Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih dari 5 juta wanita setiap tahunnya mengunjungi dokter karena
gangguan infeksi saluran perkemihan yang umumnya disebabkan dari infeksi
saluran perkemihan yang tidak terkontrol dan dapat berkembang menjadi
peradangan pada kandung kemih. Walaupun infkeksi saluran kemih ini
diterapi dengan antibiotika, sebagian pasien mengalami kondisi yang semakin
parah menjadi infksi kandung kemih dan infeksi ginjal, dengan konsekunsi
yang serius. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Infeksi saluran kemih tlah digambarkan sejak jaman kuno, dengan
penggambaran pertama didokumentasikan di Parpirus Ebers tertanggal 1550
SM. Orang Mesir menggambarkannya sebagai ”memancarkan panas dari
kandung kemih”. Belum ada pengobatan yang efktif hingga pengembangan
dan ketersediaan antibiotic pada tahun 1930-an, setlah sebelumnya disarankan
pengobatan herbal, pengaliran darah, dan istirahat. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Infeksi saluran kemih (ISK) bisa menjadi awal dari gagal ginjal, sering
terjadi pada wanita karena konstruksi saluran kemihnya lebih rawan kena
infeksi. Di Amerika Serikat infeksi saluran kemih menyerang 21% wanita
dewasa setiap tahunnya, dan 24% di diantaranya kurang beruntung karna
mengalami infeksi yang terjadi secara terus-menerus.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian dari
saluran permih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai Sistitis (infksi
kandung kemih), sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas dinamai
Pielonefritis (infeksi ginjal). (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Infeksi saluran kemih (ISK) sering dicurigai pada pasien manula atau
anak-anak yang datang dengan confusion atau keadaan umum yang
memburuk. Yang penting dalam konteks ini, sebagaimana ISK yang lain,
adalah memastikan jika adanya piuria yang menyertai penumbuhan bakteri
dari urin. Bakteri dapat tumbuh pada pemeriksaan urin tersebab proses
pengambilan urin yang tidak steril. Bakteriuria menjadi signifikan secara
klinis hanya bila disertai piuria. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)

1 Stikes Yarsi Mataram


Penyakit ini berlainan dengan peristiwa urin bocor. Sebagian besar dari
kita mungkin tertawa mendengar orang yang mengompol di celana. Tetapi
bagi sekitar 13 juta orang Amerika yang mengalami ketidakmampuan
menahan BAK (urinary incontinence), kencing di celana bukan suatu patut
ditertawakan. Mereka tidak hanya menderita karena kondisi ini, tetapi juga
karena besarnya rasa malu yang kerap mengikuti. Ini mungkin masalah bagi
orang-orang lansia, yang berisiko mengalami kondisi ini. Tetapi
ketidakmmapuan menahan BAK bukan hanya masalah orang lansia. Sekitar
30% perempuan dan 5% laki-laki berusia antara 15 dan 64 tahun kadang-
kadang mengalami insiden urine bocor ini. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
2. Apa saja penyebab terjadinya penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
3. Apa saja faktor resiko penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
4. Seperti apa Manifestasi Klinik dari penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
6. Seperti apa pathway penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
7. Kompolasi apasaja yang terjadi akibat penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
8. Seperti apa pemeriksaan diagnostik pada penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
10. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan untuk penderita penyakit
Infeksi Saluran Kemih ?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dan pembaca dapat mengerti dengan baik tentang isi dari
makalah ini.
b. Tujuan Khusus
1. Pembaca dapat memahami Apa itu penyakit Infeksi Saluran Kemih.
2. Pembaca dapat memahami Apa saja penyebab terjadinya penyakit
Infeksi Saluran Kemih.
3. Pembaca dapat memahami Apa saja faktor resiko penyakit Infeksi
Saluran Kemih.

2 Stikes Yarsi Mataram


4. Pembaca dapat memahami Seperti apa Manifestasi Klinik dari
penyakit Infeksi Saluran Kemih.
5. Pembaca dapat memahami Bagaimana patofisiologi dari penyakit
Infeksi Saluran Kemih.
6. Pembaca dapat memahami Seperti apa pathway penyakit Infeksi
Saluran Kemih.
7. Pembaca dapat memahami Kompolasi apasaja yang terjadi akibat
penyakit Infeksi Saluran Kemih.
8. Pembaca dapat memahami Seperti apa pemeriksaan diagnostik pada
penyakit Infeksi Saluran Kemih.
9. Pembaca dapat memahami Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit
Infeksi Saluran Kemih.
10. Pembaca dapat memahami Bagaimana Asuhan Keperawatan untuk
penderita penyakit Infeksi Saluran Kemih.

3 Stikes Yarsi Mataram


BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian saluran
kemih. Ketika mengenai saluran kemih bagian bawah dinamai sistitis (infeksi
kandung kemih) sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih bagian atas
dinamai pielonefritis (infeksi ginjal) (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu istilah umum yang ditujukan
pada infeksi bakteri pada saluran kemih. Beberapa bakteri dapat menjadi
organisme penyebab. ISK atas terjadi pada uretra atau ginjal, sedangkan ISK
bawah terjadi pada uretra dan kandung kemih. Infeksi dapat berasal dari mana
saja dari saluran perkemihan dan menyebar ke area lain. Infeksi saluran kemih
yang tidak dilakukan pengobatan dapat menyebabkan gagal ginjal. (Barbara
Engram : 1998)

B. ETIOLOGI
1. Bakteri E. Coli
E. Coli adalah penyebab dari 80-85% infeksi salurann kemih, dan
staphylococcus saprophyticus menjadi penyebab pada 5-10%. Meskipun
jarang infeksi firus atau jamur dapat menyebabkan penyakit ini. Bakteri
penyebab lainnya meliputi : klebsiella, proteus, pseudomona, dan
enterobakter. Hal ini tidak umum ditemukan dan biasanya berkaitan
dengan abnormalitas saluran kemih atau pemasangan kateter urine. Infeksi
saluran kemih disebabkan oleh staphylococcus aureus biasanya terjadi
sekunder akibat infeksi yang ditularkan melalui darah. (Qorry ‘Aina Abata
: 2014)
Perlu diingat bahwa beberapa penyakit lain bias merusak fungsi
kandung kemih, karena mereka mengubah saraf yang mendukung kandung
kemih. Penyakit ini meliputin diabetes, saraf pengendali kandung kemih
yang rusak akibat operasi (misalnya operasi prostat atau usus), banyak

4 Stikes Yarsi Mataram


sklerosis dan luka pada jaringan saraf tulang belakang. (Qorry ‘Aina Abata
: 2014)
Diabetes dapat merusak saraf menuju dan dari kandung kemih
sebagaimana saraf yang masuk ke kaki. Saraf yang berasal dari kandung
kemih yang beri sinyal saat penuh, saraf yang menuju kesana member
sinyal otot untuk menggosokan kandung kemih dan katup keluar untuk
membuka. Dalam situasin ekstrim, sinyal-sinyal yang mengindikasikan
penuhnya kandung kemih menjadi semakin lemah sehingga kandung
kemih menjadi terlalu merenggang dan tak pernah kosong sepenuhnya.
(Qorry ‘Aina Abata : 2014)
2. Jenis Kelamin
Perempuan lebih rentan terkena ISK daripada laki-laki, karena
pada perempuan uretra jauh lebih pendek dan lebih dekat dengan anus
sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung
kemih. Karena tingkat estrogen wanita menurun seiring menopause,
resikonya resiko terkena ISK meningkat karena hilangnya flora vagina
yang melindungi. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Lazimnya, beberapa bulan sebelum menarke, produksi cairan
vagina meningkat. Cairan tersebut terutama mengandung sel epitel dewasa
yang terdeskuamasi, dan sejumlah sekresi mucus dari serviks kelenjar
vestibular. Awalnya cairan tersebut tidak berbau, tetapi setelah menarke
cairan tersebut mempunyai bau. Selama masa kanak-kanak, flora vagina
terdiri dari bermacam-macam mikroorganisme non-patogenik. Seblum
menarke, karena sekresi vagina meningkat dan menjadi lebih kaya
glikogen, proporsi laktobasilus di dalam flora menjadi meningkat sampai
mereka mendominasi flora. Asam laktat yang mereka hasilkan
menciptakan lingkungan yang asam di dalam vagina dan mencegah
berkembiangbiaknya berbagai jenis mikroorganisme yang berpotnsi
membahayakan. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Faktor lain yang berperan meningkatkan infkeksi saluran kemih
pada anak perempuan dan wanita dewasa adalah kecendrungan budaya
untuk menahan urine, serta iritasi kulit lubang uretra pada wanita sewaktu

5 Stikes Yarsi Mataram


berhubungan intim. Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang
paling sering terjadi pada perempuan. Infeksi paling sering terjadi antara
usia 16 hingga 35 tahun, dengan 10% perempuan mengalami infeksi setiap
tahun dan 60% mengalami infeksi pada suatu waktu dalam hidupnya.
(Qorry ‘Aina Abata : 2014)
3. Beberapa penyebab lain dri ISK
a. Jarang Berkemih
Pengeluaran urin (mictio) mrupakan mekanisme ketahanan penting
dari kandung kemih. Bila mictio normal terhambat karena misalnya
obstruksi, ISK dapat lebih mudah terjadi.
b. Gangguan pengosongan kandung kemih akibat obstruksi (batu ginjal),
disfungsi atau hipertrofi prostat bisa mengakibatkan tertinggalnya
residu dimana kuman-kuman mudah berproliferasi.
c. Hygiene pribadi kurang baik bisa menyebabkan kolonisasi kuman
uropatogen di sekitar (ujung) uretra, misalnya penggunaan pembalut
wanita. Kuman lalu menjalar ke atas menuju uretra, lalu kandung
kemih dan kemudian menyebar melalui ureter ke ginjal (ISK bagian
atas).
d. Penggunaan kateter, melalui senggama dan karena adanya infeksi local
(misalnya vaginitis) dapat mempermudah infeksi.
e. Penderita diabetes lebih peka untuk ISK karena meningkatnya daya
melekat bakteri pada epitel ISK akibat bebrapa sebab tertentu.

C. FAKTOR RESIKO
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi patogenesis infeksi saluran kemih
antara lain:
1. Jenis kelamin dan aktivitas seksual
Secara anatomi, uretra perempuan memiliki panjang sekitar 4 cm
dan terletak di dekat anus. Hal ini menjadikannya lebih rentan untuk
terkena kolonisasi bakteri basil gram negatif. Karenanya, perempuan lebih
rentan terkena ISK. Berbeda dengan laki-laki yang struktur uretranya lebih

6 Stikes Yarsi Mataram


panjang dan memiliki kelenjar prostat yang sekretnya mampu melawan
bakteri, ISK pun lebih jarang ditemukan. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Pada wanita yang aktif seksual, risiko infeksi juga meningkat.
Ketika terjadi koitus, sejumlah besar bakteri dapat terdorong masuk ke
vesica urinaria dan berhubungan dengan onset sistitis. Semakin tinggi
frekuensi berhubungan, makin tinggi risiko sistitis. Oleh karena itu,
dikenal istilah honeymoon cystitis. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Penggunaan spermisida atau kontrasepsi lain seperti diafragma dan
kondom yang diberi spermisida juga dapat meningkatkan risiko infeksi
saluran kemih karena mengganggu keberadaan flora normal introital dan
berhubungan dengan peningkatan kolonisasi E. coli di vagina. (Qorry
‘Aina Abata : 2014)
Pada laki-laki, faktor predisposisi bakteriuria adalah obstruksi
uretra akibat hipertrofi prostat. Hal ini menyebabkan terganggunya
pengosongan vesica urinaria yang berhubungan dengan peningkatan risiko
infeksi.2 Selain itu, laki-laki yang memiliki riwayat analseks berisiko lebih
tinggi untuk terkena sistitis, karena sama dengan pada wanita saat
melakukan koitus atau hubungan seksual dapat terjadi introduksi bakteri-
bakteri atau agen infeksi ke dalam vesica urinaria. Tidak dilakukannya
sirkumsisi juga menjadi salah satu faktor risiko infeksi saluran kemih pada
laki-laki. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
2. Kehamilan
ISK seringkali menyerang perempuan hamil dengan prevalensi rerata
sekitar 10%. Hal ini dikaitkan dengan adanya perubahan fisiologis pada
perempuan yang sedang hamil seperti pengaruh hormon progresteron dan
obstruksi oleh uterus yang menyebabkan dilatasi sistem pelviokalises dan
ureter.3 Pada perempuan hamil juga terjadi penurunan tonus ureter dan
peristaltiknya, serta peningkatan refluks vesikoureter karena katup
vesikoureter yang sementara kurang kompeten.1,3 Kateterisasi vesika
urinaria yang terkadang dilakukan sebelum atau sesudah partus juga turut
menambah risiko infeksi. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
3. Obstruksi

7 Stikes Yarsi Mataram


Penyebab obstruksi dapat beraneka ragam di antaranya: tumor, striktur,
batu, dan hipertrofi prostat. Hambatan pada aliran urin dapat menyebabkan
hidronefrosis, pengosongan vesica urinaria yang tidak sempurna, sehingga
meningkatkan risiko ISK.
4. Disfungsi neurogenik vesica urinaria
Gangguan pada inervasi vesica urinaria dapat berhubungan dengan infeksi
saluran kemih. Infeksi dapat diawali akibat penggunaan kateter atau
keberadaan urin di dalam vesica urinaria yang terlalu lama.
5. Faktor genetic
Faktor genetik turut berperan dalam risiko terkena ISK. Jumlah dan tipe
reseptor pada sel uroepitel tempat menempelnya bakteri ditentukan secara
genetic

D. MANIFESTASI KLINIK
a. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah :
1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
3. Hematuria
4. Nyeri punggung dapat terjadi
b. Tanda dan gejala ISK bagian atas :
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri panggul dan pinggang
4. Nyeri ketika berkemih
5. Malaise
6. Pusing
7. Mual dan muntah

8 Stikes Yarsi Mataram


E. PATOFISIOLOGI
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen.
Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara
asending yaitu:
1. masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain:
factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih
pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih
tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
2. Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system
imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi
secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal
akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya :
1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang
efektif.
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. System imunnitas yng menurun
5. Adanya hambatan pada saluran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan
distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini
mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih

9 Stikes Yarsi Mataram


menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan
gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi
predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang
menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter
yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan
parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan
pada laki-laki diatas usia 60 tahun. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)

10 Stikes Yarsi Mataram


F. PATHWAY

11 Stikes Yarsi Mataram


G. KOMPLIKASI
Tergantung tipe :
1. ISK sederhana (uncomplicated). ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu
non obstruksi dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan
(self limited disease) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama.
ISK sederhana bagian bawah jarang menybabkan komplikasi ketika
diobati dengan tepat dan segera. Tetapi jika tidak diobati dengan benar,
ISK dapat menjadi infeksi yang serius seperti urosepsis. (Qorry ‘Aina
Abata : 2014)
2. Komplikasi ISK pada wanita hamil
ISK selama kehamilan :
a. BAS (Basiluria Asimtomatik) tidak diobati resiko potensial
pielonefritis, bayi premature, anemia, pregnancy induced hypertension.
b. ISK trimester III: resiko potensial bayi mengalami retardasi mental,
pertumbuhan bayi lambat, cerebral palsy, fetal death.
3. Komplikasi Infeksi Saluran Kemih pada Pria
Striktur uretra dapat terjadi pada pria dengan urethritis yang
sebelumnya mengalami infeksi urethritis gonokokal.
4. Komplikasi pada Infeksi Saluran Kemih Asending ke Ginjal
Sepsis dapat terjadi pada infeksi asending hingga ke ginjal yang
tidak ditangani dengan benar. Abses ginjal atau infeksi piogenik pada
parenkim ginjal dapat terjadi biasanya akibat bakteri gram negatif dan
biasa terjadi pada ISK rumit dengan faktor risiko seperti DM, disfungsi
kandung kemih neurogenic, dan kehamilan. Gejala mungkin tidak spesifik
berupa demam, menggigil, nyeri pada pinggang atau perut. (Qorry ‘Aina
Abata : 2014)
Pielonefritis emfisematus dapat terjadi terutama pada pasien ISK
dengan gangguan kekebalan sistem imun dan dengan faktor risiko diabetes
melitus dimana E. colimemproduksi karbon dioksida dari fermentasi gula.
(Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Xanthogranulomatous pyelonephritis (XGP) merupakan tahap
akhir obstruksi ginjal dan ISK, XGP sangat jarang terjadi. Sering

12 Stikes Yarsi Mataram


disebabkan oleh Proteus sp. atau organisme yang berhubungan dengan
pembentuka batu saluran kemih dan inflamasi kronis. Tatalaksana dengan
operasi membuah seluruh jaringan ginjal yang terlibat. Kerusakan ginjal
permanen dapat terjadi terutama pada pielonefritis akut atau kronik yang
tidak diobati.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa putar, kultur
urin serta jumlah kuman/mL, urin merupakan protokol standar untuk
pendekatan diagnosis ISK. USG, radiografi (foto polos perut, pielografi IV,
Micturating Cystogram), isotop scanning.
a. Evaluasi Diagnostik
1. Hitung koloni : kriteria infeksi hitung koloni sekitar 100.000 koloni
per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari spesimen
dalam kateter. Hampir sepertiga wanita yang menunjukkan gejala
infeksi akut akan menunjukkan kultur urin aliran tengah yang negatif
dan dapat terabaikan jika 100.000 CFU (colony forming units)/mL
tetap digunakan sebagai criteria infeksi. Adanya setiap bakteri dalam
spesimen yang dikumpulkan melalui aspirasi jarum suprapubis
kedalam urin kandung kemih atau melalui kateter dianggap indikatif
terhadap adanya infeksi.
2. Temuan di tingkat sel : hematuria mikroskopik terdapat pada hampir
50% pasien yang mengalami infeksi akut. Sel darah putih juga
terdeteksi pada infeksi saluran kemih
3. Kultur urin : untuk melihat ada atau tidaknya kuman dalam urin. Jika
ada bakteri atau kuman yang ditemukan dalam urin maka bisa
menunjukkan adanya infeksi pada saluran kemih.
4. Metode tes : tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit)
dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat) adalah tindakan yang
umum dilakukan, terutama pasien rawat jalan. Jika tes esterase lekosit
positif maka pasien mengalami piuria (WBC dalam urin) dan harus
segera mendapat penanganan.

13 Stikes Yarsi Mataram


5. Tes penyakit menular seksual : uretritis akut akibat organisme yang
menular secara seksusal atau infeksi vaginitis akut (disebabkan
trikomonas atau kandida) menyebabkan gejala yang hamper sama
dengan ISK.
6. Tes-tes tambahan : individu yang beresiko tinggi yang mengalami
komplikasi atau infeksi kambuhan, tindakan diagnostic seperti
urogram intravena (IVU) atau pielonegrafi (IVP), sistografi USG dapat
dilakukan untuk menentukan apakah infeksi adalah akibat dari
abnormalitas saluran kemih, adanya batu, massa renal atau abses,
hidronefrosis atau hiperplasi prostat.

I. PENATALAKSANAAN
Ada 3 prinsip penatalaksanaan infeksi saluran kemih :
1. Memberantas infeksi
2. Menghilangkan faktor predisposisi
3. Memberantas penyulit
Ada dua cara dalam pengobatan ISK, yaitu :
1. Pengobatan dengan cara medis
Rawat inap dilakukan jika pasien seorang anak, bayi, ibu hamil,
menderita demam tinggi, dehidrasi, sakit akut, atau septik. Data
terbaru menunjukkan bahwa pada pasien hamil yang tampak sehat
dapat diobati sebagai pasien rawat jalan, tapi hal ini belum menjadi
standar perawatan. Obati secara empirik dengan sefalosporing
generasi ketiga IV dengan atau tampa gentamicin, fluorokuinolon
IV, gentamicin dan ampisilin, ampisilin-sulbakcam, atau asam
tikarsilin klavulanat sambil meunggu hasil biakan dan uji kepekaan.
Hindari pemberian gentamicin dan fluorukuinolon pada pasien
hamil. Obat penyakit ini secara FV selama 48-72 jam atau lebih
tergantung respons klinis. Lanjutan antibiotik peroral dan kemudian
diselesaikan dengan antibiotik peroral selama 2 sampai 6 minggu
lagi. Harus diberikan obat-obatan untuk mengatasi nyeri, demam dan
mual. Pastikan hidrasi yang mencukupi dan pemeliharaan keluaran

14 Stikes Yarsi Mataram


urine yang baik dengan cairan IV atau per oral. (Qorry ‘Aina Abata :
2014)
Dengan demikian, pengobatan utama tetaplah antibiotik.
Cotrimoxazole merupakan antibiotik sulfonamide kombinasi dari
sulfamethoxazole dan trimethoprime. Obat antibiotik jenis ini
memiliki daya kerja yang luas dan antibakteri trimetophrime sekitar
20-100 kali lebih kuat dibandingkan sulfamethoxazole. (Qorry
‘Aina Abata : 2014)
Obat antibiotik ini memiliki microba yang peka terhadap
kombinasi seperti : S.Pneumonia, C. Diptheriae, N. Meningitis, 50-
95% strain S. Aureus, S. Pyugenes, S. Viridans, S. Faecalis, E.
Coli, P. Mirabilis, P. Morganii, P. Rettgeri, Enterobacter,
Aerobacter species, salmonela, shigella, Sirratia dan alcaligenes
spescies dan klebsiella. Dimana pada infeksi saluran kemih yang
paling banyak berperan adalah E. Coli, Proteus dan Klebsiella.
(Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Namun demikian, organisme yang resisten bisa diobati dengan
koamoxsiklav (augmentin) atau ciprofloksasin. Pasien dengan
pielonefritis akut disertai muntah, kehamilan, atau menunjukkan
bukti adanya septikemia (kultur darah positif dalam 20%)
memerlukan antibiotik intravena. Mungkin terdapat faktor
predisposisi yang jelas, seperti kehamilan, obstruksi saluran, atau
kateterisasi. Diabetes melitus harus disingkirkan. Pielonefritis akut
atau lebih 2 episode sistitis pada wanita, atau infeksi jenis apapun
pada pria, menunjukkan adanya kelainan struktural. Pemeriksaan
ultasonogram pada traktus renalis diperlukan untuk mencari abses
perinefrik, perut ginjal, batu, tumor, obstruksi. (Qorry ‘Aina Abata
: 2014)
Phenazophridine terkadang diberikan selama beberapa hari
pertama disamping antibiotik untuk membantu meredakan rasa
terbakar dan desakan untuk berkemih yang terkadang dirasakan
selama infeksi kandung kemih. Bagi orang dengan infeksi

15 Stikes Yarsi Mataram


berulang, antibiotik harian jangka panjang cukup efektif.
Pengobatan yang sering digunakan mencakup nitrofurantoin dan
trimethoprime atau sulfamethoxazole. Metenamin adalah obat lain
yang sering digunakan untuk keperluan ini karena dikandung
kemih yang tingkat keasamannya rendah obat ini memproduksi
pormaldehid yang tidak menyebabkan resistensi. Nitrofurantoin
diberikan per oral dan diabsorpsi secara cepat dan lengkap di
saliuran cerna. Bentuk makrokristalin diabsorpsi dan diekskresikan
lebih lambat dibandingkan bentuk mikrokristalin. Waktu paruh
plasma 0,3 sampai 1 jam; dan lebih kurang 40% diekskresikan
dalam bentuk utuh di dalam urine. Dosis rata-rata pemberian
nitrokurantoin menghasilkan konsentasi kira-kira 200 ug/ml dalam
urine yang mudah larut pada Ph 5, tetapi urine tidak boleh
diakalinisasi karena akan menurunkan aktivitas anti bakteri.
Kecepatan ekskresinya berhubungan linier dengan bersihan
kreatinin sehingga akan meningkatkan toksisitasnya. Nitrofurantoin
memberikan warna coklat pada urin. Obat ini adalah salah satu
alternatif untuk pengobatan infeks saluran kemih bawah tanpa
komplikasi pencegahan rekuerens infeksi saluran kemih bawah.
Namun perlu di perhitungkan efek samping yang paling sering
yakni iritasi saluran cerna seperti mual, muntah, diare, serta nyeri
perut. Pemberian obat ini bersamaan dengan makanan atapun susu
dapat mengurangi efek samping tersebut. Reaksi hipsensitifitaf
dapat terjadi beberapa jam setelah pengobatan, seperti
peneumonitis akut yang ditandai dengan demam, batuk, nyeri dada,
sesak nafas, dan infiltrat paru atau pleural efusion. Anemia
hemolitik akut dapat terjadi terutama pada penderita G6PD. (Qorry
‘Aina Abata : 2014)
Dalam kasus infeksi yang terkait dengan hubungan seksual,
minum antibiotik sesudahnyan mungkin bermanfaat. Pada
perempuan paska menufause, ekstrogen vagina topikal dapat
mengurangi kekambuhan. Tidak lrim topikal, manfaat penggunaan

16 Stikes Yarsi Mataram


ekstrogen vagina dari pesariun tidak setinggi anti biotik dosis
rendah. Sejumlah vaksin sedang dikembangkan sampai dengan
tahun 2011.terapi yang adalah dengan refleksologi. Sintisis yang
dapat diobati dengan cara refleksologi, tetapi selama kehamilan
harus sangat waspada menggunakanya. Tujuanya adalah mencegah
infeksi menjalar keatas. Lakukan refleksi hanya kearah zona untuk
ginjal hingga ke ureter dan kemudian ke kandung kemih. Pada
wanita yang dicurigai memiliki batu ginjal kewaspadaa harus
ditingkatkan karena terapi ini dapat membuat batu tanggal,
menggerakan kearah tercentuh dan disini batu menjadi peyumbat.
(Qorry ‘Aina Abata : 2014)
2. Pengobatan dengan cara yang Herbal
a. Pengobatan Bawang Putih
Caroline Clayton, penulis buku coping with thrush (Sheldon)
merekomendasikan untuk menyelipkan sebutir bawang putih yang
diiris dan dibungkus kain tipis lalu dimasukkan ke dalam vagina.
Sebagai alternatif, ia menawarkan pengobatan bawang outih untuk
dipergunakan sebagai pencucui vagina dan ia mengatakan bawang
putih bermanfaat ketika lebih dari satu infeksi terjadi dalam vagina
sekaligus. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Letakkan 8 biji/siung bwang putih pada botol dengan 300 ml cuka
putih tanpa gula. Biarkan terbuka selama 2 hari sampai minyak
bawang putih tersebut keluar. Pakailah satu sendok teh larutan ini
pada 600 ml air. Pakailah 2 kali sehari selama seminggu. Atau rebus
600 ml air dengan bawang putih yang telah dikupas dan dicincang,
tiriskan dan biarkan dingin. Pakailah 2 kali sehari selama satu
minggu. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
b. Iritasi kandung kemih dan saluran kencing
Infeksi yang terjadi pada saluran kencing serta keluarnya
nanah dan kuman kuman dari ginjal dapat menyebabkan rusaknya
atau iritasi pada lapisan epithel pada kandung kemih. Bahan : akar
kembang telang kering 0,3 gr. Air 4 gelas. Pemakaiannya : akar

17 Stikes Yarsi Mataram


kembang telang kering direbus dalam empat gelas air hingga tersisa
2 gelas. Setelah dingin, air disaring dan diminum 2 kali sehari
masing-masing 2 gelas. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
c. Kencing berlemak
Kencing berlemak adalah kencing yang air seninya bercampur
dengan lemak jenuh yang tidak dapat diproses oleh ginjal bahan
misalnya : akar kembang pukul empat segar 9-15 gr atau akar
kembang pukul empat segelas 15-30 gr. Air 4 gelas. Pemakaiannya :
akar kembang pukul empat kering atau segar direbus dalam 4 gelas
air hingga tersisa 2 gelas. Setelah dingin, air disaring dan diminum 2
kali sehari masing-masing 1 gelas. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
d. Kencing darah (Hematuria)
Air kencing bercampur darah sebagai akibat dari infeksi dari
ginjal. Infeksi ini disebabkan oleh pecahnya kantung-kantung kecil
yang terdapat pada pembuluh darah kecil di dalam saluran kencing.
Bahan : daun komfrey segar 4 lembar. Garam secukupnya. Air 4
gelas.
Pemakaiannya : masukan daun komfrey dengan garam, lalu dicuci.
Makan 2 kali sehari sebagai lalapan. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Data biografi
1. Identitas pasien
Nama, umur(orang dengan umur diatas 64 tahun lebih banyak dan
rentan mengalami penyakit ISK), jenis kelamin(wanita lebih
banyak dan rentan untuk mengalami penyakit ISK daripada laki-
laki), agama, suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian
dan catatan kedatangan.

18 Stikes Yarsi Mataram


2. Identitas keluarga
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, agama,
hubungan dengan pasien.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Alasan masuk rumah sakit, biasanya mengeluhkan nyeri pada saat
miksi. Pasien juga mengeluh merasakan sakit seperti terbakar
ketika buang air kecil. terbangun untuk miksi pada malam hari,
pasien juga merasakan demam.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Pasien mengeluh pada saat miksi dan harus menunggu lama,
dan harus mengedan
b. Pasein mengeluh BAK berulang
c. Pasien mengeluh miksi di malam hari
3. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah pasien pernah menderita infeksi saluran kencing
sebelumnya, dan apakah pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
dengan keluhan yang sama.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah
menderita penyakit yang sama dengan penyakit pasien sekarang.
5. Riwayat psiko-sosial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mikanisme gangguan
dalam beribadah karena pasien lemah
c. Kebutuhan dasar manusia ( GORDON)
1. Persepsi kesehatan dan menejemen kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan
pasien menangani penyakitnya
2. Aktifitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktivitas berhubungan
dengan kelemahan tubuh yang dialami. Aktivitas klien akan

19 Stikes Yarsi Mataram


terganggu karena harus berbaring total agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
3. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang
dialami
4. Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengonsumsi makanan mengalami
penurunan akibat nafsu makan kurang karena mual, muntah saat
makan sehingga makan hanya sedikit bahka tidak makan sama
sekali.
5. Eliminasi
a. Sering berkemih
b. Warna urine keruh
c. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
d. Hematuria (urine bercampur darah)
e. Disuria (nyeri saat berkemih)
6. Kognitif perseptual
Daya ingat pasien ISK kebanyakan dijumpai tidak mengalami
gangguan.
7. Konsep diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan
pasien tidak mengalami gangguan konsep diri.
8. Pola koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien
adalah dengan meminta pertolongan orang lain.
9. Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis
kelamin. Kebanyakan pasien tidak melakukan hubungan seksual
karena kemahan tubuh.
10. Pola peran hubungan
Perubahan pola peran hubungan dengan tanggung jawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.

20 Stikes Yarsi Mataram


d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Head to toes
No. Bagian Tubuh Pemeriksaan Fisik
1. Rambut keadaan kepala klien ISK biasanya baik
(tergantung klien): distibusi rambut merata,
warna rambut normal (hitam), rambut tidak
bercabang, rambut bersih. pada saat di
palpasi keadaan rambut klien ISK biasanya
lembut, tidak berminyak, rambut halus.
2. Mata keadaan mata penderita ISK biasanya
normal. Mata simetris, tidak udema di sekita
mata, sklera tidak ikterik, konjugtiva anemis,
pandangan tidak kabur.
3. Hidung normal. Simetris tidak ada pembengkakan
,tidak ada secret, hidung bersih
4. Telinga Normal. telinga simetris kiri dan kanan,
bentuk daun teling normal, tidak terdapat
serumenm,keberihan telinga baik.
6. Mulut mukosa bibir kering, keadaan dalam mulut
bersih(lidah,gigi,gusi).
7. Leher biasanya pada klien ISK Normal
I : leher simetris,tidak ada penonjolan
JVP,terlihat pulsasi
Pa: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran nodus limfa
7. Thoraks I : dada simetris kiri dan kanan, pergerakan
· Paru dada sama, pernapasan cepat dan dangkal,
tidak ada penonjolan rusuk.
Pa : Normal.tulang rusuk lengkap, tidak ada
nyeri tekan dan nyeri lepas serta edema atau
massa.tractil fremitus positif kiri dan kanan.
Pe: suara dullness pada daerah payudara, dan
suara resonan pada intercosta.
Au: Normal.tidak terdengar suara tambah
pada pernapasan (ronchi,whezing)
· Jantung biasanya klien dengan ISK Normal. Yaitu
Tidak ada terjadi ganguan pada jantung klien
(kecuali klien memilki riwayat sakit
jantung).teraba pulsasi pada daerah jantung
klien pada intercosta 2 dan pada intercosta 3-
5 tidak teraba, pada garis mid klavikula
teraba vibrasi lembut ketukan jantung.suara
jantung S1 dan s2 terdengar dan seimbang
pada intercosta ke 3 dan pada intercosta ke 5
bunyi s1 lebih dominan dari pada s2.
8. Abdomen I : perut rata, tidak ada pembesaran hepar
yang di tandai dengan perut buncit, tidak ada

21 Stikes Yarsi Mataram


pembuluh darah yang menonjol pada
abdomen, tidak ada selulit.
Pa : ada nyeri tekan pada abdomen bagian
bawah akibat penekanan oleh infeksi
Pe : bunyi yang di hasilkan timpani
Au : bising usus terdengar
9. Ekstermitas kekuatan eks.atas dan eks.bawah baik, dapat
melakukan pergerakan sesuai perintah, tidak
ada nyeri tekan atau lepas pada ekstermitas,
tidak ada bunyi krepitus pasa ekstermitas

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1. DS: Inflamasi dan Nyeri
 Biasanya Klien peningkatan
mengatakan rasa sakit aktivitas penykit
pipis(berkemih)
 Biasanya Klien
mengatakan rasa tidak
enak saat berkemih
pada punggung bawah
 Biasanya Klien
mengeluhkan nyeri
terasa sejak 3hari lalu
DO:
 Wajah meringis
 Biasanya Dari
pemeriksaan urinalisis
akan terdapat
leukouria positif dan
terdapat 5 eritrosit
pada lapang pandang
besar(LPB) sedimen
air kemih.
 Biasanya Klien
tampak memenggang
daerah supra pubik
 Biasanya Klien
tampak meringis, dan
terdapat nyeri tekan
dan lepas pada daerah
sekitar kandung kemih
klien

22 Stikes Yarsi Mataram


2. DS: Nyeri saat BAK Gangguan pola
 Klien mengatakan dan kurang eliminasi
sering BAK dimalam menjaga
hari kebersihan organ
 Klien mengatakan saat bawah
BAK terasa sakit dan
BAK sedikit
DO:
 Klien tanpak kurang
memperhatikan
kebersihan organ
bawah
 Klien tanpak menahan
kencing
 Klien tanpak
mengalami nokturia
3. DS : Peningkatan Hipertmi
 Pasien mengatakan suhu tubuh
badannya panas karena adanya
DO : infeksi
 Suhu tubuh pasien
meningkat 38-390C
4 DS : Kurangnya Pemenuhan
 Anoreksia, mual, muntah pemenuhan nutrisi kurang
 Tidak ada nafsu makan kebutuhan dari kebutuhan
DO : karena nafsu tubuh.
 Klien tidak menghabiskan makan
makanannya berkurang
 Klien tampak kurus dan
lemas.
5 DS : Gelisah yang Kurang
 Klien mengatakan diraskan kerena pengetahuan
tidak tahu mengenai kurangnya
penyakitnya pengetahuan dan
DO : kurang informasi
 Klien tampak bingung
saat ditanyakan
mengenai penyakitnya
6 DS : Pergerakan Intoleransi
 Pasien mengatakan terbatas karena aktivitas
nyeri saat bergerak nyeri yang
DO : dirasakan
 Klien tampak lemah
dan pergerakan
terbatas.

23 Stikes Yarsi Mataram


b. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamsi dan
infeksi uretra kandung kemih. Dan struktur traktus urinaria lain
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik
pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinaria lainnya.
3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan akibat adanya
infeksi/proses penyakit semakin aktif.
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan
instruksi perawatan di rumah.
5. Perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri dan
kelemahan fisik.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamsi dan
infeksi uretra kandung kemih. Dan struktur traktus urinaria lain.
Kriteria hasil (NOC):
Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi (NIC) :
a. Pantau keluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan
pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam. Dan
pantau urinalisis ulang. Rasional : untuk mengidentifikasi
indikasi kemajuan atau penyimpangandari hasil yang
diharapkan.
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala ( 1-10) penyebaran
nyeri. Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi
dan penyebab nyeri.
c. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung,
lingkungn istirahat. Rasional : meningkatkan relaksasi,
menurunkan ketegangan otot.

24 Stikes Yarsi Mataram


d. Bantu atau dorong penggunaan napas dalam. Rasional :
membantu mengarahkan kembali perhatian dan relaksasi
otot.
e. Berikan perawatan perianal. Rasional : untuk mencegah
kontaminasi uretra
f. Jika dipasangkan kateter indwelling, berikan perawatan
kateter 2 kali per hari. Rasional : kateter memberikan jalan
bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran
perkemihan.
g. Kolaborasi
1. Konsul doktet bila sebelumnya kuning gading urine
kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih
berubah, sering berkemih dengan jumlah sedikit. Nyeri
menetap dan bertambah sakit.
Rasional : temuan-temuan ini dapat memberikan tanda
kerusakan jaringan lanjuut dan perlu pemeriksaan luas.
2. Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi
keberhasilan.
Rasional : analgesic memblok lintasan nyeri sehingga
mengurangi nyeri.
a. Berikan antibiotic buat berbagai variasi sediaan minum,
termasuk air segar. Pemberian air sampai 2400ml/hari.
Rasioanl : akibar dari keluaran urine memudahkan
berkemih sering dan membantu membilas saluran kemih.
2. Diagnosa 2
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan opstruksi
mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinaria
lainnya.
Kriteria hasil(NOC):
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan
berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi(NIC):

25 Stikes Yarsi Mataram


a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi.
b. Tentukan pola berkemih
c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri
d. Kaji keluhan kandung kemih penuh
Rasioanal : retensi urin daapat terjadi menyebabkan ditensi
jaringan (kandung kemih/ginjal)
e. Observasi perubahan status ginjal, perilaku atau tingkat
kesadaran
Rasional : akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat
f. Kecuali kontraindikasi, ubah posisi pasien setiap dua jam
Rasional : untuk mencegah statis urine.
g. Kolaborasi :
1. Awasi pemeriksaan laboraturium, elektrolit, BUN, kreatini.
Rasional : pengawasan terhadap disfungsi ginjal
2. Lakukan tindaakan untuk memelihara asam urine: tingkatkan
maasukan sari buah berri dan berikan obat-obatan untuk meningkatkan
asam urine.
Rasional : asam urine menghalangi tumbuhnya kuman,
peningkatan masukan sari uah dapat berpengaruh dalam
pengobatan infeksi saluran kemih.
3. Diagnosa 3
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan akibat adanya
infeksi/proses penyakit semakin aktif.
Kriteria hasil(NOC):
Masalah hipertermia pasien dapat teratasi, Suhutubuhdalambatas
normal (360C – 370C)
Intervensi(NIC):
a. Mandiri

26 Stikes Yarsi Mataram


1. Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan
dilakukan.
2. Berikan kompres kepada pasien.
3. Anjurkan kepada pasien untuk memakai baju yang tipis dan
menyerap keringat untuk klien.
4. Anjurkan kepada klien untuk minum lebih banyak.
c. Kolaborasi dalam pemberin antipiretik.
4. Diagnose 4
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan
di rumah.
Kriteria Hasil(NOC):
1. Klien tidak gelisah
2. Klien tenang
Intervensi(NIC):
Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
1. Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap
perawatan dan pengobatan
3. Beri support pada klien
Rasional :
4. Beri dorongan spiritual
Rasional :
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan
YME.Beri support pada klien
5. Beri penjelasan tentang penyakitnya
Rasional :
Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.

27 Stikes Yarsi Mataram


5. Diagnosa 5
Perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah.
Kriteria Hasil(NOC):
Adanya nafsu makan
Intervensi (NIC):
1. Kaji frekuansi makan pasien perhari
Rasional : Mengetahui perkembangan asukan nutrisi
2. Timbang berat badan
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi pasien
3. Beri makan porsi sedikit tapi sering
Rasional : Usaha untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetika
Rasional : Membantu meningkatkan nafsu makan pasien
6. Diagnosa 6
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri dan kelemahan
fisik.
Kriteria Hasil(NOC):
Pasien dapat beraktifitas secara mandiri.
Intervensi (NIC):
1. Kaji tingkat kemampuan dalam melakukan aktifitas
Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan pasien dalam
melaksanakan aktifitas
2. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
Rasional : Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Latih pasien dalam melakukan aktifitas secara mandiri
Rasional : Meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan
aktifitas
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilakukan sesuai intervensi keperawataan yang telah dibuat.
5. EVALUASI KEPERAWATAN

28 Stikes Yarsi Mataram


Evaluasi dilakukan sesuai dengan intervensi dan implementasi yang telah
dibuat.
1. Sudah tidak merasakan nyeri saat berkemih lagi
2. Sudah tidak merasakan demam lagi
3. Pengetahuan pasien mengenai penyakit bertambah
4. Nutrisi pasien terpenuhi

29 Stikes Yarsi Mataram


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian saluran
kemih. Ketika mengenai saluran kemih bagian bawah dinamai sistitis (infeksi
kandung kemih) sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih bagian atas
dinamai pielonefritis (infeksi ginjal) (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli atau
penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan
penyebab infeksi saluran kemih pertama pada sekitar 90% wanita muda.
Gejala dan tanda-tandanya antara lain : sering kencing, disuria, hematuria dan
piuria. Adanya keluhan nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran
kemih bagian atas. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih selain E.coli
melalui infeksi nosokomial Klebsiella, Proteus, Providencia, Citrobacter, P.
aeruginosa, Acinetobacter, Enterococcus faecalis dan Stafilokokus
saprophyticus. (Qorry ‘Aina Abata : 2014)
B. Saran
Dengan penjelasan mengenai Konsep Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta
Makalah ini diharapkan kepada pembaca untuk dapat memahami tentang
Konsep Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta ASKEPnya tersebut, sehingga
pembaca dapat memperluas pengetahuan serta dapat memahami apa saja yang
berkaitan dengan hal tersebut, serta bagi mahasiswa dapat menambah ilmu
pengetahuannya mengenai Konsep Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta
ASKEPnya tersebut, dan diharapkan dapat menegakkan asuhan keperawatan
yang professional dan bersungguh-sungguh menjadi perawat yang
professional nantinya.

30 Stikes Yarsi Mataram


DAFTAR PUSTAKA

Qorry ’Aina Abata. 2014. Ilmu Penyakit Dalam - Jawa Timur: Pustaka Pelajar

Barbara Engram. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah. Vol. 1 –


Jakarta: Egc.

Judith M. Wilkinson. Nancy R. Ahren. 2011. Diagnosa Keperawatan .Edisi 9. –


Jakarta: Egc

http://attihhartinisutisna.blogspot.co.id/2017/12/laporan-pendahuluan-isk.html

http://lianerako.blogspot.co.id/2013/04/asuhan-keperawatan-infeksi-saluran.html

31 Stikes Yarsi Mataram

Anda mungkin juga menyukai