Anda di halaman 1dari 12

Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20171

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session


Karsinoma Nasofaring
Else Gempita Sari, Radhia Ashabul Kahfi Bey, Rani Fajra, Wirza Rahmania Putri

Anatomi

Nasofaring merupakan suatu ruang


berbentuk trapezoid dengan ukuran tinggi kira-kira 4
cm, lebar 4 cm dan anteroposterior 3 cm yang terletak
di belakang hidung. Rongga ini sangat sulit untuk
dilihat, sehingga dahulu disebut “rongga buntu atau
rongga tersembunyi. Batas-batas rongga nasofaring,
di sebelah depan adalah koana (nares posterior).
Sebelah atas, yang juga merupakan atap adalah basis
cranii. Sebelah belakang adalah jaringan mukosa di
depan vertebra servikal. Sebelah bawah adalah ismus
faring dan palatum mole, dan batas lainnya adalah
dua sisi lateral. Dinding anterior dibentuk oleh koana
dan batas posterior septum nasi. Dinding lateral Gambar 1.2 Anatomi Nasofaring
terdapat muara tuba Eustachius. Dinding nasofaring
2. Fosa Nasofaring atau Forniks Nasofaring
diliputi oleh mukosa dengan banyak lipatan atau
Struktur ini berupa lekukan kecil yang
kripta. Secara histologi mukosa nasofaring dibentuk
merupakan tempat predileksi fibroma nasofaring atau
oleh epitel berlapis silindris bersilia (pseudostratified
angiofibroma nasofaring.2
ciliated columnar epithelium) yang ke arah orofaring
akan berubah menjadi epitel gepeng berlapis
3. Torus Tubarius
(stratified squamous epithelium). Di antara keduanya
Merupakan suatu tonjolan tempat muara dari
terdapat epitel peralihan (transitional epithelium) yang
saluran tuba Eustachii (ostium tuba).2
terutama didapatkan pada dinding lateral di daerah
fosa Rosenmuller.1,2 4. Fosa Rosenmulleri
Fossa Rosenmulleri merupakan suatu lekuk
kecil yang terletak di sebelah belakang torus tubarius.
Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai
alur kecil yang disebut sulkus salfingo-faring. Fossa
Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi
epitel pipih. Tempat pergantian ini dianggap
merupakan predileksi terjadinya keganasan
nasofaring.2

Mukosa atau selaput lendir nasofaring terdiri


dari epitel yang bermacam-macam, yaitu epitel
kolumnar simpleks bersilia, epitel kolumnar berlapis,
epitel kolumnar berlapis bersilia, dan epitel kolumnar
berlapis semu bersilia. Pada tahun 1954, Ackerman
dan Del Regato berpendapat bahwa epitel semu
berlapis pada nasofaring ke arah mulut akan berubah
mejadi epitel pipih berlapis. Demikian juga epitel yang
Gambar 1.1 Bagian-bagian dari Faring ke arah palatum molle, batasnya akan tajam dan jelas
sekali. Yang terpenting di sini adalah pendapat umum
Bangunan-bangunan penting yang terdapat bahwa asal tumor ganas nasofaring itu adalah tempat-
di nasofaring adalah: tempat peralihan atau celah-celah epitel yang masuk
ke jaringan limfe di bawahnya.2
1. Adenoid atau Tonsila Lushka
Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak Walaupun fosa Rosenmulleri atau dinding
usia kurang dari 13 tahun. Pada orang dewasa lateral nasofaring merupakan lokasi keganasan
struktur ini telah mengalami regresi.2 tersering, tapi kenyataannya keganasan dapat juga
terjadi di tempat-tempat lain di nasofaring. Moch.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20172
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Zaman mengemukakan bahwa keganasan nasofaring nyeri mungkin berasal dari penyakit infeksius,
dapat juga terjadi pada: sedangkan kelenjar getah bening yang tanpa rasa
nyeri paling mungkin merupakan penyakit keganasan.
1. Dinding atas nasofaring atau basis kranii dan Daerah pembesaran kelenjar getah bening yang
tempat di mana terdapat adenoid. multipel biasanya menunjukkan penyakit sistemik
2. Di bagian depan nasofaring yaitu terdapat di pinggir seperti limfoma, tuberkulosis, atau mononukleois
atau di luar koana. infeksiosasedangkan kelenjar yang soliter seringkali
3. Dinding lateral nasofaring mulai dari fosa metastatik. Kelenjar getah bening leher bagian bawah
Rosenmulleri sampai dinding faring dan palatum paling mungkin berasal dari penyakit keganasan yang
molle.2 berasal dari bagian tubuh lain selain kepala dan leher,
sedangkan kelenjar pada leher bagian atas paling
mungkin sekunder dari kepala dan leher.3

Definisi

Karsinoma nasofaring adalah keganasan


yang berasal dari sel epitel yang melapisi nasofaring.
Pusat pertumbuhan tumor sering berawal dari fossa
Rosenmuller, dari situ tumor mulai meluas kemudian
menginvasi area atau organ lain yang berbatasan
dengan nasofaring.4

Epidemiologi

Pada tahun 2012 tercatat 86.500 kasus


karsinoma nasofaring di seluruh dunia, dengan
persentasi 0.6% dari semua jenis kanker. 71% kasus
Gambar 1.3. Kelenjar Limfatik Servikal baru ditemukan di Asia tenggara dan Asia timur, serta
sebagian kecil di Asia Selatan-Tengah, Afrika Utara
dan Selatan.4

Karsinoma nasofaring merupakan tumor


ganas daerah kepala-leher terbanyak ditemukan di
Indonesia, yaitu hampir meliputi 60%. Berdasarkan
data Laboratorium Patologi Anatomi karsinoma
nasofaring selalu berada dalam peringkat lima besar
dari tumor ganas di seluruh tubuh manusia.5

Etiologi Dan Faktor Resiko

Ada banyak faktor resiko dan etiologi yang


dapat dikaitkan dengan karsinoma nasofaring. Hasil
penelitian terhadap penduduk Cina Selatan
menunjukkan bahwa ikan asin merupakan salah satu
faktor penyebab munculnya karsinoma nasofaring.
Faktor lainnya adalah konsumsi alkohol, merokok,
paparan debu, asap, dan formaldehida. Di daerah
endemik, Epstein-Barr Virus (EBV) berkaitan erat
Gambar 1.4 Level KGB leher10
dengan perkembangan karsinoma nasofaring. Infeksi
Pembuluh getah bening yang saling EBV ditemukan pada 90%-100% kasus karsinoma
menyilang dibagian tengah dan menuju ke kelenjar nasofaring di daerah endemik.6
Rouviere yang terletak pada bagian lateral ruang
1.Virus Epstein Barr
retrofiring merupkan sistem limfatik daerah
EBV merupakan faktor risiko mayor
nasofaring. terdiri dari, selanjutnya menuju ke kelenjar
karsinoma nasofaring. Sebagian besar infeksi EBV
limfa disepanjang vena jugularis dan kelenjar limfa
tidak menimbulkan gejala. EBV menginfeksi dan
yang terletak dipermukaan superfisial. 2
menetap secara laten pada 90% populasi dunia. Di
Letak pembesaran kelenjar getah bening Hong Kong, 80% anak terinfeksi pada umur 6 tahun,
merupakan petunjuk penting dari letak hampir 100% mengalami serokonversi pada umur 10
penyakitprimer.Terdapat beberapa petunjuk umum tahun. Infeksi EBV primer biasanya subklinis.
yang mungkin membanfu dalam penilaian kelenjar Transmisi utama melalui saliva, biasanya pada Negara
getah bening leher. Kelenjar gerah bening leher yang berkembang yang kehidupannya padat dan kurang

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20173
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

bersih. Limfosit B adalah targetutama EBV, jalur Beberapa peneliti menyatakan bahwa
masuk EBV ke sel epitel masih belum jelas, replikasi insidens karsinoma nasofaring yang tinggi di Cina
EBV dapat terjadi di sel epitel orofaring. Virus Epstein- Selatan dan Afrika Utara disebabkan karena asap dari
Barr dapat memasuki sel-sel epitel orofaring, bersifat pembakaran kayu bakar. Sembilan puluh tiga persen
menetap (persisten), tersembunyi (laten) dan penderita karsinoma nasofaring tinggal di rumah
sepanjang masa (life-long). Antibodi Anti-EBV dengan ventilasi buruk dan mempunyai riwayat
ditemukan lebih tinggi pada pasien karsinoma terkena asap hasil bakaran kayu bakar. Pajanan asap
nasofaring, pada pasien karsinoma nasofaring terjadi hasil kayu bakar lebih dari 10 tahun meningkatkan 6
peningkatan antibody IgG dan IgA, hal ini dijadikan kali lipat terkena karsinoma nasofaring. 7
pedoman tes skrining karsinoma nasofaring pada 6. Alkohol
populasi dengan risiko tinggi.7 Konsumsi alkohol tidak berhubungan dengan
2. Ikan asin peningkatan risiko karsinoma nasofaring. 7
Paparan non-viral yang paling konsisten dan 7. Obat Herbal
berhubungan kuat dengan risiko karsinoma nasofaring Pada populasi Asia, beberapa penelitian
adalah konsumsi ikan asin. Konsumsi ikan asin melaporkan 2 sampai 4 kali lipat peningkatan risiko
meningkatkan risiko 1,7 sampai 7,5 kali lebih tinggi karsinoma nasofaring karena penggunaan obat herbal
dibanding yang tidak mengkonsumsi. Diet konsumsi tradisional, tetapi tiga penelitian di Cina Selatan tidak
ikan asin lebih dari tiga kali sebulan meningkatkan menemukan hubungan obat herbal dengan karsinoma
risiko karsinoma nasofaring. Potensi karsinogenik ikan nasofaring. Di Filipina, penggunaan obat herbal
asin didukung dengan penelitian pada tikus tradisional meningkatkan risiko karsinoma nasofaring,
disebabkan proses pengawetan dengan garam tidak terutama pada orang yang mempunyai titer antibodi
efisien sehingga terjadi akumulasi nitrosamin yang anti-HBV tinggi. 7
dikenal karsinogen pada hewan. Enam puluh dua 8. Pajanan Pekerjaan
persen pasien karsinoma nasofaring mengkonsumsi Pajanan pekerjaan terhadap fume, asap,
secara rutin makanan fermentasi yang diawetkan. debu atau bahan kimia lain meningkatkan risiko
Tingginya konsumsi nitrosamin dan nitrit dari daging, karsinoma nasofaring 2 sampai 6 kali lipat.
ikan dan sayuran yang berpengawet selama masa Peningkatan risiko karsinoma nasofaring karena
kecil meningkatkan risiko karsinoma nasofaring. pajanan kerja terhadap formaldehid sekitar 2 sampai 4
Delapan puluh delapan persen penderita karsinoma kali lipat. Namun sebuah meta-analisis dari 47
nasofaring mempunyai riwayat konsumsi daging asap penelitian tidak mendukung hubungan formaldehid
secara rutin. 7 dengan karsinoma nasofaring. Stimulasi dan inflamasi
3. Buah dan Sayuran Segar jalan nafas kronik, berkurangnya pembersihan
Konsumsi buah dan sayuran segar seperti mukosiliar, dan perubahan sel epitel mengikuti
wortel, kobis, sayuran berdaun segar, produk kedelai tertumpuknya debu kayu di nasofaring memicu
segar, jeruk, konsumsi vitamin E atau C, karoten karsinoma nasofaring, paparan ke pelarut dan
terutama pada saat anak-anak, menurunkan risiko pengawet kayu, seperti klorofenol juga memicu
karsinoma nasofaring. Efek protektif ini berhubungan karsinoma nasofaring. Paparan debu kayu yang hebat
dengan efek antioksidan dan pencegahan meningkatkan risiko karsinoma nasofaring karena
pembentukan nitrosamin. 7 iritasi dan inflamasinasofaring langsung atau melalui
4. Tembakau endotoksin bakteri. Paparan tempat kerja yang panas
Sejak tahun 1950 sudah dinyatakan bahwa atau produk bakaran meningkatkan dua kali lipat risiko
merokok menyebabkan kanker. Merokok terkena karsinoma nasofaring. Paparan debu kayu di
menyebabkan kematian sekitar 4 sampai 5 juta per tempat kerja lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko
tahunnya dan diperkirakan menjadi 10 juta per terkena karsinoma nasofaring. 7
tahunnya pada 2030. Rokok mempunyai lebih dari Penelitian lain juga menjelasskan bahwa
4000 bahan karsinogenik, termasuk nitrosamin yang pesisida termasuk kedalam 15 variabel yang
meningkatkan risiko terkena karsinoma nasofaring. berhubungan secara langsung dengan terjadinya
Kebanyakan penelitian menunjukkan merokok karsinoma nassoaring. 13
meningkatkan risiko karsinoma nasofaring sebanyak 2 9. Pajanan Lain
sampai 6 kali. Perokok lebih dari 30 bungkus per Riwayat infeksi kronik telinga, hidung,
tahun mempunyai risiko besar terkena karsinoma tenggorok dan saluran napas bawah meningkatkan
nasofaring. Kebanyakan penderita karsinoma risiko karsinoma nasofaring sebanyak dua kali lipat.
nasofaring merokok selama minimal 15 tahun (51%) Bakteri yang menginfeksi saluran nafas dapat
dan mengkonsumsi tembakau dalam bentuk lain mengurai nitrat menjadi nitrit, kemudian dapat
(47%). Merokok lebih dari 25 tahun meningkatkan membentuk bahan N-nitroso yang karsinogenik. Di
risiko karsinoma nasofaring. Merokok lebih dari 40 Taiwan, kebiasaan mengunyah betel nut (Areca
tahun meningkatkan 2 kali lipat risiko karsinoma catechu) selama lebih dari 20 tahun berhubungan
nasofaring. 7 dengan peningkatan 70% risiko karsinoma nasofaring.
5. Asap lain Sebuah penelitian ekologi di Cina Selatan menemukan
2 sampai 3 kali lipat kadar nikel di nasi, air minum, dan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20174
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

rambut penduduk yang tinggal di wilayah yang tinggi Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi
insiden karsinoma nasofaringnya. Penelitian lain baik, sedang dan buruk.
menyatakan bahwa kandungan nikel, zinc dan
cadmium pada air minum lebih tinggi di wilayah yang 2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing
tinggi insiden karsinoma nasofaringnya. Kadar nikel Carcinoma).
pada air minum, kadar elemen alkali seperti Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi,
magnesium, kalsium, strontium yang rendah pada tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa tanpa
tanah, dan tingginya kadar radioaktif seperti thorium jembatan intersel. Pada umumnya batas sel cukup
dan uranium pada tanah berperan pada mortalitas jelas.
karsinoma nasofaring, namun masih perlu dibuktikan
dengan penelitian epidemiologi analitik. Risiko 3. Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated
karsinoma nasofaring juga meningkat berhubungan Carcinoma).
dengan makanan berpengawet lain seperti daging, Pada tipe ini sel tumor secara individu
telur, buah dan sayur terutama di Cina Selatan, Asia memperlihatkan inti yang vesikuler, berbentuk oval
Tenggara, Afrika Utara/Timur Tengah dan penduduk atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya
asli Artik. 7 batas sel tidak terlihat dengan jelas.
10. Familial Clustering Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi
Kerabat pertama, kedua, ketiga pasien mempunyai sifat yang sama, yaitu bersifat
karsinoma nasofaring lebih berisiko terkena karsinoma radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi
nasofaring. Orang yang mempunyai keluarga tingkat tidak begitu radiosensitif.
pertama karsinoma nasofaring mempunyai risiko Penentuan stadium untuk karsinoma
empat sampai sepuluh kali dibanding yang tidak. nasofaring digunakan sistem menurut American Joint
Risiko kanker kelenjar air liur dan serviks uterus juga Committee on Cancer (AJCC) edisi ke-7 tahun 2010.
meningkat pada keluarga dengan kasus karsinoma
nasofaring. Faktor risiko lingkungan seperti ikan asin, Klasifikasi TNM menurut AJCC 2010:
merokok dan paparan pada produk kayu
Tumor Primer (T)
meningkatkan level antibodi anti- EBV dan beberapa
polimorfasi genetik. Kasus familial biasanya pada tipe
Tx :Tumor primer tidak dapat dinilai
II dan III, sedangkan tipe I non familial. 7
11. Human Leukocyte Antigen Genes T0 :Tidak terbukti adanya tumor primer
Di Cina Selatan dan populasi Asia lain,
Human Leukocyte Antigen-A2-B46 dan B-17 Tis :Karsinoma in situ
berhubungan dengan peningkatan dua sampai tiga
kali lipat risiko karsinoma nasofaring. Sebaliknya T1: Tumor terbatas di nasofaring atau tumor meluas
Human LeukocyteAntigen-A11 menurunkan 30%-50% ke orofaring dan /kavum nasi tanpa perluasan ke
risiko terkena karsinoma nasofaring pada ras Kulit parafaring.
Putih dan Cina, B13 pada ras Cina, dan A2 pada ras
T2 :Tumor dengan perluasan ke daerah parafaring.
Kulit Putih. Sebuah meta analisis pada populasi di
Cina Selatan menunjukkan peningkatan karsinoma
T3 :Tumor melibatkan struktur tulang dasar tengkorak
nasofaring pada HLAA2, B14 dan B46, dan penurunan
dan/atau sinus paranasal
karsinoma nasofaring pada HLA-A11, B13 dan
B22.10. 7 T4 :Tumor dengan perluasan intrakranial dan/atau
12. Variasi Genetik Lain terlibatnya saraf kranial, hipofaring, orbita atau dengan
Polimorfi di sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) perluasan ke fossa infratemporal / ruang mastikator.
dan CYP2A6 dan ketiadaan Glutation S-transferase
M1 (GSTM1) dan atau GSTT1 berhubungan dengan KGB Regional (N)
peningkatan risiko dua sampai lima kali lipat terkena
karsinoma nasofaring. Di Thailand dan Cina, polimorfi NX : KGB regional tidak dapat dinilai
pada polymericimmunoglobulin receptor (PIGR),
sebuah reseptor permukaan sel memudahkan N0 :Tidak ada metastasis ke KGB regional
masuknya EBV masuk ke epitel hidung dan
N1: Metastasis kelenjar getah bening leher unilateral
meningkatkan risiko karsinoma nasofaring. 7
dengan diameter terbesar 6 cm atau kurang, di atas
Klasifikasi Dan Stadium
fossa supraklavikular, dan/atau unilateral atau bilateral
Klasifikasi gambaran histopatologi yang kelenjar getah bening retrofaring dengan diameter
direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia terbesar 6 cm atau kurang.
(WHO), dibagi atas 3 tipe, yaitu :4
N2: Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan
1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
diameter terbesar 6 cm atau kurang, di atas fossa
(Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).
supraklavikular.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20175
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

N3: Metastasis pada kelenjar getah bening diatas 6 Perluasan tumor juga dapat menimbulkan gangguan
cm dan/atau pada fossa supraklavikular: pada nevus VI.6

N3a: Diameter terbesar lebih dari 6 cm Diagnosis

N3b :Meluas ke fossa supraklavikular Diagnosis ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
Metastasis Jauh (M) penunjang. Dari anamnesis didapatkan keluhan
penderita karsinoma nasofaring sangat bervariasi.
M0: Tanpa metastasis jauh Pada stadium dini keluhan sering tidak menimbulkan
kecurigaan atas adanya tumor ini. Keluhan tersebut
M1 :Metastasis jauh biasanya berupa keluhan telinga, hidung atau
keduanya. Pada stadium lanjut, kecurigaan pada
Stadium T N M penyakit ini akan mudah timbul dan sering ditemukan
I T1 N0 M0
ialah pembesaran kelenjar limfe leher, gejala kelainan
II T1 N1 M0
III T2 N0-1 M0 saraf kranial atau gejala akibat metastase jauh yang
IVA T1-2 N2 M0 sangat berat dirasakan pasien.8
IVB T3 N0-2 M0
IVC T4 N0-2 M0 Pemeriksaan fisik nasofaring secara
Semua T N3 M0 konvensional adalah dengan menggunakan kaca
Semua T Semua N M1 rinoskopi posterior. Pemeriksaan yang lebih sempurna
Tabel 1. Stadium KNF berdasarkan AJCC 2010 adalah dengan menggunakan nasofaringoskopi baik
yang fleksibel maupun yang kaku. 8

Gejala Klinis Persoalan diagnostik sudah dapat


dipecahkan dengan pemeriksaan CT-Scan daerah
Gejala karsinoma nasoaring dapat dibagi kepala dan leher sehingga tumor primer yang
dalam 4 kelompok, yaitu gejala nasoaring, gejala tersembunyi pun dapat ditemukan. Diagnosis pasti
telinga, gejala mata dan sara, serta metastasis atau ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring.
gejala di leher. Gejala nasoaring berupa epistaksis Biopsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dari
ringan atau sumbatan hidung. 10 hidung atau dari mulut, dipandu dengan menggunakan
nasofaringoskop. Biopsi tumor nasofaring umumnya
Gangguan pada telinga timbul karena tempat dilakukan dengan analgesia topikal xylocain 10%.5
asal tumor dekat muara eustachius (fosssa
rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, rasa Pemerikaan IgA anti EA dan IgA anti VCA
tidak nyaman hingga nyeri pada telinga. 10 untuk infeksi virus EBV menunjukkan kmajuan dalam
mendeteksi karsinoma nasofaring. 10
Penjalaran melalui foramen laserum akan
mengenai saa otak ke III, IV, VI dan dapat pula ke V, Diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsi
sehingga pasien datang sering dengan gejala diplopia. nasoaring. Biopsi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
Neuralgia trigeminal, atau hipoastesi juga sering dari hidung tanpa melihat jenis tumornya (blind
ditemukan. Pada karsinoma yang lanjut akan biopsy), dan dari mulut dengan kateter nelaton. 10
mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika
penjalaran melalui foramen jugular. 10 Diagnosis banding

Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk a. hipertrofi adenoid, namun biasanya adenoid
benjolan di leher merupakan salah attu gejala yang memiliki permukaan licin,alur longitudinal,
mendorong pasien untuk pergi berobat. 10 dan letaknya di tengah nasofaring.
b. Pada laki-laki remaja dapat pula
Gejala-gejala yang sering muncul adalah dibandingkan dengan angiofibroma
terdapat massa di leher pada 41% kasus, keluhan juvenil,hal ini dapat dikonfirmasi dengan
telinga (termasuk berkurangnya pendengaran dan endoskopi dan pemeriksaan MRI.
gangguan drainase) pada 27% kasus, sumbatan atau c. Tumor lain di nasofaring di antaranya seperti
perdarahan hidung pada 21% kasus, defisit saraf limfoma9
kranial pada 8% kasus, dan gejala lain yang tidak
spesifik pada 8% kasus. Perbesaran kelenjar getah Tatalaksana
bening di level VA biasanya ada (pada 54% pasien),
kemudian di level II paa 49% pasien, level III pada Terapi pada karsinoma nasofaring diberikan
24% pasien, di inferior VA/superior VB pada 22%. sesuai dengan stadium tumor yaitu:10
Perbesaran KGB di level IV, inferior VB dan
supraklavikular jarang ada, hanya sekitar 10-13%. a. Stadium I : radioterapi
b. Stadium II dan III: kemoradiasi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20176
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

c. Stadium IV dengan N < 6 cm: kemoradiasi Menurut AJCC tahun 2010, relative five year survival
d. Stadium IV dengan N > 6 cm: kemoterapi rates pada karsinoma nasofaring adalah:12
dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi
a. Stadium I: 72%
Radioterapi b. Stadium II: 64%
c. Stadium III: 62%
Radioterapi merupakan terapi utama pada d. Stadium IV: 38%
karsinoma nasofaring yang belum ada metastasis
jauh. Angka kesembuhan radioterapi pada stadium
awal penyakit mencapai lebih 90 persen. Kombinasi LAPORAN KASUS
dengan kemoterapi baik sebelum, selama ataupun
IDENTITAS PASIEN
setelah radioterapi meningkatkan angka kesembuhan
bagi pasien. Kemoterapi adalah penggunaan obat Nama : Ny. P
sitotoksik untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Kemoterapi dapat ditambahkan pada radioterapi untuk Umur : 42 tahun
efek lokal terhadap tumor ataupun untuk metastasis
jauhnya.11 Jenis Kelamin : perempuan

Kemoterapi No MR : 989434

Kemoterapi neoadjuvan Alamat : Rao, Pasaman Timur

Kemoterapi neoadjuvan adalah pemberian ANAMNESIS


obat-obatan sitotoksik sebelum radioterapi.
Keuntungan dari jenis kemoterapi ini adalah Keluhan Utama :
kesempatan untuk mengeradikasi metastasis mikro
lebih besar dan progresifitas tumor dapat dikontrol.11 - Nyeri kepala yang hilang timbul sejak lebih
kurang 8 bulan yang lalu
Kemoterapi adjuvan

Kemoterapi yang diberikan setelah Riwayat Penyakit Sekarang :


radioterapi tidak menunda ataupun mengganggu
pengobatan lokal namun seringkali kurang ditolerir - Nyeri kepala yang hilang timbul sejak lebih
setelah adanya terapi lokal yang intensif.11 kurang 8 bulan yang lalu
- Pasien sudah 3x berobat berobat ke bagian
Kemoterapi concurrent neurologi RSAM karena sakit kepalanya dan
pasien mendapatkan obat berupa pil. Namun
Efek kemoterapi selama pemberian radiasi keluhan tidak berkurang, pada kunjungan
yaitu dapat menigkatkan kontrol lokoregional.11 yang ketiga dilakukan CT Scan kepala
dengan kesan massa di nasofaring, lalu
Pembedahan pasien dikonsulkan ke bagian THT. Dilakukan
teropong hidung dan terlihat massa di
Pengobatan pembedahan diseksi leher nasofaring kemudian pasien dibiopsi,
radikal dilakukan terhdap benjolan di leher yang tidak didapatkan kesan mencurigakan displasia
menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul ringan. Dianjurkan untuk dirujuk ke RSUP Dr.
kembali setelah penyinaran selesai, tapi dengan M. Djamil Padang, namun pasien dan
syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan keluarganya menolak. Akhirnya pasien mau
dengan Pemeriksaan radiologi dan serologi, serta dirujuk ke M Djamil pada bulan September
tidak ditemukan adanya metastasis jauh.10 2017 (lebih kurang 3 minggu yang lalu)
karena keluhan tetap tidak berkurang.
Pencegahan
- Telinga kanan berdenging dan terasa
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang
berdenyut dan penuh, hilang timbul sejak
bertempat tinggal di daerah dengan risiko tinggi.
lebih kurang 8 bulan yang lalu.
Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah serta
- Riwayat penglihatan ganda dan pandangan
mengubah cara memasak makanan untuk mencegah
kabur ada lebih kurang 7 bulan yang lalu,
akibat buruk yang timbul dari bahan-bahan yang
kemudian diikuti dengan kelopak mata kanan
berbahaya. Penyuluhan mengenai lingkungan hidup
yang turun menutupi mata (ptosis). Pasien
yang tidak sehat, meningkatkan keadaan sosial-
pernah mengonsumsi obat yang didapatkan
ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
dari SpM di RSAM selama 1 bulan dan
kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab.10
ptosisnya hilang, namun pandangan tetap
Prognosis ganda, 2 bulan kemudian pasien kembali
mengalami ptosis sampai sekarang.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20177
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

- Wajah terasa kebas ada (wajah bagian Mata : konjungtiva tidak anemis,
kanan) sejak lebih kurang 7 bulan yang lalu. sklera tidak ikterik
- Riwayat hidung berdarah ada dari kedua
lubang hidung (1x) lebih kurang 4 bulan yang Wajah : tidak ditemukan kelainan
- lalu, dapat berhenti sendiri dan membasahi
sebanyak lebih kurang 1 lembar tisu. Thorax : paru dan jantung dalam
- Riwayat pingsan ada lebih kurang 10 hari batas normal
yang lalu, sebelumnya pasien muntah
Abdomen : dalam batas normal
sebanyak ¾ gelas aqua. Pasien dirawat di
RSUD Lubuk Sikaping selama 2 hari karena Extremitas : akral hangat dan refilling
pingsannya. kapiler <2”
- Penurunan berat badan ada dari 45 kg
menjadi 39 kg dalam 6 bulan terakhir.
- Hidung tersumbat tidak ada, riwayat hidung Status Lokalis THT
tersumbat tidak ada
- Bengkak pada leher tidak ada Telinga
- Penurunan pendengaran tidak ada.
- Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada. Pemerik Kelainan Dekstra Sinistra
- Riwayat demam lama tidak ada saan
Kel kongenital Tidak Tidak
Riwayat penyakit dahulu : Daun ada ada
telinga Trauma Tidak Tidak
- Riwayat keganasan pada bagian tubuh lain ada ada
tidak ada Radang Tidak Tidak
- Riwayat hipertensi tidak ada. ada ada
- Riwayat diabetes melitus tidak ada Kel. Metabolik Tidak Tidak
ada ada
Nyeri tarik Tidak Tidak
Riwayat penyakit keluarga : ada ada
Nyeri tekan Tidak Tidak
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita tragus ada ada
keganasan. Cukup lapang Cukup Cukup
Dinding (N) lapang lapang
liang Sempit - -
Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan : telinga Hiperemis Tidak Tidak
ada ada
 Pasien seorang petani Edema Tidak Tidak
ada ada
 Pasien tidak merokok
Massa Tidak Tidak
 Pasien terpapar dengan pestisida sejak lebih ada ada
kurang 30 tahun yang lalu Ada / Tidak Ada Ada
 Pasien jarang mengonsumsi ikan asin Sekret/s Bau Tidak Tidak
erumen ada ada
Warna kekunin Kekunin
PEMERIKSAAN FISIK gan gan
Jumlah Sedikit Sedikit
Status Generalis Jenis Kering Kering

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Membran timpani
Kesadaran : Composmentis kooperatif Warna Putih Putih,
mutiara mutiara
Tekanan darah : 120/80 mmHg Utuh Reflek cahaya Ada , Ada,
arah arah
Frekuensi nadi : 88 x/menit
jam 5 jam 7
Bulging Tidak Tidak
Frekuensi nafas : 20 x/menit
ada ada
Retraksi Tidak Tidak
Suhu : afebris
ada ada
Pemeriksaan Sistemik
Atrofi Tidak Tidak
Kepala : normochepal ada ada

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20178
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Jumlah perforasi - - Cukup Cukup lurus


Perfora Jenis - - lurus/devi
si Kwadran - - asi
Pinggir - - Septum Permukaa Licin
Tanda radang Tidak Tidak n
ada ada Warna Merah muda
Mastoid Fistel Tidak Tidak Spina Tidak ada
ada ada Krista Tidak ada
Sikatrik Tidak Tidak Abses Tidak ada
ada ada Perforasi Tidak ada
Nyeri tekan Tidak Tidak Lokasi - -
ada ada Bentuk - -
Nyeri ketok Tidak Tidak Ukuran - -
ada ada Permukaa - -
Rinne Negatif Negatif Massa n
Tes Schwabach Sama Sama Warna - -
Konsisten - -
garpu dengan dengan
si
tala pemerik pemerik
Mudah - -
sa sa
digoyang
Tidak ada
Pengaruh - -
lateralisasi
vasokonst
Weber
riktor
Kesimpulan Tidak dapat
Gambar Rinoskopi
disimpulkan
Anterior
Audiometri -
(7/1/2016)

Sinus paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra Rinoskopi Posterior ( sulit dilakukan, pasien tidak
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada kooperatif)
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada Pemeriksaan Kelaina Dekstra Sinistra
n
Rinoskopi Anterior Koana Cukup
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra lapang
Vestibulum Vibrise Ada Ada (N)
Radang Tidak Tidak ada Sempit
ada Lapang
Cukup - - Mukosa Warna
Cavum nasi lapang Edema
(N)
Sempit + + Jaringa
Lapang - - n
Lokasi Dinding Dinding granula
Sekret lateral lateral si
nasal nasal Konka Ukuran
Jenis Serosa Serosa superior
Jumlah Sedikit Sedikit Warna
Bau - - Permuk
Konka Ukuran Hipertrof Hipertrofi aan
inferior i Edema
Warna Livid Livid Adenoid Ada/
Permukaa Licin Licin tidak
n Muara tuba Tertutu
Edema Ada Ada eustachius p secret
Konka media Ukuran Sulit Sulit Massa Lokasi
dinilai dinilai Ukuran
Warna Sulit Sulit Bentuk
dinilai dinilai
Permukaa Sulit Sulit Post nasal drip
n dinilai dinilai
Edema Sulit Sulit
dinilai dinilai Orofaring dan mulut

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20179
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pemeriksaa Kelainan Dekstr Sinistra Pinggir


n a medial
Simetris/tidak Simetris Massa
Palatum Warna Merah muda Subglotis/ Massa
mole + Edem Tidak ada trakea
Arkus Bercak/eksud Sekret
at Tidak ada
Faring ada /
Dinding Warna Merah muda tidak
faring Permukaan - Sinus Massa
Ukuran T1 T1 piriformis
Warna Merah Merah Sekret
muda muda Valekulae Massa
Permukaan Licin Licin Sekret
Tonsil Muara kripti Tidak Tidak (jenisnya)
Meleba Meleba
r r Nasoendoskopi
Detritus Tidak Tidak dektra sinistra
ada ada Kavum nasi sempit sempit
Eksudat Tidak Tidak Konka inferior edema Edema
ada ada Warna KI Merah muda Merah
Perlengketan Tidak Tidak muda
dengan pilar ada ada Konka media eutrofi Eutrofi
Warna Merah Merah Meatus media terbuka Terbuka
Peritonsil muda muda Sekret (+) serosa (+) serosa
Edema Tidak Tidak Krusta - -
Septum deviasi - -
ada ada
Nasofaring Massa (+) Massa (+)
Abses Tidak Tidak
ada ada
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
Lokasi Tidak
ada  Dextra I : tidak terlihat pembesaran KGB
Tumor Bentuk - leher, tanda radang (-).
Ukuran - P :tidak teraba pembesaran KGB
Permukaan - leher, nyeri tekan (-)
Konsistensi -
Gigi Karies/Radiks - -  Sinistra I : tidak terlihat pembesaran KGB
Kesan - leher, tanda radang (-).
Warna Merah muda P :teraba tidak teraba pembesaran
Bentuk Normal KGB leher, nyeri tekan (-)
Lidah Deviasi Tidak ada
Massa Tidak ada Pemeriksaan penunjang

Laringiskopi Indirek  Laboratorium (8/9/2017)


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Parameter Hasil
Epiglotis Bentuk Tenang Tenang Hb 14,5 g/dl
Warna Merah Merah leukosit 10.310 /mm3
muda muda trombositt 375.000/mm3
Edema Tidak Tidak ht 41%
ada ada PT 9,8 dtk
Pinggir Rata Rata APTT 28,4 dtk
rata/ GDS 90 mg/dl
tidak Ureum 39 mg/dl
Kreatinin 0,8 mg/dl
Massa Tidak Tidak
Natrium 129 mmol/L
ada ada
Kalium 2,9 mmol/L
Aritenoid Warna
Klorida 88 mmol/l
Edema
SGOT 45 u/l
Massa
SGPT 28 u/l
Gerakan
Alkali 68 u/l
Ventrikular Warna
fosfatase
band
Kesan: leukositosis, hiponatremi, hipokalemi,
Edema
Massa Cl , SGOT ↑
Plika vokalis Warna
Gerakan Hasil CT Scan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 201710
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad sanationam : dubia ad malam

Diskusi

Dilaporkan seorang pasien perempuan


berusia 42 tahun datang RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tanggal 27 September 2017 dengan diagnosis
suspek karsinoma nasofaring. Karsinoma nasofaring
(KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller
dan atap nasofaring.4

Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala


yang hilang timbul sejak 8 bulan yang lalu. Nyeri
kepala dapat disebabkan oleh banyak hal, yaitu nyeri
kepala primer; nyeri kepala sekunder seperti tumor
intrakranial, penyakit pada THT, mata, gangguan
serebrovaskular, dan lain-lain; kemudian nyeri kepala
karna gangguan psikis.14 Pada pasien ini, keluhan
tidak berkurang setelah diobati di bagian neurologi dan
juga diikuti dengan keluhan telinga berdenging. Hal ini
dapat dicurigai nyeri kepala berhubungan dengan
THT.

Pada pasien kanker nasoaring, keluhan pada


telinga biasanya tumor tumbuh didekat muara tuba
eustachius, sehingga timbul gejala tinitus dan telinga
terasa penuh. 10

Pasien juga mengeluhkan pipi kanan terasa


kebas. Pada karsinoma nasofaring, dapat tejadi gejala
saraf seperti pada pasien ini akibat parese nervus V
cabang I. 10

Penglihatan ganda lebih kurang 7 bulan yang


lalu, hal ini dapat terjadi karena kelumpuhan III, IV, VI
Pemeriksaana Anjuran :
yang penjalarannya melalui foramen laserum yang
- Biopsi mengalami lesi akibat perluasan tumor, seperti pada
tumor nasofaring. Selain itu pasien juga ptosis yang
Diagnosis : suspek tumor nasofaring
dapat tejadi akibat parese nervus III. 10
Diagnosis banding: limfoma
Dinding tumor biasanya rapuh sehingga
Diagnosis tambahan: -
apabila terjadi iritasi ringan dapat terjadi perdarahan.
Tatalaksana: Hal inilah mungkin penyebab epistaksis pada pasien
ini. Epistaksis merupakan salah satu gejala
- MST 1x1
10
- Vit. B komplek 2x1 nasofaring. Pasien pernah mengalami pingsan 10
Prognosis hari yang lalu, kemungkinan disebabkan peluasan
tumor ke intakanial.
Quo ad vitam : dubia ad malam

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 201711
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Penurunan berat badan ada dari 45 kg http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(15)00055-0.


Diunduh pada 1 Oktober 2017.
menjadi 39 kg dalam 6 bulan terakhir. Pasien adalah
5. Roezin A & Adham M. 2012. Karsinoma
seorang petani dan sudah tepapar pestisida sjak 30 Nasofaring, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher, Balai Penerbit
tahun yang lalu. Pestisida merupakan salah satu
FK-UI, Edisi Ketujuh, Jakarta, pp.158-163
variabel yang berhubungan secara langsung 6. Kamran SC, Riaz NR, Lee N. 2015.
terjadinya carsinoma nasoaring. 13 Nasopharingeal carcinoma.
http://dx.doi.org/10.1016/j.soc.2015.03.008.
Diunduh pada 1 Oktober 2017.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan, 7. Ariwibowo H. 2013. Faktor Risiko Karsinoma
pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan kavum nasi Nasofaring. CDK-204. Vol. 40. No. 5.
8. Ryan M dan Permana PH. 2016. Case Report:
dextra dan sinistra sempit. Sekret sedikit pada dinding Karsinoma Nasofaring. Bagian THT-KL RSUP dr.
lateral nasal dextra dan inistra. Konka inferior dextra M Djamil Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
dan sinistra tampak hipertrofi berwarna livid,
9. Wijaya FO, Soeseno B. Deteksi Dini dan
permukaan licin dan udema.Pada rinoskopi posterior, Diagnosis Karsinoma Nasofaring. Departemen
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok
sulit dinilai. Diagnosis karsinoma nasofaring dapat
Bedah Kepala Leher. Universitas Padjadjaran.
ditegakkan berdasarkan hasil biopsi. Namun pada 2017:44(7).
pasien ini biopsi di RSAM hanya menunjukkan 10. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
displasia ringan, sehingga dibutuhkan pemeriksaan Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas
ulang di RSUP DR M.Djamil untuk menentukan terapi Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2012.
11. Hui EP, Chan ATC. The Evolving Role Of
lebih lanjut. Pemeriksaan CT-scan kepala di RSAM
Systemic Therapy In Nasopharyngeal Carcinoma:
Bukittinggi ditemukan massa pada nasofaring dextra Current Strategies And Perspectives. Dalam:
Busson P. Nasopharyngeal Carcinoma. Keys For
pasien ini. Pemeriksaan nasoendoskopi menunjukkan
Translational Medicine And Biology. Springer.
bahwa tampak massa pada nasofaring. Jadi, dari 2013
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeiksaan 12. American Cancer Society. Survival Rates for
Nasopharyngeal Cancer By Stage. 2016.
penunjang, dapat ditegakkan suspek kanker 13. Auseam, Alex, Sergio RdM, Mrily C. 2012.
nasofaring. Analysis of nasopharyngeal carcinoma risk factors
with Bayesian networks. Artificial Intelligence in
Medicine: page 53– 62.
Hasil laboratorium pada pasien ini
14. Aulina, Susi, Kurnia B, Jumraini T, Faisal I. 2016.
menunjukkan hipokalemi dan hiponatremi. Hal ini Modul Problem Based Learning Nyeri Kepala.
terjadi karna adanya gejala endokrin paraneuplastik Fakultas Kedokteran Univeritas Hasanuddin :
Makasar
pada pasien kanker ketika sel kanker menghasilkan 15. Arleen N, Suryatenggara, Dalima A, Astrawinata.
homon atau peptida yang menyebabkan gangguan 2012. Sindrom Hormon Antidiuretik Berlebih
dalam Indonesian Journal of Clinical Pathology
metabolik.15 and Medical Laboratory. Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Klinik Indonesia : Surabaya.
Tatalaksana pasien ini yaitu dengan Vol 18 No 22

pemberian MST dan Vit.B komplek untuk gejala


simptomatik sambil menunggu hasil biopsi unuk
tatalaksana lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Firdaus, M.A & Prijadi, J. 2013. Kemoterapi


Neoadjuvan pada Karsinoma Nasofaring. Diakses
dari www.repository.unand.ac.id pada tanggal 30
September 2017 pukul 22.00 WIB
2. Maulana A.S dkk. 2010. Kasus Karsinoma
Nasofaring di RSD dr. Soebandi Jember Periode
2009-2010. Jember: Fakultas Kedokteran
Universitas Jember
3. Adams GL, Boeis LR, dan Higler PH. Boies : Buku
Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. 2015.
4. Chua MLK, Wee JTS, Hui EP. 2015.
Nasopharingeal carcinoma.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 201712
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)

Anda mungkin juga menyukai

  • Case Difteri Fix
    Case Difteri Fix
    Dokumen27 halaman
    Case Difteri Fix
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Jamkesmas
    Jamkesmas
    Dokumen34 halaman
    Jamkesmas
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Program Pemerintah Terkait Reproduksi
    Program Pemerintah Terkait Reproduksi
    Dokumen26 halaman
    Program Pemerintah Terkait Reproduksi
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • BORANG Poppy Edit Radhia
    BORANG Poppy Edit Radhia
    Dokumen80 halaman
    BORANG Poppy Edit Radhia
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • BST Tumor Ovarium
    BST Tumor Ovarium
    Dokumen35 halaman
    BST Tumor Ovarium
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Case Difteri Fix
    Case Difteri Fix
    Dokumen27 halaman
    Case Difteri Fix
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Case Difteri Fix
    Case Difteri Fix
    Dokumen69 halaman
    Case Difteri Fix
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Cardiac Arrest
    Cardiac Arrest
    Dokumen16 halaman
    Cardiac Arrest
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Crs Hernia Inguinal
    Crs Hernia Inguinal
    Dokumen31 halaman
    Crs Hernia Inguinal
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Hernia Inguinalis
    Hernia Inguinalis
    Dokumen26 halaman
    Hernia Inguinalis
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Case Epilepsi Fix
    Case Epilepsi Fix
    Dokumen34 halaman
    Case Epilepsi Fix
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Hernia Inguinalis
    Hernia Inguinalis
    Dokumen26 halaman
    Hernia Inguinalis
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Refrat Pre Op Anes
    Refrat Pre Op Anes
    Dokumen9 halaman
    Refrat Pre Op Anes
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • CRS Mielitis Transversal
    CRS Mielitis Transversal
    Dokumen31 halaman
    CRS Mielitis Transversal
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Trauma Medula Spinalis Bukittinggi
    Trauma Medula Spinalis Bukittinggi
    Dokumen28 halaman
    Trauma Medula Spinalis Bukittinggi
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • CRS Sol
    CRS Sol
    Dokumen34 halaman
    CRS Sol
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Crs Miom Painan Fixed
    Crs Miom Painan Fixed
    Dokumen26 halaman
    Crs Miom Painan Fixed
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Anestesi
    Anestesi
    Dokumen31 halaman
    Anestesi
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Trauma Medula Spinalis Bukittinggi
    Trauma Medula Spinalis Bukittinggi
    Dokumen28 halaman
    Trauma Medula Spinalis Bukittinggi
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • CRS Miom
    CRS Miom
    Dokumen10 halaman
    CRS Miom
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Case Meningitis TB
    Case Meningitis TB
    Dokumen28 halaman
    Case Meningitis TB
    Teda Faadhila
    Belum ada peringkat
  • Miom Uteri Crs
    Miom Uteri Crs
    Dokumen28 halaman
    Miom Uteri Crs
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Crs Miom Painan Fixed
    Crs Miom Painan Fixed
    Dokumen26 halaman
    Crs Miom Painan Fixed
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • CRS Mielitis Transversal
    CRS Mielitis Transversal
    Dokumen31 halaman
    CRS Mielitis Transversal
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • CTS
    CTS
    Dokumen16 halaman
    CTS
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • 3 Abortus
    3 Abortus
    Dokumen21 halaman
    3 Abortus
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen18 halaman
    Referat
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • CRS Miom
    CRS Miom
    Dokumen10 halaman
    CRS Miom
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat
  • BST Tumor Ovarium-Dova, Radhia
    BST Tumor Ovarium-Dova, Radhia
    Dokumen35 halaman
    BST Tumor Ovarium-Dova, Radhia
    Radhia Ashabul Kahfi Bey
    Belum ada peringkat