Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/315835330

PENGGUNAAN BAMBU PADA STRUKTUR RANGKA DAN STRUKTUR


PERMUKAAN AKTIF PADA BANGUNAN ORGANIK DENGAN BENTUK ATAP
BERGELOMBANG

Conference Paper · September 2014

CITATIONS READS
0 2,598

1 author:

Anastasia Maurina
Universitas Katolik Parahyangan
16 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Modular Bamboo Shelter View project

All content following this page was uploaded by Anastasia Maurina on 10 April 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional Bamboo Biennale 2014
Reinkarnasi Bambu dalam Kekiniah
ISBN 978-602-14983-1-6

PENGGUNAAN BAMBU PADA STRUKTUR RANGKA DAN


STRUKTUR PERMUKAAN AKTIF PADA BANGUNAN ORGANIK
DENGAN BENTUK ATAP BERGELOMBANG
(Studi Kasus : ‘Sakti Dining Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan
‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok)

Anastasia Maurina1)

Abstrak
Bambu telah digunakan sebagai material konstruksi bangunan sejak dulu, namun
penggunaannya dalam konstruksi mengalami penurunan akibat adanya persepsi “material
untuk si miskin” dan “material yang lemah”. Namun sesungguhnya, kekuatan bambu
dapat disetarakan dengan kekuatan baja. Hal ini membuat bambu memiliki potensi untuk
terus dikembangkan sebagai material konstruksi bukan hanya untuk bangunan yang
sederhana namun untuk bangunan yang lebih kompleks. Kelenturan bambu adalah salah
satu potensi yang digunakan oleh para arsitek untuk memanfaatkan bambu sebagai
material struktural bangunan untuk melahirkan bangunan organic dengan bentuk atap
bergelombang.
‘Sakti Dining Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan ‘Pearl Beach Lounge’,
Gili Trawangan, Lombok merupakan bangunan organic di Indonesia dengan bentuk atap
bergelombang yang menggunakan bambu sebagai sistem strukturnya. Untuk membuat
bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang ini dapat mengaplikasikan bambu
dengan sistem struktur yang berbeda-beda. Bangunan ‘Sakti Dining Room’, Puri Ahimsa,
Bali menerapkan sistem struktur rangka sedangkan Bangunan ‘Pearl Beach Lounge’, Gili
Trawangan, Lombok menerapkan sistem struktur permukaan aktif.
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi-kualitatif dan komparasi. Setiap
bangunan akan ditinjau dari bentuk arsitektural serta bentuk strukturalnya yang mengkaji
sistem struktur, konfigurasi dan bentuk dari setiap hirarki penempatan elemen struktural,
perilaku struktural dalam menyalurkan beban, serta proses konstruksinya. Hasil dari
analisa komparatifnya berupa potensi dan kendala penggunaan bambu pada struktur
rangka dan struktur permukaan aktif untuk bangunan organik dengan bentuk atap
bergelombang. Hal ini dapat dimanfaatkan bagi perancang untuk mengembangkan
wawasan sistem struktur yang mungkin untuk diterapkan pada bentuk yang serupa serta
membantu menentukan sistem struktur yang tepat guna.

Kata kunci : bambu, struktur rangka, struktur permukaan aktif, organik, bentuk atap
bergelombang.

I. PENDAHULUAN
Bambu telah digunakan sebagai material konstruksi bangunan sejak dulu, namun
penggunaannya dalam konstruksi mengalami penurunan akibat adanya persepsi “material
untuk si miskin”, “material yang lemah” dan non-permanen.
Disisi lain, bambu memiliki banyak potensi. Bambu memiliki nilai ekologis yang baik
sehingga bambu merupakan salah satu material konstruksi yang berlanjutan. Bambu juga
memiliki properti mekanikal yang baik. Rasio yang tinggi antara kekuatan berbading dengan
berat dibandingkan dengan material konstruksi lainnya. Hal ini membuat bambu memiliki
potensi untuk terus dikembangkan sebagai material konstruksi bukan hanya untuk bangunan

1)
Program Studi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Anastasia.maurina@gmail.com

21
Anastasia Maurina

yang sederhana namun untuk bangunan yang lebih kompleks. Teknologi seputar bambu mulai
berkembang, seperti munculnya joint-joint bambu yang menambah kekuatan bambu.
Teknologi pengawetan bambu mulai berkembang, sehingga bambu dapat dijadikan material
konstruksi yang lebih permanen.
Bambu memiliki karakter yang fleksibel (mudah dibentuk), berpotensi untuk bentuk-
bentuk lengkung (bentuk yang cukup sulit dicapai dengan material konstruksi lainnya).
Potensi ini yang digunakan oleh para perancang untuk memanfaatkan bambu sebagai material
struktural bangunan untuk melahirkan bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang.
Bangunan dengan struktur yang diekspos termasuk kategori “struktur adalah arsitektur”.
Sehingga peran struktur pada bangunan ini dalam mencapai estetika sangat besar. Fungsi
struktur suatu bangunan tidak hanya sebagai sistem mekanikal yang berfungsi sebagai
menyalurkan beban, tetapi juga sebagai ekspresi keindahan dari spasial arsitekturalnya.
Bentuk bangunan yang serupa dapat dipecahkan dengan berbagai sistem struktur yang akan
menghasilkan keindahan yang berbeda-beda. Sehingga pemilihan sistem struktur oleh
perancang akan sangat berpengaruh pada bangunan hasil rancangannya.
‘Sakti Dining Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan ‘Pearl Beach Lounge’, Gili
Trawangan, Lombok merupakan bangunan organic di Indonesia dengan bentuk atap
bergelombang yang menggunakan material bambu sebagai material elemen strukturalnya.
Kedua bangunan tersebut memiliki bentuk yang serupa namun memiliki sistem struktur yang
berbeda sehingga menghasilkan spasial arsitektural yang berbeda. Bangunan ‘Sakti Dining
Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali menerapkan sistem struktur rangka sedangkan
Bangunan ‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok menerapkan sistem struktur
permukaan aktif.
Setiap bangunan akan ditinjau dari bentuk arsitektural serta bentuk strukturalnya yang
mengkaji sistem struktur, konfigurasi dan bentuk dari setiap hirarki penempatan elemen
struktural, perilaku struktural dalam menyalurkan beban, serta proses konstruksinya. Hasil
analisa deskriptif-kualitatif tesrebut akan menjadi data untuk analisa komparatif. Hasil dari
analisa komparatifnya berupa potensi dan kendala penggunaan bambu pada struktur rangka
dan struktur permukaan aktif untuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang.Hal
ini dapat dimanfaatkan bagi perancang untuk mengembangkan wawasan sistem struktur yang
mungkin untuk diterapkan pada bentuk yang serupa serta membantu menentukan sistem
struktur yang tepat guna.

II. BAMBU SEBAGAI MATERIAL STRUKTURAL

Bambu memiliki berbagai macam jenis, tapi tidak semua jenis bambu dapat digunakan
sebagai material struktural untuk bangunan. Jenis bambu yang umum digunakan sebagai
material konstruksi dan dipasarkan di Indonesia: 2
1. Bambu tali/ apus
2. Bambu petung (Dendrocalamus asper).
3. Bambu duri/ ori (Bambusa blumeana).
4. Bambu wulung/ hitam (Gigantochloa verticillata).

2 Heinz Frick, Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Seri Konstruksi Arsitektur 7, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

22
Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif
Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang
(Studi kasus: ‘Sakti Dinding Rook’, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan
‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok

Mengacu pada bentuk geometrik elemen struktural serta bentuk dan sifat geometrik dari
material bambu3, maka klasifikasi sistem struktur terbagi atas:

1. Elemen garis :
a. Garis lurus : struktur rangka (kolom dan balok)
b. Garis lengkung : struktur busur (form active)
Dengan menggunakan material bambu, struktur rangka dan struktur busur dapat
terbuat dari batang tunggal, gabungan batang tunggal ataupun dengan
menggunakan rangka batang (truss – vector active)

2. Elemen bidang :
a. Bidang lurus : struktur permukaan/pelat
b. Bidang lengkung : struktur permukaan aktif (surface active)
Dengan menggunakan material bambu, struktur permukaan hanya dapat terbuat
dari rangka batang ruang (space frame) baik lapis tunggal (space frame single
layer) maupun lapis ganda (space frame double layer).

Sistem struktur merupakan gabungan dari elemen-elemen struktural yang digabungkan


dan disusun sehingga dapat berfungsi sebagai penyalur beban bangunan. Elemen
strukturalnya dapat menggunakan batang bambu yang lurus ataupun batang bambu yang
dilengkungkan. Bambu merupakan material dengan sifat fleksibiltas yang lebih besar
dibanding material kayu atau baja, namun jika menginginkan radius kelengkungan yang
melebihi kemampuan naturalnya, maka diperlukan proses khusus untuk melengkungkannya.
Proses melengkungkan bambu dapat terbagi atas 2 (dua), yaitu4:

1. Cold Bending Process. Melengkungkan bambu dengan proses ini dapat


dilakukan dengan metode shaving, strips, battens and beadings,
2. Hot Bending Process. Ketika dipanaskan, bambu menjadi lunak dan bersifat
plastis. Perubahan bentuk bambu bisa pararel, diagonal atau tranversal kea rah
serah. Setelah pendinginan, potongan bambu ini akan mempertahankan bentuk
baru.

Berikut ini adalah berbagai jenis sambungan bambu yang biasa digunakan dalam
konstruksi bangunan bambu5 :

1. Friction-Tight Rope Connection. Metode sambungan ini yang umum digunakan


pada bangunan. Bahan tali tradisional yang digunakan adalah ijuk, kulit pohon,
strip bambu dan rotan. Selain itu, saat ini sudah menggunakan material industry
seperti kawat besi atau menggunakan tali plastik.

2. Plugin/Bolt Connection. Sambungan batang yang saling bersilangan


(interlocking) dan disambung dengan pasak. Pasak berfungsi untuk mentransfer
beban. Selain pasak, metode ini dapat menggunakan mur-baut.

3
Schodek, Daniel, (1998), Structures, Prentice Hall
4
Kramer, Karl. (1985), IL 31 Bambus-Bamboo, Institut fur leichte Flachentragweke
5
Construction with Bamboo - Bamboo Connections, Seite 3 von 23

23
Anastasia Maurina

3. Positive Connection. Sambungan menggunakan lubang dan duri. Sambungan ini


jarang digunakan karena bentuk profil bambu yang bulat dan berlubang, serta
kemungkinan pecah/retak.

4. Double post. Sambungan ini menggunakan beberapa bambu. Dengan


mengunakan konstruksi ini, tidak terjadi perlemahan pada elemen strukturalnya
dan memiliki keungtungan untuk mengganti salah satu batang bambunya.

III. BENTUK BANGUNAN ORGANIK

Arsitektur organik adalah sebuah istilah yang diaplikasikan pada bangunan atau bagian dari
bangunan yang terorganisir berdasarkan analogi biologi atau yang dapat mengingatkan pada bentuk
natural (Fleming, Honour & Pevsner, 1999, Penguin Dictionary of Architecture)

Bentuk bangunan ‘Sakti Dining Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali (gambar 1.a)
dan ‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok (gambar 1.c) termasuk kedalam bentuk
bangunan organik. Kedua bangunan tersebut mengambil inspirasi dari bentuk yang
ditemukan di alam, yaitu metafora dari bentuk daun pisang (gambar 1.b) pada bangunan
‘Sakti Dining Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan metafora dari bentuk ombak
(gambar 1.d) pada ‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok.

(a) (b) (c) (d)


Gambar 1
‘Sakti Dining Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali (a) yang merupakan metafor dari daun pisang
(b) dan ‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok (b) yang merupakan metafor dari ombak (d)
sumber : http://fivelements.org (a) ; http://s587.photobucket.com (b) ; www.tripadvisor.com (c) ;
wavepainting.blogspot.com (d) (diakses Agustus 2014)

Kedua bangunan tersebut juga memiliki bentuk dasar bangunan yang serupa, yaitu
bentuk asimetris yang merupakan gabungan 2 (dua) kurva yang tidak sama besar yang
disatukan dengan sumbu linear yang berbentuk kurva. (Gambar 2a & 2b). Perbedaan sumbu
diantara keduanya adalah sumbu yang terdapat pada bangunan ‘Sakti Dining Room’
memiliki kelengkungan tunggal, dan sumbu yang terdapat pada bangunan ‘Pearl Beach
Lounge’ memiliki kelengkungan ganda.
Selain memiliki bentuk dasar bangunan yang serupa, kedua bangunan tersebut memiliki
bentuk atap yang serupa, yaitu bentuk dasar pelana yang dikembangkan. Garis wuwung
mengikuti bentuk sumbu bangunan dan membentuk kelengkungan tunggal – cembung jika
dilihat secara planar dari tampak muka. (Gambar 2c & 2d)

24
Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif
Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang
(Studi kasus: ‘Sakti Dinding Rook’, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan
‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2
Bentuk Dasar Bangunan pada ‘Sakti Dining Room’ (a) ‘Pearl Beach Lounge’ (b)
Bentuk Atap pada ‘Sakti Dining Room’ (c) ‘Pearl Beach Lounge’ (d)
sumber : dokumen pribadi

IV. STRUKTUR RANGKA PADA BANGUNAN ‘SAKTI DINING ROOM’, FIVE


ELEMENTS – PURI AHIMSA, BALI

Bangunan ‘Sakti Dining Room’ adalah salah satu bangunan yang berfungsi sebagai
restauran pada kompleks resort Puri Ahimsa di Bali. Bangunan ini dirancangan oleh Ketut
Arthana (Arte Arsitek).

Sistem Struktur, Elemen Struktural dan Konfigurasi Elemen Struktural


Bangunan ini menggunakan sistem struktur rangka (gambar 3a). Struktur rangka
merupakan sistem struktur yang bentuk geometrik elemen struktural adalah garis lurus.
Elemen struktural utama untuk bangunan utamanya berupa portal jepit, yang terdiri dari
kolom dan balok berupa batang bambu utuh dan lurus. Dengan menggunakan sistem struktur
ini, semua elemen struktur utamanya terdiri dari batang bambu utuh yang lurus.
Keuntungannya adalah proses konstruksi akan lebih mudah dibandingkan jika menggunakan
elemen struktural yang lengkung. Pada bangunan ini, elemen lengkung hanya digunakan pada
gording, yang menggunakan bambu-bambu bilah yang diikat dan dilaminasi (laminated
bundled-strips).
Dalam menyusun portal sebagai elemen struktural utamanya, bangunan yang memiliki
bentuk linear ini mengacu pada sumbu tunggal yang berbentuk lengkung tunggal (Gambar
3.b). Portal tersebut disusun secara linear, tegak lurus terhadap sumbu bangunan tersebut.
Konfigurasi ini mengambil analogi dari tulang daun pisang. Karena memiliki bentuk yang
organik, maka bentuk dan ukuran setiap portal berbeda-beda mengikuti bentuk potongan
bangunan pada titik struktur tersebut.

Penyaluran Beban Gravitasional dan Beban Lateral


Beban gravitasional bidang atap yang tersusun atas gording, kaso, dan alang-alang
sebagai material penutup atapnya, disalurkan melalui portal ke pondasi. Pondasi yang
digunakan pada bangunan ini adalah pondasi beton setempat yang dihubungkan dengan sloof.
Dalam menyalurkan beban, batang-batang pada portal menyalurkan beban secara transversal,
sehingga terjadi momen lentur pada balok dan juga pada kolomnya, sehingga dimensi batang

25
Anastasia Maurina

bambu yang diperlukan akan lebih besar dibanding dengan batang-batang yang mengalami
gaya aksial. (Gambar 3.c)
Dalam mengatasi beban lateral, diperlukan bracing pengikat antar struktur portal. Namun
pada bangunan ini tidak ada bracing pengikat antar struktur portal, sehingga hal tersebut
menyebabkan bidang atap ikut bekerja untuk menjaga kestabilan bangunan terhadap beban
lateral. Dengan bentuk bangunan dan konfigurasi portalnya yang melengkung serta bangunan
yang terbuka (tanpa dinding) dapat mengurangi beban lateral pada bangunan. Hal tersebut
berbeda dengan bangunan yang konfigurasi portalnya disusun dalam bentuk dan sumbu yang
lurus. Namun, bidang atap dapat mengalami gaya tekan dari arah bawah akibat beban angin
akibat tidak adanya dinding pada bangunan ini.

(a) (b) (c)

Gambar 3
Struktur Rangka pada ‘Sakti Dining Room’
sumber : Sinarto, Yohanes (2014)

Jenis Sambungan
Jenis sambungan yang digunakan pada elemen struktur portalnya adalah gabungan jenis
Plugin/Bolt Connection dan Possitive Connection (Gambar 4.a). Sambungan ini merupakan
sistem sambungan yang paling mudah dikerjakan dengan waktu pengerjaan yang lebih
singkat. Kelemahan sistem sambungan ini terletak pada titik mur-baut yang bertemu dengan
bambu. Sering terjadi retak pada batang bambu sehingga perlu adanya elemen lain yang
membantu sambungan tersebut, biasanya digunakan adukan mortar yang diisikan pada ruas
bambu dimana terdapat titik sambungan.
Untuk sambungan antar elemen pada bidang atap, digunakan jenis Possitive Connection
dan Plugin/Bolt Connection. Jenis Possitive Connection digunakan untuk sambungan ring
balok (laminated bundled-strips) ke kolom, dimana ruas bambu pada kolom diisi dengan
mortar (Gambar 4.b). Sedangkan jenis Plugin/Bolt Connection untuk sambungan gording ke
balok dari portal utama. Pada titik sambungan ini, selain terjadi gaya tekan, terjadi pula gaya
geser akibat dari bidang atap yang berfungsi menjaga kestabilan dari beban lateral.
Sambungan kolom ke pondasi beton setempat menggunakan cor beton dan tulangan di
dalam batang bambu (Gambar 4.c). Proses yang dilakukan adalah melubangi bagian buku
bambu dari dasar sampai dengan ketinggian sekitar 60-80 cm kemudian batang bambu
diberdirikan dan tulangan tersebut dimasukan di tengah bambu, setelah tulangan masuk
kemudian batang bambu dilubangi dan diisi dengan adukan mortar / beton. Adukan akan
mengisi ruang dalam batang bambu, kekuatan sambungan terdapat pada profil bagian dalam
batang bambu yang bergerigi sehingga adukan akan menahan batang bambu agar tidak
bergerak.

26
Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif
Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang
(Studi kasus: ‘Sakti Dinding Rook’, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan
‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok

(a) (b) (c)


Gambar 4
Sambungan Plugin/Bolt Connection dan Possitive Connection antar batang pada portal (a) ; Sambungan
Ring Balok ke Kolom (b) dan Sambungan Kolom ke Pondasi (c) di Bangunan ‘Sakti Dining Room’
sumber : Sinarto, Yohanes (2014)

V. STRUKTUR PERMUKAAN AKTIF PADA BANGUNAN ‘PEARL BEACH


LOUNGE’, GILI TRAWANGAN

Bangunan ‘Pearl Beach Lounge’ adalah salah satu bangunan yang berfungsi sebagai
restauran pada di Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bangunan ini dirancangan
oleh Heinz Alberti, seorang arsitek dan juga pemilik dari bangunan tersebut.

Sistem Struktur, Elemen Struktural dan Konfigurasi Elemen Struktural


Bangunan ini mengunakan prinsip sistem struktur permukaan aktif yaitu struktur bidang
lipat dengan rangka satu lapis (space frame single layer). Bentuk struktur seperti bentuk meja
dengan kontak yang seminimal mungkin dengan lantai (Gambar 5). Dengan memperbanyak
titik kontak dengan bidang atap akan mengecilkan gaya geser yang terjadi pada titik tumpuan
bidang atap pada kolom. Bidang atap yang bergelombang membuat bidang atap lebih kaku
dibandingkan dengan bidang datar dengan ketebalan yang sama.

Gambar 5
Dasar Prinsip Struktur dari Bangunan ‘ Pearl Beach Lounge’
sumber : Kramer, Karl. (1985) dan dokumen pribadi

Elemen struktural utama terdiri dari bidang atap dan kolom penopang. Bidang atap terdiri
dari paduan elemen lengkung yang terbuat dari bambu-bambu bilah yang diikat dan
dilaminasi (laminated bundled-strips) dan batang bambu utuh (Gambar 6.a). Sedangkan
kolom penopang terdiri dari batang bambu lurus dan juga kolom lengkung yang terbuat dari
bambu-bambu bilah yang diikat dan dilaminasi (laminated bundled-strips) (Gambar 6.b).
Dengan adanya elemen bambu lengkung pada struktur utama dan juga posisi kolom yang
miring (tidak tegak lurus dengan lantai), membuat proses konstruksi lebih rumit dan
membutuhkan waktu yang lebih lama. Tingkat presisi pada saat proses konstruksi lebih tinggi
untuk mencapai bentuk yang sesuai dengan rancangan awal.

27
Anastasia Maurina

Dalam menyusun bidang atap dan kolom-kolom penopang, bangunan yang memiliki
bentuk linear ini mengacu pada sumbu tunggal yang berbentuk lengkung ganda (Gambar 6.c).
Cluster kolom penopang tersebut disusun secara linear terhadap sumbu bangunan tersebut.
Setiap kolom memiliki panjang dan kemiringan yang berbeda-beda. Hal ini akan memperumit
proses konstruksinya.

(a) (b) (c)


Gambar 6
Elemen strukutral utama : bidang atap (a) dan kolom lurus - lengkung (b) serta Konfigurasi Elemen
Struktur Bidang Atap dan Kolom Penopang (c)
pada Bangunan ‘ Pearl Beach Lounge’
sumber : dokumen pribadi

Penyaluran Beban Gravitasional dan Beban Lateral


Beban gravitasional disalurkan 2 (dua) arah pada bidang atap yang tersusun atas gording,
kaso, dan papan bambu (plank) sebagai material penutup atapnya, lalu disalurkan melalui
kolom-kolom penopang ke pondasi (Gambar 7.a).. Pondasi yang digunakan pada bangunan
ini adalah pondasi beton setempat yang dihubungkan dengan sloof. Dalam mengatasi beban
lateral, bidang atap berperan dalam menjaga kekakuan dan kestabilannya. Bangunan yang
terbuka – tidak berdinding serta lokasi bangunan yang berada di pantai akan memungkinkan
terjadinya gaya hisap pada atap. Hal ini dapat diatasi dengan memberi bukaan pada atap agar
angin dapat keluar dari atap dan sambungan yang digunakan antara bidang atap dan kolom
penopang (Gambar 7.b).

(a) (b)
Gambar 7
Penyaluran Beban Gravitasional (a) dan Beban Lateral (b) pada Bangunan ‘Pearl Beach Lounge’
sumber : dokumen pribadi

Jenis Sambungan
Jenis sambungan yang digunakan antar batang pada bidang atap adalah jenis Friction-
Tight Rope Connection (Gambar 8.a). Sambungan ini merupakan sistem sambungan yang
paling memungkinkan untuk menyambung batang dengan laminated bundled-strips. Untuk
sambungan bidang atap dengan kolom digunakan jenis Friction-Tight Rope Connection
(Gambar 8.b). Tipe sambungan ini dapat mengatasi gaya hisap yang mungkin terjadi pada
bidang atap. Sambungan kolom ke pondasi beton setempat menggunakan cor beton dan

28
Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif
Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang
(Studi kasus: ‘Sakti Dinding Rook’, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan
‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok

tulangan di dalam batang bambu (Gambar 8.c). Proses yang dilakukan sama dengan proses
yang dilakukan pada bangunan ‘Sakti Dining Room’.

(a) (b) (c)


Gambar 8
Sambungan Ikat antar batang pada bidang atap (a); Sambungan Bidang Atap dengan Kolom Penopang (b);
Sambungan Kolom ke Pondasi (c) di Bangunan ‘Pearl Beach Lounge’
sumber : dokumen pribadi

VI. KOMPARASI BENTUK ARSITEKTURAL - BENTUK STRUKTURAL ANTARA


STRUKTUR RANGKA DAN STRUKTUR PERMUKAAN AKTIF

Berikut ini merupakan tabel hasil komparasi bentuk arsitektural dan bentuk struktural dari
dua bangunan yang memiliki sistem struktur yang berbeda, yaitu struktur rangka dan struktur
permukaan aktif.

‘Sakti Dining Room’, Puri Ahimsa, Pearl Beach Lounge, Gili


Bali Trawangan
Bentuk Arsitektural
Konsep Bentuk Metafor : Daun pisang Metafor : Ombak
Bentuk Dasar Linear – Asimetris – Gabungan 2 (dua kurva) cembung.
 Sumbu Kurva kelengkungan tunggal Kurva kelengkungan ganda
Bidang atap bergelombang. Pengembangan bentuk pelana.
Bentuk Selubung
Garis wuwung: kelengkungan tunggal - cembung
Bentuk Struktural
Sistem struktur permukaan aktif
Sistem Struktur Rangka
Sistem Struktur Bidang lipat dengan rangka satu lapis (space
Portal - Jepit
frame single layer)
Bentuk Geometri Elemen
Garis - Lurus Bidang - Lengkung
Struktural
Elemen Struktural Utama Portal : Kolom & Balok Bidang atap & Kolom Penopang
Batang Bambu Lurus & Lengkung
 Material Batang Bambu Lurus
(laminated bundled-strips)
 Bentuk Bentuk Setiap Portal Berbeda-beda Panjang kolom penopang berbeda-beda
Tidak Tegak Lurus terhadap Bidang Lantai
 Posisi Tegak Lurus Terhadap Bidang Lantai
(miring & berbeda ketinggian)
Konfigurasi Elemen Linear – Tegak Lurus terhadap Sumbu
Linear - Cluster
Struktur Bangunan
Perilaku Struktur dalam
menyalurkan Beban Tranversal Tranversal
Gravitasional
 Penyaluran Beban Bidang Atap  Portal  Pondasi Bidang Atap Kolom Penopang  Pondasi
Karena posisi kolom penopang miring dan
 Gaya pada elemen Setiap batang dalam portal mengalami dihubungkan jepit dengan pondasi, maka
struktur momen. kolom mengalami gaya momen yang besar
ditumpuan.

29
Anastasia Maurina

‘Sakti Dining Room’, Puri Ahimsa, Pearl Beach Lounge, Gili


Bali Trawangan
Penyaluran Beban Tidak ada bracing antar portal.
Lateral Bidang atap yang menjaga kestabilan lateral.
Jenis Sambungan
 Antar batang pada
Plugin/Bolt Connection
elemen struktural Friction-Tight Rope Connection
Possitive Connection
utama
 Bidang atap & Plugin/Bolt Connection
Friction-Tight Rope Connection
Struktural Utama Possitive Connection
 Kolom & Pondasi cor beton dan tulangan di dalam batang bambu
Proses Konstruksi
 Tingkat Kerumitan Lebih Tidak Rumit Lebih Rumit
 Waktu Dapat Lebih Singkat Lebih membutuhkan waktu
Lebih sulit untuk mencapai presisi sesuai
 Presisi Dapat lebih presisi sesuai gambar rancangan
dengan gambar rancangan

Potensi dan Kendala dari Sistem Struktur Rangka


Potensi dari mengaplikasikan struktur rangka untuk bentuk bangunan organik dengan bentuk
atap bergelombang adalah :
- Elemen struktur utamanya adalah garis lurus, sehingga dapat menggunakan batang
bambu utuh (tidak perlu dibentuk lagi). Hal ini akan mempermudah saat proses
konstruksi dan dapat lebih presisi sesuai gambar rancangan.
- Bentuk geometri struktur portal dapat dirancang sesuai dengan gaya-gaya yang terjadi
dan menghasilkan bentuk yang menarik
- Struktur portal disusun tegak lurus terhadap sumbu dan lantai, akan mempermudah
dan mempercepat proses konstruksi
- Bidang atap tidak berfungsi sebagai penyalur beban utama, sehingga jika terjadi
kegagalan struktur pada bidang atap tidak menyebabkan kegagalan pada struktur
lainnya. Dengan ketentuan, adanya bracing antar portal.
Kendala dari mengaplikasikan struktur rangka untuk bentuk bangunan organik dengan bentuk
atap bergelombang adalah :
- Untuk mencapai bentuk atap bergelombang, portal memiliki bentuk yang berbeda-
beda.
- Jika tidak ada bracing, maka bidang atap akan berfungsi menjaga kestabilan arah
horizontal. Diperlukan sambungan yang dapat menahan gaya geser horizontal antara
bidang atap dan struktur utama.

Potensi dan Kendala dari Sistem Struktur Permukaan Aktif


Potensi dari mengaplikasikan struktur permukaan aktif untuk bentuk bangunan organik
dengan bentuk atap bergelombang adalah :
- Penggunaan elemen struktural yang lebih banyak menggunakan garis lengkung dapat
menciptakan bangunan ‘lebih organik’
- Bidang atap berfungsi sebagai struktur utama, berperan dalam menyalurkan beban
vertikal dan beban horizontal, sehingga bidang atap bukan menjadi beban bagi
bangunan. Dibutuhkan lebih sedikit elemen strukturalnya.
Kendala dari mengaplikasikan struktur permukaan aktif untuk bentuk bangunan organik
dengan bentuk atap bergelombang adalah :

30
Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif
Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang
(Studi kasus: ‘Sakti Dinding Rook’, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan
‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok

- Bentuk geometri elemen struktural utama yang merupakan garis lengkung akan
memperumit proses konstruksi, karena bambu harus diproses terlebih dahulu untuk
mencapai kelengkungan yang diharapkan. Dalam kasus ini digunakan bambu-bambu
bilah yang diikat dan dilaminasi (laminated bundled-strips).
- Posisi kolom yang miring serta bentuk atap yang tidak teratur ini akan membuat
tingkat presisi terhadap bentuk rancangan awal lebih sulit dicapai.

VII. KESIMPULAN

Bangunan dengan kategori struktur adalah arsitektur, elemen struktural yang diekspos
akan berdampak pada bentuk dan spasial arsitekturalnya. Dengan bentuk selubung bangunan
berupa atap bergelombang yang serupa dapat menerapkan sistem struktur yang berbeda, yaitu
: struktur rangka atau struktur permukaan aktif. Kedua sistem tersebut memiliki bentuk
geometri dan konfigurasi elemen struktural utama yang berbeda, maka spasial arsitektural
yang tercipta akan menjadi berbeda juga.
Pemilihan sistem struktur akan mempengaruhi bentuk geometri dan konfigurasi elemen
struktur serta mempengaruhi perilaku elemen strukturalnya dalam menyalurkan beban yang
kemudian akan mempengaruhi pemilihan dari sistem sambungan inter/antar elemen
strukturalnya. Pemilihan bentuk geometri dan konfigurasi elemen struktural serta pemilihan
sistem sambungan akan menentukan tingkat kerumitan, waktu dan tingkat presisi saat proses
konstruksi berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Frick, Heinz (2004), Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Seri Konstruksi Arsitektur 7, Kanisius,
Yogyakarta.
Kramer, Karl (1985), IL 31 Bambus-Bamboo, Institut fur leichte Flachentragweke, Stuttgart.
Macdonald, Angus J. (2001), Structure and Architecture. Second Edition, Reed Educational and
Professional Publishing Ltd, Oxford.
Minke, Gernot, (2012), Building with Bamboo: Design and Technology of a Sustainable
Architecture, Birkhauser, Switzerland.
Sandaker, Bjorn N. (2008), On Span and Space: Exploring Structure in Architecture, Routledge,
New York
Schodek, Daniel (1999), Struktur, Erlangga, Jakarta
Sinarto, Yohanes (2014), Integrasi Bentuk Bangunan Organik dengan Struktur dan Konstruksi
Bambu pada ‘Sakti Dining Room’ Puri Ahimsa, Bali, Skripsi – Tidak terpublikasi,
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Construction with Bamboo - Bamboo Connections, Seite 3 von 23

31

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai