Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

BAB ini penulis akan membahas mengenai permasalahan atau


kesenjangan yang terjadi selama melakukan asuhan keperawatan langsung pada
An. A dengan Combustio di Ruang Dahlia BLUD RS Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya Dalam bab ini penulis membandingkan antara teori yang ada
pada literature dengan kasus yang ditemukan pada klien. Selain itu penulis juga
membahas mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat, yang penulis
temukan pada saat melakukan asuhan keperawatan pada An. A serta alternatif
pemecahan masalah yang penulis berikan selama melakukan asuhan
keperawatan pada tiap tahap keperawatan.

1.1 Pengkajian Keperawatan


Pada tahap pengkajian penulis menggunakan format pengkajian yang
diawali pengumpulan informasi dan data dasar berupa data subyektif dan data
obyektif yang sesuai dengan pengkajian. Sedangkan data obyektif dan data
penunjang diperoleh melalui interaksi dengan klien.
Penyebab Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api,
baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas
yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu
tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka
bakar.
Tanda dan gejala teori Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan
lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu
atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena
koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
Faktor pendukung hampir semua informasi dapat dikumpulkan karena
adanya kerjasama yang baik diantara klien dan keluarga didalam memberikan
informasi yang dibutuhkan. Penulis tidak menemukan faktor penghambat karena
klien dan keluarga sangat kooperatif saat melakukan pengkajian dan terbina
hubungan saling percaya antara perawat ruangan dan tenaga kesehatan lainnya
sehingga penulis dapat memperoleh data-data yang dibutuhkan.

1.2. Diagnosa Keperawatan


1) Pada literatur/ teori ditemukan 5 diagnosa keperawatan pada klien dengan luka
bakar yaitu Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan,
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, Resiko tinggi kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal
luka, Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat ; kerusakan perlindungan kulit, Kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan dan ketahanan. Sedangkan pada kasus ditemukan 3
diagnosa yaitu nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit akibat luka bakar,
gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar ditandai dengan
terdapat luka bakar I-III 75% seluruh tubuh, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan luka bakar yang ditandai dengan aktivitas klien terlihat dibantu oleh
keluarga dan terdapat luka bakar I-III 75% seluruh tubuh.
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan, penulis tidak mendapatkan
hambatan karena diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan teoriluka bakar
(combustio), serta dengan adanya faktor pendukung yaitu adanya kerjasama
yang baik antara keluarga klien dan perawat sehingga penulis dapat merumuskan
diagnosa keperawatan.

1.3. Perencanaan Keperawatan


Dalam membuat perencanaan dilakukan langkah-langkah sesuai kondisi
dan kebutuhan klien sesuai dengan Asuhan Keperawatan sesuai dengan teori
luka bakar (combustion) yaitu memprioritaskan masalah yang muncul pada
klien, kemudian langkah selanjutnya adalah menetapkan waktu yang lebih
spesifik untuk masing-masing diagnosa, menyesuaikan kondisi yang mungkin
bisa dicapai oleh klien dalam waktu yang lebih spesifik.
Pada tahap penetapan tujuan dari kriteria hasil terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus. Pada teori tidak dialokasikan waktu, sedangkan pada kasus
ditetapkan waktu dan pencapaian tujuan yaitu 1 x 7 jam yakni berfokus pada
kebutuhan sesuai dengan kondisi klien, kemampuan perawat serta kelengkapan
alat-alat dan adanya kerjasama dengan klien, keluarga dan perawat ruangan yang
menjadi faktor pendukung.

1.4. 4Pelaksanaan Keperawatan


Pada tahap pelaksanaan diagnosa dilakukan 1 x 7 jam untuk semua
diagnosa. Dalam melakukan tindakan penulis berfokus pada perencanaan yang
dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan klien, karena ada kesenjangan antara teori
dan kasus. Penulis bekerjasama dengan perawat ruangan dalam melakukan
Asuhan Keperawatan dan pendokumentasian semua tindakan keperawatan yang
telah dilakukan.
Untuk secara keseluruhan semua diagnosa sudah dilaksanaan sesuai
perencanaan yang dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan klien saat ini, karena
keluarga dan perawat ruangan sangat membantu penulis dalam melakukan
proses keperawatan.

1.5. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tahap akhir dalam melakukan proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai seluruh hasil implementasi yang telah dilaksanakan.
Pada diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan
kulit atau jaringan ditandai dengan terdapat luka bakar I-III 75% seluruh tubuh,
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 8 jam, hasil yang dicapai
sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan yaitu kesadaran compos mentis,
TTV dalam batas Normal, Penglihatan normal, kaji penyebab nyeri klien,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, rencana tindakan
dilanjutkan, masalah keperawatan teratasi sebagian.
Pada diagnosa keperawatan kedua Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan trauma ditandai dengan terdapat luka bakar I-III 75% seluruh tubuh,
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 8 jam, hasil yang dicapai
sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan yaitu lakukan perawatan luka,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotic, rencana tindakan
dilanjutkan , masalah keperawatan belum teratasi.
Pada diagnosa keperawatan ketiga intoleransi aktivitas berhubungan
dengan luka bakar yang ditandai dengan aktivitas klien terlihat dibantu oleh
keluarga dan terdapat luka bakar I-III 75% seluruh tubuh, setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 2 x 8 jam, hasil yang dicapai sesuai dengan kriteria
hasil yang ditetapkan yaitu, klien mampu beraktivitas secara mandiri rencana
tindakan dilanjutkan, masalah keperawatan belum teratasi.
BAB V
PENUTUP

Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan mengenai laporan seminar kasus
yang membahas mengenai Asuhan Keperawatan yang diberikan pada An. A dengan luka
bakar (Combustio) di Ruang Dahlia BLUD RS Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,
berdasarkan dari data pengkajian yang didapat pada pasien.

1.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada pada klien
An. A dengan Luka bakar (Combustio) di Ruang Dahlia BLUD RS Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya, yang dimulai dari tanggal 23 Oktober 2018 yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi
keperawatan serta dilakukan pengkajian keperawatan
1.1.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada An. A dilaksanakan secara langsung untuk data
primer melalui pemeriksaan fisik serta wawancara yang ditemukan dengan tanda dan
gejala terdapat luka bakar I-III 75% seluruh tubuh, serta hasil laboratorium yaitu
Glukosa sewaktu total 180 Mg/dl, Ureum 33 Mg/dl, Creatinin 1,27 mg/dl White blood
cell (WBC) 20.49X10 3/UL, Red blood cell ( RBC) 6,51 X10 6/UL, Hemoglobin (HGB)
16.4 g/dL, Plafelet (PLT) 564 X10 3/UL.
1.1.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa
keperawatan yang muncul pada pada An. A dengan Luka bakar (Combustio)
dirumuskan berdasarkan hasil analisis data yang ditemukan pada pasien saat dilakukan
pengkajian dengan kemungkinan penyebab dan masalah yang ditambah uraian teoritis
yang mengdukung. Diagnosa yang muncul pada An. A diantaranya adalah Nyeri akut
berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan ditandai dengan terdapat luka bakar
I-III 75% seluruh tubuh, gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar
ditandai dengan terdapat luka bakar I-III 75% seluruh tubuh, intoleransi aktivitas
berhubungan dengan luka bakar yang ditandai dengan aktivitas klien terlihat dibantu
oleh keluarga dan terdapat luka bakar I-III 75% seluruh tubuh.
1.1.3 Intervensi Keperawatan
Dalam melakukan intervensi pada An. A, penulis menyesuaikan dengan syarat
yang diberikan dalam penyusunan intervensi keperawatan yaitu observasi, nursing
therapy, edukasi dan kolaborasi. Intervensi dibuat berdasarkan teori yang didapatkan
dimana intervensi dari masing-masing diagnosa keperawatan bertujuan agar Nyeri akut
berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan ditandai dengan terdapat luka bakar
I-III 75% seluruh tubuh, gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar
ditandai dengan terdapat luka bakar I-III 75% seluruh tubuh, intoleransi aktivitas
berhubungan dengan luka bakar yang ditandai dengan aktivitas klien terlihat dibantu
oleh keluarga dan terdapat luka bakar I-III 75% seluruh tubuh.dapat diatasi.
1.1.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi yang telah dilakukan pada An.
A untuk mengatasi tanda dan gejala Nyeri akut, gangguan integritas kulit, intoleransi
aktivitas. Pada tahap implementasi ini, semua rencana tindakan yang diberikan pada
An. A hanya sebagian saja dilakukan, karena adanya penyesuaian situasi dan kondisi
Klien yang belum mendukung untuk melaksanakan semua intervensi tersebut serta
adanya keterbatasan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam melakukan tindakan
keperawatan.
1.1.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setelah tindakan keperawatan diberikan kepada An. A dan
tahap evaluasi ini dilaksanakan melalui dua tahap yaitu tindakan dan proses. Hasil
evaluasi melalui tindakan observasi dan wawancara ditemukan data yaitu nyeri pada
daerah luka, TTV dalam batas normal, dan keluarga mengerti tentang penyakit pasien.
Semua masalah tersebut ditemukan pada tiga diagnosa keperawatan pada An. A dan
masalah dari masing-masing diagnosa keperawatan hanya teratasi sebagian sehingga
diperlukannya proses agar masalah dari masing-masing diagnosa keperawatan pada An.
A dapat teratasi, yaitu perlu proses dilanjutkannya intervensi.
1.1.6 Dokumentasi Keperawatan
Penulis melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada An. A saat melakukan
pengkajian dan ditulis dalam format asuhan keperawatan yang telah tersedia. Penulis
melakukan pendokumentasian melalui proses keperawatan yang meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Data tersebut diperoleh dari hasil pemeriksaan
fisik dan pengamatan langsung respon klien, serta tambahan data lainnya seperti catatan
status pasien, hasil pemeriksaan laboratorium, dan hasil wawancara dengan klien
maupun keluarga dan selanjutnya disusun sistematika dalam laporan studi kasus sesuai
buku panduan.
1.1.7 Faktor pendukung
1. Kerjasama yang baik terhadap keluarga klien, sesama perawat dan profesi
kesehatan lainnya.
2. Bimbingan dari dosen pembimbing sangat membantu dalam penyusunan laporan
studi kasus ini.
3. Tersedianya format asuhan keperawatan untuk mempermudah melakukan proses
dokumentasi.
1.1.8 Faktor penghambat
1. Kurangnya komunikasi terapeutik dalam melakukan proses asuhan keperawatan
pada klien.
2. Keterbatasan pengetahuan dan pengetahuan intelektual penulis dalam
mengembangkan pemikiran untuk mengidentifikasi masalah klien.
3. Keterbatasan waktu yang penulis rasakan dalam melakukan proses keperawatan.

1.2 Saran
1.2.1 Bagi institusi
1.2.1.1 Untuk Rumah Sakit
Laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai masukan dan referensi khususnya
bagi ruangan Dahlia dalam mengelola klien dengan Luka bakar (Combustio) dan
sebaiknya pendokumentasian dilakukan secara berkesinambungan, agar perawat dapat
menentukan intervensi selanjutnya.
1.2.1.2 Akademik
Diharapkan lebih memprioritaskan pengadaan literatur terutama untuk masalah
Asuhan Keperawatan pada klien dengan dengan Luka Bakar (Combustio) sebagai
bahan pembelajaran bagi mahasiswa baik secara teori maupun prektek serta selalu
memberikan bimbingan dan arahan bagi mahasiswa dalam melakukan proses asuhan
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai