1-0
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
KATA
PENGANTAR
Terimakasih atas kebijakan dan dipercaya dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga
Laporan Pendahuluan Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo ini
dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, semoga Laporan Pendahuluan ini dapat
menyatukan semangat dan kebersamaan seluruh pihak dalam proses Kajian
Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo Tahun Anggaran 2019.
1-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
DAFTAR
ISI
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1-6
1.2. Maksud Dan Tujuan .................................................................................. 1-6
1.3. Sasaran Kegiatan ...................................................................................... 1-7
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan ........................................................................... 1-7
1.4.1. Lokasi Kegiatan .............................................................................. 1-7
1.4.2. Lingkup ........................................................................................... 1-7
1.5. Kajian Teori ............................................................................................... 1-8
1.5.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi .......................................................... 1-8
1.5.2. Pembangunan Ekonomi Lokal .................................................... 1-9
1.5.3. Pendekatan Investasi ...................................................................... 1-10
1-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Bab V Penutup
1-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
DAFTAR
TABEL
Tabel 2.1. Jumlah Produksi Perikanan Di TPI Seluruh Kabupaten Pati, 2017 .. 2-1
Tabel 2.2. Jumlah Produksi Perikanan Di TPI Kecamatan Dukuhseti, 2017 ..... 2-5
Tabel 2.3. Kebutuhan Ruang Pembangunan Pelabuhan PPI Banyutowo
Terpadu PPI Banyutowo, 2007 ........................................................ 2-8
Tabel 2.4. Kondisi Perikanan Tangkap Di PPI Banyutowo 2017 ....................... 2-11
Tabel 4.1. Susunan Penugasan Tenaga Pendukung ......................................... 4-1
Tabel 4.2. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli Dan Tenaga Pendukung ................ 4-1
Tabel 4.3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................ 4-1
1-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
DAFTAR
GAMBAR
1-5
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
BAB I
PENDAHULUAN
Pelabuhan perikanan ini memiliki arti penting bagi masyarakat nelayan di Kabupaten Pati
khususnya dalam pelayanan kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan perikanan lainnya.
Dengan luas lahan sebesar 2 ha, Pelabuhan Perikanan Terpadu TPI Banyutowo bisa menjadi
sentra untuk berbagai kegiatan perikanan yaitu untuk tempat pelelangan ikan, industri
pengolahan hasil perikanan, cold storage, perbengkelan, perkantoran, perbankan, dan
pertokoan.
1-6
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
1.4.2. Lingkup
Lingkup pelaksanaan kegiatan adalah melakukan identifikasi sumber investasi sarana
pelabuhan perikanan Banyutowo.
1-7
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Kota, sebagai wilayah atau kawasan atau tempat dimana digunakan untuk konsentrasi
kegiatan penduduk yaitu sebagai pusat perdagangan, industri, simpul distribusi,
permukiman, atau daerah modal. Sedangkan daerah di luar pusat konsentrasi disebut
sebagai wilayah hinterland, daerah pertanian, atau daerah pedesaan
(Darwent,1969; Cameron, 1970; Tarigan, 2004).
1-8
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Darwent (1969), Cameron (1970) dan Tarigan (2004) menjelaskan hubungan yang terjadi
antara daerah yang lebih maju (kota) dengan daerah lain yang terbelakang, adalah:
2. Parasitif: yaitu hubungan yang terjadi dimana daerah kota (daerah yang lebih maju) tidak
banyak membantu atau menolong daerah belakangnya, dan bahkan bisa mematikan
berbagai usaha yang mulai tumbuh didaerah belakangnya.
3. Enclave (tertutup): yaitu daerah kota (daerah yang lebih maju) seakan-akan terpisah sama
sekali dengan daerah sekitarnya yang lebih terbelakang.
Secara istilah, terminologi lokal atau daerah ekonomi digunakan untuk menggambarkan area
geografis atau suatu wilayah kekuasaan pemerintah yang memiliki basis ekonomi yang
berdekatan serta diperbolehkan oleh penduduk untuk bekerja, berkreasi
serta shopping centre didaerah tersebut. Pembangunan ekonomi lokal dimaksudkan untuk
menggambarkan proses dimana pemerintah daerah maupun swasta mampu mengorganisir
aktifitas bisnis, kesempatan kerja untuk tujuan bersama (Friedman, 1966; Darwent, 1969;
Todaro, 1995).
Tujuan pembangunan ekonomi lokal adalah untuk memberikan kesempatan kerja serta
mampu memperbaiki masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Pemerintah
lokal dapat saja berwujud pemerintahan propinsi, kota/kabupaten, kecamatan bahkan
kumpulan desa/kelurahan. Pengembangan ekonomi lokal adalah suatu konsep
pengembangan ekonomi yang mendasarkan pada pendayagunaan sumberdaya manusia,
sumberdaya alam dan sumberdaya kelembagaan lokal yang ada pada suatu masyarakat, oleh
masayarakat itu sendiri melalui pemerintah lokal maupun kelembagaan berbasis masyarakat
yang ada (Kuznets, 1969; Scott, 1987; Nadiri, 1994; Besley, 2007; Baron, 2008.
1-9
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Pengertian pembangunan ekonomi lokal dalam konteks Kota Semarang, yaitu kerjasama
masyarakat lokal untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan
meningkatkan kualitas pembangunan ekonomi dengan cara mendayagunakan sumberdaya
yang bersumber dari masyarakat setempat. Pembangunan ekonomi lokal dilakukan oleh
para stakeholder (pemerintah, swasta dan masyarakat) menitikberatkan pada peningkatan
daya saing, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan penciptaan lapangan kerja
melalui peran aktif atau insiatif dari para stakeholder(Kuznets, 1969; Scott, 1987;Baxter,
1993).
Kerjasama tersebut untuk mencapai skala ekonomis, saling berbagi pengetahuan untuk
meningkatkan kualitas produk dan memperbaiki posisi kompetisinya, dan pada akhirnya
akan menghasilkan investasi unggulan yang berbasis pada ekonomi lokal. Pengembangan
ekonomi lokal akan menjadi modal dalam daya saing setiap daerah.
Daya saing daerah adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan
kesempatan kerja yang tinggi terhadap persaingan domestik maupun internasional. Definisi
tersebut memperspektifkan tentang daya saing nasional, baik secara ekplisit maupun implisit
analogi atau pengadopsian konsep daya saing nasional kedalam konsep daya saing daerah
(Porter, 1994; Sjafrizal, 1997). Pengadopsian konsep daya saing nasional ke dalam konsep
daya saing daerah tetap relevan dengan penyesuaian penyesuaian tertentu.
Secara mikro tujuan investasi dapat dilihat dari kepentingan investor, baik investasi secara
langsung maupun tidak langsung. Tujuan investor dalam melakukan investasi didasarkan
kepada pertimbangan dan orientasi yang bersifat ekonomis yaitu; kesempatan berusaha
untuk memperoleh keuntungan, menanamkan modal dengan harapan memperoleh nilai
tambah yang lebih besar dari modal yang ditanamkan, berusaha menjaga sekaligus
menghindar dari kerugian yang disebabkan oleh merosotnya nilai uang.
1-10
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Tujuan investasi secara makro dapat dilihat dari kepentingan pemerintah. Di dalam
melaksanakan pembangunannya pemerintah tidak mungkin dapat melaksanakan sendiri
tanpa melibatkan masyarakat luas, baik individu maupun pihak swasta nasional maupun
swasta asing. Demikian pula dalam investasi untuk pembiayaan kegiatan pembangunan,
pemerintah tidak akan mampu menyediakan dana investasi sendiri tanpa ada keterlibatan
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah mengharapkan dengan adanya investasi akan
memberikan sumbangan yang tidak kecil artinya bagi kegiatan pembangunan yang pada
gilirannya akan dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Sejak diberlakukan otonomi daerah, sebagaimana disebutkandalam Pasal 13 ayat (1) huruf
m dan Pasal 14 ayat (1) huruf m UU OtonomiDaerah, Pemerintah Daerah Propinsi dan
Kabupaten / Kota mempunyaikewenangan untuk mengatur kegiatan investasi di daerahnya.
Pengaturaninvestasi pada tingkat daerah mengacu pada peraturan investasi di
tingkatnasional. Hal ini dilakukan mengingat walaupun arah perekonomian Indonesiapaska
Otonomi Daerah mengacu pada ekonomi di daerah, namun harus di ingatbahwa
kewenangan otonomi daerah yang menuju kemandirian daerah tetapberada dalam kerangka
negara kesatuan, sehingga tidak dapat diartikan adanyakebebasan penuh secara absolut dari
suatu daerah untuk menjalankan hak danfungsi otonomi menurut kehendak daerah tanpa
mempertimbangkankepentingan nasional.
1-11
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi adalah iklim investasi yang baik dan memiliki
produktivitas tinggi. Investasi yang memiliki produktifitas tinggi, berarti menambah kapasitas
input dalam proses produksi dan sekaligus menambah output, sehingga mampu
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan asumsi bahwa investasi adalah hal yang
sangat penting, maka pemerintah dituntut meningkatkan daya saing investasi. Peningkatan
laju investasi tidak hanya menjadi tugas atau pemerintah pusat, tetapi juga pemerintahan
daerah dan masyarakat secara umum (Wagner,1984; Renneboog, 2008; McCahery, 2010).
1-12
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
BAB II
GAMBARAN UMUM
2-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Kabupaten Pati melalui BPMPTSP memberikan usulan investasi yaitu pembangunan kolam
tambat kapal yang kini tengah proses merupakan potensi unggulan di bidang bahari. Selain
itu produk garam di Kecamatan Wedarijaksa, Trangkil, Juwana dan Batangan. Budidaya ikan
nila salin di Tayu, peternakan unggas dan kerajinan kulit. Dan sektor pariwisata alam seperti
Gua pancur, Gua Wareh dan Gunung Rowo merupakan potensi unggulan yang turut
dipromosikan.
2-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
25.000.000
20.000.000
15.000.000
kg
10.000.000
5.000.000
-
TPI TPI TPI TPI TPI TPI
TPI TPI
Banyuto Bajomuly Bajomuly Pecangaa Margomu Sambirot
Alasdowo Puncel
wo o1 o2 n lyo o
Series1 207.093 529.880 5.063 6.217.10 21.765.5 5.472 2.151 1.937
2-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Ibu kota kecamatan ini terletak 35 km ke arah utara dari ibu kota kabupaten Pati. Wilayah
kecamatan Dukuhseti sebagian besar merupakan tanah aluvial dan Red Yellow dengan
ketinggian permukaan air laut, wilayah Kecamatan Dukuhseti dengan ketinggian antara 2
meter sampai dengan 72 meter dpl, terendah 2 meter yaitu desa Puncel, tertinggi 72 meter
yaitu desa Wedusan dan rata-rata 12.67 meter. Curah hujan tahun 2016 sebesar 2254 mm,
lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yaitu 2019 mm. Luas wilayah sebesar 8.158,61 ha, desa
terluas adalah desa Grogolan sebesar 1,256.63 ha dan yang paling kecil adalah desa
Banyutowo sebesar 115,88 ha.
Kecamatan Dukuhseti terdiri dari 12 desa, 54 dukuh 46 RW dan 345 RT. Semua desa di
Kecamatan Dukuhseti masuk kategori III ( desa swasembada ). Wilayah administrasi di
Kecamatan Dukuhseti dalam 3 tahun terakhir tidak terjadi adanya perubahan, mulai dari
wilayah terkecil yaitu RT sampai tingkat Desa. Jumlah desa sebanyak 12 desa, 46 Ada 46 RW
di Kecamatan Dukuhseti dengan jumlah RT sebanyak 345 dan jumlah Dukuh sebanyak 54.
Jumlah RW terbesar terdapat di desa Puncel yaitu sebanyak 7 dengan jumlah RT sebanyak
45, jumlah RW dan RT yang paling kecil adalah desa Dumpil yaitu hanya sebesar 1 RW jumlah
RT 345 dan jumlah Dukuh sebanyak 54. Jumlah RW terbesar di Desa Puncel yaitu 7 dengan
2-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
jumlah RT sebanyak 45. Jumlah RW dan RT yang paling kecil adalah desa Dumpil yaitu hanya
sebesar 1 RW dan 7 RT.
Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
laki-laki. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih kecil dari 100 pada tahun
2017, yaitu sebesar 98,81 berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98,81 penduduk
laki-laki. Tingkat pertumbuhan penduduk selama tahun 2014-2015 adalah 1,06 %, tahun
2015-2016 adalah 0,26 % dan tahuh 2016-2017 adalah 0,11 %. Dengan luas wilayah sekitar
81,58 km2, setiap km2 dtempati penduduk sebanyak 690 orang. Desa Banyutowo yang paling
padat, dengan kepadatan 2.453 jiwa/km2, sedangkan desa yang paling jarang penduduknya
adalah desa Wedusan dengan kepadatan rata-rata 274 jiwa/km2.Jumlah penduduk
Kecamatan Dukuhseti akhir tahun 2017 sebanyak 56.689. Terdiri dari penduduk lakik-laki
28.185 dan penduduk perempuan 28.504.
Hasil perikanan di kecamatan ini berasal dari TPI Alasdowo, Puncel dan Banyutowo. TPI
Banyutowo mempunyai jumlah produksi 1.189.229 kg dengan nilai produksi mencapai Rp.
7.581.012,7.-
2-5
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
drainase di kawasan TPI tersebut. Kondisi nelayan masih melakukan aktivitas pelelangan di
area TPI yang lama karena TPI baru belum bisa beroperasi.
Perkembangan pembangunan PPI Banyutowo bisa dilihat melalui foto udara Google Earth,
dalam foto tersebut menggambarkan hanya beberapa fasilitas yang sudah terbangun.
Berikut gambaran dalam foto udara.
2-6
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
2-7
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
2-8
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
2-9
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Gambar 2.6. Site plan PPI Banyutowo berdasarkan Masterplan Pelabuhan Perikanan Terpadu PPI Banyutowo, 2007
2-10
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Kondisi perikanan tangkap pada Tahun 2017 di PPI Banyutowo mencapai produksi sampai
dengan 1,061,027kg dengan nilai produksi mencapai Rp. 6,290,782,800,- . Produktifitas
tersebut didukung oleh armada penangkapan sebanyak 219 unit yang terdiri dari 21 kapal
motor sedang dan motor tempel 198 unit. Jumlah nelayan mencapai 908 orang yang terdiri
dari juragan sebanyak 159 orang dan pandega sebanyak 749 orang.
Hasil tangkapan semakin meningkat merupakan hasil dari penyediaan sarana prasarana PPI
yang memadai sebagai berikut :
• Alur pelayaran cukup dalam dan aman untuk lalu – lintas kapal serta dermaga dengan
kolam pelabuhan leluasa manuver kapal besar dari 10 – 30 GT sehingga produksi hasil
tangkapan akan meningkat
• Peningkatan hasil tangkapan memberikan pengaruh langsung kepada masyarakat
sekitar dan pengelola keberadaan dan kelangsungan pengelolaan PPI.
2-11
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Hasil penangkapan berupa ikan segar sebagian ddistribusikan di dalam kecamatan Dukuhseti,
sebagian didistribusikan keluar kecamatan dan sebagian diolah menjadi bahan makanan
yang berguna untuk menambah nilai produk. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pati, hasil tangkapan nelayan yang sudah mempunyai pasar tetap adalah jenis
komoditas rajungan, komoditas ini didistribusikan setelah diolah dengan cara dikupas, hasil
berupa daging rajungan akan menjadi hasil akhir sebelum dilakukan pengemasan oleh pabrik
baik di Rembang maupun Semarang.
2-12
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
BAB III
METODOLOGI
3-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
3-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
3-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
sarana untuk mendapatkan strategi kebijakan untuk mencapai tujuan kegiatan. Berikut alur
pelaksanaan kegiatan kajian:
3-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
BAB IV
RENCANA KERJA
Bab ini menjelaskan jadwal pelaksanaan pekerjaan, tahapan dan jadwal pekerjaan,
sistem pelaporan dan diskusi-diskusi yang diperlukan, serta mobilisasi tenaga
pelaksanaan dan organisasi pelaksanaan pekerjaan, diantaranya sebagai berikut:
4-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Tim Konsultan disamping melakukan koordinasi dengan pihak-pihak luar yang terkait,
juga melakukan koordinasi ke dalam. Direktur (pimpinan konsultan) secara teknis
dibantu oleh Koordinator Tim dan bertanggung jawab terhadap Pengguna Anggaran
dalam hal ini adalah Pengendali Kegiatan dalam penyelesaian pekerjaan, Koordinator
Tim memberi arahan dan pendistribusian kerja kepada staf ahli, asisten ahli maupun
anggota tim lainnya. Adapun skema kerja Organisasi Kedalam Konsultan dapat dilihat
pada gambar berikut.
Team Leader
Ahli Sipil
Surveyor/ Administrator
4-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
4-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
Susunan penugasan tenaga ahli dan tenaga pendukung diatas menjelaskan tugas-
tugas dari masing-masing personil baik tenaga ahli maupun tenaga pendukung dalam
penyelesaian pekerjaan ini. Sedangkan Jadwal penugasan tenaga ahli dan tenaga
pendukung dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung
Waktu
No Posisi Maret April OB
1 2 3 4 1 2
Tenaga Ahli
1 Team Leader/ Ahli Sipil 1,5
2 Ahli Perikanan 1,5
3 Ahli Ekonomi 1
Tenaga Pendukung
1 Administrasi 1,5
2 Surveyor 1
4-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
4-5
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo
BAB V
PENUTUP
Laporan ini merupakan bagian awal kegiatan yang berisikan latar belakang dan
metodologi. Serta tahap pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai pada tahap laporan
akhir sebagai bagian akhir dari tujuan pelaksanaan kerja.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam laporan kegiatan ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya waktu dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan laporan pendahuluan ini.
Konsultan banyak berharap semoga ada kritik dan saran yang membangun kepada
penyusun demi sempurnanya laporan pendahuluan ini dan dan penulisan laporan di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga laporan pendahuluan ini berguna bagi
pihak-pihak pemangku kebiijakan khususnya bidang investasi juga masyarakat pada
umumnya
5-1