebelumnya
perut terasa keras dan belum membengkak. Namun kemudian perut membengkak
dan semakin membesar sebesar bola pingpong pada tanggal 1 September 2016.

24
Pasien kemudian direncanakan operasi pada tanggal 10 Oktober 2016 dan saat itu
perut pasien sudah membengkak sebesar bola takraw.

- Nyeri perut tidak ada, mual ada, muntah ada

- Riawayat keluar darah dari kemaluan tidak ada

- Riwayat demem tidak ada, trauma tidak ada, keputihan tidak ada.

- Penurunan berat badan ada

- Nyeri saat berhubungan ada

- BAB dan BAK normal

- Sudah tidak haid sejak 5 bulan yang lalu.

- Riwayat haid: menarche umur 16 tahun, teratur satu kali setiap 28 hari, 5-7 hari,
3x ganti duk, nyeri saat haid tidak ada

Riwayat Kehamilan/Persalinan/Ginekologi

- P1A0H1

- Anak pertama, usia 20 tahun, laki-laki, lahir spontan normal pervaginam, ditolong
bidan, BBL 2400 kg, langsung menangis, hidup

- Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi

Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien tidak pernah menderita penyakit jantung, hati, paru, ginjal, hipertensi, dan
diabetes melitus

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan yang sama dengan pasien

- Ayah pasien memiliki riwayat asma

25
- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular, dan kejiwaan
lainnya.

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan & Kebiasaan

 Riwayat Perkawinan : 1x tahun 1995


 Riwayat Kontrasepsi :-
 Riwayat Pendidikan : SMA
 Riwayat Pekerjaan : Petani
 Riwayat Kebiasaan : Tidak pernah mengkonsumsi alkohol, rokok, dan
narkoba.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CMC

Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan : 40 kg

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36ºC

Sianosis : tidak ada

Edema : (-/-)

Anemis : (-/-)

Ikterik : (-/-)

26
STATUS GENERALISATA

Kulit : tidak tampak kelainan

KGB : tidak tampak dan tidak teraba pembesaran KGB

Kepala : normocepali

Rambut : tidak mudah rontok

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher : pembesaran kelenjar tiroid tidak ada

Dada

Paru :

Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor kanan dan kiri

Auskultasi : vesikuler normal, rhonki-/-, wheezing -/-

Jantung:

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari medial linea midclavicula sinistra RIC V

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada, gallop tidak ada

Abdomen : status ginekologi

Punggung : tidak tampak kelainan

Genitalia : status ginekologi

Anus : RT tidak dilakukan

Ekstremitas : akral hangat, CRT< 2detik, reflek patella + normal, udem (-).

27
STATUS GINEKOLOGI (09.00 WIB, 10 Oktober 2016)

Abdomen

Inspeksi : perut tampak membuncit, sikatrik (-)

Palpasi : teraba massa sebesar bola takraw 2 jari di atas pusat, kistik padat,
terfiksir; nyeri tekan (-); nyeri lepas (-)

Perkusi : pekak di atas massa

Auskultasi : BU (+) normal

Genitalia

Inspeksi : Vulva dan uretra tenang

Inspekulo : tidak dilakukan

Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

28
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Hb : 9,5 gr/dl

Leukosit : 13420 /mm3

Trombosit : 351.000 /mm3

Ht : 29

Ca125 : 22,72 U/mL

Total Protein : 7,6 g/dl

Alb/Glob : 2,2 g/dl/ 5,4 g/dl

Kesan: anemia, hipoalbuminemia, Ca 125 dalam batas normal

USG:

- Tampak uterus anteflexi ukuran 6,7 x 3 x 3 cm

- Tidak tampak mioma dan adenomiosis

29
- Tampak massa hiperekoik berbatas tegas. RI= 0,296

- Berasal dari adneksa, melebihi layar monitor, tinggi 2 jari di atas pusat

Kesan: tumor padat ovarium

CT-SCAN

Regio abdomen bawah/pelvis: tampak gambaran massa, solid, dengan densitas


isodens dan homogen ( dengan multiple lesi kistik, batas tidak tegas di dalamnya),
massa meluas ke anterior, lobulated, tepi ireguler dengan ukuran kira-kira 20,9 x
17,22 x 16,35 c, dan tampak massa mendorong usus ke sisi lateral kanan dan ke
anterior. Tidak tampak infiltrasi ke dinding buli-buli dana rektum.

Kesan: sugestif tumor ovarium sinistra dengan hydronferose bilateral (ec


bendungan)

D. DIAGNOSIS

Neoplasma Ovarium Kistik campur padat

E. DIAGNOSIS BANDING

Neoplasma Ovarium Kistik campur padat suspek malignansi

F. TATALAKSANA

- Perbaiki keadaan umum

- Transfusi PRC

- Transfusi albumin

- Laparotomi

30
BAB 4

DISKUSI

Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan pembengkakan


di perut yang tidak nyeri. Selain itu pasien memiliki siklus haid yang teratur namun
sudah tidak haid lagi sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu disertai dengan penurunan
berat badan. Gejala-gejala ini menunjukkan adanya massa pada uterus atau ovarium
yang berkaitan dengan produksi hormon. Pasien tidak menmiliki faktor risiko untuk
karsinoma endometrium seperti nullipara, umur lebih dari 60 tahun, menopause
yang terlambat dan obesitas. Begitu juga dengan fibroid pada uterus. Pasien juga
tidak mengalami menoragia, metroragia, ataupun keluarnya darah yang banyak dari
kemaluan yang merupakan gejala dari karsinoma endometrium atau fibroid pada
uterus. Namun dispareunia dan infertilitas yang merupakan gejala klinik adanya
massa pada uterus dimiliki oleh pasien.

Pasien juga tidak memiliki faktor risiko untuk tumor jinak ovarium ataupun
keganasan pada ovarium. Namun secara epidemiologi tumor jinak ovarium sering
terjadi pada usia akhir reproduksi yang sesuai dengan usia pasien. Rasa berat dan
membesarnya massa secara gradual merupakan ciri dari tumor jinak ovarium. Mual
dan muntah pada pasien bisa disebabkan oleh adanya tumor yang terlalu besar
sehingga mengisi hampir seluruh abdomen. Pada tumor jinak dan ganas ovarium,
siklus menstruasi tidak terganggu kecuali jika melibatkan produksi hormon.
Penurunan berat badan pada pasien menunjukkan gejala keganasan.

Berdasarkan pemeriksaan fisik, tampak perut membuncit dan teraba massa 2


jari di atas pusat. Massa kistik padat dan terfiksir. Berdasarkan pemeriksaan
penunjang tumor marker, Ca125 masih berada dalam batas normal. Pada USG
ampak massa hiperekoik berbatas tegas berasal dari adneksa, melebihi layar
monitor, tinggi 2 jari di atas pusat.Pada CT-Scan didapatkan ambaran massa, solid,
dengan densitas isodens dan homogen ( dengan multiple lesi kistik, batas tidak tegas
di dalamnya), massa meluas ke anterior, lobulated, tepi ireguler dengan ukuran kira-
kira 20,9 x 17,22 x 16,35 c, dan tampak massa mendorong usus ke sisi lateral kanan

31
dan ke anterior. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan gambaran neoplasma
ovarium kistik campur padat.

Risiko malignansi pada pasien ini dapat dihitung berdasarkan Risk of


Malignancy Index (RMI). Untuk hasil USG, pasien memiliki poin 2 untuk kista
yang multilokular dan area yang solid. Berdasarkan status menopause, pasien
belum menopause sehingga memiliki poin 1. Dan untuk serum CA125 yaitu 22,72
IU/mL. Maka skor RMI pada pasien ini adalah 3x1x22,72 = 45,44.

Berdasarkan ukuran tumor yang membesar lebih dari atau sama dengan 8 cm
dan adanya gejala akibat tumor, maka tatalaksana yang dilakukan adalah
laparotomi. Selain itu pada pasien juga dilakukan pemeriksaan patologi anatomi
untuk mengkonfirmasi jenis tumor.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Siringo, Dumaris. (2012), Karakteristik Penderita Kista Ovarium yang Dirawat


Inap di Rumah Sakit st Elisabeth Medan tahun 2008 – 2012, Diakses dari :
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=131360&val=4108.
(Acessed: 12 Oktober 2016)
2. Wiknjosastro, Hanifa, dkk. (2005), Ilmu Kandungan, Edisi 2, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
3. Moeloek, Farid Anfasa. (2003), Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jakarta.
4. William Helm, C. (2005), Ovarian Cysts, (emedicine), Available from:
http://emedicine.com (Acessed: 2012, April 15).
5. Gynecologic problems: ovarian cyst. ACOG : The American College of
Obstetricans and Gynecologist. 2009
6. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and
Treatment 8th edition.Norwalk : Appleton & Lange. 1994.
7. William gynecology d. 2th ( tolong bikini ya re)

33

Anda mungkin juga menyukai