PENDAHULUAN
dunia. Hal ini dikarenakan pengetahuan tentang tanaman ini sangat jarang sampai
Akan tetapi, dibalik image negatif dari tanaman ini, terdapat nilai-nilai positif
yang tidak mendapat expose yang cukup. Banyak pihak yang sudah menyadari
beberapa negara telah memberikan ijin untuk penggunaan ganja dalam batas
tertentu, salah satunya adalah Belanda. Negara ini tercatat sebagai salah satu
1
Dutch Drug Policy diakses dari https://www.ohsu.edu/xd/education/schools/school-of-
medicine/departments/clinical-departments/public-health/people/upload/Dutch-Drug-Policy.pdf
pada 1 Juni 2014 pukul 12:30 WIB
1
negara ini adalah 18 tahun. Selain itu, konsumen ganja ini hanya diperbolehkan
sendiri terdapat kafe-kafe ganja yang memiliki lisensi yang lebih sering disebut
coffe shops. Penggunaan ganja di luar kafe-kafe tersebut bersifat illegal. Aturan
penjualan maksimal 5 gram pun berlaku di kafe-kafe ini. Peraturan lainnya yang
harus dipatuhi oleh kafe-kafe tersebut ialah tidak diijinkannya menyimpan stok
ganja lebih dari 500 gram di awal pembukaan kafe.3 Kebijakan ini ditujukan demi
bahwa praktek kultivasi (pengolahan lahan pertanian) ganja sendiri tetap ilegal di
2
Ibid.
3
Ibid.
4
Ibid.
2
merupakan organisasi yang lahir pada tahun 1970. Dalam sejarahnya, organisasi
ini pernah memberikan suara dalam kebijakan publik Amerika Serikat yang
penggunaan ganja.5 Selain melakukan aksi melalui jalur kebijakan, NORML juga
beberapa macam penyakit, salah satunya adalah penyakit nyeri neuropatik (nyeri
akibat kerusakan saraf).6 Selain bagi dunia kesehatan, ganja juga memiliki
manfaat dalam segi industri, berbagai bagian tanaman ganja dapat dimanfaatkan
dalam pembuatan tekstil, kertas, cat, pakaian, plastik, kosmetik, bahan makanan,
negara dapat dengan mudah menerima informasi tentang apa saja, termasuk
Ganja Nusantara). LGN resmi berdiri pada Juni 2010. Ide legalisasi ganja muncul
5
About NORML dari http://norml.org/about diakses pada 22 Mei 2014, 16:05 WIB
6
Medical Use diakses dari http://norml.org/marijuana/medical diakses pada 22 Mei 2014, 16:32
WIB
7
Industrial Use diakses dari http://norml.org/marijuana/industrial diakses pada 22 Mei, 17 :00
WIB
3
dari obrolan para pendiri LGN di kampus UI Depok. Diskusi ini kemudian
berlajut ketika salah seorang dari pendiri LGN tersebut membuat grup Facebook
yang diberi nama DLG (Dukung Legalisasi Ganja). Tanpa disadari, jumlah
pendukung DLG mencapai angka 11.000 pada tahun 2009. Di tahun itu pula DLG
berkumpul untuk pertama kali, yang diinisiasi oleh salah seorang aktivis NAPZA
(Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Dari sinilah LGN bermula
Pada bulan mei 2010, LGN memutuskan untuk mengambil bagian dalam
merayakan event tahunan dunia ―Global Marijuana March‖, yang pada tahun
Cleveland, Seattle dan Phoenix.8 Para anggota LGN melakukan aksi damai
dengan membagikan selebaran yang berisi informasi objektif terkait pohon ganja
di sekitar bundaran HI, Jakarta. Pada waktu itu jumlah anggota yang ikut hanya
pun tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dan mengangkat judul “Upaya
8
Cannabis Culture, http://www.cannabisculture.com/content/2009-global-marijuana-march-video
diakses pada pada 22 Mei, 17 :00 WIB
7
. Profil LGN (Lingkar Ganja Nusantara), diakses dari http://www.legalisasiganja.com/sejarah/
pada 22 Mei, 17 :20 WIB
4
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjabaran di atas, rumusan masalah yang akan penulis angkat adalah
cultural framing tentang pemanfaatan ganja medis dan industri di berbagai negara
Indonesia.
a. Manfaat Akademis
b. Manfaat Praktis
5
1.4 Penelitian Terdahulu
tertentu.
konsepsi addiction itulah yang culturally specific.10 Lebih jelasnya, apabila dalam
suatu masyarakat konsep kecanduan berkaitan dengan hal-hal buruk yang terjadi
10
Robin Room, The Cultural Framing of Addiction. Hal. 2
6
organisasi yang dianalisanya. Fokus pada isu sosial mengenai perlindungan
lingkungan juga didorong oleh fakta bahwa isu-isu tersebut sudah ada sejak lama,
memiliki gabungan elemen sosial dan teknis yang memiliki dampak lebih luas
daripada isu lain, serta memiliki dimensi yang hampir sama dengan isu-isu gender,
dan dianalisa baik dari kebudayaan di Amerika maupun di Eropa. Lebih jauh
konsep yang digunakan yaitu cultural framing. Hanya saja perbedaannya dalam
pada cultural framing untuk membentuk kesamaan ide, visi dan misi dalam suatu
organisasi level domestik yang dipengaruhi oleh isu atau organisasi lain di level
internasional.
11
Ibid.
7
dijelaskan mengenai bagaimana cultural framing digunakan untuk meningkatkan
dalam penelitian ini, yaitu dimana cultural framing merupakan pembentuk inisiatif
yang kemudian menyatukan setiap anggota organisasi dalam satu visi dan misi
yang sama. Sehingga isu ini kemudian memiliki data dan contoh yang kaya yang
organisasi tersebut.
Cultural frame dalam penelitian ini digunakan sebagai inisiatif sosial, yang
sama juga dibentuk oleh cultural framing yang kemudian menjadi lebih penting
diteliti oleh peneliti adalah informasi yang diterima dari suatu negara menjadi
bagian dari proses cultural framing dan memberikan pengaruh bagi pergerakan
fenomena pengaruh cultural frame terhadap legalisasi ganja oleh LGN (Lingkar
8
Tulisan berikutnya berjudul The Federal Response to State Marijuana
Legalization: Room for Compromise?12 Dari Alex Kreit ini mencoba untuk
yang notabene adalah induk paham liberal, tidak semulus yang dibayangkan.
tetapi, dalam peraturan ini hanya penggunaan ganja medis / ganja untuk keperluan
medis yang diperbolehkan. Hal ini kemudian menjadi pembuka jalan bagi
masyarakat di distrik—distrik lain yang memiliki ide dan kepentingan yang sama
dengan masyarakat California, hingga sampai saat ini terdapat delapan belas
negara bagian yang berhasil memperjuangkan ide tersebut. Tantangan yang baru
untuk tujuan rekreasi. Tentu hal ini tidak bisa diberikan perlakuan yang sama
12
Alex Kreit, The Federal Response to State Marijuana Legalization: Room for Compromise?,
Center for Law and Social Justice, Thomas Jefferson School of Law.
9
untuk rekreasi sebenarnya masih berstatus semi-legal. Hal ini dikarenakan
shops yang mendapat lisensi, kriteria konsumen yang ketat, serta jumlah
penggunaan yang hanya beberapa gram saja. Bentuk kebijakan seperti ini bisa
pada bagaimana proses pelegalan ganja di negara federal seperti amerika Serikat.
Terjadinya perdebatan akan hukum pelegalan ganja dan juga pertentangan antara
negara bagian satu dan lainnya menjadi fokus penelitain Kreit. Sementara
penelitian ini lebih berfokus pada bagaimana proses upaya pelegalan ganja di
bahwa dalam menyikapi hukum pelegalan itu, dapat dilakukan kompromi yang
Recreational Marijuana in the United States’ state of Washington and the Impact
cartel-cartel yang kaya dan kejam. Dengan adanya legalisasi ganja untuk
13
J. Michael Olivero, The legalization of Medical and Recreational Marijuana in the United
States’ state of Washington and the Impact on Mexican Cartels. Department of Law and Justice.
Central Washington University
10
keperluan medis dan rekreasional di Washington, maka cartel-cartel ini kemudian
lain selain Washington bahkan sudah melegalkan produksi ganja dalam skala
tertentu. Tentu saja hal ini kemudian berimbas pada pengurangan pembelian pada
Analisa awal yang terjadi adalah kemungkinan terjadi persaingan antara cartel-
akan semakin kejam. Sehingga pada akhirnya legalisasi ganja yang terjadi tidak
hasil penjualan mereka. Hal ini dibuktikan dengan data meningkatnya penjualan
ganja hasil produksi AS dan menurunnya konsumsi ganja hasil produksi Meksiko.
hanya befokus pada bagaimana upaya pelegalan yang terjadi di Indonesia oleh
persamaan dengan penelitian ini adalah keduanya meneliti secara umum mengenai
pelegalan ganja di suatu Negara. Walaupun penelitian terdahulu lebih focus pada
11
Tabel 1.1 Posisi Penelitian
12
3 Alex Kreit: The Federal Law and Munculnya undang-undang pelegalan
Federal Response Policy ganja di California memunculkan
to State Marijuana Eksplanatif perdebatan antara pemerintah dan juga
Legalization: Room praktisi hukum di beberapa negara
for Compromise? bagian lainnya. Kreit melakukan
komparasi antara proses pelegalan yang
sudah terjadi di Amerika Serikat
dengan di Belanda. Ia melakukan
perbandingan dalam hal komersialisasi
serta efek-efek yang ditimbulkan –atau
yang mungkin ditimbulkan di Amerika
Serikat- ketika penggunaan ganja untuk
kegiatan rekreasi dilegalkan.
4
J. Michael Olivero Marijuana Dampak legalisasi marijuana untuk
: The Legalization Legalization, keperluan medis di Washington
of Medical and Medical and terhadap organisasi criminal Mexico
Recreational Recreactional yang bergerak di bidang ganja. Adanya
Marijuana in the (deskriptif) larangan ganja yang dahulu diterapkan
United States’ state oleh AS menciptakan cartel-cartel yang
of Washington and kaya dan kejam. Dengan adanya
the Impact on legalisasi ganja untuk keperluan medis
Mexican Cartels dan rekreasional di Washington, maka
cartel-cartel ini kemudian merasa
kesulitan untuk bergerak di kawasan
tersebut. Beberapa Negara bagian lain
selain Washington bahkan sudah
melegalkan produksi ganja dalam skala
tertentu. Sehingga data menunjukkan
terdapat peningkatan konsumsi ganja
produksi AS dibandingkan produksi
Meksiko.
13
5
Lalu Wimbarda Cultural Framing Informasi mengenai legalisasi dan
P.N : Upaya LGN (deskriptif) pemanfaatan ganja di bidang medis,
(Lingkar Ganja industri, rekreasi dari negara-negara
Nusantara) dalam luar melalui berbagai macam media
pelegalan ganja di yang kemudian diterima oleh
Indonesia masyarakat di Indonesia.
Hal ini mampu menjadi salah satu
faktor cultural framing yang
mempengaruhi LGN (Lingkar Ganja
Nusantara) untuk melakukan berbagai
upaya untuk mendorong pelegalan
ganja di Indonesia.
dijelaskan bahwa kultur dalam sebuah organisasi dapat menjadi sangat kuat untuk
hanya memberikan pandangan tentang apa yang ada di sekitar mereka namun juga
memberikan acuan mengenai apa yang seharusnya ada dan tidak ada serta apa
14
Hal. 71. Howard-Grenville dan Hoffmann. ―The importance of cultural framing to the success of
social initiatives in business‖ diambil dari tulisan Howard-Grenville dan Hoffmanndi Academy of
management executive tahun 2003, Vol 17. No. 2 di dalamnya dijelaskan bahwa cultural frame ini
dibentuk melalui proses kolektif dan bukan hanya pemikiran dari satu individu saja.
15
Op.Cit Hiward-Grenville hal.72
14
struktur dan kontrol koordinasi, dan lain-lain.16 Sementara cultural framing adalah
proses yang digunakan dengan frame yang ada untuk menjadi panduan tindakan
dalam organisasi, termasuk juga untuk memobilisasi suatu aksi atau mencari
adanya kesempatan dan peluang dari gerakan yang sama di dunia internasional
yang digunakan oleh para aktivis dalam gerakan transnasional baru untuk
16
Ibid
17
Ibid
18
Sidney Tarrow, ―A New Transnational Activism‖, diambil dari resume tulisan Tarrow yang
dimuat di Canadian Journal of Sociology Online. November- December 2005. Hal. 1. Tarrow
disini mengungkapkan bahwa transnasional yang baru bukan lagi dikaitkan dengan
globalisasi.Namun, gerakan transnasional baru ini lebih terkait dengan internasionalisme
19
Sidney Tarrow, dalam sebuah review mengenai tulisannya yang diakses dari
http://www.gvpt.umd.edu/lichbach/publications/lichbach6.95.pdf ( diakses pada 08 / 06/ 2014)
20
Ibid Tarrow dalam Canadian Journal of Sociology online hal. 2
15
Global Framing dan Internalization meliputi pengadopsian tema global untuk
Forming meliputi proyeksi klaim secara vertikal dan horizontal, kepada institusi-
berbagai permasalahan baik dari dalam maupun dari luar. Sebagai contohnya
tekanan dari Negara. Organisasi ini kemudian dituntut untuk tetap bertahan di
Ditinjau dari konsep cultural frames yang telah dijabarkan oleh Sidney
Tarrow, cultural frames adalah dasar sebuah pergerakan dari suatu organisasi
untuk memobilisasi dan menarik massa dalam sebuah kepercayaan yang sama,
dari penjelasan tersebut penulis kemudian akan menggunakan bagian dari kontensi
dalam konteks ini tema globalnya adalah tentang pelegalan, pemanfaatan ganja di
21
Tarrow kemudian mengemukakan bahwa hanya dua tahapan terakhir yang kemudian
menunjukkan keberlangsungan hubungan antara organisasi internasional dengan yang level
domestic. Lebih jauh Tarrow mengungkapkan bahwa terkadang organisasi/ gerakan di level
domestic tetap memperjuangkan nosi-nya tanpa menjalin hubungan lebih jauh dengan organisasi
di level internasional.
22
Sidney Tarrow, Power in Movement. Introduction.Hal. 7
16
domestik oleh LGN (Lingkar Ganja Nusantara) dalam mengupayakan pelegalan
ganja di indonesia.
tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau hubungan sosial. Penelitian
keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau
penyebaran suatu gejala adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga
yang diperlukan sudah lengkap dan benar; (2) Pengolahan, dilakukan dengan
masing; (3) Analisa dan Interpretasi, data-data yang telah dipilah dalam
yaitu mencari data mengenai penelitian ini melalui berbagai media cetak yakni
23
Ulber Silalahi, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama, hal. 27.
17
buku, jurnal, catatan, website, dan lain sebagainya, yang telah diolah oleh orang
Agar penelitian yang dilakukan bisa lebih fokus pada bahasan utama maka
batasan materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh
Indonesia.
pada tahun 2010 dan akan dianalisa perkembangannya sampai tahun 2014.
pemanfaatan ganja berbagai negara- telah melakukan beberapa upaya antara lain.
24
Rianto Adi, 2005, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, hal. 61.
18
Ikut melaksanakan event tahunan yang telah dilaksanakan di berbagai
Negara di dunia yaitu GMM (Global Marijuana March) setiap tahun dari
Menyusun dan menerbitkan buku HPG (Hikayat Pohon Ganja) yang berisi
negara.
di indonesia antara lain di Aceh, Malang, Medan, Makassar dan Bali sebagai
upaya edukasi
Indonesia.
Untuk mempermudah penulisan, skripsi ini dibagi menjadi empat bab, yang
setiap babnya terdiri atas sub-sub bab yang masing-masing saling berhubungan.
penelitian, penelitian terdahulu, tabel posisi penelitian, kerangka teori dan konsep,
tentang Negara-negara yang telah melegalkan pemanfaatan ganja. Dalam bab ini
19
juga akan disertakan profil organisasi LGN (Lingkar Ganja Nusantara) di
Indonesia.
BAB III, meliputi analisa cultural framing terkait dengan berdirinya LGN
BAB IV, berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat digunakan untuk
cultural framing terhadap organisasi tertentu, lebih utamanya yang bergerak dalam
legalisasi ganja.
20