MENINGITIS TUBERKULOSIS
oleh :
Kurnia Fitra Hasana
12101313080
Pembimbing
Prof. dr. H. Basjiruddin A, Sp S (K)
Dr. dr. Yuliarni Syafrita, Sp S (K)
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
ini merupakan salah satu bentuk komplikasi yang sering muncul pada penyakit
tuberkulosis paru. Infeksi primer muncul di paru-paru dan dapat menyebar secara
pleomorfik gram positif, berukuran 0,4 – 3 μ, mempunyai sifat tahan asam, dapat
bermultiplikasi (setiap 15 sampai 20 jam). Bakteri ini merupakan salah satu jenis
bakteri yang bersifat intracellular pathogen pada hewan dan manusia. Selain
2
tuberkulosis adalah Mycobacterium. bovis, Mycobacterium africanum, dan
Mycobacterium microti.1,3
1.2 Anatomi
Anatomi sistem saraf terutama sistem saraf pusat perlu dipahami dalam
membahas meningitis. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis.
Otak yang berada di dalam tengkorak dan medula spinalis yang berada di dalam
kolumna vertebralis diselimuti oleh tiga lapis membran pelindung yang disebut
meningen. Tiga lapisan itu adalah dura mater, araknoid mater, dan pia mater.5
1. Duramater
Duramater terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan endosteal dan lapisan
meningeal. Kedua lapisan dura mater ini bersatu dengan dengan sangat erat
kecuali pada bagian tertentu berpisah dan membentuk sinus venosus. Lapisan
tebal, membran fibrosa kuat yang melapisi otak yang melalui foramen
mater (pada sisi dalam) dan dura mater (pada sisi luar). Lapisan ini dipisahkan
oleh ruang luas yang disebut ruang subaraknoid. Ruang subaraknoid berisi
cairan serebrospinal.5
3. Piamater
Piamater merupakan membran dengan vaskularisasi yang dilapisi oleh
sel mesotelial. Lapisan ini sangat melekat pada otak melapisi girus bahkan
3
Gambar 2. Lapisan Meningen6
1.3 Epidemiologi
tuberkulosis.4
morbiditas tuberkulosis pada anak masih tinggi. Penyakit ini dapat saja menyerang
semua usia, termasuk bayi dan anak kecil dengan kekebalan alamiah yang masih
rendah. Angka kejadian tertinggi dijumpai pada anak umur 6 bulan sampai dengan
4 atau 6 tahun, jarang ditemukan pada umur dibawah 6 bulan, hampir tidak pernah
anak yang menderita tuberkulosis yang tidak diobati.3 Angka kematian pada
4
meningitis tuberkulosis berkisar antara 10-20%. Sebagian besar memberikan
gejala sisa, hanya 18% pasien yang akan kembali normal secara neurologis dan
intelektual.5
1.4 Patofisiologi
Meningitis tuberkulosis pada umumnya muncul sebagai penyebaran
tuberkulosis primer. Biasanya fokus infeksi primer ada di paru-paru, namun dapat
juga ditemukan di abdomen (22,8%), kelenjar limfe leher (2,1%) dan tidak
ditemukan adanya fokus primer (1,2%). Dari fokus primer, kuman masuk ke
sirkulasi darah melalui duktus torasikus dan kelenjar limfe regional, dan dapat
Pendapat yang sekarang dapat diterima dikemukakan oleh Rich tahun 1951.
selaput otak atau medula spinalis, akibat penyebaran kuman secara hematogen
selama masa inkubasi infeksi primer atau selama perjalanan tuberkulosis kronik
walaupun jarang.6 Bila penyebaran hematogen terjadi dalam jumlah besar, maka
dari fokus tuberkulosis (TB pasca primer). Salah satu pencetus proses reaktivasi
5
Gambar 3. Penyebaran Mycobacterium tuberculosis Dari Tempat Infeksi.6
tuberkulosis:6
A. Araknoiditis proliferatif
Proses ini terutama terjadi di basal otak, berupa pembentukan massa
mikroskopik, eksudat terdiri dari limfosit dan sel plasma dengan nekrosis
6
kranialis yang terkena akan mengalami paralisis. Saraf yang paling sering
terkena adalah saraf kranial VI, kemudian III dan IV, sehingga akan timbul
gejala diplopia dan strabismus. Bila mengenai saraf kranial II, maka
bahkan bisa buta bila terjadi atrofi papil saraf kranial II. Bila mengenai
sifatnya permanen.
B. Vaskulitis dengan trombosis dan infark pembuluh darah kortikomeningeal
yang melintasi membran basalis atau berada di dalam parenkim otak. Hal
selamat. Apabila infark terjadi di daerah sekitar arteri cerebri media atau
arteri karotis interna, maka akan timbul hemiparesis dan apabila infarknya
Pada tunika adventisia ditemukan adanya infiltrasi sel dengan atau tanpa
tampak kelainan, hanya infiltrasi sel yang ringan dan kadang perubahan
adalah arteri cerebri media dan anterior serta cabang-cabangnya, dan arteri
karotis interna. Vena selaput otak dapat mengalami flebitis dengan derajat
7
total. Mekanisme terjadinya flebitis tidak jelas, diduga hipersensitivitas
beberapa faktor, yaitu umur, berat dan lamanya sakit, respon imun pasien,
lama dan respon pengobatan yang diberikan, virulensi dan jumlah kuman juga
neurologis
8
- Demam (tidak terlalu tinggi), rasa lemah
sekitar 10-15%.
- Jika sebuah tuberkel pecah ke dalam ruang sub arachnoid maka
9
quadriparesis dapat terjadi akibat infark bilateral atau edema otak yang
berat.
-
Pada anak berusia di bawah 3 tahun, iritabel dan muntah adalah gejala
anak yang lebih besar, sakit kepala adalah keluhan utamanya, dan
(keluhan utama)
-
Akibat peradangan / penyempitan arteri di otak:
o disorientasi
o bingung
o kejang
o tremor
o hemibalismus / hemikorea
o hemiparesis / quadriparesis
o penurunan kesadaran
- Gangguan otak / batang otak / gangguan saraf kranial:
o Saraf kranial yang sering terkena adalah saraf otak III, IV, VI, dan
VII
o Tanda: - strabismus - diplopia
o ptosis - reaksi pupil lambat
o gangguan penglihatan kabur
- Terjadi akibat infark batang otak akibat lesi pembuluh darah atau
- Gejala:
o Pernapasan irregular
o Demam tinggi
o Edema papil
10
o Hiperglikemia
o Kesadaran makin menurun, irritable dan apatik, mengantuk,
Tiga stadium tersebut di atas biasanya tidak jelas batasnya antara satu
dengan yang lain, tetapi bila tidak diobati biasanya berlangsung 3 minggu sebelum
minggu.
penyakitnya telah berlangsung lebih dari 3 minggu. Hal ini terjadi apabila
kepala dan kaku kuduk. Gejala lain seperti mual muntah, penurunan nafsu makan,
11
riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis. Pada neonatus, gejalanya mungkin
minimalis dan dapat menyerupai sepsis, berupa bayi malas minum, letargi, distress
pernafasan, ikterus, muntah, diare, hipotermia, kejang (pada 40% kasus), dan
meningeal seperti kaku kuduk biasanya tidak ditemukan pada anak berusia kurang
dari 2 tahun.3
Uji tuberkulin positif. Pada 40% kasus, uji tuberkulin dapat negatif. Pada
dapat mencapai 90%. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, tetapi hingga
saat ini cara mantoux lebih sering dilakukan. Pada uji mantoux, dilakukan
lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian
uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari
Mycobacterium tuberculosa.
2. Pembengkakan : 3–9 mm → uji mantoux meragukan.
12
(Indurasi) Hal ini bisa karena kesalahan teknik,
terinfeksi Mycobacterium
13
Bila dalam penyuntikan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin) terjadi
reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi ≥ 5 mm, maka anak
kasus.
Cairan otak dan tulang belakang / liquor cerebrospinalis (dengan
medulla spinalis.
- Jumlah sel : 100 – 500 sel / μl. Mula-mula, sel
fibrinogen.
- Kadar glukosa: biasanya menurun liquor cerebrospinalis
14
pada liquor cerebrospinalis adalah ±60% dari kadar glukosa
darah.
- Kadar klorida normal pada stadium awal, kemudian menurun
- Pada pewarnaan Gram dan kultur liquor cerebrospinalis dapat
ditemukan kuman.
tuberkulosis.
Pemeriksaan EEG (electroencephalography) menunjukkan
fokal.
CT-scan kepala : Dapat menentukan adanya dan luasnya
15
ditemukan tuberkuloma yang silent, biasanya di daerah korteks
1.8 Pengobatan
kemoterapi yang sesuai, koreksi gangguan cairan dan elektrolit, dan penurunan
tekanan intrakranial. Terapi harus segera diberikan tanpa ditunda bila ada
16
- Fase intensif selama 2 bulan dengan 4 sampai 5 obat anti tuberkulosis, yakni
a.) Isoniazid
diberikan secara oral. Dosis harian yang biasa diberikan adalah 5-15 mg /
kgBB / hari, dosis maksimal 300 mg / hari dan diberikan dalam satu kali
dan 300 mg, dan dalam bentuk sirup 100 mg / 5 ml. Konsentrasi puncak
1-2 jam dan menetap paling sedikit selama 6-8 jam. Isoniazid terdapat
dalam air susu ibu yang mendapat isoniazid dan dapat menembus sawar
biasanya lebih banyak terjadi pada pasien dewasa dengan frekuensi yang
17
neuritis perifer, dapat diberikan piridoksin dengan dosis 25-50 mg satu
b.) Rifampisin
diberikan dalam bentuk oral, dengan dosis 10-20 mg / kgBB / hari, dosis
maksimalmya 600 mg per hari dengan dosis satu kali pemberian per hari.
rifampisin adalah perubahan warna urin, ludah, keringat, sputum, dan air
umumya tersedia dalam bentuk kapsul 150 mg, 300 mg, dan 450 mg.4
c.) Pirazinamid
18
Obat ini bersifat bakterisid hanya pada intrasel dan suasana asam dan
karena pirazinamid sangat baik diberikan pada saat suasana asam yang
timbul akibat jumlah kuman yang masih sangat banyak. Efek samping
d.) Streptomisin
ekstraselular pada keadaan basal atau netral, sehingga tidak efektif untuk
dengan dosis 15-40 mg / kgBB / hari, maksimal 1 gram / hari, dan kadar
melewati selaput otak yang meradang, tetapi tidak dapat melewati selaput
utamanya saat ini adalah jika terdapat kecurigaan resistensi awal terhadap
19
streptomisin terjadi pada nervus kranial VIII yang mengganggu
dapat merudak saraf pendengaran janin, yaitu 30% bayi akan menderita
tuli berat.4
e.) Etambutol
kgBB / hari, maksimal 1,25 gram / hari dengan dosis tunggal. Kadar
bentuk tablet 250 mg dan 500 mg. Etambutol ditoleransi dengan baik
oleh dewasa dan anak-anak pada pemberian oral dengan dosis satu atau
dua kali sehari, tetapi tidak berpenetrasi baik pada SSP, demikian juga
20
pasca pengobatan. Rekomendasi WHO yang terakhir mengenai
digunakan.4
sebagai terapi ajuvan. Penggunaan steroid selain sebagai anti inflamasi, juga dapat
menurunkan tekanan intrakranial dan mengobati edema otak. Steroid yang dipakai
adalah prednison dengan dosis 1-2 mg / kgBB / hari selama 4-6 minggu, setelah
itu dilakukan penurunan dosis secara bertahap (tappering off) selama 4-6 minggu
1.9 Komplikasi
Komplikasi yang paling menonjol dari meningitis tuberkulosis adalah
gejala sisa neurologis (sekuele). Sekuele terbanyak adalah paresis spastik, kejang,
kelainan saraf otak, nistagmus, ataksia, gangguan ringan pada koordinasi, dan
spastisitas. Komplikasi pada mata dapat berupa atrofi optik dan kebutaan.
oleh penyakitnya sendiri. Gangguan intelektual terjadi pada kira-kira 2/3 pasien
yang hidup. Pada pasien ini biasanya mempunyai kelainan EEG yang berhubungan
21
Kalsifikasi intrakranial terjadi pada kira-kira 1/3 pasien yang sembuh. Seperlima
pasien yang sembuh mempunyai kelainan kelenjar pituitari dan hipotalamus, dan
1.10 Prognosis
Prognosis pasien berbanding lurus dengan tahapan klinis saat pasien
dapat meninggal dunia. Prognosis juga tergantung pada umur pasien. Pasien yang
berumur kurang dari 3 tahun mempunyai prognosis yang lebih buruk daripada
22
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 67 tahun
Pekerjaan : Tani
Alloanamnesis
Seorang pasien laki-laki, Tn. A, umur 67 tahun dirawat di bangsal saraf RSUP
Keluhan Utama
Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran sejak 2 hari yang lalu yang terjadi secara berangsur-
angsur. Awalnya pasien banyak tidur namun masih menyahut dan membuka
Keluhan diawali nyeri kepala sejak 3 bulan yang lalu, nyeri terutama
nyeri berkurang saat dibawa istirahat dan minum obat penghilang nyeri.
23
Tidak tampak kelemahan anggota gerak oleh keluarga.
Demam sejak tiga minggu yang lalu, tidak tinggi, terus menerus dan tidak
Riwayat diabetes melitus, hipertensi, stroke, dan penyakit jantung tidak ada
Riwayat tumor dibagian tubuh lain, yaitu tumor di paru kanan
Riwayat batuk-batuk lama ada, batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu
penyakit jantung.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Somnolen. GCS 12 (E3M5V4)
Nadi/ irama : 80x/menit, teratur
Pernafasan : 20x/menit
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Suhu : 36,2oC
II. Status Internus
Kulit : turgor kulit kembali cepat, tidak ditemukan adanya kelainan
Kelenjar getah bening
24
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Aksila : tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : pupil bulat isokor dengan diameter 3mm/3mm, reflek cahaya
+/+, Doll’s eye movement bergerak bebas, reflek
kornea +/+
Telinga : reflex occuloauditorik (+)
Hidung : tidak ada kelainan
Tenggorok : reflek muntah (+), uvula ditengah
Gigi dan Mulut : plika nasolabialis simetris kiri dan kanan
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Paru :
Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan keadaan statis dan
dinamis
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas menurun pada lapangan paru kanan setinggi RIC
25
Nervus II : Tajam penglihatan menurun ODS, Reflek cahaya
+/+
Nervus III, IV,VI : Ptosis (-), bola mata bergerak
4mm/4mm
Nervus V : Baik
Nervus VII : Plica nasolabialis simetris
Nervus VIII : Baik
Nervus IX : Reflek muntah (+)
Nervus X : Baik
Nervus XI : Baik
Nervus XII : Baik
2. Koordinasi : tidak dapat dinilai
3. Motorik
Gerakan : aktif
Kekuatan : 555 555
555 555
Tonus : eutonus
Tropi : eutrofi
4. Sensorik
Proprioseptif dan eksteroseptif baik
5. Fungsi otonom
Miksi : neurogenic bladder (-)
Defekasi : baik
Sekresi keringat : ada
6. Refleks
Reflek Fisiologis
Biseps : ++/++
Triseps : ++/++
KPR : ++/++
APR : ++/++
Reflek Patologis
Babinsky : -/-
Chaddok : -/-
Oppenheim : -/-
Schaefer : -/-
Gordon : -/-
Hoffman trommer : -/-
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah :
26
Rutin : Hb : 12,4 gr/dl
Leukosit : 18.290/mm3
Trombosit : 350.000/mm3
Hematokrit : 38%
Kimia darah : Ureum : 23 mg/dl
Kreatinin : 0,6 mg/dl
Gula darah sewaktu : 88 mg/dl
- -
Warna : Bening Volume : ± 2 cc
- -
Aliran : cepat Kekeruhan : negatif
- -
None :+ Warna : bening
- -
Pandi : ++ Jumlah sel : 2/mm3
-
Lab : Glukosa : 70 mg/dl
DIAGNOSIS
27
FOLLOW UP
25 Agustus 2016:
S/ pasien sadar, nyeri kepala, demam, dan sesak nafas tidak ada
O/
KU Kesadaran TD Nd Nf T
sedang CM 90/50 60x/ menit 20x/menit 36,40C
Status Internus : suara napas menurun di lapangan paru dextra setinggi RIC IV
Status Neurologikus :
GCS 15 (E4M6V5)
↑ TIK (-), TRM: kaku kuduk (+) kernig (+) brudzinsky I II (-)
Pupil isokor 3mm/3mm, Refleks cahaya +/+
Motorik: ekstremitas kanan atas 555 kiri atas 555 kanan bawah 555 kiri
bawah 555
A/ Meningitis TB
Susp. Tumor paru dextra
P/ IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Inj Dexametason 4x10 mg tapp off
Inj Ranitidin 2x50 mg
Ceftriaxon 2x2 gr
Paracetamol 3x750 mg
26 Agustus 2017:
S/ Sadar (+), nyeri kepala (-), demam (-)
O/
KU Kesadaran TD Nd Nf T
Sedang CMC 110/70 80x/ menit 18x/menit 36,50C
Status Internus : Rh -/-, Wh -/-
Status Neurologikus :
GCS 15 (E4M6V5)
TRM (+), ↑ TIK (-)
N. cranialis : pupil isokor 3mm/3mm, RC +/+
A/ Meningitis TB
Tumor paru dextra
P/ IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Inj Dexametason 4x10 mg tapp off
Inj Ranitidin 2x50 mg
Ceftriaxon 2x2 gr
Paracetamol 3x750mg
28
DISKUSI
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 24 Agustus 2017 dengan diagnosis klinik
pada saat pasien masuk adalah meningitis subakut. Diagnosis topik adalah
pemeriksaan penunjang.
kesadaran sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit yang terjadi secara berangsur-
angsur. Awalnya pasien banyak tidur namun masih menyahut dan membuka mata saat
dipanggil keluarga. Keluhan ini diawali nyeri kepala sejak 3 bulan yang lalu, nyeri
terutama dirasakan pada seluruh bagian kepala. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk,
nyeri berkurang saat dibawa istirahat dan minum obat penghilang nyeri. Tidak
tampak kelemahan anggota gerak oleh keluarga. Pasien memiliki riwayat demam
sejak tiga minggu yang lalu, tidak tinggi, terus menerus dan tidak menggigil. Demam
juga tidak disertai dengan batuk dan sesak nafas. Penurunan BB drastis tidak ada.
Kejang, muntah dan riwayat trauma kepala tidak ada. Pasien memiliki riwayat tumor
dibagian tubuh lain, yaitu tumor di paru kanan. Selain itu, riwayat batuk-batuk lama
ada pada pasien, dimana batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu. Pasien merupakan
12 (E3M5V4). Suara nafas terdengar melemah pada lapangan paru kanan setinggi RIC
29
IV. Pada status neurologis, nervus kranialis baik, namun didapatkan kaku kuduk
positif dan tanda kernig positif. Tanda-tanda peningkatan TIK tidak ada. Pupil isokor
Ø 3mm/3mm, reflek cahaya +/+, bola mata bergerak bebas, plika nasolabialis
simetris, reflek muntah (+), motorik dan sensorik normal, serta reflek fisiologis dan
pungsi. Rontgen foto thorak dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tanda-
tanda infeksi TB pada paru dan untuk melihat kelainan lain. Lumbal pungsi dilakukan
untuk memastikan penyebab infeksi pada pasien karena dengan hasil pemeriksaan
kolf, O2 3L/menit, dan MB TKTP. Untuk penatalaksanaan secara khusus diberikan inj
dexametason 4x10 mg tapp off, inj ranitidin 2x50 mg, Ceftriaxon 2x2 gr, Paracetamol
3x750mg.
Prognosis pada pasien dengan meningitis TB ini mengarah ke perbaikan,
dilihat dari perkembangan pasien setiap hari. Pasien harus diterapi TB sampai tuntas
selama 6 bulan.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Meningitis Research Foundation. 2008. Understand Meningits And
http://www.meningitis.org/.
2. Microbiology Bytes. 2007. Mycobacterium tuberculosis. Cited 22 Agustus
http://www.microbiologybytes.com/video/Mtuberculosis.html.
3. Azhali, MS., Garna, Herry., Chaerulfatah, Alex., Setiabudi, Djatnika. Infeksi
Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Bandung: Bagian Ilmu
Available from
http://embryology.med.unsw.edu.au/Defect/images/Mycobacterium-
tuberculosis.jpg.
7. Gerdunas TBC. 2005. Penemuan Penderita TBC Pada Anak. Cited 23
http://update.tbcindonesia.or.id/module/article.php?
articleid=11&print=1&pathid=.
8. Japardi, Iskandar. 2002. Cairan Serebrospinal. . Cited 24 Agustus 2017.
q=cache:xphPjYDb40J:library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar
31
%2520japardi5.pdf+sarang+laba-laba
2008.
9. Sidharta, Priguna, 2009. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. 7th ed.
32