Anda di halaman 1dari 144

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT

PADA ANAK DENGAN DEFISIT VOLUME CAIRAN


DAN ELEKTOLIT DI RUANG ANAK RSUD
BLAMBANGAN BANYUWANGI

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:
TUTUT CAHYANTI
14.401.14.078

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
AGUSTUS 2017
ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT
PADA ANAK DENGAN DEFISIT VOLUME CAIRAN
DAN ELEKTOLIT DI RUANG ANAK RSUD
BLAMBANGAN BANYUWANGI

Diajukan kepada
Program Studi D III keperawatan
Akademi Kesehatan Rustida
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Program Ahli Madya Keperawatan

OLEH:
TUTUT CAHYANTI
14.401.14.078

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
AGUSTUS 2017

ii
iii
iv
v
MOTTO

“ILMU TANPA DIAMALKAN SEPERTI LAYAKNYA POHON YANG BELUM


BERDAUN LEBAT TANPA ADANYA BUAH”

vi
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena hanya


dengan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS
PADA ANAK DENGAN DEFISIT VOLUME CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI
RUANG ANAK RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI” sebagai persyaratan
Akademik dalam rangka menyelesaikan Program Studi D-III Keperawatan di
Akademi Kesehatan Rustida.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Anis Yuliastutik,S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Direktur Akademi Kesehatan
Rustida;
2. Aripin,S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Kepala Program Studi Diploma III
Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida;
3. Lina Agustiana P., S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing I Karya Tulis
Ilmiah yang telah memberi bimbingan dan pengarahan dengan tekun dan
sabar dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini;
4. Hendrik Probo S., S.Kep., Ns., MM. selaku pembimbing II Karya Tulis
Ilmiah yang telah memberi bimbingan dan pengarahan dengan tekun dan
sabar dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini;
5. Semua Dosen Program Studi Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan
Rustida yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis sebagai bekal
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini;
6. Kedua orang tua, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan dan
do’a untuk keberhasilan ini;
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan Akademi
Kesehatan Rustida yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis;
8. Sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah membantu penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat di sebutkan satu persatu kami ucapkan
banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis
harapakan. Dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
pembaca serta perkembangan ilmu keperawatan pada umumnya.
Krikilan, 29 Juli 2017
Penulis,

Tutut Cahyanti

vii
ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT
PADA ANAK DENGAN DEFISIT VOLUME CAIRAN
DAN ELEKTOLIT DI RUANG ANAK RSUD
BLAMBANGAN BANYUWANGI

ABSTRAK

Tutut Cahyanti1, Lina Agustiana P.2, Hendrik Probo S.3


1
Mahasiswa Prodi D III Keperawatan
2
Prodi D III Keperawatan

Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab utama mobiditas dan


mortalitas pada anak di Negara berkembang. Di Indonesia pada usia < 15 tahun
sebanyak 30,1 %, sedangkan gastoenteritis pada usia > 15 tahun sebanyak 21,9%.
Sedangkan pada tahun 2015 jumlah yang menderita gastroenteritis pada balita di
kabupaten Banyuwangi tercatat 34.118 orang atau 100,8%.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Asuhan Gastroenteritis Akut
pada Anak dengan Defisit Volume Cairan dan Elektrolit di Ruang Anak RSUD
Blambangan Banyuwangi.
Rancangan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus
dimana kasus yang dijadikan topic penelitian yaitu gastroenteritis dan defisit
volume cairan dan elektrolit. Penelitian ini dilakukan pada 8 partsipan yang terdiri
dari 2 klien, 2 keluarga, dan 4 petugas kesehatan sebagai perawat, dokter, petugas
laboratorium dan ahli gizi. Pengumpulan data dlakukan dengan cara wawancara,
observas, dan dokumentasi di RSUD Blambangan pada bulan Juli 2017 dengan
menggunakan format asuhan keperawatan yang sudah dipersiapkan.
Diagnosa keperawatan prioritas pada gasstoenteritis adalah defisit volume
cairan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari klien tidak ada
tanda-tanda dehidrasi, konsisten tinja klien lembek.
Dianjurkan bagi klien untuk lebih membiasakan cuci tangan dengan cara mencuci
tangan yang benar menggunakan sabun cair setelah buang air besar, sebelum dan
setelah makan, tidak membiasakan membeli makanan diluar rumah dalam kondisi
terbuka

Kata kunci: Gastroenteritis, Defisit Volume Cairan dan Elektrolit

viii
NURSING OF ACUTE GASTROENTERITIS ON CHILDREN WITH
DEFICIT VOLUME LIQUID AND ELECTROLITE

ABSTRACT

Tutut Cahyanti1, Lina Agustiana P.2, Hendik Probo S.3


1
Mahasiswa Prodi D III Keperawatan
2
Prodi D III Keperawatan

Gastroenteritis is one of the main causes of mobility and


Mortality of children in developing countries. In Indonesia, gastroenteritis <15
years old as many as 30.1%, while at age > 15 years old 21.9%. Whereas in 2015
the number suffering from gastroenteritis in toddlers in Banyuwangi regency
recorded 34,118 people or 100.8%.
This study aims to analyze Acute Gastroenteritis Care
In Children with Fluid and Electrolyte Volume Deficit in Children's Room of
RSUD Blambangan Banyuwangi.
The design of this research is qualitative with case study method. Where
the case as the topic of research is gastroenteritis and deficit Fluid and electrolyte
volume. This research was conducted on 8 participan consisting
From 2 clients, 2 families, and 4 health workers as nurses, doctors, officers
Laboratories and nutritionists. Data collection is done by interview, Observation,
and documentation at RSUD Blambangan on July 2017 with
Using a prepared nursing care format.
The priority nursing diagnosis in gastroenteritis is the volume deficit fluid.
After nursing care done for 3 days the client does not give signs of dehydration,
consistent in soft feces.
It is advisable for clients to get more used to wash their hands in a good
way. Wash hands properly using liquid soap after defecation, Before and after
meals, do not get used to buying food outside the home in open condition

Keywords: Gastroenteritis, Fluid Volume and Electrolyte Deficit

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i


HALAMAN JUDUL................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
PERYATAAN ORISINALITAS ................................................................ v
MOTTO ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTACK ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG,SINGKATAN DAN ISTILAH ................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.4 Tujuan ........................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................ 3
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 3
1.5 Manfaat ......................................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis ......................................................................... 4
1.5.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Gastroenteritis Akut .......................................... 7
2.1.1 Definisi Gastroenteritis .............................................................. 7
2.1.2 Etiologi Gatroenteritis ................................................................ 7
2.1.3 Manifestasi Klinis Gastroenteritis .............................................. 8
2.1.4 Klasifikasi Gastroenteritis .......................................................... 9
2.1.5 Patofisiologi Gastroenteritis ....................................................... 10
2.1.6 Pathway Gastroenteritis ............................................................. 11
2.1.7 Komplikasi Gastroenteritis ........................................................ 13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 14
2.2 Konsep Dasar Cairan Elekrolit Dan Asam Basa ........................... 15
2.2.1 Definisi ....................................................................................... 15
2.2.2 Distribusi Cairan Tubuh ............................................................. 15
2.2.3 Komposisi Cairan Tubuh ........................................................... 15
2.2.4 Pergerakan Cairan Tubuh ........................................................... 16
2.2.5 Kebutuhan Cairan Pada Anak .................................................... 17
2.2.6 Keseimbangan Asam Basa ......................................................... 17
2.2.7 Ketidakseimbangan Asam Basa ................................................. 18
2.2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan .................. 18
2.2.9 Tindakan Keperawatan .............................................................. 19

x
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut ...................... 20
2.3.1 Pengkajian .................................................................................. 20
2.3.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................. 38
2.3.3 Intervensi Keperawatan .............................................................. 42
2.3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................ 49
2.3.5 Evaluasi ...................................................................................... 50
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 51
3.2 Batasan Istilah ............................................................................... 51
3.3 Partisipan ....................................................................................... 52
3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian ....................................................... 53
3.5 Pengumpulan Data ........................................................................ 54
3.6 Uji Keabsahan Data ...................................................................... 55
3.7 Analisa Data .................................................................................. 57
3.8 Etika Penelitian ............................................................................. 58
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .............................................................................................. 59
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ......................................... 59
4.1.2 Pengkajian .................................................................................. 60
4.1.3 Analisa data ................................................................................ 75
4.1.4 Diagnosa Keperawatan .............................................................. 78
4.1.5 Intervensi Keperawatan ............................................................. 79
4.1.6 Implementasi Keperawatan ........................................................ 84
4.1.7 Evaluasi ...................................................................................... 86
4.2 Pembahasan ................................................................................... 87
4.2.1 Pengkajian .................................................................................. 87
4.2.2 Diagnosa .................................................................................... 90
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 92
5.2 Saran ............................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi cairan tubuh .............................................................. 16


Tabel 2.2 Asupan cairan pada anak............................................................. 17
Tabel 2.3 Kebutuhan oralit per kelompok umur ........................................ 19
Tabel 2.4 Riwayat imunisasi ....................................................................... 23
Tabel 2.5 Asupan caian pada anak sebelum sakit ...................................... 29
Tabel 2.6 Penurunan berat badan ............................................................... 32
Tabel 2.7 Gerakan morotik kasar ............................................................... 35
Tabel 4.1 Identitas klien ............................................................................. 60
Tabel 4.2 Identitas orang tua ...................................................................... 61
Tabel 4.3 identitas saudara kandung .......................................................... 61
Tabel 4.4 Riwayat kesehatan ..................................................................... 62
Tabel 4.5 Riwayat imunisasi ...................................................................... 64
Tabel 4.6 Riwayat tumbuh kembang ......................................................... 64
Tabel 4.7 Riwayat Nutrisi .......................................................................... 64
Tabel 4.8 Riwayat psikososial ................................................................... 65
Tabel 4.9 Riwayat spiritual ........................................................................ 65
Tabel 4.10 Reaksi hospitalisasi .................................................................. 66
Tabel 4.11 Aktivitas sehari-hari ................................................................. 67
Tabel 4.12 Pemeriksaan fisik ..................................................................... 69
Tabel 4.13 Pemeriksaan tingkat perkembangan ......................................... 73
Tabel 4. 14 Pemeriksaan diagnostik .......................................................... 73
Tabel 4..15 Terapi pengobatan ................................................................... 74
Tabel 4.16 Analisa data .............................................................................. 75
Tabel 4.17 Diagnosa keperawatan ............................................................. 78
Tabel 4.18 Intervensi keperawatan ............................................................ 79
Tabel 4.19 Implementasi keperawatan ....................................................... 84
Tabel 4.20 Evaluasi .................................................................................... 86

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway gastroenteritis ........................................................... 11


Gambar 4.1 Denah ruang anak RSUD Blambangan Banyuwangi ............. 59

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Inform consent


Lampiran 2: Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3: Lembar Pengesahan
Lampiran 4: Implementasi
Lampiran 5: Evaluasi
Lampiran 6: Catatan Perkembangan
Lampiran 7: Lembar Konsultasi
Lampiran 8: Lembar Matriks Karya Tulis Ilmiah

xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

BAB : Buang Air Besar


BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BCG : Bacillus Calmette Guerin
Hb : Hemoglobin
CM : Centi Meter
DDST : Denver Development Screning Test
DPT : Difteri, Pertusis, Tetanus
Depkes : Departemen Kesehatan
EKG : Elektrokardio Gram
IGD : Instalasi Gawat Darurat
LED : Laju Endapan Darah
MRS : Masuk Rumah Sakit
NaCl : Natrium Clorida
OMA : Otitis Media Akut
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SDKI : Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia
TB : Tinggi Badan
TTV : Tanda Tanda Vital
WHO : World Health Organisation
< : Kurang dari

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan

mortalitas pada anak di Negara berkembang (Rahmadhani, 2013:62).

Besarnya masalah tersebut terlihat dari peringkat kedua penyebab kematian

pada anak dibawah lima tahun akibat diare (Kapti, dkk 2013:54). Masih

tingginya angka kesakitan penyakit gastroenteritis disebabkan lingkungan

yang belum memadai, keadaan gizi, kepadatan penduduk, tingkat pencapaian

pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan berbagai mikroorganisme

dilaporkan sebagai penyebab gastroenteritis pada anak (Palupi, 2009:1). Pada

anak yang mengalami gastroenteritis berkepanjangan akan menyebabkan

dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses (Christy,

2014:299).

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus gastroenteritis dengan angka

kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Prevalensi diare di Indonesia pada

usia < 15 tahun sebanyak 30,1 %, sedangkan diare pada usia > 15 tahun

sebanyak 21,9% (Rahman, 2016:145). Dari profil data Kesehatan Provinsi

Jawa Timur tahun 2014, jumlah penderita gastroenteritis di Jawa Timur pada

tahun 2014 paling tinggi penderita gastroenteritis pada balita yaitu pada bulan

januari sebanyak 110.00 orang (Depkes, 2014:20). Sedangkan dari data

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi tahun 2015 jumlah yang menderita

gastroenteritis pada balita tercatat 34.118 orang atau 100,8% (Depkes, 2015)

1
2

Gastroenteritis secara umum disebabkan oleh infeksi dengan

melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin atau

memproduksi sitotoksin, sehingga mekanisme ini menghasilkan peningkatan

sekresi cairan atau menurunkan absorpsi cairan sehingga akan terjadi

dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit (Muttaqin & Kumala,

2013:460). Selain itu dapat menyebabkan gangguan osmotik, akibat

terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air

dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya (Wijayaningsih, 2015:79). Kondisi

seperti ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa maka

akan muncul timbul masalah keperawatan yaitu defisit volume cairan dan

elektrolit (Haryono, 2012:82)

Penanganan pada gastroenteritis menggunakan prinsip diare saat

dirumah yaitu dengan memberikan oralit beberapa bungkus jika anak masih

memerlukan ASI maka lebih lama untuk diberikan ASI (Susilaningrum,

2014:171). Intervensi perawat dalam menangani pasien gastroenteristis

dengan memperhatikan derajat dehidrasi dimulai dengan resusitasi cairan

baik oral maupun parenteral serta dapat menganjurkan minum sebanyak-

banyaknya setiap kali setelah pasien defekasi (Wijayaningsih, 2015: 80).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melaksanakan Asuhan

Keperawatan Gastroentestinal Akut Pada Anak Dengan Defisit Volume

Cairan
3

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan

Gatroenteritis Akut Pada Anak Dengan Defisit Volume Cairan Dan Elektrolit

Di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut Pada Anak

Dengan Defisit Volume Cairan Dan Elektrolit Di Ruang Anak RSUD

Blambangan Banyuwangi?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut Pada

Anak Dengan Defisit Volume Cairan Dan Elektrolit Di Ruang Anak

RSUD Blambangan Banyuwangi

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan Gastroenteritis Akut Pada Anak

Dengan Defisit Volume Cairan Dan Elektrolit di Ruang Anak RSUD

Blambangan Banyuwangi

2. Menetapkan diagnosa keperawatan Gastroenteritis Akut Pada Anak

Dengan Defisit Volume Cairan Dan Elektrolit di Ruang Anak RSUD

Blambangan Banyuwangi
4

3. Menyusun perencanaan keperawatan Gastroenteritis pada anak dengan

Defisit Volume Cairan Dan Elektrolit di Ruang Anak RSUD

Blambangan Banyuwangi

4. Melaksanakan tindakan keperawatan Gastroenteritis Akut Pada Anak

Dengan Defisit Volume Cairan Dan Elektrolit di Ruang Anak RSUD

Blambangan Banyuwangi

5. Melakukan evaluasi keperawatan Gastroenteritis Akut Pada Anak

Dengan Defisit Volume Cairan Dan Elektrolit di Ruang Anak RSUD

Blambangan Banyuwangi

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu tentang asuhan

keperawatan gastroenteritis pada anak dengan defisit volume cairan.dan

elektrolit Sehingga memperkaya ilmu keperawatan secara umum

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bisa dijadikan sebagai masukan

untuk mengembangkan asuhan keperawatan gastrointestinal pada anak

dengan deficit volume cairan dan elektrolit

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan baik

pihak rumah sakit dalam pengembangan asuhan keperawatan

gastrointestinal pada anak dengan deficit volume cairan dan elektrolit


5

3. Bagi klien dan keluarga

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan

keluarga klien dalam perawatan gastrointestinal.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai dasar penelitian selanjutnya

dan bermanfaat untuk menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan

tentang asuhan keperawatan gastrointestinal pada anak dengan defisit

volume cairan dan elektrolit.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Gastroenteritis Akut

2.1.1 Definisi Gatroenteritis

Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus

besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung

bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih

banyak dengan konsisten encer dan kadang-kadang disertai dengan

muntah-muntah (Nuari, 2015:203).

Gastroenteritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan usus

halus yang menyebabkan meningkatnya frekuensi BAB dan berkurangnya

konsistensi feses (Nugroho, 2015:51).

2.1.2 Etiologi Gastroenteritis

1. Faktor Infeksi

a. Infeksi enteral

Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang

meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis,

virus echo coxsackie, adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan

infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides)

protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomon as

humonis) jamur (canida albicous) (Elmeida, 2015:171)

b. Infeksi Parental

Infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan.

Misalnya OMA (Otitis Media Akut), tongsilofatringitis,

7
8

bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya (Elmeida, 2015:

171).

2. Faktor Mal absorbsi

Menurut Nuari (2015:204) mal absorbi dibagi menjadi tiga

yaitu:

a. Mal absorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose

dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan

galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering intoleransi laktosa,

b. Mal absobsi lemak

c. Mal absobrsi protein

3. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (Elmeida,

2015: 171)

4. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan

diare terutama pada anak yang lebih besar (Nauri, 2015: 204)

2.1.3 Manifestasi Klinis Gastroenteritis

Menurut Wijayaningsih (2015:80) tanda dan gejala dari

gastroenteritis yaitu:

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang

2. Sering buang air besar dengan konsisten tinja cair atau encer, kadang

disertai lendir ataupun darah


9

3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur

empedu

4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi

lebih asam akibat banyaknya asam laktak

5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit menurun, ubun-ubun

dan mata cekung, membrane mukosa kering dan disertai penurunan

berat badan

6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah

turun

7. Diuresis berkurang

2.1.4 Klasifikasi Gastroenteritis

Berdasarkan lamanya diare menurut Elmeida (2015:171) diare

dibagi menjadi 2 yaitu diare akut dan diare kronik. Daire akut berlangsung

selama 14 hari sedangkan diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari

dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama

masa diare tersebut.

Menurut Maryunani (2014:322) dampak dari gastroenteritis dibagi

menjadi:

1. Dehidrasi ringan

Berat badan menurun 3%-5% dengan volume cairan yang hilang

kurang dari 50mg/kg.

2. Dehidrasi sedang

Berat badan menurun 6%-9% dengan volume cairan yang hilang

kurang dari 50-90mg/kg.


10

3. Dehidrasi berat

Berat badan menurun lebih dari 10% dengan volume cairan yang

hilang lebih dari 100mg/kg.

2.1.5 Patofisilogi Gastroenteritis

Menurut Nuari (2015:204) mekanisme dasar yang menyebabkan

gastroenteritis yaitu:

1. Masuknya virus, bakteri atau toksin, parasite. Beberapa

mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,

memproduksi enterotoksin atau cytotoksin dimana merusak sel-sel

atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut

2. Gangguan osmotic (makanan yang tidak tepat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat

sehingga terjadi pergeseran air dan elektolit ke dalam rongga usus

berlebihan sehingga timbul diare)

3. Gangguan motalitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan

hipoperistaltik akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan

elektrolit yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi,

hipoglikemia dan gaungguan sirkulasi darah

Diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup

ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.

Mikroorgainsme tersebut berkembang biak kemudian mengeluarkan

toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya

akan menimbulkan diare. Bakteri tersebut akan memberikan efek


11

langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen

gastrointestinal (Elmeida, 2015: 171)

Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan elektrolit

memberikan manifestasi pada ketidakseimbangan asam basa dan

gangguan sirkulasi yaitu terjadinya gangguan keseimbangan asam basa

(Elmeida, 2015: 171)


12

2.1.6 Pathway Gastroenteritis

2.1.7FaktorPathway
Infeksi Faktor malabspsi Faktor makanan Faktor psikologis

Infeksi bakteri, Absopsi kurang Makanan basi, stimulasi simpatik


infeksi virus dan beracun, alergi
parasit terhadap makanan
Tekanan osmotic
HCL meningkat
Melepas toksin meningkat
Toksin tidak dapat
di abospsi
Pergeseran air dan Iritasi saluran
Masuk di dalam elektrolit ke hiperperistaltik cerna
usus rongga usus

Kemampuan
Hipersekresi air Peregangan Motilitas asam
absopsi menurun
dan elektrolit ke dinding usus meningkat
lumen intestinal

Gastroenteritis

Akut Kronis

Distensi Menurunnya
Frekuensi BAB meningkat abdomen kesempatan
usus
menyerap
Mual, muntah makanan
BAB terus Hilang cairan dan
menerus elektrolit berlebih
malnutrisi
Nafsu makan
Iritasi sekitar menurun
dehidrasi Kurang
anus Metabolism
informasi
Ketidakseim menurun
Deficit bangan
Gangguan volume Defisiensi
integritas nutrisi
cairan / pengetahuan keletihan
kulit kurang dari
hipovolemia kebutuhan
tubuh Intoleransi
aktivitas

Gambar 2.1 Patofisiologi Gastroenteritis Pada Anak


Berdasarkan Wijayaningsih (2015), Elmeida (2015), & Nuari (2015)
13

2.1.7 Komplikasi Gastroenteritis

Menurut Maryunani (2014:325) akibat yang ditimbulkan dari

gastroenteritis adalah:

1. Dehidrasi

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak

dari pemasukan (input), merupakan penyeban kematian pada diare

(Wijayaningsih, 2015:80)

2. Renjatan hipovolemik

Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,

asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak

kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal

(Wijayaningsih, 2015:80)

3. Hipokalemia

Gejala yang muncul adalah metorismus, hipotoni oto,

kelemahan, bradikardi dan perubahan pada pemeriksaan EKG

4. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada anak 2-3% yang menderita diare,

lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita kekurangan

energi (Wijayaningsih, 2015:80)

5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi

enzim laktosa

6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik


14

7. Malnutrisi energi protein

Sewaktu anak menderita diare sering terjadi gangguan gizi

sebagai akibat terjadinya penurunan berat badan karena makanan

sering dihentikan oleh orang tua takut diare atau muntah, makanan

diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi (Susilaningrum,

2014:166)

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Gastroenteritis

Menurut Nuari (2015:207) pemeriksaan yang diperlukan pada

pasien gastroenteritis yaitu:

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

Dalam keadaan normal jumlah tija berkisar antara 100-250

gram perhari. Tinja dalam kedaaan sangat lunak dan cair disertai

darah berlendir. Dalam pemeriksaan mikroskopis didapatkan

didapatkan bentuk trofozoit

b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet

dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan

menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

Normalnya hasil pemeriksaan kadar ureum yaitu 20 – 40 mg/dl,

sedangkan kadar kreatinin yaitu 0,5 – 1,5 mg/dl

4. Intubasi duodenum yang berfungsi untuk mengetahui jasad renik atau

parasit secara kualitatif dan kuantitatif


15

5. Pemeriksaan Darah

Pada diare inflamasi ditemukan lekosit, LED yang meningkat

dan hipoprotenemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankan

protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal, serum albumin

menurun

2.2 Konsep Dasar Cairan Elektrolit dan Asam Basa

2.2.1 Definisi

Cairan tubuh adalah air yang berada di dalam tubuh dan solute atau

zat terlaurut yang terdiri dari elektrolit, seperti natrium, kalium, kalsium,

magnesium, karbonat, klorida, sulfat, fosfat, dan bikarbonat dan non

elektrolit (Suharyanto & Madjid, 2013:29)

2.2.2 Distribusi Cairan Tubuh

Seluruh cairan manusia didistribusikan di antara dua kompartemen

utama yaitu ekstraseluler dan intraseluler. Kompartemen meliputi cairan

dalam rongga synovial, peritoneum, pericardium dan intraocular serta

cairan serebrospinal. Cairan ektraseluler dikelompokkan lagi dalam dua

bentuk yaitu cairan interstisial dan cairan intravaskuler. (Heriana,

2014:309)

2.2.3 Komposisi Cairan Tubuh

Cairan ekstraseluler dan intraseluler berisi oksigen dar paru,

nutrient terlarut dari saluran pencernaan, produk sisa metabolism seperti

karbon dioksida dan partikel ion (Tamsuri, 2009:11). Komposisi cairan

tubuh dapat digambarkan pada table 2.1


16

Tabel 2.1 Komposisi cairan tubuh berdasarkan sumber


Tamsuri (2009:11)
Plasma Interstisial Intraselular
Zat (mOsm/l) (mOsm/l) (mOsm/l)
Na+ 143 139 14
K+ 4,2 4,0 140
Ca2+ 1,3 1,2 0
Mg2+ 0,8 0,7 20
Cl- 108 108 4
HCO3- 24 28,3 1,0
HPO4-, H2PO4 2 2 11
SO42- 0,5 0,5 1
Fosfokrteatinin - - 45
Kamosin - - 14
Asam amino 2 2 8
Kreatinin 0,2 0,2 9
Laktat 1,2 1,2 1,5
Adenosine trifosfat - - 5
Heksosa monofasfat - - 3,7
Glukosa 5,6 5,6 -
Protein 1,2 1,2 4
Ureum 4 4 4
Lain-lain 4,8 3,9 10
Total mOsm/l 301,8 300,8 301,2
Aktivitas osmolar 282 281 281
terkoreksi
Tekanan osmotic 5443 5423 5423

2.2.4 Pergerakan Cairan Tubuh

Menurut Tamsurin (2009:12) perpindahan cairan dan elektrolit

tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu:

1. Difusi

Perpindahan zat terlarut yang berada dalam larutan melalui

membrane semipermeable dari area yang berkonsentrasi tinggi ke area

yang berkonsentrasi rendah


17

2. Filtrasi

Proses dimana cairan dan subtansi yang dapat berdisfusi

bergerak bersama-sama melalui membrane, tekanan cairan yang

bergerak dari tekanan yang lebih besar ke tekanan yang lebih kecil

3. Transport Aktif

Perpindahan larutan atau molekul melintasi membrane dari

daerah berkonsentrasi rendah ke daerah berkonsentrasi tinggi.

2.2.5 Kebutuhan Cairan Pada Anak

Menurut Heriana (2014:320) Kebutuhan asupan cairan per hari

berdasarkan usia dan berat badan sebagai berikut:

Table 2.2 Asupan Cairan Pada Anak


Berat Badan Kebutuhan Cairan
No Usia
(kg) (mL/24 jam)
1. 3 hari 3,0 250-300
2. 1 tahun 9,5 1.150-1.300
3. 2 tahun 11,8 1.350-1.500
4. 6 tahun 20,0 1.800-2.000
5. 10 tahun 28,7 2.000-2.500
6. 14 tahun 45,0 2.200-2.700

2.2.6 Keseimbangan Asam-Basa

Dalam kedaan normal pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45.

Ketidakseimbangan asam bada dapat mengakibatkan asidosis dan alkalosis

(Heriana, 2014:311)

Pengaturan keseimbangan asam basa dilakukan pleh paru melalui

pengangkuta kelebihan CO2 dan H2CO3 dari darah (Heriana, 2014:311)


18

2.2.7 Ketidakseimbangan Asam Basa

Menurut Suharyanto & Madjid (2013:29) ketidakseimbangan asam

basa yaitu:

1. Asidosis respiratorik, kegagalan sistem pernapasan dalam membuang

CO2 dari cairan tubuh

2. Alkalosis respiratori, kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan

pernapasan yang tinggi

3. Asidosis metabolic, penumpukan abnormal ion hydrogen

4. Alkalosis metabolic, mencerna sebagian basa

2.2.8 Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan

Menurut Heriana (2014:330) faktor yang mempengaruhi

keseimbangan cairan yaitu:

1. Usia

Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh,

metabolism yang diperlukan dan berat badan

2. Temperature Lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang

dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 gram/hari

3. Diet

Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah

cadangan energy, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari

intestisial ke intraseluler
19

4. Sakit

Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan

jantung, gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan

2.2.9 Tindakan Keperawatan

Menurut Elmeida (2015:176) tindakan keperawatan untuk rehidrasi pada

pasien gastroenteritis yaitu:

1. Cairan Per Oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang dapat diberikan

oralit yang mempunyai komposisi campuran Natrium Klorida, Kalium

Klorida, Glukosa, dan Natrium Bikarbonat

Tabel 2.3 kebutuhan oralit per kelompok umur menurut Elmeida


(2015:176)
Umur Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang
diberikan tiap BAB disediakan dirumah
< 12 bulan 50–100 ml 400 ml/hari (2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600 – 800 ml/hari (3 – 4
bungkus
> 5 tahun 200-300 ml 800 – 100 ml/hari (4 – 5
bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200 – 2800 ml/hari

2. Cairan Parenteral

Menurut Alimul Aziz (2015:459) Pada prinsipnya jumlah

cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah

cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan

dapat dihitung dengan cara / rumus sebagai berikut:

a. BJ Plasma dengan rumus:

𝐵𝐽 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑚𝑎−1,025
Kebutuhan cairan = 𝑥 𝐵𝐵 𝑥 4𝑚𝑙
0,001

b. Metode Pierce, berdasarkan klinis

1) Dehidrasi ringan,kebutuhan cairan = 5% x BB (kg)


20

2) Dehidrasi sedang,kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)

3) Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)

c. Rumus Metode Resusitasi Berdasarkan Jam Pemberian

1) Langkah 1 perhitungan :

a) Derajat dehidrasi x BB

b) Rumus pembeian = (20-40 cc) x BB

c) Rute 30-60 menit

2) Langkah 2 pemberian cairan:

a) Syok gerojok dengan waktu 30-60 menit

b) Masih syok grojok dengan waktu 30-60 menit

3) Langkah 3 Maintenance (sisa/defisit)

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Gatroenteritis Akut

2.3.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien

a. Usia

Sering terjadi pada anak usia 1-4 tahun (Yusuf, 2011:266)

tetapi, paling tinggi umur 6-11 bulan karena pada masa ini mulai

diberikan makanan pendamping (Susilaningrum, 2014:168)

b. Jenis Kelamin

Perbandingan kejadian gastroenteritis antara anak laki-laki

hampir sama dengan anak perempuan (Sodikin, 2012:118)


21

2. Identitas Orang Tua

Pada pasien gastroenteritis biasanya ditemukan pada keluarga

yang mempunyai status ekonomi yang rendah (Palupi, 2009:1)

3. Identitas Saudara Kandung

Saudara kandung tidak memengaruhi penyakit gastroenteritis,

karena gastroenteritis bukan penyakit keturunan tetapi, gastroenteritis

bisa ditularkan lewat fecal oral (Susilaningrum, 2014:169)

4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Keluhan Utama

Pasien gastroenteritis biasanya mengeluh BAB lebih

dari 4 kali dalam 24 jam dengan konsisten feses encer, dapat

berwarna hijau ataupun bercampur lendir (Elmeida, 2015:166)

2) Alasan masuk RS

Pada pasien gastroenteritis biasanya mengeluh demam,

diare disertai muntah (Wijayaningsih, 2015:80)

3) Keluhan Pada Saat Pengkajian

Paliatif: Pasien gastroenteritis biasanya mengeluh bayi atau

anak cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, BAB

terus menerus (Susilaningrum, 2014:169)

Quality: Pada kasus gastroenteritis konsisten feses cair, bisa

bercampur lendir, warna tinja berubah menjadi

kehijau-hijauan (Susilaningrum, 2014:169)

Regio: Terdapat lecet dan kemerahan pada kulit sekitar anus


22

(Wijayaningsih, 2015:80).

Skala: Frekuensi buang air besar paling sedikit 4 kali dalam

24 jam (Wijayaningsih, 2015:80).

Time: Diare akut terjadi < 14 hari dan diare kronik lebih

dari 14 hari (Elmeida, 2015:172)

b. Riwayat Kesehatan Masa lalu

1) Prenatal: bakteri E. Coli yang masuk melalui sirkulasi darah ibu

ke plasenta janin yang biasanya dapat menyebabkan diare pada

bayi atau anak (Elmeida, 2015:175)

2) Intranatal: infeksi intranatal oleh mikroorganisme dari vagina

dan partus lama yang sering dilakukan periksa dalam juga

biasanya (Elmeida, 2015:175)

3) Neonatal: infeksi terjadinya pada bayi atau anak melalui

kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril

(Elmeida, 2015:175).

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya disebabkan karena pengetahuan tentang kesehatan

yang relatife rendah, pendapatan yang rendah dan akses terhadap

layanan kesehatan yang sulit di jangkau baik dari sisi jarak maupun

membayar (Sodikin: 2012:118)


23

5. Riwayat Imunisasi

Tabel 2.4 Riwayat Imunisasi


No Jenis Imunisasi Waktu Frekuensi Reaksi Setelah
Pemberian Pemberian

1. BCG Bayi baru lahir- 1 kali Kemerah-merahan


usia < 2 bulan disekitar suntikan, dapat
timbul luka yang lama
sembuh di daerah
suntikan

2. DPT Pada bayi > 2 3 kali dengan Demam, nyeri pada


bulan interval 4 tempat suntikan 1-2 hari
minggu
3. Polio 1 bulan, 2 5x Demam, hilangnya nafsu
bulan, 3 bulan, makan
4 bulan dan 9
bulan
4. Campak Pada bayi umur 1x Demam, diare, ruam
9 bulan setelah 7-12 hari pasca
imunisasi
5. Hepatitis Waktu baru 3 kali Nyeri, bengkak daerah
lahir atau lebih, suntikan, panas, mual
1 bulan atau
lebih, 6 bulan
atau lebih, 10
tahun atau lebih
Sumber: Maryunani, 2014:136

6. Riwayat Tumbuh Kembang

1) Pertumbuhan Fisik

a) Berat Badan

(1) Bayi

(a) Saat lahir, berat badan berubah-ubah daripada

tinggi/panjang badan yang merupakan refleksi

lingkungan intrauteri

(b) Rata-rata berat badan bayi baru lahir berkisar antara

3,175-3,4 kg

(c) Pada usia 4-7 bulan, berat badan bayi menjadi dua

kali lipat berat badan bayi baru lahir (=2 x BB lahir)


24

(d) Sampai usia 1 tahun, berat badan bayi menjadi tiga

kali lipat berat badan bayi baru lahir (=3 x BB lahir)

(Maryunani, 2014:42)

(2) Balita (toddler)

(a) Pertambahan berat badan anak usia toddler (1-3

tahun) mencapai 1,8-2,7 kg per tahun

(b) Pada usia 2 tahun, berat badan anak sekitar 12kg

(c) Pada usia 2,5 tahun, berat badan anak mencapai

sekitar 4 kali berat badan bayi baru lahir (4 x BB

lahir)

(Maryunani, 2014:75)

(3) Anak Pra-sekolah

(a) Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi

penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB

14,6 kg

(b) Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampi

sama dengan tahun sebelumnya. BB mencapai 16,7

kg

(c) Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa

pra-sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg

(Maryunani, 2014:104)
25

b) Tinggi Badan

(1) Bayi

(a) Pertambahan panjang badan dari panjang badan bayi

ketika lahir hingga usia 6 bulan pertama sekitar 2,5

cm per bulan

(b) Enam bulan berikutnya hingga 12 bulan

pertambahan panjanggnya 1,25 cm per bulan, dan

mencapai 50% dari panjang badan lahir pada akhir

tahun pertama

(Maryunani, 2014:41)

(2) Balita (toddler)

(a) Anak usia toddler (1-3 tahun) ini mengalami

kenaikan tinggi badan sekitar 7,5 cm per tahun

(b) Pada usia 2 tahun, anak usia ini memiliki ukuran

tinggi badan sekitar 86,6 cm

(c) Tinggi badan pada usia 2 tahun, tingginya sekitar

setengah dari tinggi badan orang dewasa

(Maryunani, 2014:74)

(3) Anak Pra-Sekolah

(a) Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi

penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-

rata 95 cm

(b) Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir

sama dengan tahun sebelumnya. TB mencapai 103


26

cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari

TB saat lahir

(c) Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa

pra-sekolah TB rata-rata mencapai 110 cm

(Maryunani, 2014:103)

c) Waktu Tumbuh Gigi

Menurut Maryunani (2014:156) urutan tumbuhnya

gigi adalah:

(1) Gigi seri satu pada saat bayi berusia 6-7 bulan

(2) Gigi seri dua di usia 16-18 bulan

(3) Gigi geraham pertama di usia 12-14 bulan

(4) Gigi geraham dua di usia 20-24 bulan

2) Perkembangan Tiap Tahap

Menurut Maryunani (2014:61) usia tiap tahap anak

perkembangan adalah:

a) Berguling usia 5 bulan

b) Duduk usia 8 bulan

c) Merangkak usia 7 bulan

d) Berdiri usia 10 bulan

e) Berjalan usia 12 bulan

f) Senyum pertama kali kepada orang lain biasanya umur 2

bulan

g) Pada umur 10 bulan biasanya anak sudah bisa menirukan

kata-kata mama, papa


27

7. Riwayat Nutrisi

Menurut Susilaningrum (2014:169) riwayat nutrisi pada

anak diare yaitu:

1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat

mengurangi resiko diare dan infeksi serius

2) Pemberian susu formula, apakah dalam pemberian

menggunakan air masak, di berikan botol atau dot, karena botol

dan dot yang tidak bersih akan mudah terjadi pencemaran

3) Perasaan haus dengan tanpa dehidrasi tanpa merasa haus

(minum biasa), pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus,

ingin minum banyak, sedangkan pada dehidrasi berat, anak

malas atau tidak bisa minum

8. Riwayat Psikososial

Anak sangat bergantung kepada orang tuanya dan jika anak

dipisahkan dengan orang tuanya maka akan mempengaruhi psiko anak

dan bisa mengakibatkan anak tersebut stress. faktor yang menimbulkan

diare salah satunya adanya faktor psikologis. Biasanya pada anak

gastoenteitis terjadi perubahan mental (Nauri, 2015: 204)

9. Riwayat Spritual

Pada agama islam mengajarkan untuk menjaga kebersihan

karena kebersihan sebagian dari iman, jika anak tersebut tidak menjaga

kebersihan maka akan menyebabkan diare (Nauri, 2015: 204)


28

10. Riwayat Hospitalisasi

a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

Biasanya pada ibu yang tidak mempunyai pengetahuan

lebih tinggi akan mengkhawatirkan anaknya (Nauri, 215:204)

b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

Biasanya pada anak usia toddler sudah mengerti dengan

rawat inap karena anak biasanya cemas akan perpisahan dengan

lingkungan yang dikenal dan terjadi perubahan kegiatan rutin

(Nauri, 2015:205)

11. Aktivitas Sehari-Hari

a. Nutrisi

1) Sebelum sakit

Pada nutrisi biasanya anak makan nasi, lauk pauk,

dengan pola makan makan teratur frekuensi 3 kali sehari dan

nafsu makan baik (Irawan, 2016:105)

2) Saat sakit

Saat dirumah sakit biasanya anak makan bubur, terjadi

penurunan nafsu makan karena mengalami diare yang terus

menerus sehingga dapat kehilangan berat badan (Irawan,

2016:105)

b. Cairan

1) Sebelum sakit

Pada anak gastroenteritis saat sebelum sakit

memerlukan cairan sesuai dengan berat badan dan usia anak


29

Table 2.5 Asupan Cairan Pada Anak Sebelum Sakit


Berat
Kebutuhan Cairan
Usia Badan
(mL/24 jam)
(kg)
3 hari 3,0 250-300
1 tahun 9,5 1.150-1.300
2 tahun 11,8 1.350-1.500
6 tahun 20,0 1.800-2.000
10 tahun 28,7 2.000-2.500
14 tahun 45,0 2.200-2.700

2) Saat sakit

Pada anak gastroenteritis membutuhkan cairan sesuai

dengan tingkat derajat dehidrasinya dan mengeluh haus

(Susilaningrum, 2014:170)

c. Eliminasi (BAK & BAB)

1) Sebelum sakit

a) BAK

Biasanya BAK dengan frekuensi 4-5 x/hari, dengan

warna kuning jernih dan bau amoniak (Irawan, 2016:106)

b) BAB

Frekuensi BAB 1-2 x/hari dengan warna kuning dan

konsistensi lunak (Irawan, 2016:106)

2) Saat sakit

a) BAK

Frekuensi 3-4 x/hari, warna kuning jernih dan bau

amoniak, terjadi penurunan volume urin f=dan peningkatan

konsentrasi urin (Irawan, 2016:106)


30

b) BAB

Frekuensi > 4 x/hari warna kuning kecoklatan dan

konsistensi encer,berlendir atau berampas (Irawan,

2016:106)

d. Istirahat tidur

1) Sebelum sakit

Biasanya anak tidur selama 8-9 jam dalam sehari

(Elmeida, 2015:176)

2) Saat sakit

Anak hanya tidur 6-7 jam karena anak sering rewel dan

terbangun pada malam hari (Elmeida, 2015:176)

e. Personal Hygiene

1) Sebelum sakit

Biasanya anak mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/ hari, cuci

rambut 3 x/ minggu, ganti pakaian setiap mandi (Elmeida,

2015:176)

2) Saat sakit

Pada saat sakit anak biasanya personal hygiene kurang

karena anak terbaring lemah di atas tempat tidur (Elmeida,

2015:176)

f. Aktivitas

1) Sebelum sakit

Biasanya pada anak-anak usia toddler sehari-hari

dengan bermain (Maryunani, 2014:79)


31

2) Saat sakit

Aktivitas sehari-hari tidak bisa terpenuhi, karena anak

rewel dan terbaring lemah karena kekurangan cairan dan anak

mengeluh lelah dan biasanya dispnea sesudah aktivitas

(Maryunani, 2014:79)

12. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Lemah, kesadaran composmentis sampai koma, gelisah,

rewel, lesu, suhu tubuh mungkin menibgkat, nadi cepat dan lemah,

pernapasan agak cepat (Haryono, 2012:81)

b. Tanda-Tanda Vital

1) Tekanan darah : Normalnya pada bayi 70-90/50 mmHg, Anak

80-100/60 mmHg, pada anak gastroenteritis terjadi penurunan

tekanan darah

2) Nadi : Normalnya pada bayi 120-130 x/menit, Anak 80-90

x/menit, pada anak gastroenteritis disertai dehidrasi terjadi

peningkatan frekuensi nadi

3) Suhu : Normalnya 36,60C – 37,20C, pada anak gastroenteritis

dengan dehidrasi terjadi peningkatan suhu tubuh

4) Respirasi : Normalnya bayi 30-40 x/menit, Anak 20-30 x/menit

(Susilaningrum, 2014:170)

c. Berat Badan

Anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami

penurunan berat badan sebagai berikut:


32

Table 2.6 Penurunan Berat Badan


Tingkat Dehidrasi Kehilangan berat badan
Bayi Anak
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 6% (60 ml/kg)
ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 9% (90 ml/kg)
ml/kg)
Sumber : Susilaningrum (2014:170)

d. Tinggi Badan

Anak usia 1-3 tahun mengalami kenaikan tinggi badan

sekitar 7,5 cm per tahun (Maryunani, 2014: 74).

e. Head To Toe

1) Kepala

Inspeksi: Rambut berwarna hitam, ubun-ubun cekung pada bayi

yang berusia < 2 tahun, rambut rontok

Palpasi: biasanya tidak teraba adanya massa/ benjolan, tidak

ada nyeri tekan (Susilaningrum, 2014:169)

2) Muka

Inpeksi: Wajah pucat dan merintih kesakitan, bentuk kepala

bronchiocepalus

Palpasi: tidak ada nyeri tekan (Susilaningrum, 2014:169)

3) Mata

Inspeksi: Bentuk kelopak mata normal pada anak yang diare

tanpa dehidrasi dan kelopak mata cekung pada anak diare

dengan dehidrasi (Susilaningrum, 2014:169)


33

4) Hidung

Inspeksi: posisi hidung simetris, biasanya terdapat secret pada

anak diare disertai pilek (Susilaningrum, 2014:169).

5) Telinga

Inspeksi: posisi telinga simetris, bentuk telinga sama

Palpasi: tidak ada nyeri tekan (Maryunani, 2014:76).

6) Mulut

Inspeksi: selaput mukosa mulut terlihat kering karena dehidrasi,

terdapat sariawan (Susilaningrum, 2014: 170)

7) Tenggorokan

Inspeksi: Pada anak dehidrasi tenggorokan akan terlihat kering,

tidak ada nyeri telan (Susilaningrum, 2013:170).

8) Leher

Inspeksi: tidak ada jaringan parut, tidak ada pembesaran pada

leher

Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, teraba denyut

nadi karotis

(Wijayaningsih, 2015:78)

9) Thorax dan pernapasan

Inspeksi: bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi

dinding dada frekuensi nafas 20-30 x/menit

Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa pada dinding

dada

Perkusi: terdengar bunyi sonor pada area paru-paru


34

Auskultasi: bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi nafas

tambahan

(Wijayaningsih, 2015:79)

10) Jantung

Inspeksi: bentuk dada piquen chest, tidak ada pembesaran pada

salah satu dinding dada

Auskultasi: terdengar BJ I lup pada ICS 2 dan 3, BJ II dup pada

ICS 4 dan 5

Perkusi: terdengar suara pekak pada area dada sebelah kiri

Palpasi: teraba denyut jantung apeks pada ICS 5 dan 6

(Haryono, 2012:81)

11) Abdomen

Inspeksi: permukaan perut cekung, tidak ada lesi, tidak nampak

dalam keadaan acites

Auskultasi: bising usus mengalami peningkatan lebih dari 20

x/menit

Perkusi: hypertimpani biasanya didapatkan pada daerah

kuadran 3 dan 4, tympani didapatkan pada kuadan 1, sedangkan

suara pekak terdengar pada kuadan 2

Palpasi: terdapat nyeri tekan

(Wijayaningsih, 2015:79)

12) Genetalia dan Anus

Inspeksi: Terdapat lecet pada kulit dan anus kemerahan

(Wijayaningsih, 2015:79)\
35

13) Ekstermitas

Inspeksi: Terjadi ujung-ujung ekstermitas menjadi dingin dan

terjadi sianosis, terjadi penurunan pengisian vena

(Wijayaningsih, 2015:79)

Palpasi: turgor kulit menurun

13. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

Dengan menggunakan DDST (Denver Development Screning Test)

a. Motorik Kasar

Tabel 2.7 gerakan motoric kasar


Tahap
perkembangan Kasar Sampai dengan
motorik kasar
Tengkurap dari 3,3 bulan 1,3 bulan
posisi terlentang
Terlentang dari 4.6 bulan 1,3 bulan
posisi tengkurap
Duduk dibantu 5,4 bulan 1 bulan
Duduk sendiri 6,2 bulan 1,2 bulan
Merayap 6,5 bulan 1,4 bulan
Duduk setelah 7,4 bulan 1,7 bulan
ditarik
Merembet 8 bulan 1,4 bulan
Berjalan 11,6 bulan 1,6 bulan
Berjalan mundur 14,5 bulan 2,3 bulan
Lari 14, 8 bulan 2,5 bulan
Sumber : Maryunani (2014:76)

b. Motorik Halus

1) Umur 1-2 tahun : anak sudah mampu melangkah dan berjalan

tegak (Hidayat, 2009:22)

2) Umur 2-10 tahun: anak mampu berdiri satu kaki selama 1-5

detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit kejari

kaki dan membuat posisi merangkak (Hidayat, 2009:22)


36

3) Umur 10-12 tahun: usia sekolah ini secara umu aktivitas fisik

pada anak semakin tinggi dan memperkuat kemampuan

motoriknya (Hidayat, 2009:25)

c. Bahasa

1) Umur 1-2 tahun : kemampuan meniru dan mengenal serta

responsife terhadap orang sangat tinggi, mampu menunujukkan

2 gambar (Hidayat, 2009:22)

2) Umur 2-10 tahun: kemampuan bahasa diawali mampu

menunjukkan 4 gambar, menyebutkan kegunaan benda,

menghitung, mengartikan 2 kata (Hidayat, 2009:22)

3) Umur 10-12 tahun : pada tahap ini mempunyai rasa tanggung

jawab dan percaya diri, jika menghadapi kegagalan sering kali

dijumpai reaksi kemarahan (Hidayat, 2009:22)

d. Personal Sosial

1) Umur 1-4 bulan : mulai mengamati tangannya, tersenyum

(Hidayat, 2009:22)

2) Umur 4-8 bulan : jika ada orang asing muai bermai-mainan

(Hidayat, 2009:23)

3) Umur 8-12 bulan : kemampuan untuk bertepuk tangan,

menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir

(Hidayat, 2009:24)

4) Umur 1-2 tahun : memulai membantu kegiatan dirumah,

menyuapi boneka, mulai menggosak gigi serta mencoba

(Hidayat, 2009:25)
37

14. Terapi Pengobatan

a. Keperawatan

Tindakan mandiri perawat dalam menangani pasien gastroenteritis

yaitu memperhatikan derajat dehidrasi dimulai dengan resusitasi

cairan baik oral maupun parenteral serta dapat menganjurkan

minum sebanyak-banyaknya setiap kali setelah pasien defekasi

(Wijayaningsih, 2014: 80).

b. Terapi Medis

1) Obat-obatan

Pastian semua anak yang menderita diare mendapat

tablet Zinc sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan

kecuali bayi muda

Dosis tablet Zinc (tablet = 20 mg)

a) Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari

2) Antibiotik

a) Kolera: Tetrasiklin 50mg/kg/hari

b) Furasolidon: 5 mg/kg/hari

c) Sulfamektoksasol: 25-50 mg/kg/hari

d) Asam Nalidiksat: 55 mg/kg/hari


38

c. Gizi

Menurut Wijayaningsih (2014:80) untuk anak dibawah 1

tahun dan anak-anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang

dari 7 kg, jenis makanan:

1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

lemak tak jenuh)

2) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat)

3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang

ditemukan.

Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang

lebih 100-200 kkal/ kg berat badan dan kebutuhan karbohidrat

yaitu 60-70% dari total energi (Maryunani, 2014:183)

Pada anak diare sebaiknya jangan di puasakan, tetapi

dibatasi pemberian serat (sayur dan buah). Jangan diberikan

makanan berbumbu dan manis dan minuman manis karena

minuman manis akan lebih banyak menyerap cairan dan

menyebabkan diare (Maryunani, 2014:183)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Deficit volume cairan atau hipovolemia

a. Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial atau

intraselular (SDKI PPNI, 2016:64)

b. Gejala Tanda Mayor

1) Subjektif : (tidak tersedia)


39

2) Objektif: Frekuensi nadi meningkat, tekanan darah menurun,

turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin

menurun

(SDKI PPNI, 2016:64)

c. Gejala Tanda Minor

1) Subjektif: Merasa lemah, mengeluh haus

2) Objektif: Pengisian vena menurun, status mental berubah, suhu

tubuh meningkat, konsentrasi urin meningkat, berat badan

turun tiba-tiba

(SDKI PPNI, 2016:64)

d. Kondisi Klinis Terkait: Penyakit Addision, trauma / perdarahan,

luka bakar, AIDS, Muntah, diare, (SDKI PPNI, 2016:64)

2. Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh / Defisit

Nutrisi

a. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme (SDKI PPNI, 2016:56)

b. Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif: (tidak tersedia)

2) Objektif: Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang

ideal (SDKI PPNI, 2016:56)

c. Gajala dan Tanda Minor

1) Subjektif: Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen,

nafsu makan menurun


40

2) Objektif: Bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat,

sariawaan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan,

diare (SDKI PPNI, 2016:56)

d. Kondisi Klinis Terkait: Stroke, parkinson, mobius syndrome,

cerebral palsy, cleft lip, cleft palate, amyotropic lateral sclerosis,

kerusakan neuromuskular, luka bakar, kanker, infeksi, AIDS,

penyakit Crohn’s (SDKI PPNI, 2016:56)

3. Gangguan Integritas Kulit

a. Definisi : Keruskan kulit (dermis atau epidermis) atau jaringan

(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago,

kapsul sendi dan ligamen) (SDKI PPNI, 2016:282)

b. Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif: (tidak tersedia)

2) Objektif: Kerusakan jaringan dan lapisan kulit

(SDKI PPNI, 2016:282)

c. Gejala dan Tanda Minor

1) Subjektif: (tidak tersedia)

2) Objektif: Nyeri, kemerahan

(SDKI PPNI, 2016:282)

d. Kondisi Klinis Terkait: Imobilisasi, gagal jantung kongestif,

diabetes militus, imunodefisiensi (SDKI PPNI, 2016:282)

4. Defisit Pengetahuan

a. Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang

berkaitan dengan topik tertentu (SDKI PPNI, 2016:246)


41

b. Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif: Menanyakan masalah yang dihadapi

2) Objektif: Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,

menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah (SDKI

PPNI, 2016:246)

c. Gejala dan Tanda Minor

1) Subjektif: (tidak tersedia)

2) Objektif: Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, enunjukkan

perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan, agitasi, histeria)

(SDKI PPNI, 2016:246)

d. Kondisi Klinis Terkait: Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh

klien, penyakit akut, penyakit kronis (SDKI PPNI, 2016:246)

5. Intoleransi Aktivitas

a. Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-

hari (SDKI PPNI, 2016:128)

b. Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif: Mengeluh lelah

2) Objektif: Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi

istirahat (SDKI PPNI, 2016:128)

c. Gejala dan Tanda Minor

1) Subjektif: Dispnea saat setelah aktivitas, merasa tidak nyaman

setelah beraktivitas, merasa lemah


42

2) Objektif: Tekanan darah berubah .> 20% dari kondisi istirahat,

Sianosis

(SDKI PPNI, 2016:128)

d. Kondisi Klinis Terkait: Anemia, gagal jantung kongestif, penyakit

jantung koroner, penyakit kantup jantung, aritmia, Penyakit Paru

Obstruksi Kronis (PPOK), gangguan metabolik, gangguan

muskuloskeletal (SDKI PPNI, 2016:128)

2.3.3 Intervensi Keperawatan

1. Deficit volume cairan atau Hipovolemia

a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan cairan klien

terpenuhi dalam waktu 1x 24 jam (Wilkinson, 2016:178)

b. Kriteria Hasil:

1) Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan oleh

keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat, dan status nutrisi:

asupan makanan dan cairan yang adekuat (Wilkinson,

2016:178).

c. Intervensi NIC

Menurut Wilkinson (2016:178) Nursing Intervention

Classification (NIC)

1) Edukasi

a) Berikan edukasi tentang pentingnya cairan dan elektrolit

bagi tubuh

Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang

kebutuhan cairan dalam tubuh


43

2) Tindakan keperawatan

a) Pertahankan intake dan ouput yang akurat

Rasional : Mengetahui intake dn output cairan sehingga bisa

melakukan tindakan yang tepat

b) Observasi pengeluaran klien (BAB)

Rasional : untuk mengetahui keluaran klien

3) Observasi

a) Memonitoring cairan dan elektrolit

Rasional: Mengetahui intake dan output

b) Obsevasi kehilangan cairan yang tinggi elektrolit

Rasional: untuk mengetahui cairan yang hilang

4) Kolaborasi

a) Berkolaborasi memberikan terapi IV sesuai program

Rasional: Memenuhi kebuthan cairan dalam tubuh pasien.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau Defisit

Nutrisi

a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

diharapkan nutrisi klien tercukupi (Wilkinson, 2016:282)

b. Kriteria hasil : keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS

4-5-6, bising usus 8 – 12x/menit, klien menghabiskan posi diit yang

dibeikan rumah sakit, mulut normal tidak pecah-pecah, BB dalam

batas nomal. (Wilkinson, 2016:282)


44

c. Intervensi NIC

Menurut Wilkinson (2016:285) Nursing Intervention

Classification (NIC)

1) Edukasi

a) Jelaskan kepada keluarga klien pentingya menjaga asupan

nutrisi untuk klien

Rasional: penjelasan ini betujuan untuk keluarga klien lebih

mengerti tentang kebutuhan nutrisi

2) Tindakan keperawatan

a) Anjukan klien untuk makan sedikit tapi sering

Rasional : supaya nutrisi pada klien terpenuhi dan

mengurangi resiko mual, muntah

b) Anjurkan ibu klien untuk mengoleskan madu ke bibir klien

Rasional : untuk menjaga bibir tetap lembab dan

mempercepat proses penyembuhan pada bibir yang pecah-

pecah

3) Observasi

a) Pantau berat badan pasien tiap hari

Rasional: mengetahui perubahan berat badan dan evaluasi

hasil

4) Kolaborasi

a) Diskusikan dengan ahli gizi jika diperlukan jumlah kalori

dan jenis zat gizi yang dibutuhkan

Rasional: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien


45

b) Kolaborasi pemeberian ranitidine

Rasional : untuk mengurangi mual dan muntah

3. Gangguan integritas kulit

a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

diharapkan tidak terjadi gangguan pada integritas kulit (Wilkinson,

2016:397).

b. Kriteria hasil : Suhu permukaan normal, kulit tidak kemerahan dan

tidak ada tanda peradangan. Sensasi perifer, kulit elastisitis dan

lembab, intergritas kulit dalam keadaan baik, perfusi jaringan baik.

Tidak ada pigmentasi abnormal, tidak ada lesi, tidak ada

perdarahan, tidak ada edema dan nyeri (Wilkinson, 2016:398).

c. Intervensi NIC

Menurut Wilkinson (2016:398) Nursing Intervention

Classification (NIC)

1) Edukasi

a) Berikan penyuluhan tentang perawatan luka dan

mempertahankan luka tetap kering saat mandi

Rasional: untuk mempercepat kesembuhan luka

2) Tindakan keperawatan

a) Lakukan perawatan luka

Rasional: memfasilitasi penyembuhan luka

3) Observasi

a) Kaji adanya tanda-tanda infeksi


46

Rasional: memberikan informasi adanya tanda-tanda

peradangan (infeksi)

b) Pengendalian infeksi

Rasional: meminimalkan penebaan dan penulaan agens

infeksius

4) Kolaborasi

a) Konsultasikan pada dokter dan ahli gizi tentang

implementasi pemberian makanan dan nutrisi

Rasional: untuk mempercepat penyembuhan luka

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

diharapkan keluarga mampu mengidentifikasi kebutuhan terhadap

informasi (Wilkinson, 2016:247)

b. Kriteria Hasil:

1) Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan

tentang program terapi

c. Intervensi NIC

Menurut Wilkinson (2016:249) Nursing Intervention

Classification (NIC)

1) Edukasi

a) Beri penyuluhan sesuai dengan tingkat pemahaman

pasien

Rasional: membantu pasien atau keluarga untuk

mengetahui informasi
47

b) Beri penyuluhan terjadinya proses penyakit

Rasional: membantu pasien/keluarga memahami informasi

yang berhubungan dengan poses penyakit tersebut

2) Tindakan keperawatan

a) Berinteraksi dengan pasien dengan cara yang tidak

menghakimi untuk memfasilitasi pembelajaran

Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan pasien

3) Observasi

a) Beri waktu kepada pasien untuk mengajukan beberapa

pertanyaan dan mendiskusikan permasalahannya

Rasional: mengetahui masalah atau tingkat ketidak tahuan

pasien

b) Identifikasi resiko

Rasional: menganalisis faktor resiko potensial

4) Kolaborasi

a) Rencanakan penyesuai dalam terapi bersama pasien dan

dokter untuk memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti

program terapi

Rasional: membantu pasien untuk mengikuti pogram

terapi

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan

a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam

diharapkan klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat

ditoleransi (Wilkinson, 2016:15)


48

b. Kriteria hasil :

Pasien akan :

1) Mengidentifikasikan aktivitas atau situasi yang menimbulkan

kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas.

2) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan

peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan

tekanan darah.

3) Menampilkan aktivitas kebutuhan sehari-hari dengan beberapa

bantuan (misalnya, eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk

ke kamar mandi).

(Wilkinson, 2016:16)

c. Intervensi NIC

Menurut Wilkinson (2016:16) Nursing Intervention

Classification (NIC)

1) Edukasi

a) Berikan penyuluhan mengenali tanda dan gejala

intoleransi aktivitas termasuk kondisi yang perlu

dilaporkan kepada dokter

Rasional: untuk menambah pengetahuan tentang

intoleransi aktivitas

b) Berikan penyuluhan cara penggunaan tehnik nafas

terkontrol

Rasional: membantu pasien mengontol pola nafas saat

beaktivitas
49

2) Tindakan keperawatan

a) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari

tempat tidur, berdiri, ambulasi

Rasional: mempermudah pasien untuk melakukan

aktivitas yang benar

3) Observasi

a) Pantau respons oksigen pasien

Rasional: agar tidak memperberat terhadap aktivitas

perawatan diri pasien

b) Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah

aktivitas

Rasional: mengetahui peubahan tanda-tanda vital pasien

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi

Rasional: untuk merencanakan program aktivitas pasien

b) Kolaborasi pemberian obat nyeri sebelum aktivitas,

apabila nyeri merupakan salah satu faktor penyebab

Rasional: mengurangi rasa nyeri

2.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri

(independen). Tindakan mandiri (Independen) adalah aktivitas perawat

yang didasarkan pada hasil kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan

merupakan petunjuk atau perintah dari kesehatan lain. Tindakan kolaborasi


50

adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter

dan petugas kesehatan lainnya (Tarwoto, 2010:7)

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari

hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan (Tarwoto, 2010:8)


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Penelitian studi kasus adalah penelitian yang meneliti fenomena kontemporer

secara utuh dan menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya, dengan

menggunakan berbagai sumber data (Sugiyono, 2015:220). Keuntungan

menggunakan studi kasus adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah

respondennya sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subjek

secara jelas (Nursalam, 2013:161)

Studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasi komparasi masalah

Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Pada Anak Dengan Defisit Volume

Cairan di Ruang Mas Alit RSUD Blambangan

3.2 Batasan Istilah

Judul dalam proposal ini adalah Asuhan Keperawatan Gastroenteritis

Pada Anak Dengan Defisit Volume Cairan dan Elektrolit

Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus

besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung

bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih

banyak dengan konsisten encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-

muntah (Nuari, 2015:203).

51
52

Defisit volume cairan merupakan kehilangan air (output) lebih banyak

dari pemasukan (input), jika diare terus menerus makan akan menyebabkan

dehidrasi yang mengakibatkan kematian (Wijayaningsih, 2015:80)

3.3 Partisipan

Informan atau partisipan dalam penelitian adalah orang atau pelaku

yang benar-benar tahu dan menguasai masalah, serta terlibat lansung dengan

masalah penelitian (Sugiyono, 2015:221). Mengunakan metode penelitian

kualitatif, maka peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor

kontekstual, jadi dalam hal ini responden dijaring sebanyak mungkin

informasi dari berbagai sumber. Penentuan sampel atau informan (partisipan)

dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang

maksimum (Sugiyono, 2015:221)

Partisipan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pasien

Pasien dapat diperoleh data tentang data objektif meliputi tanda

dan gejala, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan fisik.

2. Keluarga

Data yang diperoleh dari keluarga meliputi genogram, riwayat

penyakit keluarga, riwayat lingkungan, riwayat penyakit sekarang dan

riwayat dahulu.
53

3. Petugas Kesehatan

a. Perawat

Data yang di peroleh data perawat meliputi tentang keadaan

dan kondisi pasien selama dirumah sakit atau kondisi saat pertama

pasien datang dirumah sakit.

b. Dokter

Data yang diperoleh dari dokter meliputi terapi medis yang

diberikan pada pasien, kronologi atau patofisiologi penyakit yang

diderita pasien dan perkembangan kondisi pasien selama dirumah

sakit.

c. Petugas Laboratorium atau Radiologi

Data yang diperoleh dari petugas laboratorium atau radiologi

meliputi hasil pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium.

d. Ahli Gizi

Dari ahli gizi dapat diperoleh data tentang diet yang harus

diberikan pada pasien gastroenteritis dan makanan yang tidak boleh

dimakan oleh pasien

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi: Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Anak RSUD

Blambangan Banyuwangi

2. Waktu: Studi kasus ini dilakukan selama 2 minggu pada tanggal 3 juli

sampai 15 juli 2017 di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi


54

3.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dapat dilihat dengan dua cara yaitu secara

kualitatif dan kauntitatif. Secara kualitatif pengumpulan data ini dilakukan

dengan wawancara langsung pada klien atau keluarga klien, observasi pada

klien dengan menggunakan teknik body system dan pola fungsi kesehatan

(Nursalam, 2013:67). Sedangkan cara kuantitatif dilakukan pemeriksaan yang

berupa hasil angka, seperti pengukuran tinggi badan, berat badan, tanda-tanda

vital, skala nyeri (Nursalam, 2013:68) Pengumpulan data dapat dilakukan

dengan beberapa hal yaitu:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati langsung keadaan pasien melakukan

pemeriksaan fisik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi (Nursalam,

2013:68)

2. Wawancara

Wawancara adalah pencarian data dengan melakukan komunikasi

lisan yang didapat secara langsung dari klien (autoanamnese) dan

keluarga (alloanamnesa) untuk mendapatkan data subjektif pada pasien

dengan diare (Nursalam, 2013:68)

3. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data yang didapatkan dari buku status kesehatan

klien yaitu catatan medis dan pemeriksaan penunjang yang berhubungan

dengan klien yang menderita diare (Nursalam, 2013:68)


55

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility,

transferability, dependability, dan comfirmability (Sugiyono, 2015:121).

1. Uji Kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan (Sugiyono, 2015: 121 – 129):

2. Perpanjangan pengamatan: Dengan perpanjangan pengamatan berarti

peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi

dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru (Sugiyono,

2015:121 – 129):

3. Meningkatkan ketekunan : Melakukan pengamatan secara lebih cermat

dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan

sistematis.(Sugiyono, 2015:121 – 129)

4. Triangulasi

a. Triangulasi sumber: Dilakukan dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Triangulasi teknik: Dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi waktu: Dilakukan dengan cara melakukan pengecekan

dengan wawancar, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau

situasi yang berbeda sampai ditemukan kepastian datanya.

5. Uji Transferability

Tranferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat


56

diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut

diambil (Sugiyono, 2015:121 – 129)

6. Uji Dependability

Uji dependability dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan

melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian (Sugiyono,

2015:121 – 129)

7. Uji Konfirmability

Uji konfirmability dalam penelitian kualitatif mirip dengan uji

dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan

(Sugiyono, 2015:121 – 129)

3.7 Analisa data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan langsung sehingga dapat

dipahami dan diinformasikan kepada orang lain. Analisa data kualitatif

bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,

selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis (Sugiyono, 2015:89).

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data diperoleh dari hasil tekhnik wawancara,

observasi dan dokumentasi (Hidayat, 2009:86 – 87). Selama proses

pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek, serta

menyelesaikan masalah – masalah yang terjadi agar data dapat terkumpul

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013:191).


57

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang

memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang

tinggi. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan

yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada

temuan. Oleh karena itu, jika peneliti menemukan segala sesuatu yang

dipandang asing, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti

dalam melakukan reduksi data (Sugiyono, 2015:93)

3. Penyajian data

Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana untuk

menyajikan data sebaik – baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca

(Hidayat, 2009:134 – 135). Dalam penelitian kualitatif, penyajian data

bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2015:95).

4. Kesimpulan/verification

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran obyek yang sebelumnya masih remang – remang atau gelap

sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual

atau interaktif, hipotesi atau teori (Sugiyono, 2015:99).

3.8 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan


58

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan

antara lain adalah sebagai berikut: (Hidayat, 2009:82).

1. Informed Consent

Bentuk persejutuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan dan diberikan sebelum penelitian

dilakukan. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya (Hidayat, 2009:82).

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan. (Hidayat, 2009:82).

3. Kerahasiaan (Confidentially)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah – masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2009:82)


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambar Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan studi kasus ini di Ruang Anak RSUD Blambangan

Banyuwangi. Ruang Anak RSUD Blambangan terdapat 3 ruangan yang

pertama ruangan isolasi, ada 2 ruang isolasi dan disetiap ruangan terdapat

1 tempat tidur. Yang kedua ruang kelas 2, ada 2 ruang kelas 2 dan

didalamnya terdapat 2 tempat tidur ruang kelas 3 terdapat 18 tempat tidur

jadi didapatkan jumlah tempat tidur sebanyak 24 tempat tidur. Kamar

mandi ada di bagian belakang terdapat 2 kamar mandi dengan keadaan

bersih. Serta ada ruang nurse station dan ruang khusus untuk mahasiswa

praktek klinik. Jumlah SDM di Ruang Anak adalah 12 orang, dibagi

menjadi 2 tim setiap tim terdiri dari 1 ketua tim dan 4 orang perawat

pelaksana.

1 2 3 4 5 6

8 9 10 11 12

Gambar 4.1 Denah Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi

59
60

Keterangan :

1. Kamar Mandi 7. Ruang perawatan kelas 3

2. Ruang Perawatan kelas 2 8. Tempat linen

3. Ruang isolasi 9. Ruang perawatan kelas 2

4. Gudang 10. Ruang perawatan kelas 3

5. Ruang tindakan 11. Nurse station

6. Ruang isolasi 12. Ruang mahasiswa praktek

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas klien

Tabel 4.1 Identitas Klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di Ruang Anak
RSUD Blambangan Juli 2017
Identitas klien Klien 1 Klien 2
Nama An. Y An. R
Tempat, Tgl lahir / usia Bwi, 16-02-2016 (16 bulan) Bwi, 10-02-2017 ( 4
bulan)
Jeniskelamin Laki-laki Laki-Laki
Suku bangsa Jawa Using
Agama Islam Islam
Alamat Jl. Agung wilis No. 28 Boyolangu, RT/RW 4/1
temenggungan Giri
Tgl MRS 03-07-2017 05-07-2017
No Reg 169994 159230
Jam masuk 10.00 WIB 08.00 WIB
Tgl Pengkajian/Jam 03-07-2017/12.00 WIB 05-07-2017/12.00 WIB
Diagnosa medis GEA + Vomiting prefus + GEA + Dehidrasi Berat
dehidrasi sedang

Berdasarkan tabel 4.1 tidak didapatkan adanya kesenjangan

antara klien 1 dan klien 2.


61

2. Identitas Orang Tua

Tabel 4.2 Identitas Orang Tua klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di
Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Identitas Ayah Klien 1 Klien 2
Nama Tn. A Tn. J
Usia 30 tahun 50 tahun
Pendidikan SMA SD
Pekerjaan/sumber Wiraswasta Wiraswasta
Penghasilan - -
Agama Islam Islam
Alamat Jl. Agung Wilis No. 28 Boyolangu, RT/RW 4/1 Giri
Temenggungan
Identitas Ibu
Nama Ny. D Ny. S
Pendidikan SMA SD
Pekerjaan/sumber Wiraswasta Wiraswasta
Penghasilan - -
Agama Islam Islam
Alamat Jl. Agung Wilis No. 28 Boyolangu, RT/RW 4/1 Giri
Temenggungan

Berdasarkan tabel 4.2 tidak didapatkan adanya kesenjangan

antara klien 1 dan klien 2.

3. Identitas Saudara Kandung

Tabel 4.3 Identitas Saudara kandung klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis
Akut di Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Identitas saudara kandung Klien 1 Klien 2
Nama - An. M
Usia - 13 Tahun
Hubungan - Kakak
Status kesehatan - Sehat

Berdasarkan tabel 4.3 tidak didapatkan adanya kesenjangan

antara klien 1 dan klien 2.


62

4. Riwayat Kesehatan

Tabel 4.4 Status Kesehatan klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di
Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Riwayat Kesehatan Klien 1 Klien 2
Keluhan utama saat Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
MRS pasien muntah pasien diare
Riwayat MRS Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
pada tanggal 1 juli 2017 pasien panas sejak
pasien muntah-muntah seminggu yang lalu dan
lebih dari 5x dan tidak mau BAB cair lebih dari
makan 5x/hari sejak 4 hari yang
lalu.

Keluhan pada saat Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


pengkajian pasien mencret pasien mencret

Riwayat penyakit Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


sekarang pada tanggal 1 juli 2017 pasien panas sejak
pasien muntah-muntah seminggu yang lalu dan
lebih dari 5x dan tidak mau BAB cair lebih dari
makan kemudian pada 5x/hari sejak 4 hari yang
tanggal 3 juli 2017 jam lalu, kemudian pasien di
10.00 WIB pasien dibawa bawa ke IGD pukul 10.00
ke IRD oleh keluarga WIB rujukan dari PKM
pasien setelah mendapatkan mojopanggung di IGD
terapi Ring As 560 cc, infus Blambangan
Kaen 3B 14 tpm, mendapatkan terapi
Ceftriaxon 400 mg, Cairan Asering
ranitidine 12,5mg, mikroburor 162 cc/jam,
ondansentron 2 mg dan D40 kedua infus Kaen 3A 378
8 cc pasien BAB 1x dengan cc dalam 3 jam
konsisten cair. Setelah selanjutnya infus Kaen 3B
diobservasi selama 1 jam 810 cc/24 jam, cefotaxine
pasien di pindah di Ruang 200 mg, antrain 25 mg,
Anak oleh perawat IGD dan amikasin 25 mg,
di dilakukan perawatan ranitidine 16,6 mg,
lanjut di Ruang Anak ondansentron 2,6 mg.
RSUD Blambangan. Pada Setelah di observasi di
saat pengkajian tanggal 3 IGD pasien dipindah di
juli 2017 jam 12.00 WIB ruang anak oleh perawat
ibu pasien mengatakan IGD. Pada saat
pasien mencret dengan pengkajian tanggal 5 Juli
konsisten encer dan 2017 jam 12.00 WIB ibu
terdapat warna kemerahan pasien mengatakan pasien
pada daerah anus frekuensi mencret dengan konsisten
BAB 5x dalam 24 jam diare encer BAB 6x dalam 24
sejak 1 hari sebelum MRS, jam diare dirasakan sejak
selain diare ibu pasien 4 hari yang lalu, selain
mengatakan pasien muntah diare ibu pasien
dan demam mengatakan pasien juga
sesak dan demam

Riwayat Kesehatan Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


lalu pasien sebelumnya pasien memiliki riwayat kejang
pernah sakit batuk pilek dan
63

di bawa ke pukesmas
terdekat

Riwayat Kesehatan Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


Keluarga keluarga pernah ada yang kakak kandung pasien
menderita diare tapi tidak meninggal pada umur 2
sampai masuk RS tahun karena batuk yang
berkepanjangan

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat adanya perbedaan dimana

keluhan saat MRS klien 1 adalah Muntah tanpa diare sedangkan klien

2 berupa diare tanpa muntah

5. Riwayat Imunisasi

Tabel. 4.5 Riwayat Imunisasi klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di
Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Riwayat Imunisasi Klien 1 Klien 2
1) Jenis imunisasi Ibu mengatakan anak ikut Ibu pasien mengatakan
a) BCG imunisasi lengkap tapi lupa anak belum pernah
b) DPT waktu imunisasi. imunisasi sama sekali
c) Polio
d) Campak
e) Hepatitis
f) BDT
2) Waktu Lupa
3) Frekuensi Lupa
e4) Reaksi Anak pernah mengalami
demam setelah di imunisasi
campak

Berdasarkan tabel 4.5 terdapat perbedaan pada klien 1 dan

klien 2, dapat dilihat pada klien 1 imunisasi sudah lengkap,

sedangkan pada klien 1 belum pernah mendapatkan imunisasi sama

sekali

6. Riwayat Tumbuh Kembang

Tabel 4.6 Riwayat tumbuh kembang klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis
Akut di Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Riwayat Tumbuh kembang Klien 1 Klien 2
1) Pertumbuhan Fisik
a) Berat badan sekarang 8 Kg 5,4 kg
b) Berat badan awal 9 Kg 5,4 kg
c) Tinggi badan 72 cm 43 cm
d) Waktu tumbuh gigi Umur 13 bulan. Jumlah Belum tumbuh gigi
64

gigi 5
2) Perkembangan tiap tahap
a) Berguling 5 hari -
b) Duduk 12 bulan -
c) Merangkak Tidak merangkak -
d) Berdiri 15 bulan -
e) Berjalan Belum bisa jalan -
f) Senyum pertama kali Lupa -
g) Bicara pertama kali Lupa -
h) Berpakaian tanpa Memakai baju masih -
bantuan dibantu oleh oang tua

Berdasarkan tabel 4.6 tidak ada kesenjangan pada klien 1 dan

klien 2

7. Riwayat nutrisi

Tabel 4.7 Riwayat Nutrisi klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di
Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Riwayat Nutrisi Klien 1 Klien 2
1) Pemberian ASI Ibu klien memberikan Ibu klien mengatakan
ASI hingga usia 16 anaknya tidak diberi
bulan ASI karena tidak
keluar

2) Pemberian susu Klien diberikan susu Klien diberikan susu


formula formula mulai umur 2 formula mulai umur 1
bulan sampai 9 bulan hari sampai sekarang

3) Pasi
Ibu mengatakan pada Ibu mengatakan masih
usia 6 bulan klien mulai belum dikasih
mengkonsumsi bubur makanan tambahan
4) Pola perubahan nutrisi tim
tiap tahap usia sampai
nutrisi saat ini
Usia 0-6 bulan ASI + Tidak ada perubahan
susu formula pola nutrisi
Usia 6-12 bulan ASI,
MPASI + susu formula
Usia 12-16 bulan nasi +
air putih

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat adanya perbedaan klien 1 di

beri ASI hingga umur 16 bulan sedangkan klien 2 tidak diberi ASI

sehingga dikasih susu formula.


65

8. Riwayat psikososial

Tabel 4.8 Riwayat Psikososial klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di
Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Riwayat psikosisial Klien 1 Klien 2
Anak tinggal bersama Orang tua Orang tua

Lingkungan berada di Pedesaan Pedesaaan

Rumah dekat dengan Pantai, tempat bermain Persawahan, anak


dalam rumah bermain di atas tempat
tidur

Rumah ada tangga Tidak ada Tidak ada

Hubungan dengan keluarga Baik Baik

Pengasuh anak Orang tua Orang tua

Berdasarkan tabel 4.8 tidak didapatkan adanya perbedaan antara

klien 1 dan klien 2.

9. Riwayat Spiritual

Tabel 4.9 Riwayat Spiritual klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di
Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Riwayat Spiritual Klien 1 Klien 2
Support sistem Keluarga Ibu mengatakan Ibu pasien mengatakan
bahwa selama An. Y sangat mendukung
sakit keluarga kesembuhan anaknya
memberikan banyak
dukungan agar An. Y
segera sembuh.
Terbukti pada saat
pengkajian orangtua
selalu mendampingi
An.Y

Kegiatan keagamaan Ibu pasien Ibu pasien mengatakan


mengatakan setiap anaknya masih belum
hari pasien di ajak diajari kegiatan
mendengarkan suara keagamaan
orang ngaji

Berdasarkan tabel 4.9 tidak didapatkan adanya perbedaan antara

klien 1 dan klien 2.


66

10. Reaksi Hospitalisasi

Tabel 4.10 Riwayat Hospitalisasi klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut
di Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Reaksi Hospitalisasi Klien 1 Klien 2
1) Pengalaman keluarga tentang
sakit dan rawat inap
a) Ibu membawa anaknya ke Anak mengalami Anak mengalami
RS karena muntah-muntah dan panas dan diare
diare

b) Apakah dokter Ya Ya
menceritakan tentang
kondisi anak
c) Perasaan orang tua saat ini Ibu mengatakan Ibu mengatakan
kasihan terhadap cemas terhadap
anaknya dan berharap kesehatan anaknya
agar anaknya cepat dan berharap agar
sembuh cepat sembuh

d) Orang tua selalu Ya. Ya


berkunjung ke RS
e) Yang akan tinggal dengan Orang tua Orang tua
anak

2) Pemahaman anak tentang Pasien mengerti Pasien masih belum


sakit dan rawat inap tentang rawat inap mengerti tentang
karena setiap ada penyakitnya
orang pakai baju putih
pasien menangis dan
setiap ada orang
tindakan pasien rewel

Berdasarkan tabel 4.10 tidak didapatkan adanya perbedaan

antara klien 1 dan klien 2


67

11. Aktivitas sehari-hari

Tabel 4.11 Aktivitas sehari-hari klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut
di Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Aktivitas sehari-hari Klien 1 Klien 2
1) Nutrisi
a) Sebelum sakit Selera makan baik, Pasien minum susu formula
makan nasi dengan 10 ± 7 x 40 cc/ hari
sendok makan dan anak
makan tanpa dipaksa

b) Saat sakit Nafsu makan menurun Pasien mendapatkan susu


klien menghabiskan 2 LLM 10 cc/ 6 jam
sendok makan

2) Cairan
a) Sebelum sakit Klien minum air putih 4- Minum susu formula ± 7 x
6 gelas setiap hari atau 40 cc/ hari
1000-1500cc

b) Saat sakit Klien minum air putih Mendapatkan cairan kaen 3B


kurang lebih 2 gelas 810 ml/24 jam
setiap hari dan klien
mendapatkan infus Kaen
3B 1000 ml/24 jam

c) Kebutuhan 70 x 8 = 560 ml/hari. 70 x 5,4 = 378ml/hari.


cairan

3) Eliminasi
a) Sebelum sakit Klien BAB 1x sehari dan Klien BAB 1x sehari dan
BAK kurang lebih 600 cc BAK kurang lebih 5x per
per hari,klien buang air hari,klien buang air di
di toilet dengan dibantu Pampers, konsistensi feses
konsistensi feses semi semi padat, tidak ada
padat, tidak ada kesulitan kesulitan dan tidak ada obat
dan tidak ada obat pencahar yang di konsumsi.
pencahar yang di
konsumsi.

b) Saat sakit Klien BAK kurang lebih Klien BAK kurang lebih 60
100 cc menggunakan cc menggunakan pampres
pampres dan klien dan klien BAB lebih dari 6x
belum BAB 5x dengan dengan konsisten cair dan
konsisten cair dan sedikit berampas.
berampas

4) Istirahat tidur
a) Sebelum sakit Klien biasa tidur 12,5 Klien biasa tidur 13 jam ,
jam, pola tidur klien pola tidur klien teratur, klien
teratur, klien tidak tidak memiliki kebiasaan
memiliki kebiasaan khusus sebelum tidur dan
khusus sebelum tidur dan tidak memiliki kesusahan
tidak memiliki kesusahan untuk tidur.
untuk tidur.
68

b) Saat sakit Klien tirah baring di Kualitas tidur pasien kurang


rumah sakit 24 jam dan karena pasien selalu
jam tidur klien tidak menangis
teratur klien tidur hanya
sekitar 6 jam

5) Personal hygiene
a) Sebelum sakit Klien mandi dibantu 2x klien mandi sehari 2 kali di
dalam sehari, klien mandikan oleh ibunya,
mencuci rambut 1x/hari mencuci rambut setiap pagi
dibantu, klien hari
menggunting kuku
kurang lebih 1x dalam
seminggu dengan dibantu
ibu dan klien tidak
menggosok gigi

b) Saat sakit Kebutuhan mandi klien Klien tidak pernah di seka


dibantu ibu dengan maupun dimandikan oleh
frekuensi 1x sehari, klien ibunya
belum mencuci rambut
selama di rumah sakit,
kuku klien nampak
bersih dan rapi, klien
tidak menggosok gigi

6) Mobilitas fisik
a) Sebelum sakit Klien bermain dan klien Klien beraktivitas di atas
tidak menggunakan alat tempat tidur dan di
bantu untuk beraktivitas gendongan
dan klien tidak memiliki
kesulitan beraktivitas.

b) Saat sakit Saat sakit aktivitas klien Pasien hanya beraktivitas di


terganggu, klien hanya atas tempat tidur
tirah baring di tempat
tidur, klien tidak
menggunakan alat bantu
untuk beraktivitas dan
klien tidak memiliki
kesulitan untuk
pergerakan tubuh.

7) Rekreasi
a) Sebelum sakit Klien biasanya bermain Pasien dan keluarganya
dengan teman-teman di memanfaatkan waktu luang
waktu luang dan dengan bermain di sekitar
biasanya keluarga klien rumahnya
suka berlibur di saat
libur.

b) Saat sakit Klien tidak bisa bermain Klien hanya terbaring di atas
dengan teman-teman, bed
klien ber istirahat di
rumah sakit.
69

Berdasarkan tabel 4.11 tidak didapatkan adanya kesenjangan

antara pasien 1 dan pasien

12. Pemeriksaan fisik

Tabel 4.12 Pemeriksaan Fisik klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di
Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2
1) Keadaan Umum Lemah Lemah
2) Kesadaran Compos mentis Compos mentis
3) TTV
a) Tekanan Darah - -
b) Nadi 100x/menit 140x/menit
c) Suhu 38,80C 390C
d) Pernafasan 24x/menit 64x/menit
4) Berat badan
a) Berat badan awal 9 Kg 6,4 Kg
b) Berat badan sekarang 8 Kg 5,4 Kg
BBI = 2n +8 BBI = BB lahir + (Usia x
= 2(1,5) + 8 600 gram)
= 11 kg = 3, 5 + (4 x 600)
= 5,9 kg
Status gizi 81% (Gizi Status gizi 91% (Gizi Baik)
kurang)

5) Panjang badan 72 Cm 43 Cm

6) Lika/Lila 49 cm / 12 cm 47 cm / 12 cm

7) Kepala
a) Inspeksi Rambut hitam, Warna rambu hitam,
kebersihan cukup, persebaran rata dan tidak
persebaran rambut ada rambut rontok ubun-
tidak merata ubun cekung

b) Palpasi Tidak ada benjolan, Tidak ada benjolan


tidak ada nyeri tekan, abnormal dan tidak ada
tekstur rambut halus nyeri tekan.
ubun-ubun tidak
cekung

8) Muka
a) Inspeksi Bentuk muka simetris, Bentuk muka simetris,
tidak ada kelainan muka tidak ada gerakan
bentuk muka, ekspresi abnormal
wajah nampak
menyeringai.

b) Palpasi Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan


abnormal dan tidak ada abnormal dan tidak ada
nyeri tekan. nyeri tekan.
9) Mata
a) Inspeksi Tidak ada edema pada Edema palpebra,tidak ada
palpebra,tidak ada radang,skera tidak ikterus,
radang,skera tidak konjungtiva merah muda,
70

ikterus, konjungtiva reflek pupil terhadap


merah muda, pupil cahaya positif, gerakan bola
isokor, reflek pupil mata normal, posisi mata
terhadap cahaya simetris, kelopak mata
positif, gerakan bola dapat tertutup normal,
mata normal, posisi persebaran bulu mata
mata simetris, kelopak merata, penglihatan jelas,
mata dapat tertutup mata cowong
normal, persebaran
bulu mata
merata,penglihatan
jelas, mata cowong

10) Hidung
a) Inspeksi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan bentuk,
posisi hidung, tidak septum nasi ditengah, tidak
ada kelainan bentuk ada secret, kebersihan
hidung, septum nasi cukup terpasang 02Nasal 2
terletak di tengah, lpm
tidak eda secret

b) Palpasi Tidak ada polip, tidak Tidak ada massa.


ada massa.

11) Telinga
a) Inspeksi Tidak ada kelainan Bentuk telinga normal,
posisi telinga, tidak kebersihan cukup, tidak ada
ada kelainan bentuk alat bantu yang dipakai.
telinga, aurikel
membuka, lubang
telinga bersih, tidak
ada serumen. Tidak
ada alat bantu yang
dipakai.

b) Palpasi Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada nyeri tekan.

12) Mulut
a) Inspeksi Keadaan gigi bersih, Gigi belum tumbuh, tidak
tidak ada stomatitis, ada stomatitis, mukosa
tidak ada karang gigi, bibir kering, dan tidak ada
tidak ada karies gigi, sianosis
tidak ada gigi palsu,
tidak ada radang gusi,
mukosa kering, tidak
ada sianosis

b) Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan

13) Tenggorokan Mukosa tenggorokan Mukosa tenggorokan merah


Inspeksi merah muda, tidak ada muda, tidak ada nyeri telan
nyeri telan
71

14) Leher
a) Inspeksi Tidak ada perbesaran Tidak ada kelainan bentuk
kelenjar thyroid

b) Palpasi Tidak ada perbesaran Tidak ada perbesaran


kelenjar limfe, kelenjar kelenjar limfedan kelenjar
thyroid tidak teraba tyroid

15) Thoraxdan pernapasan


a) Inspeksi Bentuk dada normal Bentuk dada normal chest,
chest, irama pernafasan pernafasan cepat
reguler, pengembangan pengembangan dada
pernafasan maksimal. maksimal.

b) Palpasi Pergerakan dada kanan Pergerakan dada antara


dan kiri sama kanan dan kiri sama tidak
ada nyeri tekan

c) Perkusi Perkusi pekak Perkusi pekak

d) Auskultasi Suara nafas vesikuler Suara nafas vesikuler, tidak


ada suara nafas tambahan

16) Jantung
a) Inspeksi Ictus cordis nampak di Ictus cordis nampak di ICS
ICS 4 dan 5 4 dan 5

b) Perkusi Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran


jantung jantung

c) Palpasi Ictus cordis teraba di Ictus cordis teraba di ICS


ICS IV-V mid IV-V mid Clavicula sinistra
clavicula sinistra

d) Auskultasi Bunyi jantung 1 dan Bunyi jantung 1 dan bunyi


bunyi jantung 2 jantung 2 tunggal tidak ada
tunggal tidak ada bunyi bunyi jantung tambahan
jantung tambahan

17) Abdomen
a) Inspeksi Bentuk abdomen flat, Bentuk abdomen buncit
tidak membuncit, tidak dan tidak ada lesi.
ada luka

b) Auskultasi Bising usus 12x/menit Bising usus 15x/menit

c) Palpasi Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran lien,


lien, tidak ada tidak ada perbesaran hepar
pembesaran hepar dan dan tidak ada nyeri tekan.
terdapat nyeri tekan

d) Perkusi Tympani pada kuadran Tympani pada kuadran


1,3,4 dan pekak pada 1,3,4 dan pekak pada
kuadran 2 kuadran 2
72

18) Genetalia dan anus Terdapat kemerahan Tidak ada kemerahan


Inspeksi sekitar anus

19) Ekstremitas
Ekstremitas atas
a) Inspeksi Tidak ada pergerakan Kordinasi gerak baik.
abnormal

b) Palpasi Reflek bisep dan trisep Reflek bisep dan trisep


positif, fungsi sensori positif, fungsi sensori nyeri
nyeri dan rangsang dan rangsang suhu baik,
suhu baik, teraba turgor kulit ≤ 2 detik
hangat, turgor kulit < 2
detik

Ekstremitas bawah
a) Inspeksi Masih belum bisa Masih belum bisa berjalan.
berjalan

b) Palpasi Reflek patela positif, Reflek patela positif, reflek


reflek babinsky positif, babinsky positif, fungsi
fungsi sensori nyeri sensori nyeri dan rangsang
dan rangsang suhu suhu baik.
baik.

Berdasarkan tabel 4.12 terdapat kesenjangan pada pemeriksaan

fisik thorak dan pernapasan. Pada klien 1 tidak terjadi pernapasan cepat,

sedangkan klien 2 mengelami pernapasan cepat. Pemeriksaan genetalia

dan anus pada klien 1 terdapat kemerahan sekitar anus dan klien 2 tidak

terdapat kemerahan sekitar anus.


73

13. Pemeriksaan tingkat perkembangan

Tabel 4.13 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan klien 1 dan 2 yang Mengalami


Gastroenteritis Akut di Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Tingkat Perkembangan Klien 1 Klien 2
1) Motorik kasar Berguling umur 5 hari, Klien belum bisa apa-
duduk 12 bulan, berdiri apa hanya terbaring
15 bulan

2) Motorik halus Klien berdiri dengan di -


pegangi orang tua

3) Bahasa Klien sudah bisa -


memanggil mama papa

4) Personal sosial Klien hanya terbaring di Klien hanya terbaring di


tempat tidur dan tidak tempat tidur
berinteraksi dengan anak
lainnya

Berdasarkan tabel 4.13 tidak ada kesenajngan pada tingkat

perkembangan pada klien 1 dan klien 2

14. Pemeriksaan Diagnostik

Tabel 4.14 Pemeriksaan Diagnostik klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut
di Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Pemeriksaan diagnostik Klien 1 Klien 2
1) Laboratorium 3 Juli 2017 5 Juli 2017
a) Hematologi
(1) Leukosit 8,6 gr/dl 11 gr/dl
3
B (2,8 - 10,6 10 gr/dl)
(2) Eritrosit
(4,4 – 5,9 106 u/l) 4,42 x 106 u/l 3,35 x 106 u/l
(3) Hemoglobin
(13,2-18) 11,4 gr/dl 14 gr/dl
(4) Trombosit
(150-440 103) 375 103 330 103
(5) Hematokrit
(40-52%) 33,4 % 54 %
b) Elektrolit
(1) Natrium
(135-145) - 139
(2) Kalium
e (3,3-5,5) - 4,20
(3) Klorida
(98-108) - 112,9
(4) Kalsium Ion
(2.15-2.5) - 2.37
74

Berdasarkan tabel 4.14 terdapat perbedaan dapat dilihat klien 1

tidak dilakukan pemeriksaan elektrolit sedangkan klien 2 dilakukan

pemeriksaan elektrolit.

15. Terapi Pengobatan

Tabel 4.15 Terapi Pengobatan klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di
Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Terapi Klien 1 Klien 2
pengobatan 3-5 juli 2017 5-6 juli 2017
1) Pengobatan Parenteral : Parenteral :
InfusKaen 3B 1000 ml/24 jam Infus Kaen 3B 810 ml/24 jam
Ceftriaxon 3 x 250 mg Cefotaxin 3 x 200 mg
Ranitidine 2 x 12,5mg Antrain 3 x 125 mg k/p
Antrain 3 x 125 mg k/p Ranitidine 2 x 16,6 mg
Ondansentron 3 x 2mg Ondansentron 2 x 2,6 mg
D40 8 cc/ hari
Oral :
Smecta 3 x ½ set

2) Diit Bubur halus rendah serat Susu LLM 10cc/6 jam


dengan kalori 1400-1600

Berdasarkan tabel 4.15 terdapat perbedaan, klien 2 tidak

memperoleh D40 sedangkan klien 1 memperoleh D40.


75

4.1.3 Analisa data

Tabel 4.16 Analisa Data klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di Ruang
Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Data Etiologi Masalah
Klien 1 faktor infeksi Defisit volume cairan
Ds : dan elektrolit
Ibu pasien mengatakan pasien infeksi virus dan
BAB lebih dari 5x dengan bakteri
konsisten cair
Do : melepas toksin
1. k/u lemah
2. Nadi 100x/ menit masuk di dalam usus
3. mukosa bibir kering
4. BB awal 9 kg hipersekresi air dan
5. BB sekarang 8 kg elektrolit
𝟏
x 100% = 9%
𝟗
gastroenteritis
Penurunan berat badan
9%
frekuensi BAB
6. Turgor kulit kembali
meningkat
lambat > 1 detik
7. Peristaltik usus 12x/menit
hilangnya cairan dan
8. Urin 100 cc
elektrolit berlebihan
9. Hematokrit 33,4%
0
10. Suhu 38,8 c
defisit volume cairan

Ds:
Ibu pasien mengatakan nafsu
faktor infeski Ketidakseimbangan
makan pasien menurun, makan
hanya 2 sendok nutrisi kurang dari
melepas toksin
Do: kebutuhan
1. Bising usus 12x/menit
masuk ke dalam usus
2. Nyeri perut
3. BB awal 9 kg
kemampuan absorbsi
4. BB sekarang 8 Kg
menurun
5. Hb 11,4 gr/dl
6. Lika 49 cm
gastroenteritis
7. Lila 12 cm
8. Status gizi 80% (gizi
distensi abdomen
kurang)
mual, muntah

nafsu makan menurun

ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
76

Ds : gastroenteritis Gangguan
Ibu pasien mengatakan pasien keseimbangan suhu
demam frekuensi BAB tubuh
Do : meningkat
1. akral hangat
2. suhu 3808 C banyak cairan dan
3. RR 24 x/ menit elektrolit yang hilang

dehidrasi

suhu tubuh meningkat

gangguan
keseimbangan suhu
tubuh

Ds: -
Do: anus kemerahan Peningkatan frekuensi Resiko kerusakan
diare integritas kulit

Kulit selalu terpapar


feses

Asam laktat meniritasi


kulit bagian rektum

Resiko kerusakan
integritas kulit

Ds: -
Do: Dampak dari Ansietas
a. Anak rewel hospitalisasi
b. Setiap ada perawat pakai
baju putih-putih pasien Anak takut
menangis
c. Setiap perawat akan Ansietas
melakukan tindakan
pasien menangis
d. Gangguan tidur saat sakit
hanya bisa tidur 6-7 jam

Klien 2
DS: ibu pasien mengatakan pasien faktor infeksi Defisit volume cairan
mencret 6x konsisten cair
dan elektrolit
DO: melepas toksin
1. k/u lemah
2. mata cowong masuk didalam usus
3. ubun-ubun cekung
4. turgor kulit ≤ 2 hipersekresi air
5. mukosa bibir kering
6. Nadi : 140x/menit gastroenteritis
7. Hematokrit 54%
8. BB awal : 6,4 kg frekuensi BAB
77

9. BB sekarang 5,4 kg meningkat


10. Suhu : 390c
hilang cairan dan
elektrolit berlebihan

dehidrasi

defisit volume cairan


dan elektrolit

Ds:
ibu pasien mengatakan pasien gastroenteritis Gangguan pola nafas
sesak
Do: frekuensi BAB
1. terpasang O2 Nasal meningkat
2. RR 64x/menit
3. Pernafasan cepat kehilangan cairan dan
elektrolit berlebihan

asidosis metabolik

sesak

gangguan pola nafas

Ds:
Gangguan
ibu pasien mengatakan pasien gastroenteritis
demam ketidakseimbangan
Do: frekuensi BAB suhu tubuh
1. akral hangat meningkat
2. suhu 390 C
kehilangan cairan dan
elektrolit secara
berlebihan

dehidrasi

suhu tubuh meningkat

gangguan
keseimbangan suhu
tubuh

Berdasarkan tabel 4.16 didapatkan kesenjangan pada klien 1

didapatkan masalah ketidakseimbangan suhu tubuh pada klien 2

didapatkan masalah gangguan pola nafas.


78

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.17 Tabel Diagnosa Keperawatan Klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di
Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Diagnosa Keperawatan
Klien 1 1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan hilangnya cairan yang
berlebih ditandai dengan Ibu pasien mengatakan pasien BAB lebih dari 5x
dengan konsisten cair, k/u lemah, nadi 100x/ menit, mukosa bibir kering, BB
awal 9 kg, BB sekarang 8 kg, Penurunan berat badan 9%, turgor kulit kembali
lambat > 1 detik, peristaltik usus 12x/menit, urin 100 cc, hematokrit 33,4%, suhu
38,80c

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


nafsu makan menurun ditandai dengan Ibu pasien mengatakan nafsu makan
pasien menurun klien makan hanya 2 sendok makan , bising usus 12x/ menit,
nyeri perut, BB sebelum sakit 9 kg, BB sakit 8 kg, Hb 11,4 gr/dl, Lika : 49 cm,
Lila : 12 cm, Status gizi 80% (gizi kurang)

3. Gangguan keseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi ditandai


dengan Ibu pasien mengatakan pasien demam , akral hangat, suhu 38 08 C, RR 24
x/ menit

4. Resiko kerusakan integritas kulit ditandai dengan anus kemerahan

5. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi ditandai dengan anak rewel,


setiap ada perawat pakai baju putih-putih pasien menangis, setiap perawat akan
melakukan tindakan pasien menangis, gangguan tidur saat sakit hanya bisa tidur
6-7 jam

Klien 2 1. Defisit volume cairan dan elektrolit hilangya cairan dan elektrolit yang berlebih
ditandai dengan ibu pasien mengatakan pasien mencret 6x konsisten cair, k/u
lemah, mata cowong, ubun-ubun cekung, turgor kulit ≤ 2, mukosa bibir kering,
nadi : 140x/menit, hematokrit 54%, BB awal : 6,4 kg, BB sekarang 5,4 kg,
penurunan berat badan 10 kg, Suhu : 390c

2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan asidosis metabolik ditandai dengan


ibu pasien mengatakan pasien sesak, terpasang O2 Nasal, RR 64x/menit,
Pernafasan cuping hidung

3. Gangguan ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi ditandai


dengan ibu pasien mengatakan pasien demam, lemah, akral hangat, suhu 39 0 C

Berdasarkan Tabel 4.17 terdapat perbedaan pada masalah yang

muncul yaitu klien 1 gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan sedangkan klien 2 gangguan pola nafas.


79

4.1.5 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.18 Intervensi Keperawatan klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di
Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
(Tujuan & Kriteria
Hasil)
Klien 1 1. Berikan edukasi 1. Meningkatkan pengetahuan
Dx 1: tentang pentingnya keluarga pasien tentang
Defisit volume cairan dan elektrolit pentingnya cairan dan
cairan bagi tubuh elektrolui bagi tubuh
setelah dilakukan
tindakan 2. Pertahankan intake dan 2. Mengetahui intake dan
keperawatan, cairan ouput dengan output cairan sehingga bisa
klien terpenuhi menghitung Balance melakukan tindakan yang
dalam waktu 3 x 24 cairan tepat
jam dengan kriteria
hasil : 3. Observasi pengeluaran 3. Untuk mengetahui keluaran
keseimbangan klien (BAB). klien
cairan, hidrasi yang
adekuat, dan status 4. Anjurkan kepada ibu 4. Memenuhi asupan cairan
nutrisi: asupan untuk memberikan klien
makanan dan cairan minum kepada klien
yang adekuat sesuai jumlah
kebutuhan

5. Monitoring input dan 5. Mengetahui intake dan


output output

6. Observasi kehilangan 6. Untuk mengetahui cairan


cairan yang tinggi yang hilang
elektrolit

7. Berkolaborasi 7. Memenuhi kebutuhan cairan


memberikan cairan dalam tubuh pasien
rehidrasi dengan cara
pemberian 8 jam
pertama dan 16 jam
kedua selanjutnya
maintenance

Dx 2: 1. jelaskan kepada 1. Penjelasan ini bertujuan


Ketidakseimbangan keluarga klien untuk supaya keluarga
nutrisi kurang dari pentingnya menjaga klien lebih mengerti
kebutuhan asupan nutrisi untuk tentang kebutuhan
Setelah dilakukan klien. nutrisi.
tindakan
keperawatan selama 2. Timbang BB setiap 2. Mengetahui berat badan
3x24jam diharapkan hari pasien
nutrisi klien
tercukupi dengan 3. Kolaborasi dengan 3. Diit bubur halus
kriteria hasil: tim gizi dalam bertujuan supaya tidak
a. K/U baik pemberian diit yang terjadi peradangan pada
80

b. Kesadaran sesuai (diit bubur lambung dan mudah


komposmetis. halus) dicerna usus.
c. GCS: 4-5-6
d. Bising usus 8-
12x/ menit. 4. Anjurkan klien 4. Supaya nutrisi pada klien
e. Klien untuk makan sedikit terpenuhi dan
menghabiskan tapi sering. mengurangi resiko mual,
porsi diit yang muntah.
diberikan
rumah sakit. 5. Anjurkan ibu klien 5. Untuk menjaga supaya
f. Mulut normal, untuk mengoleskan bibir tetap lembab dan
tidak pecah- madu ke bibir klien. mempercepat proses
pecah. penyembuhan pada bibir
g. BB dalam yang pecah-pecah.
batas normal.
6. Kolaborasi 6. Untuk mengurangi mual
pemberian
ranitidine

Dx 3:
Gangguan 1. Observasi tanda- 1. Untuk mengetahui
keseimbangan suhu tanda vital klien keadaan umum klien.
tubuh
Setelah dilakukan 2. Observasi suhu 2. Sebagai pengawasan
tindakan tubuh klien 2 jam terhadap adanya
keperawatan perubahan suhu tubuh.
3x24jam diharapkan
demam klien turun 3. Anjurkan klien 3. Penurunan aktivitas akan
dengan kriteria hasil: untuk melakukan menurunkan laju
a. K/U baik tirah baring total. metabolisme, dengan
b. Kesadaran demikian akan
komposmetis membantu menurunkan
c. GCS: 4-5-6 suhu tubuh.
d. S: 36,5-37,5
o
C, N: 100- 4. Anjurkan pasien 4. Peningkatan suhu tubuh
120x/ menit untuk banyak mengakibatkan
RR: 20-24x/ minum air putih. terjadinya penguapan
menit sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan
yang cukup..

5. Berikan kompres 5. Kompres hangat


air hangat dengan bertujuan agar pori-pori
teknik sponge pada kulit membuka sehingga
daerah ekstremitas. terjadi efaporasi dan
suhu panas yang ada
ditubuh dapat keluar.

6. Anjurkan ibu untuk 6. Pakaian yang mudah


memakaikan klien menyerap kringat sangat
baju tipis yang efektif meningkatkan
dapat menyerap efek dari evaporasi.
keringat.

7. Kolaborasi dengan 7. Antipiretik bertujuan


81

dokter dalam untuk memblok respons


pemberian obat panas sehingga suhu
antipiretik tubuh pasien dapat lebih
cepat turun

Klien 2
Dx 1: 1. Berikan edukasi 1. Meningkatkan pengetahuan
Defisit volume tentang pentingnya keluarga pasien tentang
cairan cairan dan elektrolit pentingnya cairan dan
setelah dilakukan bagi tubuh elektrolit bagi tubuh
tindakan
keperawatan, cairan 2. Pertahankan intake dan 2. Mengetahui intake dan
klien terpenuhi ouput dengan output cairan sehingga bisa
dalam waktu 3x 24 menghitung Balance melakukan tindakan yang
jam dengan kriteria cairan tepat
hasil :
keseimbangan 3. Timbang berat badan 3. Untuk mengetahui berat
cairan, hidrasi yang setiap hari badan pasien
adekuat, dan status
nutrisi: asupan 4. Observasi BAB 4. Untuk mengetahu
makanan dan cairan pengeluaran Bab pasien
yang adekuat
5. Anjurkan kepada ibu 5. Memenuhi asupan cairan
untuk memberikan klien
minum pada klien
sesuai kebutuhan

6. Monitoring input dan 6. Mengetahui intake dan


output output

7. Observasi kehilangan 7. untuk mengetahui cairan


cairan yang tinggi yang hilang
elektrolit

8. Berkolaborasi 8. Memenuhi kebuthan cairan


memberikan cairan dalam tubuh pasien
rehidrasi dengan cara
jam pertama dan 16
jam kedua selanjutnya
maintanen

Dx 2:
Gangguan pola nafas 1. Posisikan pasien 1. Posisi ekstensi dapat
Setelah dilakukan sedikit ekstensi memaksimalkan
tindakan pernafasan
keperawatan
diharapkan pola 2. Lakukan suction 2. Penurunan kemampuan
nafas efektif. Kriteria traceal untuk batuk maka mukus akan
hasil: Suara nafas menghisap lendir terus bereproduksi,
bersih, Tidak adanya jika jalan nafas pengeluarannya dibantu
sianosis dan dyspnea tersumbat dengan suction agar jalan
Irama nafas, nafas bersih
frekuensi pernafasan
82

dalam rentan normal 3. Beri rangsangan 3. Rangsangan taktil


, Tanda vital dalam taktil (dengan diberikan untuk
rentan normal menepuk atau merangsang bayi
menyentil telapak menangis, apabila bayi
kaki) untuk menangis maka
memastikan dipastikan pernafasan
pernafasan sudah adekuat
adekuat

4. Pantau status 4. Meningkatkan kadar


pernafasan dan oksigen yang bersirkulasi
oksigenasi sesuai dan memperbaiki status
dengan kebutuhan kesehatan

5. Auskultasi jalan 5. Terapi oksigen


nafas untuk membantu kepatenan
mengetahui adanya nafas dan mencegah
penurunan ventilasi edema paru

6. Beri oksigen sesuai 6. Menghindari penurunan


kebutuhan oksigen dalam darah

Dx 3:
Gangguan 1. Observasi tanda- 1. Untuk mengetahui
keseimbangan suhu tanda vital klien keadaan umum klien.
tubuh Setelah
dilakukan tindakan 2. Observasi suhu 2. Sebagai pengawasan
keperawatan tubuh klien 2 jam terhadap adanya
1x24jam diharapkan perubahan suhu tubuh.
demam klien turun
dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan klien 3. Penurunan aktivitas akan
a. K/U baik untuk melakukan menurunkan laju
b. Kesadaran tirah baring total. metabolisme, dengan
komposmetis demikian akan
c. GCS: 4-5-6 membantu menurunkan
d. S: 36,5-37,5 suhu tubuh.
o
C, N: 100-
120x/ menit 4. Anjurkan pasien 4. Peningkatan suhu tubuh
RR: 20-24x/ untuk banyak mengakibatkan
menit minum air putih. terjadinya penguapan
sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan
yang cukup.

5. Berikan kompres 5. Kompres hangat


air hangat dengan bertujuan agar pori-pori
teknik sponge pada kulit membuka sehingga
daerah ekstremitas. terjadi efaporasi dan
suhu panas yang ada
ditubuh dapat keluar.

6. Anjurkan ibu untuk 6. Pakaian yang mudah


memakaikan klien menyerap kringat sangat
baju tipis yang efektif meningkatkan
83

dapat menyerap efek dari evaporasi.


keringat.

7. Kolaborasi dengan 7. Antipiretik bertujuan


dokter dalam untuk memblok respons
pemberian obat panas sehingga suhu
antipiretik tubuh pasien dapat lebih
cepat turun

Berdasarkan tabel 4.18 terdapat perbedaan pada intervensi

disebabkan karena diagnosa yang berbeda. Klien 1 dengan dioagnosa

keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

sedangkan klien 2 dengan diagnosa keperawatan gangguan pola nafas.


84

4.1.6 Implementasi Keperawatan


Tabel 4.19 Implementasi Keperawatan klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis
Akut di Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
Diagnose 3 juli 2017
Keperawatan
Klien 1 12 : 00 Memberikan edukasi tentang pentingnya
Defisit volume cairan cairan dan elektrolit
R/ keluarga pasien kooperatif

13 : 00 Mempertahankan intake dan output dengan


menghitung Balance cairan
R/ input : minum + infus + obat + air
metabolisme = 500 cc + 1000 cc + 30 cc + 64
cc = 1594 cc
Output : BAK + BAB + IWL = 300cc + 750
cc + 227,2cc = 1277,2 cc
Balance Cairan = input – output = 1594 –
1277,2 cc = + 316,8

14 : 00 Mengobservasi pengeluaran klien (BAB)


R/ BAB cair keluar 5x

16 : 00 Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan


minum kepada klien sesuai jumlah kebutuhan
R/ klien minum air putih 100 cc

18 : 00 Memonitoring input dan output


R/ input = 1594
0utput = 1277,2
Mukosa bibir kering, turgor kulit < 2 detik

22 : 30 Menjalankan kolaborasi dokter cairan


rehidrasi
R/ DD x 10 x 8
8 x 10 x 8 = 640
30’ = 20-40 cc/kg
20 𝑥 8 160 𝑥 60
= = 320 tpm
30 30
620-160 = 460
230 𝑥 60
81 = = 29 𝑡𝑝𝑚
480

230 𝑥 60
162 = = 14 𝑡𝑝𝑚
960
I.
Diagnosa keperawatan 5 juli 2017

Klien 2 12 : 00 Memberikan edukasi tentang pentingnya


Defisit volume cairan cairan dan elektrolit bagi tubuh
R/ keluarga pasien koopertaif

13 : 00 Mempertahankan intake dan output dengan


menghitung balance cairan
R/ input : minum + infus + obat + air
metabolisme = 40 cc + 810 cc + 29cc + 43,2
cc = 922,2 cc
Output : BAK + BAB + IWL = 90cc + 500 cc
+ 159,8 cc = 749,8 cc
85

Balance Cairan = input – output = 922,2 –


749, 8 cc = + 172,4

16 : 00 Memonitoring input dan output


R/ input = 922,2 cc
Ouput = 749, 8 cc

17 : 00 Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan


minum kepada klien sesuai jumlah kebutuhan
R/ klien minum susu LLM 10 cc

18 : 30 Mengobservasi BAB
R/ pasien Bab 4x, konsisten encer, turgor kulit
< 2 detik. Mata cowong

19 : 00 Menimbang BB pasien
R/ BB 5,4 kg

22 : 00 Melakukan kolaborasi pemberian cairan


rehidrasi
R/ DD x 10 x 5,6
10 x 10 x 5,6 = 560
30’ = 20-40 cc/kg
20 𝑥 5,6 112 𝑥 60
= = 224 𝑡𝑝𝑚
30 30
560-112 = 448
224 𝑥 60
81 = = 28 𝑡𝑝𝑚
480

224 𝑥 60
162 = = 14 𝑡𝑝𝑚
960

Berdasarkan tabel 4.19 semua implementasi keperawatan yang

dilakukan sesuai dengan intervensi


86

4.1.7 Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.20 Evaluasi Keperawatan klien 1 dan 2 yang Mengalami Gastroenteritis Akut di
Ruang Anak RSUD Blambangan Juli 2017
NO.
TANGGAL / JAM EVALUASI (SOAP)
DX
1. 03 Juli 2017 S:
22.30 Ibu pasien mengatakan pasien BAB 5x
(Klien 1) dengan konsisten cair
O:
Balance cairan + 316,8 cc
Mukosa bibir kering
Turgor kulit < 2 detik
BB 8 kg
A:
Pasien terehidrasi
P:
1. Pertahankan intake dan output
dengan menghitung balance
cairan
2. Observasi pengeluaran BAB
3. Monitoring input dan ouput
4. Kolaborasi pemberian cairan
rehidrasi parenteral
1. 05 Juli 2017 S:
22.00 Ibu pasien mengatakan pasien BAB 4 x
(klien 2) dengan konsisten encer
O:
Balance cairan + 172,4 cc
Bb 5,4 kg, turgor kulit < 2 detik
A:
Pasien terehidrasi
P:
1. Pertahankan input dan ouput
dengan menghitung balance
cairan
2. Timbang BB setiap hari
3. Observasi Bab
4. Kolaborasi pemberian cairan
rehidrasi parenteral
87

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian

1. Keluhan saat MRS

Berdasarkan tabel 4.2 pada klien 1 keluhan saat MRS yaitu

muntah tanpa diare dan klien 2 diare tanpa muntah dan demam

Menurut Teori pada keluhan saat MRS biasanya klien

mengeluh demam, diare disertai muntah (Wijayaningsih, 2015: 80).

Terjadi peningkatan suhu tubuh karena adanya infeksi yang ditandai

dengan peningkatan leukosit, selain peningkatan leukosit bisa terjadi

karena banyaknya cairan yang hilang sehingga akan menyebabkan

dehidrasi (Susilaningrum, 214:171).

Menurut peneliti pada klien 1 tidak terjadi demam dan diare

hal ini tejadi karena pada klien 1 dalam fase awal dan tidak terjadi

peningkatan leukosit, hasil pemeriksan leukosit pada klien 1 yaitu:

8,6 gr/dl. Pada klien 2 tejadi demam karena terjadi peningkatan

leukosit yaitu 11 g/dl dan banyak cairan yang hilang sehingga

terjadi dehidrasi.

2. Riwayat Penyakit sekarang

Berdasarkan tabel 4.2 pada klien 1 tidak sesak dan klien 2

mengalami sesak.

Menurut Wijayaningsih (2015: 80) tanda dan gejala pada

gastroenteritis yaitu mula-mula anak cengeng, BAB terus menerus,

nafsu makan berkurang, peningkatan suhu tubuh dan tidak di

dapatkan sesak. Sesak muncul karena terjadi peningkatan produksi


88

asam basa akibat hilangnya bikarbonat akan menurunkan pH darah,

penurunan ini akan meranagsang pusat pernapasan, sehingga

frekuensi napas lebih cepat dan dalam (Nuari, 2015:208).

Menurut peneliti pada klien 2 terjadi sesak akibat gangguan

pada elektrolit dengan dibuktikan nilai elektrolit dari klien 2 yaitu:

Na : 139, K : 4.20, Cl : 112.9, Kalsium ion : 2.37, sehingga pada

klien 2 menyebabkan asidosis metabolik dan timbulah sesak.

3. Riwayat Nutrisi

Berdasarkan tabel 4.3 pada klien 1 diberi ASI Sampai umur

12 bulan dan klien 2 tidak diberi ASI sama sekali

Menurut tinjauan pustaka pemberian ASI penuh pada anak

umur 4-6 bulan dapat mengurangi resiko diare dan dapat

meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu faktor penyebab

gastroenteritis adalah infeksi, malabsoprsi, makanan, psikologis

(Wiajayaningsih, 2015: 80).

Menurut peneliti klien pada klien 2 tidak di beri ASI

sehingga dapat menurunkan daya tahan tubuh dikarenakan tidak

mendapatkan zat-zat gizi yang lengkap dan seimbang oleh tubuh dari

ASI.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Thorax dan pernapasan

Pada studi kasus ini, pemeriksaan fisik thorax dan

pernapasan pada klien 1 pernapasan regular dan klien 2

pernapasan cepat.
89

Pada tinjauan pustaka didapatkan pemeriksaan thorax dan

penapasan yaitu : bunyi nafas vesikuler, frekkuensi nafas 20-30

x/menit tidak ada retaksi dinding dada.

Menurut peneliti pada klien 2 terjadi pernapasan cepat

akibat dehidrasi berat dibuktikan dengan saat pengkajian pasien

mengalami peningkatan RR, 64 x/menit, pernapasan dalam status

dehidrasi klien yaitu dehidasi berat ditandai dengan penurunan

berat badan 9%.

b. Genetalia dan anus

Pada studi kasus ini, pemeriksaan fisik genetalia dan anus

pada klien 1 terdapat kemerahan sekitar anus dan klien 2 tidak ada

kemerahan.

Menurut tinjauan pustaka pada pemeriksaan genetalia dan

anus yaitu tedapat lecet pada kulit dan anus kemerahan. Terjadi

kemerahan pada anus dikarenakan terlalu seringnya defekasi dan

BAB yang terus menerus sehingga dapat mengiritasi sekitar anus

(Nuari, 2015:208)

Pada klien 2 tidak terjadi kemerahan pada sekitar anus

karena defekasi 5x/hari dan ibu klien 2 mampu menjaga

kebersihan sehingga tidak akan menyebabkan timbulnya

mikroorganisme atau bakteri. Klien 1 BAB lebih dari 5x / hari

dan ibu klien kurang menjaga hygiene klien.


90

5. Pemeriksaan diagnostik

Berdasarkan tabel 4.6 klien 1 dilakukan pemeiksaan Darah

lengkap tanpa elektrolit klien 2 dilakukan pemeriksaan darah lengkap

dan elektrolit.

Pada tinjauan pustaka pada pasien gastoenteitis di lakukan

pemeriksaan diagnostik antara lain: pemeriksaan tinja, pemeriksaan

gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, pemeriksaan kadar

ureum dan kreatinin, intubasi duodenum (Nuari, 2015: 207).

Menurut peneliti pada klien 1 tidak dilakukan pemeriksaan

elektrolit karena tidak mempunyai riwayat kejang, sependapat dengan

Susilaningrum pemeriksaan elektrolit dilakukan untuk mengetahui

nilai Na, K, Ca, dan fosfor dalam serum terutama pada penderita

gastroenteritis yang mempunyai riwayat kejang dan klien 2

mempunyai riwayat kejang maka dilakukan pemeriksaan elektrolit.

Pada klien 1 dan klien 2 tidak dilakukan pemeriksaan yang lain karena

dengan pemeiksaan daah lengkap untuk mengetahui leukosit dan

elektolit bisa untuk ditegakkan diagnosa.

4.2.2 Diagnosa

Berdasarkan tabel 4.9 pada klien 1 di dapatkan 5 diagnosa

keperawatan yaitu defisit volume cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan ketidakeseimbangan suhu tubuh,

resiko integritas kulit, ansietas. Pada klien 2 di dapatkan 3 diagnosa

keperawatan yaitu defisit volume cairan dan elektrolit, gangguan pola

nafas, gangguan ketidakseimbangan suhu tubuh.


91

Menurut tinjauan pustaka diagnosa yang muncul pada klien

dengan gastroenteritis adalah defisit volume cairan dan elektrolit,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan

integritas kulit, defisit pengetahuan, intoleransi aktivitas. Diagnosa yang

ditetapkan peneliti sudah sesuai dengan kaidah penentuan masalah

keperawatan (Elmeida, 2015:166)

Perbedaan diagnosa disebabkan kondisi umum yang ditunjukkan

pada klien 1 dan klien 2 muncul diagnosa keperawatan yaitu gangguan

keseimbangan suhu tubuh. Menurut Muttaqin A. & Sari (2015:256) pada

klien gastroenteritis terjadi peningkatan suhu tubuh karena invasi virus,

bakteri kesaluran gastroenteritis sehingga terjadi output yang melebihi

intake dan menyebabkan dehidrasi akibat dehidrasi akan merangsang

hipotalamus ke anterior ke respon sistemik untuk fase dilatasi pembuluh

darah dan terjadi peningkatan suhu tubuh. Klien 2 muncul diagnosa

keperawatan yaitu gangguan pola nafas. Menurut Elmeida (2015: 166)

peningkatan pola nafas terjadi akibat asidosis metabolik karena

peningkatan produksi asam basa akibat hilangnya bikarbonat akan

menurunkan pH darah, penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan,

sehingga frekuensi napas lebih cepat dan dalam.


BAB

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pada tujuan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah, maka bab 5

ini akan menguraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi dari studi kasus

tentang Asuhan keperawatan Gastroenteritis Akut Pada Anak Dengan Defisit

Volume Cairan Dan Elektrolit di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi

tahun 2017, yaitu :

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pengkajian

Hasil pengkajian pada klien 1 dan klien 2 ditemukan kesamaan dan

kesenjangan. Pada klien 1 ditemukan keluhan yaitu muntah tanpa diare

sedangkan pada klien 2 ditemukan keluhan yaitu diare dan demam, namun

pada keduanya ditemukan masalah dehidrasi

5.1.2 Diagnosa

Asuhan keperawatan pada klien 1 di dapatkan 5 diagnosa yaitu

defisit volume cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, gangguan keseimbangan suhu tubuh, resiko kerusakan

integritas kulit, dan ansietas, sedangkan klien 2 di dapatkan 3 diagnosa

yaitu defisit volume cairan dan elektrolit, gangguan pola nafas, dan

gangguan keseimbangan suhu tubuh.

92
93

5.1.3 Intervensi

Tahap perencanaan studi kasus asuhan keperawatan pada klien

gastroenteritis dilakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi defisit

volume cairan dan elektrolit dengan mempertahankan intake dan output,

selain itu dilakukan tindakan untuk memberikan cairan rehidrasi secara

parenteral.

5.1.4 Implementasi

Pada proses implementasi asuhan keperawatan dalam mengatasi

defisit volume cairan dan elektrolit dilakukan tindakan pemberian rehidrasi

selama 24 jam. Pada klien 1 dan klien 2 sama-sama terehidrasi pada

perawatan hari 1

5.1.5 Evaluasi

Pada tahap evaluasi dilakukan selama 3 hari dengan menggunakan

SOAPIER dan tidak ditemukan kesenjangan antara fakta dan teori. Pada

klien 1 dan klien 2 sama-sama tujuan tercapai dan intevensi dipertahankan.


94

5.2 Saran

Setelah menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan

Keperawatan Gastroenteritis Akut Pada Anak Dengan Defisit Volume Cairan

dan Elektrolit di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi tahun 2017”

penulis ingin menyampaikan beberapa saran berikut:

5.2.1 Bagi Responden

Hasil dan studi kasus ini agar dapat digunakan sebagai

pengetahuan tambahan pada keluarga dari pasien dengan gastroenteritis

untuk mencegah terjadinya gastroenteritis dan memberikan pertolongan

pertama pada pasien gastroenteritis agar tidak terjadi defisit volume cairan.

Dengan cara menganjurkan kepada keluarga klien untuk tidak bermian di

lingkungan yang kotor, karena pada klien ini masih dalam tahap oral. jika

anak terjadi diare menganjurkan untuk minum sebanyak-banyaknya dan

mengajarkan cara membuat oralit.

5.2.2 Bagi Institusi

Diharapakan menambah referensi / buku keperawatan anak yang

lebih lengkap, dengan judul Asuhan Keperawatan Pediatrik.

5.2.3 Bagi Profesi

Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, sebagai tenaga

kesehatan profesional perawat diharapkan terus mengembangkan

keahliannya untuk terus meningkatkan mutu pelayanan dalam asuhan

keperawatan gastroenteritis akut pada anak dengan defisit volume cairan

dan elektrolit.
95

5.2.4 Bagi Rumah Sakit

Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit sudah memenuhi syarat

dalam pemberian asuhan keperawatan, baik tenaga medis maupun tenaga

keperawatan. Namun, alangkah lebih baik jika petugas kesehatan

khususnya di ruang Anak dapat menerapkan kiat yang dapat mencegah

dan mengurangi Ansietas pada anak sehingga anak bisa melakukan

aktivitas tanpa adanya kecemasan akibat dari Reaksi Hospitalisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep


Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Christy, Yusinta. (2014). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Dehidrasi Diare Pada Balita. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol 2, No.3

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, (2015). Profil Kesehatan Kabupaten


Banyuwangi tahun 2015, http://www.depkes.go.id. Di unduh Tanggal
23 Februari 2017, jam 19.39 WIB

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, (2014). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur tahun 2014, http://www.depkes.go.id. Di unduh Tanggal 23
Februari 2017, jam 19.39 WIB

Elmeida, Ika. (2015). Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah. Jakarta: CV. Trans Info Media

Haryono, Rudi (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.


Yogyakarta: Gosyen Publishing

Heriana, Pelapina. (2014). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Bina
Rupa Aksara Publisher

Hidayat. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Irawan, Ade (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada


Balita. Vol. 3 No. 3

Kapti, dkk. (2013). Efektivitas Audiovisual Sebagai Media Penyuluhan


Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam
Tata Laksana Balita Dengan Diare. Jurnal Ilmu Keperawatan Vol. 1
No. 1

Maryunani, Anik (2014). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-Sekolah.
Tajurhalang: In Media

Muttaqin & Kumala. (2013). Gangguan Gastroentestinal. Jakarta: Salemba


Medika

Nuari, Nian. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta: KDT

Nugroho, Taufan. (2015). Asuhan Keperawatan: Maternitas, Anak, dan


Penyakit Dalam, Yogyakarta: Nuha Medika
Nursalam. (2013). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

Palupi, Astya. (2009). Status gizi dan hubungannya dengan kejadian diare pada
anak diare akut di ruang rawat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal
Gizi klinik Indonesia. Vol. 6, No. 1

Rahmadhani. (2013). Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Angka


Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 tahun. Jurnal Kesehatan
Andalas. Vol. 2, No.2

Rahman dkk (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Diare. Vol. 1 No. 1

Sodikin. (2012). Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta:EGC

Suharyanto, S. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Perkemihan. Jakarta:CV. Trans Info Media

Susilaningrum, dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika

Tamsuri, Anas (2009). Klien Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit.


Jakarta:EGC

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Ciaran & Elektrolit.
Jakarta:EGC

Tim Pokja SDKI PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia

Wijayaningsih, Sari. (2015). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans


Info Media

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan (Edisi 10). Jakarta: EGC

Yusuf, Sulaiman. (2011). Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri,
Vol. 13, No. 4
Lampiran 1
PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth. Ibu/Bpak/Saudara .....

Saya Tutut Cahyanti (Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan, Akademi


Kesehatan RUSTIDA) bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT PADA ANAK
DENGAN DEFISIT VOLUME CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANG
ANAK RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI”.

Peneliti bermaksud meminta kesediaan ibu/bapak/saudara untuk berpartisipasi


dalam penelitian ini secara sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Ibu/bapak/saudara berhak memilih untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi
atau mengajukan keberatan atas penelitian ini. Apabila ibu membatalkan untuk
ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, tidak ada dampak negatif atau
konsekuensi apapun yang akan ibu/bapak/saudara terima.

Berikut ini beberapa hal yang akan saya jelaskan terkait penelitian ini:
1. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
gastroenteritis akut dengan defisit volume cairan dan elektrolit di ruang anak
RSUD Blambangan Banyuwangi
2. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada pasien gastroenteritis akut dengan defisit volume cairan
dan elektrolit dan menambah pengetahuan keluarga pasien dalam perawatan
gastroenteritis.
3. Jika ibu/bapak/saudara bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka
peneliti akan melakukan asuhan keperawatan secara bio-psiko-sosial dan
spiritual.
4. Peneliti melakukan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan keperawatan dan evaluasi.
5. Penelitian ini tidak akan merugikan atau menimbulkan dampak negatif bagi
responden karena menjaga kerahasiaan segala informasi tentang partisipan.
6. Peneliti akan merahasiakan identitas ibu/bapak/saudara sebagai partisipan
penelitian. Semua data dan catatan yang dikumpulkan selama penelitian ini
hanya akan dipublikasikan kepada institusi pendidikan AKES RUSTIDA dan
pihak yang terkait dengan penelitian dengan tetap menjaga kerahasiaan
identitas partisipan.
7. Hasil penelitian ini juga dapat diserahkan kepada ibu/bapak/saudara jika
menginginkannya.

Demikian penjelasan penelitian ini. Apabila dari penjelasan di atas terdapat hal-
hal yang belum dipahami atau kurang jelas, maka ibu bisa menanyakan langsung
kepada saya. Ibu/bapak/saudara dipersilahkan menandatangani lembar
persetujuan pada lampiran sebagai bukti kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Atas partisipasi ibu saya ucapkan terima kasih.
Banyuwangi, Juli 2017
Peneliti,

Tutut Cahyanti
Lampiran 4
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnose 3 juli 2017
Keperawatan
Klien 1 12 : 00 Memberikan HE kepada keluarga klien
Ketidakseimbangan tentang pentingnya menjaga asupan
nutrisi kurang dari nutrisi untuk klien
kebutuhan R / klien dan keluarga kooperatif

Berkolaborasi dengan tim gizi


16 : 00 R/ mendapatkan bubur halus rendah serat
kalori 1400

16 : 30 Menganjurkan keluarga klien untuk


mengoleskan madu ke bibir klien
R/ keluarga pasien kooperatif, bibir pasien
kering

17 : 00 Menganjurkan kepada keluarga untuk


memberikan makanan kepada pasien
sedikit tapi sering
R/ keluarga mencoba memberikan
makanan kepada klien habis 2 sendok dan
pasien muntah

22 : 30 Menjalankan kolaborasi pemberian


ranitidine parenteral IV 12,5 mg dan
ondansentron 2 mg
R/ obat masuk dan tidak ada tanda- tanda
syok
Gangguan 12 : 30 Mengobservasi tanda-tanda vital
keseimbangan suhu R/ S: 380C, N: 100x/menit, RR: 24x/
tubuh menit

13 : 00 Memberikan injeksi antrain 125 mg


R/ obat masuk dan tidak ada tanda-tanda
syok

14 : 00 Mengobservasi suhu tubuh


R/ S: 37, 80C

15 : 00 Menganjurkan kepada keluarga klien


untuk memberikan pasien banyak minum
air putih dan tirah baring
R/ keluarga kooperatif

15 : 30 Mengajarkan kepada keluarga untuk


mengompres pasien di daerah ekstermitas
dan memakaikan pasien baju yang tipis
dan dapat menyerap keringat
R/ keluarga melakukannnya

16 : 00 Mengobservasi suhu tubuh


R/ suhu : 370C

18: 00 Mengobservasi Suhu Tubuh


R/ suhu : 37, 20C

20 : 00 Mengobservasi Suhu Tubuh


R/ suhu : 37, 90C

21 : 00 Memberikan injeksi antrain 125 mg


R/ obat masuk dan tidak ada tanda-tanda
syok

22 : 00 Mengobservasi suhu tubuh


R/ suhu : 370C

Resiko integritas kulit 13 : 00 Mengkaji ada atau tidaknya tanda-tanda


infeksi
R/ sekitar anus terdapat warna kemerahan

13 : 45 Menjelaskan kepada keluarga pentingnya


menjaga kebersihan ditempat tidur
R/ keluarga mengerti

14 : 30 Mendemostrasikan cara perawatan


perianal bila basah akibat diare dan
menggantikan pakaian bawah
R/ keluarga mampu mempraktekkan

14 : 45 Mengatur posisi klien


R/ posisi klien miring kanan

16 : 00 Mengkaji ada atau tidaknya tanda-tanda


infeksi
R/ sekitar anus terdapat warna kemerahan

22 : 00 Menjalankan kolaborasi dokter


memberikan terapi ceftriaxon 250 mg
parenteral IV
Ansietas 12 : 00 Melakukan pendekatan kepada pasien
R/ klien awalnya takut dengan kedatangan
peneliti namun setelah beberapa lama
klien dan peneliti terlihat akrab

12 : 30 Melibatkan keluarga dalam perawatan


anak
R/ ibu selalu berpartisipasi dalam
merawat anaknya

14 : 00 Menciptakan lingkungan yang tenang,


aman dan nyaman
R/ ruangan terlihat sepi. 1 pasien hanya
titunggunoleh 1 pengunjung

14 : 15 Memberi dorongan kepada orang tua


untuk menemani anak
R/ keluarga selalu mendampingi pasien

14 : 30 Memberikan KIE kepada keluarga tentang


proses penyakit
R/ keluarga mengerti penjelasan peneliti

22 : 00 Menciptakan lingkungan yang tenang,


aman dan nyaman
R/ ruangan terlihat sepi. 1 pasien hanya
titunggu oleh 1 pengunjung
Diagnosa Keperawatan 5 Juli 2017
Klien 2 13 : 00 Memposisikan pasien sedikit ekstensi
Gangguan pola nafas R/ posisi pasien 450 dengan cara di ganjal
bantal

14 : 00 Memantau status pernafasan dan


oksigenasi
R/ RR : 64x/ menit, pernafasan cepat

16 : 00 Mengauskultasi jalan nafas


R/ jalan nafas suara vesikuler

19 : 00 Memberi oksigen sesuai kebutuhan


R/ pasien mendapatkan O2 2 lpm
Gangguan 18 : 00 Mengobservasi tanda-tanda vital pasien
keseimbangan suhu R/ S: 390C, N: 140x/menit, RR: 64x/
tubuh menit

18 : 30 Menganjurkan kepada keluarga untuk


memberikan kompres hangat di bagian
ekstermitas dan menganjurkan kepada
keluarga untuk mengganti pakaian pasien
dengan pakaian yang tipis
R/ keluarga melakukannya

20 : 00 Menganjurkan kepada keluarga untuk


memberikan susu
R/ keluarga memberi susu LLM 10 cc

21 : 00 Mengobservasi suhu tubuh


R/ S: 380 C, akral hangat, k/u lemah

22 : 00 Memberikan injeksi antrain 125 mg


R/ obat masuk dan tidak ada tanda-tanda
syok
Lampiran 5

EVALUASI

NO. DX TANGGAL / JAM EVALUASI (SOAP)


2. 03 Juli 2017 S:
22.30 Ibu pasien mengatakan pasien hanya
(klien 1) makan habis 2 sendok
O:
BB 8 kg, mukosa bibir kering, muntah
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Timbang BB setiap hari
2. Kolaborasi dengan tim gizi
pemberian diit yang sesuai
3. Anjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering
4. Anjurkan ibu klien untuk
mengoleskan madu ke bibir
klien
5. Kolaborasi pemberian ranitidine
3. 03 Juli 2017 S:
22.30 Ibu pasien mengatakan anaknya demam
(klien 1) O:
k/u lemah, s: 38-390C, n: 100 x/menit,
RR: 24 x/menit, akral hangat
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Observasi suhu tubuh klien
setiap 2 jam sekali
3. Anjurkan kepada klien untuk
banyak memberikan air putih
4. Berikan kompres air hangat
dengan teknik sponge daerah
ekstermitas
5. Anjurkan kepada ibu untuk
memakaikan klien baju tipis
yang dapat menyerap keringat
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat antipiretik
4. 03 juli 2017 S:
22.30 -
(klien 1) O:
Kemerahan daerah anus
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Kaji ada atau tidaknya tanda-
tanda infeksi, luka setempat
2. Libatkan dan demostrasikan
cara perawatan perianal bila
basah akibat diare
3. Anjurkan keluarga untuk
mengganti pakaian bawah yang
basah
4. Atur posisi klien selang 2 jam

5. 03 Juli 2017 S :-
22.30 O:
Ibu mendampingi anak
Pengunjung hanya satu
A: Masalah teratasi sebagia
P: Lanjutkan intervensi
1. lakukan pendekatan kepada
pasien dengan tenang dan
menyenangkan
2. Libatkan keluarga dalam
perawatan anak
3. ciptakan lingkungan yang
tenang, aman dan nyaman
4. beri dorongan kepada orangtua
untuk menemani anak
5. beri KIE kepada klien dan
keluarga tentang proses penyakit
NO. DX TANGGAL / JAM EVALUASI (SOAP)
2. 05 Juli 2017 S:
22.00 Ibu mengatakan pasien masih sesak O:
(klien 2) Terpasang O2 2 lpm
RR 64 x/menit, posisi klien semi fowler,
pernafasan cepat
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Posisikan pasien sedikit ekstensi
2. Pantau status pernafasan
3. Auskultasi jalan nafas untk
mrngetahui adanya penurunan
vaskuler
4. Beri oksigen sesuai kebutuhan

3. 05 Juli 2017 S:
22.00 Ibu pasien mengatakan pasien demam
(klien 2) O:
k/u lemah, S: 380c, RR: 64 x/ menit N:
140 x/menit. Akral hangat
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Observasi suhu tubuh klien
setiap 2 jam sekali
3. Anjurkan kepada klien untuk
banyak memberikan air putih
4. Berikan kompres air hangat
dengan teknik sponge daerah
ekstermitas
5. Anjurkan kepada ibu untuk
memakaikan klien baju tipis
yang dapat menyerap keringat
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat antipiretik
Lampiran 6

CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN 1

NO.
JAM HARI 2 JAM HARI 3
DX
1. 07.00 S: 07.00 S:
Ibu pasien mengatakan pasien Ibu pasien mengatakan pasien
BAB 7x dengan konsisten cair BAB 3x lembek
O:
O:
Balance cairan +316,8 cc
Balance cairan + 266,8 cc
Mukosa bibir kering
Mukosa bibir kering
Turgor kulit < 2 detik
Turgor kulit < 2 detik
A:
A:
Pasien terehidrasi
Pasien terehidrasi
P:
P:
5. Pertahankan intake 1. Pertahankan intake dan
dan output dengan output dengan
menghitung balance menghitung balance
cairan cairan
6. Observasi pengeluaran 2. Observasi pengeluaran
BAB BAB
7. Monitoring input dan 3. Kolaborasi pemberian
ouput cairan rehidrasi dan
8. Kolaborasi pemberian oralit
cairan rehidrasi dan I:
oralit
I: 07.30 1. Mengobservasi BAB
07.30 R/ BAB 3x dengan
1. Mengobservasi konsisten lembek
pengeluaran BAB 11.00 2. Mempertahankan intake
R/ BAB encer 7 x dan output dengan
11.00 2. Mempertahankan menghitung balance
intake dan output cairan
dengan menghitung R/ input : minum +
balance cairan infus + obat + air
R/ input : minum + metabolisme = 200cc +
infus + obat + air 1000 cc + 30 cc + 64 cc
metabolisme = 300cc = 1294cc
Output : BAK + BAB +
+ 1000 cc + 30 cc + 64
IWL = 400cc + 350cc +
cc = 1394cc 227,2cc = 777,2 cc
Output : BAK + BAB Balance cairan = 1294 –
+ IWL = 200cc + 977,2 = + 316,8
700cc + 227,2cc = 22.30 3. Mengganti cairan Infus
1127,2 cc R/ mendapatkan cairan
Balance cairan = Kaen 3B 14 tpm
+266,8
11.30
3. Memonitoring input
dan ouput
R/ output 1127,2 cc, E:
Input 194 cc, Turgor 22.30
kulit < 2 detik, mukosa S:
bibir kering Ibu klien mengatakan anaknya
22.30 4. Mengganti cairan Bab 3 x dengan konsisten
Infus lembek
R/ mendapatkan cairan O:
Kaen 3B 14 tpm balance cairan +316,8 cc
R:
Tujuan teratasi sebagian
22.30 E:
S:
Ibu klien mengatakan anaknya
Bab 7x dengan konsisten encer
O:
balance cairan +266,8 cc
mukosa bibir kering
turgor kulit < 2 detik
R:
Tujuan teratasi sebagian
2. 07.00 S: 07.00 S:
Ibu pasien mengatakan pasien Ibu pasien mengatakan pasien
hanya makan habis 5 sendok habis 7 sendok
O: O:
BB 8 kg, mukosa bibir kering, BB 8 kg, mukosa bibir lembab,
tidak muntah tidak muntah
A: A:
Masalah teratasi sebagian Masalah teratasi sebagian
P: P:
1. Timbang BB setiap
hari 1. Timbang BB setiap hari
2. Kolaborasi dengan tim 2. Kolaborasi dengan tim
gizi pemberian diit gizi pemberian diit yang
yang sesuai sesuai
3. Anjurkan klien untuk 3. Anjurkan klien untuk
makan sedikit tapi makan sedikit tapi
sering sering
4. Anjurkan ibu klien 4. Kolaborasi pemberian
untuk mengoleskan ranitidine
madu ke bibir klien I:
5. Kolaborasi pemberian 07.30 1. Berkolaborasi
ranitidine pemberian diit
I: R/ klien mendapatkan
07.30 1. Berkolaborasi diit bubur halus rendah
pemberian diit serat dengan kalori 1400
R/ klien mendapatkan 08.00 2. Menganjurkan kepada
diit bubur halus rendah keluarga untuk
serat dengan kalori memberikan makan
1400 sedikit tapi sering
08.00 2. Menganjurkan kepada R/ ibu klien
keluarga untuk melakukannya dan
memberikan makan pasien makan habis 7
sendok
sedikit tapi sering 3. Melakukan injeksi
R/ pasien habis 5 10.30 ranitidine 12,5 mg
sendok, pasien tidak secara parenteral IV
muntah R/ obat masuk dan tidak
09.00 3. Mengoleskan madu ke ada tanda-tanda syok
bibir pasien 4. Menimbang BB pasien
R/ ibu klien 12.00 R/ BB pasien 8 kg
melakukannya, 5. Melakukan injeksi
mukosa bibir lembab 22. 30 ranitidine 12,5 mg
10.30 4. Melakukan injeksi secara parenteral IV
ranitidine 12,5 mg R/ obat masuk dan tidak
secara parenteral IV ada tanda-tanda syok
R/ obat masuk dan
tidak ada tanda-tanda
syok E:
12.00 5. Menimbang BB pasien 22.30 Ibu pasien mengatakan anaknya
R/ BB pasien 8 kg menghabiskan 7 sendok dan
22.30 6. Melakukan injeksi pasien tidak muntah,
ranitidine 12,5 mg O:
secara parenteral IV mukosa bibir lembab, bb 8 kg
R/ obat masuk dan R:
tidak ada tanda-tanda Tujuan teratasi sebagian
syok

22.30 E:
S:
Ibu pasien mengatakan
anaknya menghabiskan 5
sendok dan pasien tidak
muntah
O:
Mukosa bibir lembab, bb 8 kg
R:
Tujuan teratasi sebagian
3. 07.00 S: 07.00 S:
Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
anaknya demam demamnya sudah menurun
O: O:
k/u lemah, s: 38-390C, n: 100 k/u lemah akral hangat, n:
x/menit, RR: 24 x/menit, akral 100x/menit,370c, RR/ 24
hangat x/menit
A: Masalah belum teratasi A: masalah teratasi sebagian
P: P:
7. Observasi tanda-tanda
vital 1. Observasi tanda-tanda
8. Observasi suhu tubuh vital
klien setiap 2 jam 2. Anjurkan kepada klien
sekali untuk banyak
9. Anjurkan kepada klien memberikan air putih
untuk banyak I:
memberikan air putih 11.00 1. Mengobservasi tanda-
10. Berikan kompres air tanda vital
hangat dengan teknik R/ N: 100x/menit S:
sponge daerah 370C 0C RR: 24x/menit
ekstermitas 12.00 2. Menganjurkan kepada
11. Anjurkan kepada ibu keluarga pasien untuk
untuk memakaikan memberikan air putih
klien baju tipis yang kepada pasien
dapat menyerap R/ keluarga pasien
keringat memberikan minum 250
12. Kolaborasi dengan cc dan habis semua
dokter dalam 13.00 3. Mengobservasi suhu
pemberian obat tubuh
antipiretik R/ 36,70C
I: 15.00 4. Mengobservasi suhu
tubuh
11.00 1. Mengobservasi tanda- R/ 36,9 0C
tanda vital 17.00 5. Mengobservasi suhu
R/ N: 104x/menit S: tubuh
380C RR: 23x/menit R/ 370C
12.00 2. Melakukan injeksi 20.00 6. Mengobservasi suhu
antrain 125 mg per IV tubuh
R/ obat masuk dan R/ 37,1 0C
tidak ada tanda-tanda 22.00 7. Mengobservasi suhu
syok tubuh
13.00 3. Mengobservasi suhu R/ 37 0C
tubuh pasien
R/ S: 36,60C, akral
hangat
13.30 4. Menganjurkan kepada 22.30 E:
keluarga pasien untuk S:
mengompres pasien Ibu pasien mengatakan anaknya
R/ pasien di kompres sudah tidak demam,
di axila O:
14.00 5. Memberikan air putih s: 370c, minum 250 cc
kepada pasien R:
R/ pasien minum 250 Tujuan teratasi
cc
14.15 6. Menganjurkan kepada
ibu untuk memberikan
pasien tipis yang dapat
menyerap keringat
R/ ibu pasien
mengganti pakaian
pasien
21.00 7. Melakukan injeksi
antrain 125 mg per IV
R/ obat masuk dan
tidak ada tanda-tanda
syok

22.30 E:
Ibu pasien mengatakan demam
anaknya menurun,
O:
s: 36,60c
R:
Tujuan teratasi sebagian

4. 07.00 S: 07.00 S:
- -
O: O:
Kemerahan daerah anus Kemerahan daerah anus
A: berkurang
Masalah belum teratasi A:
P: Masalah teratasi sebagian
P:
1. Kaji ada atau tidaknya
tanda-tanda infeksi, 1. Kaji ada atau tidaknya
luka setempat tanda-tanda infeksi, luka
2. Libatkan dan setempat
demostrasikan cara 2. Libatkan dan
perawatan perianal demostrasikan cara
bila basah akibat diare perawatan perianal bila
3. Atur posisi klien basah akibat diare
selang 2 jam 3. Atur posisi klien selang
I: 2 jam
10.00 1. Mengkaji ada atau I:
tidaknya tanda-tanda 10.00 1. Mengkaji ada atau
infeksi tidaknya tanda-tanda
R/ warna kemerahan infeksi
anus berkurang R/ warna kemerahan
10.45 2. Melihat keluarga klien pada anus sudah tidak
dalam perawatan ada
perianal 10.45 2. Melihat keluarga klien
R/ saat pasien BAB dalam perawatan
ibu klien mengganti perianal
pampres pasien dan R/ saat pasien BAB ibu
dibersihkan dengan klien mengganti
tisu basah pampres pasien dan
11.00 3. Mengatur posisi klien dibersihkan dengan tisu
R/ posisi klien miring basah
kanan 11.00 3. Mengatur posisi klien
22.00 4. Menjalankan R/ posisi klien
kolaborasi dokter terlentang
memberikan terapi 22.00 4. Menjalankan kolaborasi
ceftriaxon 250 mg dokter memberikan
parenteral IV terapi ceftriaxon 250 mg
R/ obat masuk per IV parenteral IV
dan tidak ada tanda- R/ obat masuk dan tidak
tanda syok ada tanda-tanda syok
22.30 E: 22.30 E:
O: O:
Warna kemerahan sekitar anus Sekitar anus sudah tidak ada
berkurang warna kemerahan
R: R:
Tujuan teratasi sebagian Tujuan teratasi
5. 07.00 S: - 07.00 S: -
O: O:
Ibu mendampingi anak Ibu mendampingi anak
Pengunjung hanya satu Pengunjung hanya satu
A: Masalah teratasi sebagia A: Masalah teratasi sebagia
P: Lanjutkan intervensi P: Lanjutkan intervensi
1. lakukan pendekatan 1. lakukan pendekatan
kepada pasien dengan kepada pasien dengan
tenang dan tenang dan
menyenangkan menyenangkan
2. Libatkan keluarga 2. Libatkan keluarga
dalam perawatan anak dalam perawatan anak
3. ciptakan lingkungan 3. ciptakan lingkungan
yang tenang, aman dan yang tenang, aman dan
nyaman nyaman
4. beri dorongan kepada 4. beri dorongan kepada
orangtua untuk orangtua untuk
menemani anak menemani anak
5. beri KIE kepada klien 5. beri KIE kepada klien
dan keluarga tentang dan keluarga tentang
proses penyakit proses penyakit
I: I:
1. Melakukan 1. Melakukan
12.00 pendekatan kepada 12.00 pendekatan kepada
pasien pasien
R/ klien awalnya R/ klien awalnya takut
takut dengan dengan kedatangan
kedatangan peneliti peneliti namun setelah
namun setelah beberapa lama klien
beberapa lama klien dan peneliti terlihat
dan peneliti terlihat akrab
akrab 12.30 2. Melibatkan keluarga
12.30 2. Melibatkan keluarga dalam perawatan anak
dalam perawatan R/ ibu selalu
anak berpartisipasi dalam
R/ ibu selalu merawat anaknya
berpartisipasi dalam 3. Menciptakan
14:00
merawat anaknya lingkungan yang
14:00 3. Menciptakan tenang, aman dan
lingkungan yang nyaman
tenang, aman dan R/ ruangan terlihat
nyaman sepi. 1 pasien hanya
R/ ruangan terlihat titunggu oleh 1
sepi. 1 pasien hanya pengunjung
14.15
titunggunoleh 1 4. Memberi dorongan
pengunjung kepada orang tua
14.15 4. Memberi dorongan untuk menemani anak
kepada orang tua R/ keluarga selalu
untuk menemani 14.30 mendapingi pasien
anak 5. Memberikan KIE
R/ keluarga selalu kepada keluarga
14.30 mendapingi pasien tentang proses
5. Memberikan KIE penyakit
kepada keluarga R/ keluarga mengerti
tentang proses penjelasan peneliti
22.00
penyakit 6. Menciptakan
R/ keluarga mengerti lingkungan yang
22.00 penjelasan peneliti tenang, aman dan
6. Menciptakan nyaman
lingkungan yang R/ ruangan terlihat
tenang, aman dan sepi. 1 pasien hanya
nyaman titunggunoleh 1
R/ ruangan terlihat pengunjung
sepi. 1 pasien hanya
titunggunoleh 1 22.30

22.30 pengunjung E:
E: S: -
S: - O:
O: Ibu mendampingi anak
Ibu mendampingi anak Pengunjung hanya satu
Pengunjung hanya satu
R-
R-
Lampiran 6

CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN 2

NO.
JAM HARI 2 JAM HARI 3
DX
1. Klien S: 07.00 S:
2 Ibu pasien mengatakan pasien Ibu pasien mengatakan pasien
07.00 BAB 4x dengan konsisten Bab 2x dengan konsisten
encer lembek
O: O:
Balance cairan + 172,4 cc Balance cairan +312,4 cc
Bb 5,4 kg, turgor kulit < 2 Bb 5,4 kg, turgor kulit < 2 detik
detik A:
A: Pasien terehidrasi
Pasien terehidrasi P:
P:
1. Pertahankan input dan
1. Pertahankan input dan ouput dengan
ouput dengan menghitung balance
menghitung balance cairan
cairan 2. Timbang BB setiap hari
2. Timbang BB setiap 3. Observasi Bab
hari 4. Kolaborasi pemberian
3. Observasi Bab cairan rehidrasi dan
4. Kolaborasi pemberian oralit
cairan rehidrasi dan I:
oralit 08.00 1. Mempertahankan intake
I: dan output dengan
07.00 1. Mempertahankan menghitung balance
intake dan output cairan
dengan menghitung R/ input : minum +
balance cairan infus + obat + air
R/ / input : minum + metabolisme = 40 cc +
infus + obat + air 810 cc + 29cc + 43,2 cc
metabolisme = 40 cc + = 922,2 cc
810 cc + 29cc + 43,2 Output : BAK + BAB +
cc = 922,2 cc IWL = 200cc + 350 cc +
Output : BAK + BAB 159,8 cc = 709,8 cc
+ IWL = 100cc + 350 Balance Cairan = input
cc + 159,8 cc = 609,8 – output = 922,2 – 909,8
cc cc = + 212,4
Balance Cairan = input 10.00 2. Melakukan kolaborasi
– output = 922,2 – pemberian cairan
609,8 cc = + 312,4 KAEN 3B
09.00 2. Melakukan kolaborasi R/ pasien mendapatkan
pemberian cairan cairan Kaen 3B 810/ 24
KAEN 3B jam
R/ pasien 12.30 3. Mengobservasi bab
mendapatkan cairan R/ pasien belum bab
Kaen 3B 810/ 24 jam 13.00 4. Menimbang bb pasien
12.00 3. Mengobservasi Bab R/ bb pasien 5,4 kg
R/ pasien bab 2x, 21.00 5. Melakukan kolaborasi
konsisten lembek pemberian cairan
13.00 4. Menimbang BB pasien KAEN 3B
R/ BB 5,4 kg R/ pasien mendapatkan
21.00 5. Melakukan kolaborasi cairan Kaen 3B 810/ 24
pemberian cairan jam
KAEN 3B
R/ pasien
mendapatkan cairan 22.00 E:
Kaen 3B 810/ 24 jam Ibu pasine mengatakan pasien
belum bab, balance cairan +
212, 4 cc
22.00 E: R:
Ibu pasien mengatakan pasien Tujuan terehidrasi
bab 2x dengan konsisten
lembek, balance cairan + 312,4
R:
Tujuan terehidrasi

2. 07.00 S: 07.00 S:
Ibu mengatakan pasien masih Ibu pasien mengatakan sesak
sesak berkurang
O: O:
Terpasang O2 2 lpm, RR 64 Terpasang O2 2 lpm, rr: 58
x/menit, pernafasan cepat, x/menit, suara nafas vesikuler
posisi pasien ekstensi, suara A:
nafas vesikuler Masalah teratasi sebagian
A: P:
Masalah teratasi sebagian
P: 1. Posisikan pasien sedikit
ekstensi
1. Posisikan pasien 2. Pantau status pernafasan
sedikit ekstensi 3. Auskultasi jalan nafas
2. Pantau status untk mrngetahui adanya
pernafasan penurunan vaskuler
3. Auskultasi jalan nafas 4. Beri oksigen sesuai
untk mrngetahui kebutuhan
adanya penurunan I:
vaskuler 09.00 1. Memposisikan pasien
4. Beri oksigen sesuai sedikit ekstensi
kebutuhan R/ posisi pasien 450
I: dengan cara di ganjal
08.25 1. Memposisikan pasien bantal
sedikit ekstensi 16.00 2. Memantau status
R/ posisi pasien 450 pernafasan dan
dengan cara di ganjal oksigenasi
bantal R/ RR : 56x/ menit
09.00 2. Memantau status Sesak berkurang
pernafasan dan 18.00 3. Mengauskultasi jalan
oksigenasi nafas
R/ RR : 58x/ menit, R/ suara nafas vesikuler
sesak berkurang 21.30 4. Memberi oksigen sesuai
10.00 3. Mengauskultasi jalan kebutuhan
nafas R/ pasien mendapatkan
R/ suara nafas O2 2 lpm
vesikuler 22.00 E:
18.00 4. Memberi oksigen Sesak pasien berkurang, rr: 56
sesuai kebutuhan x/menit
R/ pasien R:
mendapatkan O2 2 lpm Tujuan teratasi sebagian
E:
22.00 Sesak pasien berkurang, rr: 58
x/menit suara nafas vesikuler
R:
Tujuan teratasi sebagian
3. 07.00 S: 07.00 S:
Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan anaknya
anaknya masih demam sudah tidak demam lagi
O: O:
k/u lemah, S: 390C, N: k/u lemah, S: 370C, N:
140x/menit, RR: 64x/ menit, 120x/menit, RR: 58x/ menit,
akral hangat akral hangat
A: A:
Masalah belum teratasi Masalah teratasi sebagian
P: P:

1. Observasi tanda-tanda 1. Observasi tanda-tanda


vital vital
2. Observasi suhu tubuh 2. Anjurkan kepada klien
klien setiap 2 jam untuk banyak
sekali memberikan air putih /
3. Anjurkan kepada klien susu
untuk banyak I:
memberikan air putih 20.00 1. Menganjurkan kepada
4. Berikan kompres air keluarga untuk
hangat dengan teknik memberikan susu
sponge daerah R/ keluarga memberi
ekstermitas susu LLM 10 cc
5. Anjurkan kepada ibu 22.00 2. Mengobservasi tanda-
untuk memakaikan tanda vital pasien
klien baju tipis yang R/ S: 36,50C, N:
dapat menyerap 120x/menit, RR: 56x/
keringat menit, tidak demam,
6. Kolaborasi dengan akral hangat
dokter dalam
pemberian obat 22.00 E:
antipiretik Ibu mengatakan anaknya sudah
I: tidak demam lagi, S: 36,50C, N:
1. Menganjurkan kepada 120x/menit, RR: 56x/ menit
keluarga untuk R:
memberikan susu Tujuan teratasi
R/ keluarga memberi
susu LLM 10 cc
2. Mengobservasi tanda-
tanda vital pasien
R/ S: 370C, N:
120x/menit, RR: 58x/
menit
3. Menganjurkan kepada
keluarga untuk
memberikan kompres
hangat di bagian
08.00 ekstermitas dan
menganjurkan kepada
keluarga untuk
mengganti pakaian
pasien dengan pakaian
13.00 yang tipis
R/ keluarga
melakukannya
4. Memberikan injeksi
13.45 antrain 125 mg
R/ obat masuk per IV
dan tidak ada tanda-
tanda syok
5. Mengobservasi suhu
20.00 tubuh
R/ S : 370C, demam
turun, akral hangat
E:
Ibu mengatakan demam
22.00 anaknya menurun, S; 370c, rr:
58x/menit n: 120 x/menit
R:
Tujuan teratasi sebagian

Anda mungkin juga menyukai