Oleh :
Muhibbah, S. Kep
NIM. 1830913320037
Laporan Pendahuluan
Klien Dengan Hiperemesis Gravidarum (HEG)
Di Ruang IGD Phonek RS. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
Oleh :
Muhibbah, S. Kep
NIM. 1830913320037
Mengetahui,
A. Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan hidup
ibu hamil (Manuaba et al., 2009).
Hiperemesis gravidarum terjadi sekita 10-15% wanita. Mual muntah
berlebihan dan telah mengganggu aktivitas sehari-hari, sudah terjadi gangguan
elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi, dan menurunnya berat badan sekitar 5%.
Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk pengobatan
psikologis, rehidrasi tambahan cairan. Diperlukan pengobatan medikmentosa
khusus (Manuaba et al., 2009)
Menurut Prawirohardjo (2007) mual (nausea) dan muntah (emesis
gravqtidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terdapat pada kehamilan
trimester I. 60-80% terjadi pada primigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini 40-60% dialami
oleh multigravida Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu
(Sulistyowati, 2014).
B. Etiologi
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Namun,
beberapa faktor predisposisi dapatdijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor adaptasi dan hormonal. Pada ibu hamil yang kekurangan darah lebih
sering terjadi hiperemesis gravidarum. Yang termasuk dalam ruang lingkup
faktor adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita promigravida,, dan
overdistensi rahim pada kehamilan ganda dan kehamilan molahidatidosa.
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan gonadotropin korionik, sedangkan pada kehamilan ganda dan
molahidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan
menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum.
2. Faktor psikologik. Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis
gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil,
takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami,diduga dapat
menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan
masuk rumah sakit, penderitanya dapat berkurang sampai menghilang.
3. Faktor alergi. Pada kehamilan, diduga terjadi invasi jaringan vili korialis yang
masuk kedalam peredaran darah ibu sehingga faktor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum (Manuaba et al., 2009).
C. Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum masih belum jelas (Meltzer, 2000; Neill
& Nelson, 2003, Edelman, 2004); namun peningkatan kadar progesterone, estrogen,
dan human chorionic gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan
muntah. Peningkatan hormone progesterone menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan
pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus penurunan motilitas lambung,
dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual
dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan
faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida
dalam darah maupun dalam urin turun, selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati.
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen, asam
urat, urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6, dan
B12 mengakibatkan terjadinya neuropati perifer dan anemia; bahkan pada kasus
berat kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan terjadinya wernicke enchelopati
(Manuaba, 2001: Kuscu & Koyancu, 2002; Neill & Nelson, 2003).(Runiari. N,
2010).
Mekanisme mual muntah yang sederhana dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:
Hormon Estrogen ↑
Menghambat
Enzim kinureninase
Defisiensi B6
Protein
Niasin (menurun
Serotonin Triptofan menimbulkan mual dan
muntah
Terlambat
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan/atau dehidrasi meliputi
pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urin.
2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
3. Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah
berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida, dan protein.
4. Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan kadar
asam.
5. Tiroid Stimulating Hormon (TSH) untuk menentukan penyakit pada tiroid.
6. CBC, amilase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai
penyebab.
7. Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
8. Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatiformis. (Runiari. N,
2010).
9. USG : Mengkaji usia gestasi janin, dan adnya gestasi multiple, mendeteksi
abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
G. Pencegahan
1. Pencegahan hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan.
2. Mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil
tetapi lebih sering.
3. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
4. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
5. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
H. Penatalaksanaan
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan
rawat inap di rumah sakit dan dilakukan penanganan yaitu :
1. Medikamentosa
Harus diingat agar tidak memberikan obat-obatan yang bersifat teragonik. Obat-
obatan yang dapat diberikan antara lain suplemen multivitamin, anti
histamin,dopamin antagonis, serotonin antagonisdan kortikosteroid. Vitamin
yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (B6). Pemberian
pyridoxine cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah. Anti
histamin yang di anjurkan adalah doxylamine dipenhydramine. Pemberian
histamin bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamin pada
reseptor H1 dan secara tidak langsung mempengaruhi sistem vestibular,
menurunkan rangsangan dipusat muntah. Selama terjadi mual muntah, reseptir
dilambung berperan dalam menghambat mobilitas lambung. Oleh karena itu
diberikan obat dopamin antagonis. Dopamin antagonis yang dianjurkan di
antaranya prochlorperazine, promethazine dan metoclopramide.
Prochlorperazine dan promethazine bekerja pada reseptor D2 untuk
menimbulkan efek anti emetik. Sementara itu metocloperamide bekerja di
sentral dan perifer. Obat ni menimbulkan anti emetik dengan cara
meningkatkan kekuatanspincter esofagus bagianbawah dan menurunkan transit
time pada saluran cerna. Pemberian serotenin antagonis cukup efektif dalam
menurunkan keluhan mual dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan
rangsangan muntah di pusat medula. Serotonin yang dianjurkan adalah
ondansentron. Ondansentron biasanya diberikan pada pasien hiperemesis
gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-obatan lainnya.
Sementara itu pemberian kortikosteroid masih kontroversial karena dikatakan
pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat meningkatkan resiko bayi
lahir dengan cacat bawaan.
2. Terapi nutrisi pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi
tergantung pada derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan
penderita terhadap rencana pemberian makanan.
3. Isolasi
Penderita diberikan waktu sendiri dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman setama 24-28 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
4. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu proses fisiologi,
kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan
muntah adlah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda dan akan
menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.
5. Cairan Parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari.
Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks
dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intra vena.
6. Diet
a) Diet Hiperemesis I diberikan pada Hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1 -- 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua
zat - zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa
hari.
b) Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal
gizi kecuali vitamin A dan D.
c) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas klien
Berisi tentang; Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b) Keluhan utama
Umumnya keluhan yang dirasakan adalah mual dan muntah.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan mual muntah
d) Riwayat kesehatan dahulu
HG pada kehamilan sebelumnya, pada primigravida : 60-80%, sedangkan
multigravida 40-60%.
e) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada riwayat jantung, DM
f) Riwayat ginekology
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus.
g) Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua? Usia perkawinan.
h) Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah,
urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
i) Kebiasaan sehari –hari
1) Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan
nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
2) Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada
daerah pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah
mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan
pada perineum)
3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya
kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine
karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK.
Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
4) Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata
rias rambut dan wajah
5) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan
KPD di anjurkan untuk bedrest total
6) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
j) Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan kesadaran klien, BB / TB, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
2) Head To Toe
Rambut: warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka
lesi / lecet.
Mata: sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak,
apakah palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya
baik / tidak, apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan /
tidak. Pada umu nya ibu hamil konjungtiva anemis.
Telinga: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat
serumen / tidak, apakah klien menggunakan alt bantu pendengaran
/ tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien baik / tidak.
Hidung: apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak,
apakah terdapat serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien
baik / tidak.
Mulut dan gigi: bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah
lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan
dan pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien
bersih / tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak. Pada ibu
hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena
ibu hamil mengalami penurunan kalsium.
Leher: apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
Paru – paru
I : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan
kanan, apakah ada terdapat luka memar / lecet, frekuensi
pernafasan nya
P : apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada teraba
pembengkakan / tidak, getaran dinding dada apakah simetris /
tidak antara kiri dan kanan
P : bunyi Paru
A : suara nafas
Jantung
I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah
terlihat / tidak
P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada
ICS% Midclavikula
P : bunyi jantung
A : apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien.
Abdomen : Bentuk datar, simetris (+), asites / tidak, kebersihan,
massa, apakah ada pembesaran hepar atau tidak, nyeri
epigastrium.
Payudara: puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna
aerola, kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah
mengeluarkan ASI /belum
Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada
oedema / tidak.
Bawah : apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema /
tidak
Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema /
tidak pada daerah genitalia klien
Intergumen: warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik /
tidak
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologi dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika
Johnson Marion, Maas Meridean, and Moorhead Sue. 2000. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Second Edition.USA: Mosby.
Manuaba, I.A.C., Manuaba, B.G.F. & Manuaba, I.B.G., 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MediAction Publishing.