Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut organisasi kesehatan dunia (World Health Organization, 2007)

melaporkan tiap tahun terdapat 80% penderita biang kringat (miliaria) diantaranya

65% terjadi pada bayi. Berdasarkan harian kompas Jakarta 15 Desember 2008

melaporkan 49,6% penduduk Indonesia beresiko terkena biang keringat (miliaria).

Sebagian besar sering terjadi pada bayi terutama di kota-kota besar yang besar dan

pengap. Profil kesehatan Sumatera Utara Tahun 2008 menyebutkan jumlah bayi

yaitu 6350 (34,13%) bayi. Prevalensi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi

baik oleh bakteri vinis dan jamur, tergantung pada lingkungan dan kondisi

individu (Http://sitiaisyah.com.2012).

Di Jepang di laorkan lebih dari 5000 Neonatus mengalami biang keringat

(Miliaria) setiap tahunnya. Persentase Mliaria Kristalina sebesar 4,5% pada

neonatus, terutama puncaknya pada usia 1 minggu. Miliaria rubra di dapatkan

hasil sebesar 4% Neonatus terutama 11-14 hari.

Tidak ada predisposisi berdasarkan jenis kelamin ataupun ras dan kondisi ini

di daptkan pada semua umur. Paparan panas dalam jangka waktu lama,

lingkungan yang lembab, seperti pada daerah tropis dan pekerjaan yang

berhubungan dengan hal itu, Memungkinkan untuk terkena Miliaria. Miliaria

kristalina biasanya muncul di usia tua, pasien yang berbaring lama tidak bergerak

1
2

di tempat tidur, Keadaan yang meminimalkan kemungkinan rupturnya vesikel-

vesikel ini.

Indonesia merupakan daerah tropis sehingga sering terjadi biang keringat

(miliaria) khususnya pada bayi berusia kurang dari 6 bulan karena cuaca yang

panas sangat berpengruh untuk terjadinya biang keringat (miliaria). Bayi baru

lahir akan di bedong untuk menjaga kehangatan tubuhnya agar tidak terjadi

hipotermi, sekitar 34,14% bayi terkena biang keringat (miliaria) akibat

pembedongan. Pembedongan pada bayi akan memberikan efek hangat tetapi bila

cuaca panas dapat menyebabkan biang keringat. Keadaan inilah yang sering

menyebabkan biang keringat (miliaria). Miliaria dapat terjadi pada bayi-bayi

premature pada minggu pertama pasca persalinan disebabkan oleh sel-sel pada

bayi belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit dan

mengakibatkan retensi keringat, biang keringat terjadi sekitar 40% pada bayi baru

lahir (Ml.scribd.com/doc/102602675/jurnal-ilmiah).

Miliariasis(biang keringat) sering terjadi pada bayi premature karena proses

difresiensi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Katub miliariasis

terjadi pada 40-50 bayi baru lahir muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan

menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian, terkadang kasus ini

menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya (Sitiativa

Rizema putra, 2012).


3

Miliaria (biang keringat) dibagi menjadi dua tipe yaitu miliria kristalina

dimana miliaria ini timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah

keringat, seperti pasien demam yang berbaring ditempat tidur, lesinya berupa

vasikel yang sangat superfisial , bentuk kecil dan menyerupai titik embun

berukuran 1-2 mm umumnya lesi ini timbul setelah keringat, vesikel mudah pecah

karena trauma yang paling ringan, misalnya akibat gesekan dengan pakaian

vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan. Sedangkan

miliaria rubra memiliki gambaran berupa papula vesikel dan eritema di

sekitarnya, keringat menembus ke dalam epidermis biasanya disertai rasa gatal

dan pedih. Pada daerah ruam dan daerah sekitarnya sering juga diikuti dengan

infeksi sekunder lainnya dan dapat juga menyebabkan timbulnya impetigo dan

furunkel (Sitiativa Rizema putra, 2012).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang menjadi masalah adalah bagaimana

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Tentang Biang Keringat

Pada Bayi 0-1 Tahun Di Desa Parbarakan Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten

Deli Serdang?
4

C. Tujuan Penelitian

1.1 Tujuan Umum

Mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu

Tentang Biang Keringat Pada Bayi 0-1 Tahun Di Desa Parbarakan

Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan Perilaku Ibu

tentang Biang Keringat pada Bayi 0-1 Tahun.

b. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan Perilaku Ibu tentang

Biang Keringat Pada Bayi 0-1 Tahun.

c. Untuk mengetahui hubungan tindakan dengan Perilaku Ibu tentang

Biang Keringat pada Bayi 0-1 Tahun.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk diharapkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan kepada ibu tentang

biang keringat pada anak usia 0-1 tahun.


5

2. Bagi Ibu

Sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan menambah

pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria).

3. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk memberikan masukan secara konseptual sesuai hasil

Penelitian pada mata kuliah ilmu kesehatan masyarakat khususnya

tentang pengetahuan biang keringat pada anak usia 0-1 Tahun.

4. Bagi Masyarakat
Menambah informasi pada masyarakat Di Desa Parbarakan

Khususnya ibu yang memiliki bayi 0-1 tahun.

5. Bagi tenaga kesehatan


Untuk menembah pengetahuan tenaga kesehatan lainnya

khususnya bagi kesehatan masyarakat mengenai Faktor-Faktor

tentang Biang keringat pada bayi 0-1 tahun. Selain itu dapat

menjadi masukan bagi tenaga kesehatan, khususnya kesehatan

masyarakat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga

angka penderita biang keringat dapat diturunkan.

Anda mungkin juga menyukai