net/publication/315835330
CITATIONS READS
0 2,598
1 author:
Anastasia Maurina
Universitas Katolik Parahyangan
16 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Anastasia Maurina on 10 April 2017.
Anastasia Maurina1)
Abstrak
Bambu telah digunakan sebagai material konstruksi bangunan sejak dulu, namun
penggunaannya dalam konstruksi mengalami penurunan akibat adanya persepsi “material
untuk si miskin” dan “material yang lemah”. Namun sesungguhnya, kekuatan bambu
dapat disetarakan dengan kekuatan baja. Hal ini membuat bambu memiliki potensi untuk
terus dikembangkan sebagai material konstruksi bukan hanya untuk bangunan yang
sederhana namun untuk bangunan yang lebih kompleks. Kelenturan bambu adalah salah
satu potensi yang digunakan oleh para arsitek untuk memanfaatkan bambu sebagai
material struktural bangunan untuk melahirkan bangunan organic dengan bentuk atap
bergelombang.
‘Sakti Dining Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan ‘Pearl Beach Lounge’,
Gili Trawangan, Lombok merupakan bangunan organic di Indonesia dengan bentuk atap
bergelombang yang menggunakan bambu sebagai sistem strukturnya. Untuk membuat
bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang ini dapat mengaplikasikan bambu
dengan sistem struktur yang berbeda-beda. Bangunan ‘Sakti Dining Room’, Puri Ahimsa,
Bali menerapkan sistem struktur rangka sedangkan Bangunan ‘Pearl Beach Lounge’, Gili
Trawangan, Lombok menerapkan sistem struktur permukaan aktif.
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi-kualitatif dan komparasi. Setiap
bangunan akan ditinjau dari bentuk arsitektural serta bentuk strukturalnya yang mengkaji
sistem struktur, konfigurasi dan bentuk dari setiap hirarki penempatan elemen struktural,
perilaku struktural dalam menyalurkan beban, serta proses konstruksinya. Hasil dari
analisa komparatifnya berupa potensi dan kendala penggunaan bambu pada struktur
rangka dan struktur permukaan aktif untuk bangunan organik dengan bentuk atap
bergelombang. Hal ini dapat dimanfaatkan bagi perancang untuk mengembangkan
wawasan sistem struktur yang mungkin untuk diterapkan pada bentuk yang serupa serta
membantu menentukan sistem struktur yang tepat guna.
Kata kunci : bambu, struktur rangka, struktur permukaan aktif, organik, bentuk atap
bergelombang.
I. PENDAHULUAN
Bambu telah digunakan sebagai material konstruksi bangunan sejak dulu, namun
penggunaannya dalam konstruksi mengalami penurunan akibat adanya persepsi “material
untuk si miskin”, “material yang lemah” dan non-permanen.
Disisi lain, bambu memiliki banyak potensi. Bambu memiliki nilai ekologis yang baik
sehingga bambu merupakan salah satu material konstruksi yang berlanjutan. Bambu juga
memiliki properti mekanikal yang baik. Rasio yang tinggi antara kekuatan berbading dengan
berat dibandingkan dengan material konstruksi lainnya. Hal ini membuat bambu memiliki
potensi untuk terus dikembangkan sebagai material konstruksi bukan hanya untuk bangunan
1)
Program Studi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Anastasia.maurina@gmail.com
21
Anastasia Maurina
yang sederhana namun untuk bangunan yang lebih kompleks. Teknologi seputar bambu mulai
berkembang, seperti munculnya joint-joint bambu yang menambah kekuatan bambu.
Teknologi pengawetan bambu mulai berkembang, sehingga bambu dapat dijadikan material
konstruksi yang lebih permanen.
Bambu memiliki karakter yang fleksibel (mudah dibentuk), berpotensi untuk bentuk-
bentuk lengkung (bentuk yang cukup sulit dicapai dengan material konstruksi lainnya).
Potensi ini yang digunakan oleh para perancang untuk memanfaatkan bambu sebagai material
struktural bangunan untuk melahirkan bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang.
Bangunan dengan struktur yang diekspos termasuk kategori “struktur adalah arsitektur”.
Sehingga peran struktur pada bangunan ini dalam mencapai estetika sangat besar. Fungsi
struktur suatu bangunan tidak hanya sebagai sistem mekanikal yang berfungsi sebagai
menyalurkan beban, tetapi juga sebagai ekspresi keindahan dari spasial arsitekturalnya.
Bentuk bangunan yang serupa dapat dipecahkan dengan berbagai sistem struktur yang akan
menghasilkan keindahan yang berbeda-beda. Sehingga pemilihan sistem struktur oleh
perancang akan sangat berpengaruh pada bangunan hasil rancangannya.
‘Sakti Dining Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan ‘Pearl Beach Lounge’, Gili
Trawangan, Lombok merupakan bangunan organic di Indonesia dengan bentuk atap
bergelombang yang menggunakan material bambu sebagai material elemen strukturalnya.
Kedua bangunan tersebut memiliki bentuk yang serupa namun memiliki sistem struktur yang
berbeda sehingga menghasilkan spasial arsitektural yang berbeda. Bangunan ‘Sakti Dining
Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali menerapkan sistem struktur rangka sedangkan
Bangunan ‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok menerapkan sistem struktur
permukaan aktif.
Setiap bangunan akan ditinjau dari bentuk arsitektural serta bentuk strukturalnya yang
mengkaji sistem struktur, konfigurasi dan bentuk dari setiap hirarki penempatan elemen
struktural, perilaku struktural dalam menyalurkan beban, serta proses konstruksinya. Hasil
analisa deskriptif-kualitatif tesrebut akan menjadi data untuk analisa komparatif. Hasil dari
analisa komparatifnya berupa potensi dan kendala penggunaan bambu pada struktur rangka
dan struktur permukaan aktif untuk bangunan organik dengan bentuk atap bergelombang.Hal
ini dapat dimanfaatkan bagi perancang untuk mengembangkan wawasan sistem struktur yang
mungkin untuk diterapkan pada bentuk yang serupa serta membantu menentukan sistem
struktur yang tepat guna.
Bambu memiliki berbagai macam jenis, tapi tidak semua jenis bambu dapat digunakan
sebagai material struktural untuk bangunan. Jenis bambu yang umum digunakan sebagai
material konstruksi dan dipasarkan di Indonesia: 2
1. Bambu tali/ apus
2. Bambu petung (Dendrocalamus asper).
3. Bambu duri/ ori (Bambusa blumeana).
4. Bambu wulung/ hitam (Gigantochloa verticillata).
2 Heinz Frick, Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Seri Konstruksi Arsitektur 7, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
22
Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif
Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang
(Studi kasus: ‘Sakti Dinding Rook’, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan
‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok
Mengacu pada bentuk geometrik elemen struktural serta bentuk dan sifat geometrik dari
material bambu3, maka klasifikasi sistem struktur terbagi atas:
1. Elemen garis :
a. Garis lurus : struktur rangka (kolom dan balok)
b. Garis lengkung : struktur busur (form active)
Dengan menggunakan material bambu, struktur rangka dan struktur busur dapat
terbuat dari batang tunggal, gabungan batang tunggal ataupun dengan
menggunakan rangka batang (truss – vector active)
2. Elemen bidang :
a. Bidang lurus : struktur permukaan/pelat
b. Bidang lengkung : struktur permukaan aktif (surface active)
Dengan menggunakan material bambu, struktur permukaan hanya dapat terbuat
dari rangka batang ruang (space frame) baik lapis tunggal (space frame single
layer) maupun lapis ganda (space frame double layer).
Berikut ini adalah berbagai jenis sambungan bambu yang biasa digunakan dalam
konstruksi bangunan bambu5 :
3
Schodek, Daniel, (1998), Structures, Prentice Hall
4
Kramer, Karl. (1985), IL 31 Bambus-Bamboo, Institut fur leichte Flachentragweke
5
Construction with Bamboo - Bamboo Connections, Seite 3 von 23
23
Anastasia Maurina
Arsitektur organik adalah sebuah istilah yang diaplikasikan pada bangunan atau bagian dari
bangunan yang terorganisir berdasarkan analogi biologi atau yang dapat mengingatkan pada bentuk
natural (Fleming, Honour & Pevsner, 1999, Penguin Dictionary of Architecture)
Bentuk bangunan ‘Sakti Dining Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali (gambar 1.a)
dan ‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok (gambar 1.c) termasuk kedalam bentuk
bangunan organik. Kedua bangunan tersebut mengambil inspirasi dari bentuk yang
ditemukan di alam, yaitu metafora dari bentuk daun pisang (gambar 1.b) pada bangunan
‘Sakti Dining Room’, Five Elements - Puri Ahimsa, Bali dan metafora dari bentuk ombak
(gambar 1.d) pada ‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok.
Kedua bangunan tersebut juga memiliki bentuk dasar bangunan yang serupa, yaitu
bentuk asimetris yang merupakan gabungan 2 (dua) kurva yang tidak sama besar yang
disatukan dengan sumbu linear yang berbentuk kurva. (Gambar 2a & 2b). Perbedaan sumbu
diantara keduanya adalah sumbu yang terdapat pada bangunan ‘Sakti Dining Room’
memiliki kelengkungan tunggal, dan sumbu yang terdapat pada bangunan ‘Pearl Beach
Lounge’ memiliki kelengkungan ganda.
Selain memiliki bentuk dasar bangunan yang serupa, kedua bangunan tersebut memiliki
bentuk atap yang serupa, yaitu bentuk dasar pelana yang dikembangkan. Garis wuwung
mengikuti bentuk sumbu bangunan dan membentuk kelengkungan tunggal – cembung jika
dilihat secara planar dari tampak muka. (Gambar 2c & 2d)
24
Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif
Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang
(Studi kasus: ‘Sakti Dinding Rook’, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan
‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2
Bentuk Dasar Bangunan pada ‘Sakti Dining Room’ (a) ‘Pearl Beach Lounge’ (b)
Bentuk Atap pada ‘Sakti Dining Room’ (c) ‘Pearl Beach Lounge’ (d)
sumber : dokumen pribadi
Bangunan ‘Sakti Dining Room’ adalah salah satu bangunan yang berfungsi sebagai
restauran pada kompleks resort Puri Ahimsa di Bali. Bangunan ini dirancangan oleh Ketut
Arthana (Arte Arsitek).
25
Anastasia Maurina
bambu yang diperlukan akan lebih besar dibanding dengan batang-batang yang mengalami
gaya aksial. (Gambar 3.c)
Dalam mengatasi beban lateral, diperlukan bracing pengikat antar struktur portal. Namun
pada bangunan ini tidak ada bracing pengikat antar struktur portal, sehingga hal tersebut
menyebabkan bidang atap ikut bekerja untuk menjaga kestabilan bangunan terhadap beban
lateral. Dengan bentuk bangunan dan konfigurasi portalnya yang melengkung serta bangunan
yang terbuka (tanpa dinding) dapat mengurangi beban lateral pada bangunan. Hal tersebut
berbeda dengan bangunan yang konfigurasi portalnya disusun dalam bentuk dan sumbu yang
lurus. Namun, bidang atap dapat mengalami gaya tekan dari arah bawah akibat beban angin
akibat tidak adanya dinding pada bangunan ini.
Gambar 3
Struktur Rangka pada ‘Sakti Dining Room’
sumber : Sinarto, Yohanes (2014)
Jenis Sambungan
Jenis sambungan yang digunakan pada elemen struktur portalnya adalah gabungan jenis
Plugin/Bolt Connection dan Possitive Connection (Gambar 4.a). Sambungan ini merupakan
sistem sambungan yang paling mudah dikerjakan dengan waktu pengerjaan yang lebih
singkat. Kelemahan sistem sambungan ini terletak pada titik mur-baut yang bertemu dengan
bambu. Sering terjadi retak pada batang bambu sehingga perlu adanya elemen lain yang
membantu sambungan tersebut, biasanya digunakan adukan mortar yang diisikan pada ruas
bambu dimana terdapat titik sambungan.
Untuk sambungan antar elemen pada bidang atap, digunakan jenis Possitive Connection
dan Plugin/Bolt Connection. Jenis Possitive Connection digunakan untuk sambungan ring
balok (laminated bundled-strips) ke kolom, dimana ruas bambu pada kolom diisi dengan
mortar (Gambar 4.b). Sedangkan jenis Plugin/Bolt Connection untuk sambungan gording ke
balok dari portal utama. Pada titik sambungan ini, selain terjadi gaya tekan, terjadi pula gaya
geser akibat dari bidang atap yang berfungsi menjaga kestabilan dari beban lateral.
Sambungan kolom ke pondasi beton setempat menggunakan cor beton dan tulangan di
dalam batang bambu (Gambar 4.c). Proses yang dilakukan adalah melubangi bagian buku
bambu dari dasar sampai dengan ketinggian sekitar 60-80 cm kemudian batang bambu
diberdirikan dan tulangan tersebut dimasukan di tengah bambu, setelah tulangan masuk
kemudian batang bambu dilubangi dan diisi dengan adukan mortar / beton. Adukan akan
mengisi ruang dalam batang bambu, kekuatan sambungan terdapat pada profil bagian dalam
batang bambu yang bergerigi sehingga adukan akan menahan batang bambu agar tidak
bergerak.
26
Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif
Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang
(Studi kasus: ‘Sakti Dinding Rook’, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan
‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok
Bangunan ‘Pearl Beach Lounge’ adalah salah satu bangunan yang berfungsi sebagai
restauran pada di Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bangunan ini dirancangan
oleh Heinz Alberti, seorang arsitek dan juga pemilik dari bangunan tersebut.
Gambar 5
Dasar Prinsip Struktur dari Bangunan ‘ Pearl Beach Lounge’
sumber : Kramer, Karl. (1985) dan dokumen pribadi
Elemen struktural utama terdiri dari bidang atap dan kolom penopang. Bidang atap terdiri
dari paduan elemen lengkung yang terbuat dari bambu-bambu bilah yang diikat dan
dilaminasi (laminated bundled-strips) dan batang bambu utuh (Gambar 6.a). Sedangkan
kolom penopang terdiri dari batang bambu lurus dan juga kolom lengkung yang terbuat dari
bambu-bambu bilah yang diikat dan dilaminasi (laminated bundled-strips) (Gambar 6.b).
Dengan adanya elemen bambu lengkung pada struktur utama dan juga posisi kolom yang
miring (tidak tegak lurus dengan lantai), membuat proses konstruksi lebih rumit dan
membutuhkan waktu yang lebih lama. Tingkat presisi pada saat proses konstruksi lebih tinggi
untuk mencapai bentuk yang sesuai dengan rancangan awal.
27
Anastasia Maurina
Dalam menyusun bidang atap dan kolom-kolom penopang, bangunan yang memiliki
bentuk linear ini mengacu pada sumbu tunggal yang berbentuk lengkung ganda (Gambar 6.c).
Cluster kolom penopang tersebut disusun secara linear terhadap sumbu bangunan tersebut.
Setiap kolom memiliki panjang dan kemiringan yang berbeda-beda. Hal ini akan memperumit
proses konstruksinya.
(a) (b)
Gambar 7
Penyaluran Beban Gravitasional (a) dan Beban Lateral (b) pada Bangunan ‘Pearl Beach Lounge’
sumber : dokumen pribadi
Jenis Sambungan
Jenis sambungan yang digunakan antar batang pada bidang atap adalah jenis Friction-
Tight Rope Connection (Gambar 8.a). Sambungan ini merupakan sistem sambungan yang
paling memungkinkan untuk menyambung batang dengan laminated bundled-strips. Untuk
sambungan bidang atap dengan kolom digunakan jenis Friction-Tight Rope Connection
(Gambar 8.b). Tipe sambungan ini dapat mengatasi gaya hisap yang mungkin terjadi pada
bidang atap. Sambungan kolom ke pondasi beton setempat menggunakan cor beton dan
28
Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif
Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang
(Studi kasus: ‘Sakti Dinding Rook’, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan
‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok
tulangan di dalam batang bambu (Gambar 8.c). Proses yang dilakukan sama dengan proses
yang dilakukan pada bangunan ‘Sakti Dining Room’.
Berikut ini merupakan tabel hasil komparasi bentuk arsitektural dan bentuk struktural dari
dua bangunan yang memiliki sistem struktur yang berbeda, yaitu struktur rangka dan struktur
permukaan aktif.
29
Anastasia Maurina
30
Penggunaan Bambu Pada Struktur Rangka dan Struktur Permukaan Aktif
Pada Bangunan Organik Dengan Bentuk Atap Bergelombang
(Studi kasus: ‘Sakti Dinding Rook’, Five Elements-Puri Ahimsa, Bali dan
‘Pearl Beach Lounge’, Gili Trawangan, Lombok
- Bentuk geometri elemen struktural utama yang merupakan garis lengkung akan
memperumit proses konstruksi, karena bambu harus diproses terlebih dahulu untuk
mencapai kelengkungan yang diharapkan. Dalam kasus ini digunakan bambu-bambu
bilah yang diikat dan dilaminasi (laminated bundled-strips).
- Posisi kolom yang miring serta bentuk atap yang tidak teratur ini akan membuat
tingkat presisi terhadap bentuk rancangan awal lebih sulit dicapai.
VII. KESIMPULAN
Bangunan dengan kategori struktur adalah arsitektur, elemen struktural yang diekspos
akan berdampak pada bentuk dan spasial arsitekturalnya. Dengan bentuk selubung bangunan
berupa atap bergelombang yang serupa dapat menerapkan sistem struktur yang berbeda, yaitu
: struktur rangka atau struktur permukaan aktif. Kedua sistem tersebut memiliki bentuk
geometri dan konfigurasi elemen struktural utama yang berbeda, maka spasial arsitektural
yang tercipta akan menjadi berbeda juga.
Pemilihan sistem struktur akan mempengaruhi bentuk geometri dan konfigurasi elemen
struktur serta mempengaruhi perilaku elemen strukturalnya dalam menyalurkan beban yang
kemudian akan mempengaruhi pemilihan dari sistem sambungan inter/antar elemen
strukturalnya. Pemilihan bentuk geometri dan konfigurasi elemen struktural serta pemilihan
sistem sambungan akan menentukan tingkat kerumitan, waktu dan tingkat presisi saat proses
konstruksi berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Frick, Heinz (2004), Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Seri Konstruksi Arsitektur 7, Kanisius,
Yogyakarta.
Kramer, Karl (1985), IL 31 Bambus-Bamboo, Institut fur leichte Flachentragweke, Stuttgart.
Macdonald, Angus J. (2001), Structure and Architecture. Second Edition, Reed Educational and
Professional Publishing Ltd, Oxford.
Minke, Gernot, (2012), Building with Bamboo: Design and Technology of a Sustainable
Architecture, Birkhauser, Switzerland.
Sandaker, Bjorn N. (2008), On Span and Space: Exploring Structure in Architecture, Routledge,
New York
Schodek, Daniel (1999), Struktur, Erlangga, Jakarta
Sinarto, Yohanes (2014), Integrasi Bentuk Bangunan Organik dengan Struktur dan Konstruksi
Bambu pada ‘Sakti Dining Room’ Puri Ahimsa, Bali, Skripsi – Tidak terpublikasi,
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Construction with Bamboo - Bamboo Connections, Seite 3 von 23
31