Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

1-0
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

KATA
PENGANTAR

Terimakasih atas kebijakan dan dipercaya dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga
Laporan Pendahuluan Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo ini
dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.

Laporan Pendahuluan ini merupakan tahapan awal dalam penyusunan kegiatan


Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo Tahun Anggaran 2019.
Laporan Pendahuluan ini berisi: Pendahuluan, Tinjauan Konseptual, Gambaran
Umum Lokasi Perencanaan, Metodologi dan Pendekatan, dan Rencana Pelaksanaan
Pekerjaan.

Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, semoga Laporan Pendahuluan ini dapat
menyatukan semangat dan kebersamaan seluruh pihak dalam proses Kajian
Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo Tahun Anggaran 2019.

1-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

DAFTAR
ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................


Daftar Isi .........................................................................................................
Daftar Tabel ...................................................................................................
Daftar Gambar ...............................................................................................

Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1-6
1.2. Maksud Dan Tujuan .................................................................................. 1-6
1.3. Sasaran Kegiatan ...................................................................................... 1-7
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan ........................................................................... 1-7
1.4.1. Lokasi Kegiatan .............................................................................. 1-7
1.4.2. Lingkup ........................................................................................... 1-7
1.5. Kajian Teori ............................................................................................... 1-8
1.5.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi .......................................................... 1-8
1.5.2. Pembangunan Ekonomi Lokal .................................................... 1-9
1.5.3. Pendekatan Investasi ...................................................................... 1-10

Bab II Gambaran Umum


2.1. Kondisi Kabupaten Pati ............................................................................. 2-1
2.1.1. Kondisi Umum Kabupaten Pati ...................................................... 2-1
2.1.2. Kondisi Investasi Kabupaten Pati ................................................... 2-2
2.1.3. Kondisi Perikanan Kabupaten Pati ................................................. 2-3
2.2. Kondisi Kecamatan Dukuhseti .................................................................. 2-3
2.3. Kondisi Pelabuhan Perikanan Banyutowo ................................................ 2-5
2.3.1 Kondisi Eksisting Pelabuhan Perikanan Terpadu PPI Banyutowo ... 2-5
2.3.2 Siteplan Pelabuhan Perikanan Terpadu PPI Banyutowo, 2007 ....... 2-8
2.3.3 Potensi Sumberdaya Ikan ............................................................... 2-11
2.3.4 Tingkat Pemanfaatan Hasil Tangkapan ........................................... 2-11

Bab III Metodologi


3.1. Sumber Dan Metode Pengumpulan Data ................................................ 3-1
3.2. Metode Analisis ........................................................................................ 3-1
3.3. Teknik Penyajian Data Dan Informasi ...................................................... 3-2

1-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

3.4. Pendekatan Teknis .................................................................................... 3-2


3.4.1.Tahapan Pekerjaan .......................................................................... 3-2
3.4.1.Alur Pelaksanaan Pekerjaan ............................................................ 3-3
Bab IV Rencana Kerja
4.1. Organisasi Kerja ............................................................................................. 4-1
4.2. Mobilisasi Tenaga Ahli Dan Tenaga Pendukung ............................................ 4-2
4.3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ...................................................................... 4-4

Bab V Penutup

1-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

DAFTAR
TABEL

Tabel 2.1. Jumlah Produksi Perikanan Di TPI Seluruh Kabupaten Pati, 2017 .. 2-1
Tabel 2.2. Jumlah Produksi Perikanan Di TPI Kecamatan Dukuhseti, 2017 ..... 2-5
Tabel 2.3. Kebutuhan Ruang Pembangunan Pelabuhan PPI Banyutowo
Terpadu PPI Banyutowo, 2007 ........................................................ 2-8
Tabel 2.4. Kondisi Perikanan Tangkap Di PPI Banyutowo 2017 ....................... 2-11
Tabel 4.1. Susunan Penugasan Tenaga Pendukung ......................................... 4-1
Tabel 4.2. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli Dan Tenaga Pendukung ................ 4-1
Tabel 4.3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................ 4-1

1-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

DAFTAR
GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Pati ................................................... 2-2


Gambar 2.2. Grafik Produksi Perikanan Kabupaten Pati ..................................... 2-3
Gambar 2.3. Peta Administrasi Kecamatan Dukuhseti ........................................ 2-4
Gambar 2.4. Grafik Produksi Perikanan Kecamatan Dukuheti ............................ 2-5
Gambar 2.5. Peta Eksisting Pelabuhan Perikanan Banyutowo ............................ 2-7
Gambar 2.6. Site Plan PPI Banyutowo Berdasarkan Masterplan Pelabuhan
Perikanan ........................................................................................ 2-10
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Kegiatan ............................................................... 3-4
Gambar 4.1 Skema Kerja Organisasi .................................................................... 4-1
Gambar 4.2 Skema Kerja Organisasi Kedalam Konsultan .................................... 4-2

1-5
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kegiatan perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
pembangunan nasional. Kabupaten Pati dengan potensi perikanan dan kelautan memberikan
sumbangsih cukup besar bagi perikanan di tingkat regional maupun nasional. Pelabuhan
Perikanan Banyutowo sebagai kawasan perikanan terpadu dengan hasil perikanan tangkap
yang cukup besar mempunyai potensi untuk dikembangkan secara lebih komplek dan
terintegrasi.

Pelabuhan perikanan ini memiliki arti penting bagi masyarakat nelayan di Kabupaten Pati
khususnya dalam pelayanan kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan perikanan lainnya.
Dengan luas lahan sebesar 2 ha, Pelabuhan Perikanan Terpadu TPI Banyutowo bisa menjadi
sentra untuk berbagai kegiatan perikanan yaitu untuk tempat pelelangan ikan, industri
pengolahan hasil perikanan, cold storage, perbengkelan, perkantoran, perbankan, dan
pertokoan.

Investasi di sekitar pelabuhan merupakan salah satu penentu bagi pengembangan


perekonomian di sekitar pelabuhan. Untuk mendorong investasi tentunya diperlukan stratagi
dan kebijakan yang menciptakan iklim investasi yang lebih baik, yang dapat mengakomodasi
kebutuhan semua pemangku kepentingan. Dengan berdasar pada kondisi pelabuhan
perikanan sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka perlu dilaksanakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk pengembangan pelabuhan perikanan dengan fungsi usaha yaitu melalui
kajian perencanaan investasi di kawasan pelabuhan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dilaksanakannya pekerjaan Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan
memberikan gambaran awal investasi fasilitas pelabuhan ikan Banyutowo.

Kegiatan ini bertujuan antara lain:

1-6
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

1) Mengidentifikasi keragaan infrastruktur, ekonomi, kebijakan investasi dan potensi


sumberdaya investasi di sekitar Pelabuhan Perikanan Banyutowo;
2) Merumuskan opsi strategi dan kebijakan dalam meningkatkan investasi untuk
pengembangan ekonomi di sekitar Pelabuhan Perikanan Banyutowo.

1.3. SASARAN KEGIATAN


Hasil akhir dari kegiatan ini adalah:
• Teridentifikasikannya sumber investasi sarana prasarana pelabuhan perikanan Banyutowo.

1.4. RUANG LINGKUP KEGIATAN


1.4.1. Lokasi Kegiatan
Lokasi pelaksanaan kegiatan adalah di Pelabuhan Perikanan Banyotowo, kecamatan
Dukuhseti Kabupaten Pati.

1.4.2. Lingkup
Lingkup pelaksanaan kegiatan adalah melakukan identifikasi sumber investasi sarana
pelabuhan perikanan Banyutowo.

1-7
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

1.5. KAJIAN TEORI


1.5.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Kuznets (1969) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh kenaikan
kapasitas produksi dalam jangka panjang untuk menyediakan berbagai barang dan jasa.
Kenaikan kapasitas produksi tersebut ditentukan oleh kemajuan dan penyesuaian teknologi,
peran institusional (kelembagaan), dan ideologi pembangunan. Faktor faktor penentu
tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi pada tiga hal pokok yaitu:
1. Laju pertumbuhan perkapita riil.

2. Persebaran atau distribusi angkatan kerja menurut sektor kegiatan produksi.

3. Pola persebaran penduduk.

Kuncoro (2003) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan dimaknai sebagai


pembangunan yang memfokuskan pada peningkatan PDRB suatu provinsi, kabupaten, atau
kota. Teori pertumbuhan ekonomi digunakan untuk memfokuskan pengkajian pembangunan
ekonomi regional. Teori pusat pertumbuhan (the growth pole theory) digunakan sebagai
dasar penelitian, karena teori dianggap sesuai dengan model pengembangan Kota Semarang
yang sedang tumbuh perekonomiannya yaitu sebagai daerah atau kawasan tempat
konsentrasi kegiatan ekonomi.

Kota, sebagai wilayah atau kawasan atau tempat dimana digunakan untuk konsentrasi
kegiatan penduduk yaitu sebagai pusat perdagangan, industri, simpul distribusi,
permukiman, atau daerah modal. Sedangkan daerah di luar pusat konsentrasi disebut
sebagai wilayah hinterland, daerah pertanian, atau daerah pedesaan
(Darwent,1969; Cameron, 1970; Tarigan, 2004).

Keuntungan daerah konsentrasi kegiatan ekonomi adalah terciptanya skala ekonomis


(economies of scale) dan economies of agglomeration (economies of localization).
Dikatakan economies of scale, karena dalam berproduksi sudah berdasarkan spesialisasi,
sehingga produksi menjadi lebih besar dan biaya per unitnya menjadi lebih efisien (Nadiri,
1994; Besley, 2007; Baron, 2008). Economies of agglomeration adalah keuntungan karena di
tempat tersebut terdapat berbagai keperluan dan fasilitas yang dapat digunakan untuk
memperlancar kegiatan perusahaan, yaitu jasa perbankan, asuransi, perbengkelan,
perusahaan listrik, perusahaan air bersih, tempat-tempat pelatihan keterampilan, media
untuk mengiklankan produk, dan lain sebagainya.

1-8
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Darwent (1969), Cameron (1970) dan Tarigan (2004) menjelaskan hubungan yang terjadi
antara daerah yang lebih maju (kota) dengan daerah lain yang terbelakang, adalah:

1. Generatif: yaitu hubungan yang saling menguntungkan atau saling mengembangkan


antara daerah yang lebih maju dengan daerah yang ada di belakangnya.

2. Parasitif: yaitu hubungan yang terjadi dimana daerah kota (daerah yang lebih maju) tidak
banyak membantu atau menolong daerah belakangnya, dan bahkan bisa mematikan
berbagai usaha yang mulai tumbuh didaerah belakangnya.

3. Enclave (tertutup): yaitu daerah kota (daerah yang lebih maju) seakan-akan terpisah sama
sekali dengan daerah sekitarnya yang lebih terbelakang.

1.5.2. Pembangunan Ekonomi Lokal

Beberapa definisi tentang pembangunan ekonomi lokal disebutkan bahwa: a) pembangunan


memfokuskan pada pengurangan kemiskinan, pembangunan pedesaan, polarisasi sosial
serta perubahan pola pikir; b) terminologi lokal atau daerah ekonomi menggambarkan area
geografis suatu kekuasaan pemerintahan; c) daya saing adalah kemampuan suatu usaha
untuk menciptakan keseimbangan baru (Kuznets, 1969; Nadiri, 1994; Besley, 2007; Baron,
2008).

Secara istilah, terminologi lokal atau daerah ekonomi digunakan untuk menggambarkan area
geografis atau suatu wilayah kekuasaan pemerintah yang memiliki basis ekonomi yang
berdekatan serta diperbolehkan oleh penduduk untuk bekerja, berkreasi
serta shopping centre didaerah tersebut. Pembangunan ekonomi lokal dimaksudkan untuk
menggambarkan proses dimana pemerintah daerah maupun swasta mampu mengorganisir
aktifitas bisnis, kesempatan kerja untuk tujuan bersama (Friedman, 1966; Darwent, 1969;
Todaro, 1995).

Tujuan pembangunan ekonomi lokal adalah untuk memberikan kesempatan kerja serta
mampu memperbaiki masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Pemerintah
lokal dapat saja berwujud pemerintahan propinsi, kota/kabupaten, kecamatan bahkan
kumpulan desa/kelurahan. Pengembangan ekonomi lokal adalah suatu konsep
pengembangan ekonomi yang mendasarkan pada pendayagunaan sumberdaya manusia,
sumberdaya alam dan sumberdaya kelembagaan lokal yang ada pada suatu masyarakat, oleh
masayarakat itu sendiri melalui pemerintah lokal maupun kelembagaan berbasis masyarakat
yang ada (Kuznets, 1969; Scott, 1987; Nadiri, 1994; Besley, 2007; Baron, 2008.

1-9
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Pengertian pembangunan ekonomi lokal dalam konteks Kota Semarang, yaitu kerjasama
masyarakat lokal untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan
meningkatkan kualitas pembangunan ekonomi dengan cara mendayagunakan sumberdaya
yang bersumber dari masyarakat setempat. Pembangunan ekonomi lokal dilakukan oleh
para stakeholder (pemerintah, swasta dan masyarakat) menitikberatkan pada peningkatan
daya saing, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan penciptaan lapangan kerja
melalui peran aktif atau insiatif dari para stakeholder(Kuznets, 1969; Scott, 1987;Baxter,
1993).

Kerjasama tersebut untuk mencapai skala ekonomis, saling berbagi pengetahuan untuk
meningkatkan kualitas produk dan memperbaiki posisi kompetisinya, dan pada akhirnya
akan menghasilkan investasi unggulan yang berbasis pada ekonomi lokal. Pengembangan
ekonomi lokal akan menjadi modal dalam daya saing setiap daerah.

Daya saing daerah adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan
kesempatan kerja yang tinggi terhadap persaingan domestik maupun internasional. Definisi
tersebut memperspektifkan tentang daya saing nasional, baik secara ekplisit maupun implisit
analogi atau pengadopsian konsep daya saing nasional kedalam konsep daya saing daerah
(Porter, 1994; Sjafrizal, 1997). Pengadopsian konsep daya saing nasional ke dalam konsep
daya saing daerah tetap relevan dengan penyesuaian penyesuaian tertentu.

1.5.3. Pendekatan Investasi

Sumantoro (1983) mendefinisikan Investasi adalah kegiatan menanamkam modal baik


langsung maupun tidak dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan
datang. Tujuan investasi dapat dilihat dari dua kepentingan, yaitu kepentingan investor
(bersifat mikro) dan kepentingan pemerintah (bersifat makro) (Kuznets, 1969; Scott, 1987;
Jones, 2002; Bruckner, 2010) .

Secara mikro tujuan investasi dapat dilihat dari kepentingan investor, baik investasi secara
langsung maupun tidak langsung. Tujuan investor dalam melakukan investasi didasarkan
kepada pertimbangan dan orientasi yang bersifat ekonomis yaitu; kesempatan berusaha
untuk memperoleh keuntungan, menanamkan modal dengan harapan memperoleh nilai
tambah yang lebih besar dari modal yang ditanamkan, berusaha menjaga sekaligus
menghindar dari kerugian yang disebabkan oleh merosotnya nilai uang.

1-10
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Tujuan investasi secara makro dapat dilihat dari kepentingan pemerintah. Di dalam
melaksanakan pembangunannya pemerintah tidak mungkin dapat melaksanakan sendiri
tanpa melibatkan masyarakat luas, baik individu maupun pihak swasta nasional maupun
swasta asing. Demikian pula dalam investasi untuk pembiayaan kegiatan pembangunan,
pemerintah tidak akan mampu menyediakan dana investasi sendiri tanpa ada keterlibatan
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah mengharapkan dengan adanya investasi akan
memberikan sumbangan yang tidak kecil artinya bagi kegiatan pembangunan yang pada
gilirannya akan dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Sejak diberlakukan otonomi daerah, sebagaimana disebutkandalam Pasal 13 ayat (1) huruf
m dan Pasal 14 ayat (1) huruf m UU OtonomiDaerah, Pemerintah Daerah Propinsi dan
Kabupaten / Kota mempunyaikewenangan untuk mengatur kegiatan investasi di daerahnya.
Pengaturaninvestasi pada tingkat daerah mengacu pada peraturan investasi di
tingkatnasional. Hal ini dilakukan mengingat walaupun arah perekonomian Indonesiapaska
Otonomi Daerah mengacu pada ekonomi di daerah, namun harus di ingatbahwa
kewenangan otonomi daerah yang menuju kemandirian daerah tetapberada dalam kerangka
negara kesatuan, sehingga tidak dapat diartikan adanyakebebasan penuh secara absolut dari
suatu daerah untuk menjalankan hak danfungsi otonomi menurut kehendak daerah tanpa
mempertimbangkankepentingan nasional.

Pemerintah telah mengambil kebijakan mengenai tata carainvestasi (penanaman modal)


yang diatur melalui Keputusan Presiden RI No.97 Tahun 1993, kemudian telah diubah dengan
Keputusan Presiden RI No. 115Tahun 1998 dan selanjutnya mengalami perubahan dengan
Keputusan PresidenRI No. 117 Tahun 1999, merupakan perubahan ke dua atas Keputusan
PresidenRI No. 97 Tahun 1993 tentang tata cara penanaman modal. Perubahan itudilakukan
oleh pemerintah untuk meningkatkan pelayananperizinan penanaman modal.

Model pertumbuhan yang didorong oleh peningkatan investasi terkait dengan


pengertian multiplier dan pengertian accelerator. Multiplier dalam kaitan dengan fungsi
investasi adalah tambahan investasi menghasilkan tambahan yang lebih besar secara
berganda pada hasil produksi dan pendapatan (Wagner,1984; Renneboog, 2008; McCahery,
2010). Asas akselerasi secara pokok didasarkan pada stok modal (dan tambahan investasi)
yang dikehendaki oleh para pengusaha tergantung dari tingkat permintaan terhadap hasil
produksinya. Tingkat permintaan agregatif itu ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional.

1-11
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi adalah iklim investasi yang baik dan memiliki
produktivitas tinggi. Investasi yang memiliki produktifitas tinggi, berarti menambah kapasitas
input dalam proses produksi dan sekaligus menambah output, sehingga mampu
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan asumsi bahwa investasi adalah hal yang
sangat penting, maka pemerintah dituntut meningkatkan daya saing investasi. Peningkatan
laju investasi tidak hanya menjadi tugas atau pemerintah pusat, tetapi juga pemerintahan
daerah dan masyarakat secara umum (Wagner,1984; Renneboog, 2008; McCahery, 2010).

1-12
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1. KONDISI KABUPATEN PATI


2.1.1. Kondisi Umum Kabupaten Pati
Secara astronomis Kabupaten Pati terletak antara 6025’ – 7000’ lintang selatan dan antara
100050’ - 111015’ bujur timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Pati memiliki
batas-batas: Utara – Kab. Jepara dan Laut Jawa, Selatan – Kab. Grobogan dan Blora, Barat –
Kab. Kudus dan Jepara,
Timur – Kab. Rembang dan Laut Jawa.
Berdasarkan hasil Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) Tahun 2002, luas wilayah Kabupaten Pati
adalah 150.368 hektar yang terdiri dari 59.299 hektar lahan sawah, 60.314 hektar lahan
bukan sawah dan 30.755 hektar lahan bukan pertanian.

2-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Gambar 2.1. Peta administrasi Kabupaten Pati

2.1.2. Kondisi Investasi Kabupaten Pati


Menurut Todaro (2003 : 92), ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan
ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah: (1) akumulasi modal, yang
meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik,
dan modal atau sumber daya manusia (2) pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan
memperbanyak jumlah angkatan kerja, dan (3) kemajuan teknologi. Ketiga faktor tesebut
memberi peranan sentral dalam mempengaruhi naik turunnya pertumbuhan ekonomi.
Apabila faktor – faktor itu berkembang dengan baik, maka penerimaan daerah akan turut
berpengaruh, dan efeknya akan terciptanya pembangunan ekonomi yang pesat dan
kesejahteraan masyarakat yang merata.

Kabupaten Pati melalui BPMPTSP memberikan usulan investasi yaitu pembangunan kolam
tambat kapal yang kini tengah proses merupakan potensi unggulan di bidang bahari. Selain
itu produk garam di Kecamatan Wedarijaksa, Trangkil, Juwana dan Batangan. Budidaya ikan
nila salin di Tayu, peternakan unggas dan kerajinan kulit. Dan sektor pariwisata alam seperti
Gua pancur, Gua Wareh dan Gunung Rowo merupakan potensi unggulan yang turut
dipromosikan.

2-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

2.1.3. Kondisi Perikanan Kabupaten Pati


Kabupaten dengan jumlah TPI sebanyak 8 unit yang masih berproduksi hingga saat ini.
Produksi perikanan tangkap didominasi di TPI Bajomulyo 1 dan 2 dengan jumlah produksi
sampai dengan 27.982.693 kg pada tahun 2017 dengan nilai produksi sampai dengan Rp
317.485.250,-. Produksi di PPP Bajomulyo sebesar 97,6% dari total produksi perikanan di
Kabupaten Pati. Berikut kondisi perikanan di Kabupaten Pati.
Tabel 2.1. Jumlah produksi perikanan di TPI seluruh Kabupaten Pati, 2017
No TPI Kg Rp
1 TPI Alasdowo 207.093 2.309.740
2 TPI Puncel 529.880 3.324.421
3 TPI Banyutowo 5.063 1.254.030
4 TPI Bajomulyo 1 6.217.105 23.351.000
5 TPI Bajomulyo 2 21.765.588 294.134.250
6 TPI Pecangaan 5.472 268.526
7 TPI Margomulyo 2.151 268.711
8 TPI Sambiroto 1.937 173.468
Total 28.734.289 325.084.146
Sumber: Kabupaten Pati Dalam Angka, 2018

25.000.000

20.000.000

15.000.000
kg

10.000.000

5.000.000

-
TPI TPI TPI TPI TPI TPI
TPI TPI
Banyuto Bajomuly Bajomuly Pecangaa Margomu Sambirot
Alasdowo Puncel
wo o1 o2 n lyo o
Series1 207.093 529.880 5.063 6.217.10 21.765.5 5.472 2.151 1.937

Gambar 2.2. Grafik produksi perikanan Kabupaten Pati

2.2. KONDISI KECAMATAN DUKUHSETI


Kecamatan Dukuhseti merupakan Kecamatan paling Utara diwilayah Kabupaten Pati,
berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Laut Jawa. Sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Tayu, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cluwak, sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.

2-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Gambar 2.3. Peta administrasi Kecamatan Dukuhseti

Ibu kota kecamatan ini terletak 35 km ke arah utara dari ibu kota kabupaten Pati. Wilayah
kecamatan Dukuhseti sebagian besar merupakan tanah aluvial dan Red Yellow dengan
ketinggian permukaan air laut, wilayah Kecamatan Dukuhseti dengan ketinggian antara 2
meter sampai dengan 72 meter dpl, terendah 2 meter yaitu desa Puncel, tertinggi 72 meter
yaitu desa Wedusan dan rata-rata 12.67 meter. Curah hujan tahun 2016 sebesar 2254 mm,
lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yaitu 2019 mm. Luas wilayah sebesar 8.158,61 ha, desa
terluas adalah desa Grogolan sebesar 1,256.63 ha dan yang paling kecil adalah desa
Banyutowo sebesar 115,88 ha.

Kecamatan Dukuhseti terdiri dari 12 desa, 54 dukuh 46 RW dan 345 RT. Semua desa di
Kecamatan Dukuhseti masuk kategori III ( desa swasembada ). Wilayah administrasi di
Kecamatan Dukuhseti dalam 3 tahun terakhir tidak terjadi adanya perubahan, mulai dari
wilayah terkecil yaitu RT sampai tingkat Desa. Jumlah desa sebanyak 12 desa, 46 Ada 46 RW
di Kecamatan Dukuhseti dengan jumlah RT sebanyak 345 dan jumlah Dukuh sebanyak 54.
Jumlah RW terbesar terdapat di desa Puncel yaitu sebanyak 7 dengan jumlah RT sebanyak
45, jumlah RW dan RT yang paling kecil adalah desa Dumpil yaitu hanya sebesar 1 RW jumlah
RT 345 dan jumlah Dukuh sebanyak 54. Jumlah RW terbesar di Desa Puncel yaitu 7 dengan

2-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

jumlah RT sebanyak 45. Jumlah RW dan RT yang paling kecil adalah desa Dumpil yaitu hanya
sebesar 1 RW dan 7 RT.

Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
laki-laki. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih kecil dari 100 pada tahun
2017, yaitu sebesar 98,81 berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98,81 penduduk
laki-laki. Tingkat pertumbuhan penduduk selama tahun 2014-2015 adalah 1,06 %, tahun
2015-2016 adalah 0,26 % dan tahuh 2016-2017 adalah 0,11 %. Dengan luas wilayah sekitar
81,58 km2, setiap km2 dtempati penduduk sebanyak 690 orang. Desa Banyutowo yang paling
padat, dengan kepadatan 2.453 jiwa/km2, sedangkan desa yang paling jarang penduduknya
adalah desa Wedusan dengan kepadatan rata-rata 274 jiwa/km2.Jumlah penduduk
Kecamatan Dukuhseti akhir tahun 2017 sebanyak 56.689. Terdiri dari penduduk lakik-laki
28.185 dan penduduk perempuan 28.504.

Hasil perikanan di kecamatan ini berasal dari TPI Alasdowo, Puncel dan Banyutowo. TPI
Banyutowo mempunyai jumlah produksi 1.189.229 kg dengan nilai produksi mencapai Rp.
7.581.012,7.-

Tabel 2.2. Jumlah produksi perikanan di TPI Kecamatan Dukuhseti, 2017


No TPI Kg Rp
1 TPI Alasdowo 751 36.199,8
2 TPI Banyutowo 1.061.027 6.290.782,8
3 TPI Puncel 127.451 1.254.030,1
1.189.229 7.581.012,7
Sumber: Kecamatan Dukuhseti Dalam Angka, 2018

Gambar 2.4. Grafik produksi perikanan Kecamatan Dukuheti

2.3. KONDISI PELABUHAN PERIKANAN BANYUTOWO


2.3.1 Kondisi Eksisting Pelabuhan Perikanan Terpadu PPI Banyutowo
Eksisting kondisi dari masterplan PPI Banyutowo saat ini adalah sudah mulai dibangun sarana
prasarana berupa akses jalan berupa rabat beton, bangunan TPI, bangunan SPDN, dan

2-5
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

drainase di kawasan TPI tersebut. Kondisi nelayan masih melakukan aktivitas pelelangan di
area TPI yang lama karena TPI baru belum bisa beroperasi.

Perkembangan pembangunan PPI Banyutowo bisa dilihat melalui foto udara Google Earth,
dalam foto tersebut menggambarkan hanya beberapa fasilitas yang sudah terbangun.
Berikut gambaran dalam foto udara.

2-6
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Gambar 2.5. Peta Eksisting Pelabuhan Perikanan Banyutowo

2-7
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

2.3.2 Siteplan Pelabuhan Perikanan Terpadu PPI Banyutowo, 2007


Siteplan Pelabuhan Perikanan Terpadu PPI Banyutowo merupakan hasil kegiatan tahun 2007
yaitu DED Pelabuhan Perikanan Terpadu Kawasan PPI Banyutowo. Berikut gambaran dan
fasilitas yang ada dari site plan yang didapatkan dari Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten
Pati. Untuk kebutuhan ruang seluruh fasilitas di PPI Banyutowo adalah sebesar 20.138,4 m2
atau kurang lebih 2 ha.
Tabel 2.3. Kebutuhan ruang pembangunan pelabuhan PPI Banyutowo
No Kelompok Ruang Ukuran (m) Luas (m2) Kebutuhan Jumlah (m2)
A Fasilitas Utama
1 Tempat Pelelangan Ikan 20 x 42 840 1 840
2 Bongkar Muat 3 x 700 2100 2 4200
3 Cuci Ikan 2 x 20 40 1 40
4 Sortir Ikan 6x9 54 1 54
5 Pengepakan 6x9 54 1 54
6 Administrasi Lelang 6 x 10 60 1 60
7 Gudang Basket 10 x 12 120 2 240
8 Gudang Es 3x8 24 1 24
9 Ruang Tunggu Bakul 10 x 12 120 1 120
B Fasilitas Pengelola PPI
1 Ruang Kepala 4x6 24 1 24
2 Ruang Wakil Kepala 3x4 12 1 12
3 Ruang Staff 3x4 12 4 48
4 Ruang Rapat 6 x 12 72 1 72
5 Ruang Istirahat 3x4 12 1 12
6 Ruang Tamu 4x6 24 1 24
7 Toilet 1,5 x 2 3 2 6
8 Parkir Sepeda Motor 1x2 2 10 20
9 Parkir Mobil 2,5 x 4 10 4 40
10 Gudang 3x4 12 1 12
C Fasilitas Pelayanan
1 Kios kebutuhan Nelayan 4x4 16 6 96
2 KUD 4x8 32 1 32
3 Tower Air 4x6 24 1 24
4 BBM 20 x 20 400 1 400
5 Docking 20 x 30 600 1 600
6 Bengkel 4x8 32 3 96
7 Pos Keamanan 4x6 24 1 24
8 KM/WC 1,5 x 2 3 8 24
D Fasilitas Pelengkap
1 Ruang penginapan 10 x 10 100 1 100
2 Ruang Genset 3x4 12 1 12
3 Ruang Travo 3x4 12 1 12
4 Ruang Cleaning Servis 3x3 9 2 18
5 Shelter Nelayan 8 x 12 96 1 96
6 Ruang Pertemuan 12 x 12 144 1 144
7 Perbaikan Jaring 10 x 20 200 1 200
8 Jemur dan Pengolahan 40 x 50 2000 1 2000
9 Gudang 3x4 12 1 12
10 IPAL 10 x 20 200 1 200
11 TPS Sampah 4x4 16 1 16
E Fasilitas Parkir
1 Sepeda 1x2 2 10 20
2 Sepeda Motor 1x2 2 30 60

2-8
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

No Kelompok Ruang Ukuran (m) Luas (m2) Kebutuhan Jumlah (m2)


3 Mobil 2,5 x 4 10 80 800
4 Truck 3x5 15 20 300
Sumber: DETAIL ENGINEERING DESIGN Pengembangan Kawasan Pelabuhan Perikanan Terpadu Banyutowo – Kab.
Pati tahun 2007

2-9
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Gambar 2.6. Site plan PPI Banyutowo berdasarkan Masterplan Pelabuhan Perikanan Terpadu PPI Banyutowo, 2007

2-10
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

2.3.3 Potensi Sumberdaya Ikan


Potensi Sumberdaya Ikan Banyutowo dalam pengelolaannya termasuk menjadi kewenangan
Pemerintah Kabupaten Pati, yang terletak di daerah pantai utara (Pantura) Jawa dan memiliki
pantai sepanjang kurang lebih 60 km.
Tabel 2.4. Kondisi perikanan tangkap di PPI Banyutowo 2017
NO KETERANGAN SATUAN JUMLAH
1 Produksi dan Nilai Kg 1,061,027
Rp 6,290,782,800
2 Jumlah Perahu Besar -
Setempat (buah) Kapal Motor Mini 21
Motor Tempel 198
Jumlah 219
3 Jumlah Nelayan Juragan 159
( Org ) Pendega 749
Jumlah 908
Sumber: Kecamatan Dukuhseti Dalam Angka, 2018

Kondisi perikanan tangkap pada Tahun 2017 di PPI Banyutowo mencapai produksi sampai
dengan 1,061,027kg dengan nilai produksi mencapai Rp. 6,290,782,800,- . Produktifitas
tersebut didukung oleh armada penangkapan sebanyak 219 unit yang terdiri dari 21 kapal
motor sedang dan motor tempel 198 unit. Jumlah nelayan mencapai 908 orang yang terdiri
dari juragan sebanyak 159 orang dan pandega sebanyak 749 orang.

Jumlah produksi hasil tangkapan nelayan di Banyutowo bisa menggambarkan produktivitas


yaitu jumlah produksi dibandingkan dengan jumlah kapal maka akan dihasilkan
produktivitasnya adalah 4,84 ton/kapal/tahun. Jika dibandingkan dengan produksi
keseluruhan di Kabupaten Pati maka produksinya hanya 2,36% masih jauh dibandingkan
dengan produksi PPP Bajomulyo yaitu mencapai 96,87%.

2.3.4 Tingkat Pemanfaatan Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan semakin meningkat merupakan hasil dari penyediaan sarana prasarana PPI
yang memadai sebagai berikut :

• Alur pelayaran cukup dalam dan aman untuk lalu – lintas kapal serta dermaga dengan
kolam pelabuhan leluasa manuver kapal besar dari 10 – 30 GT sehingga produksi hasil
tangkapan akan meningkat
• Peningkatan hasil tangkapan memberikan pengaruh langsung kepada masyarakat
sekitar dan pengelola keberadaan dan kelangsungan pengelolaan PPI.

2-11
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Hasil penangkapan berupa ikan segar sebagian ddistribusikan di dalam kecamatan Dukuhseti,
sebagian didistribusikan keluar kecamatan dan sebagian diolah menjadi bahan makanan
yang berguna untuk menambah nilai produk. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pati, hasil tangkapan nelayan yang sudah mempunyai pasar tetap adalah jenis
komoditas rajungan, komoditas ini didistribusikan setelah diolah dengan cara dikupas, hasil
berupa daging rajungan akan menjadi hasil akhir sebelum dilakukan pengemasan oleh pabrik
baik di Rembang maupun Semarang.

2-12
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

BAB III
METODOLOGI

3.1. SUMBER DAN METODE PENGUMPULAN DATA


Penyusunan kajian dilakukan menggunakan data sekunder dan primer. Data sekunder
diperoleh dengan menelusuri data tentang potensi ekonomi, infrastruktur, tata ruang,
kelembagaan, di TPI Banyutowo. Sedangkan data primer diperoleh dari survei lapangan
dengan melakukan wawancara pada beberapa stakeholder.

3.2. METODE ANALISIS


Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi diskriptif tentang potensi fisik, sosial,
ekonomi, dan budaya serta keamanan dalam kaitan potensi investasi di TPI Banyutowo.
a. Identifikasi potensi investasi.
b. Kofirmasi dan kompilasi data yang diperoleh dari In-depth Interview kepada stake
holder.
c. Analisis Finansial
Pada dasarnya, analisis finansial yang memperhitungkan komponen manfaat dan
biaya yang secara finansial turut serta berpengaruh pada “private return”, atau yang
berpengaruh secara finansial dan langsung bagi kepentingan investor. Dengan
demikian semua komponen biaya akan diperhitungkan. Untuk komponen manfaat,
komponen yang bersifat langsung saja yang akan diperhitungkan. Kriteria evaluasi
finansial yang digunakan untuk menentukan suatu proyek dapat diterima atau
ditolak, maka dalam hal ini ada 3 (tiga) hal perlu dipertimbangkan yaitu:
1. Perbandingan antara manfaat dan biaya (BCR: Benefit Cost Ratio)
2. Nilai bersih pada saat sekarang (NPV: Net Present Value)
3. Angka laju pengambilan internal (IRR: Internal Rate of Return)

3-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

3.3. TEKNIK PENYAJIAN DATA DAN INFORMASI


Penyajian data dan informasi dalam kajian ini pada prinsipnya ditampilkan dan disajikan
secara informatif dan komprehensif sehingga memudahkan bagi penyusunan laporan dalam
memperoleh data dan informasi untuk kebutuhan penyusunan kajian Pengembangan
Pelabuhan Ikan Banyutowo.
a) Penyajian dalam bentuk tabel biasanya digunakan untuk menyajikan data berupa angka
dan informasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian data dan informasi
dalam bentuk tabel seperti: penulisan nomor dan judul tabel, jumlah kolom, jumlah baris,
dan sumber data.
b) Penyajian dalam bentuk grafik biasanya digunakan untuk menyajikan data berupa angka
untuk melihat trend perkembangan, pertumbuhan, persentase dan lain-lain. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian data dan informasi dalam bentuk grafik
seperti: penulisan nomor dan judul gambar parameter dan satuannya.
c) Penyajian dalam bentuk narasi biasanya digunakan untuk menjelaskan data dan
informasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian data dan informasi
dalam bentuk narasi adalah penggunaan ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

3.4. PENDEKATAN TEKNIS


Jenis studi yang digunakan dalam mengkaji kajian Pengembangan Pelabuhan Ikan
Banyutowo merupakan jenis studi deskriptif. Pelaksanaan pekerjaan kajian Pengembangan
Pelabuhan Ikan Banyutowo Kabupaten Pati agar dapat dilaksanakan secara runut, efektif
dan efisien, diperlukan sistematika pelaksanaan pekerjaan meliputi tahapan pekerjaan dan
bagan alir.
3.4.1. Tahapan Pekerjaan
Agar pekerjaan ini dapat dilaksanakan secara terarah dan sistematika, berikut diuraikan
tahapan pelaksanaan pekerjaan dengan berdasar pada lingkup dan kerangka pikir pekerjaan.
a. Persiapan
Pekerjaan persiapan akan dilakukan sesaat setelah menerima Surat Perintah mulai
Kerja dari Pemberi Tugas (Bouwheer).
Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan meliputi:
 Penyiapan surat-surat ijin untuk memulai pekerjaan untuk instansi-instansi terkait.
 Menyusun program survai.
 Mobilisasi tenaga.
b. Pengumpulan Data

3-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Data yang diambil meliputi:


 Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati.
 Kabupaten Pati dalam angka 2018.
 Statistik Perikanan Daerah Pati dan Banyutowo
 Data lain yang relevan dan diperlukan
c. Survai Lapangan
Kegiatan dilakukan untuk menunjang analisa permasalahan di lokasi pekerjaan,
meliputi:
 Survey identifikasi potensi investasi,
 Survey sarpras pelabuhan ikan.
d. Kompilasi dan Analisis Data
Kompilasi data dilaksanakan terutama pada data yang masih dalam bentuk data
mentah dan harus diproses menjadi data siap pakai/aspek fungsional sebagai bahan
analisa menurut kebutuhan yang diperlukan. Hasil analisis mencakup semua aspek-
aspek yang ada dalam perencanaan dan disesuaikan dengan kondisi eksisting lokasi
pekerjaan guna mendapatkan potensi investasi Pengembangan Pelabuhan Ikan
Banyutowo.
e. Penyusunan Laporan
1. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan memantapkan maksud dan tujuan dari pekerjaan ini
termasuk metodologi, tenaga yang akan digunakan dan rencana kerja disertai
gambaran/penjelasan secara garis besar kondisi lokasi pekerjaan berikut
permasalahan yang dihadapi.
2. Laporan Final
Laporan final dari seluruh rangkaian tahap pekerjaan hasil penyempurnaan
masukan, koreksi serta pertimbangan-pertimbangan, mulai dari hasil survey,
sampai hasil akhir yang akan dituangkan dalam Laporan Final.
3.4.2. Alur Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo dilaksanakan sesuai
dengan tahapan pelaksanaan kegiatan sebelumnya. Mengacu pada sub bab sebelumnya
adalah koordinasi, pelakasanaan kegiatan survey lapangan untuk mengetahui kondisi
eksisting pelabuhan Banyutowo, hasil survey kemudian dituangkan dalam analisis sebagai

3-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

sarana untuk mendapatkan strategi kebijakan untuk mencapai tujuan kegiatan. Berikut alur
pelaksanaan kegiatan kajian:

Gambar 3.1. Alur pelaksanaan kegiatan

3-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

BAB IV
RENCANA KERJA

Bab ini menjelaskan jadwal pelaksanaan pekerjaan, tahapan dan jadwal pekerjaan,
sistem pelaporan dan diskusi-diskusi yang diperlukan, serta mobilisasi tenaga
pelaksanaan dan organisasi pelaksanaan pekerjaan, diantaranya sebagai berikut:

4.1. ORGANISASI KERJA


Dalam menyelesaikan pekerjaan Jasa Konsultansi Kajian Pengembangan Pelabuhan
Perikanan Banyutowo Tahun Anggaran 2019, Tim Konsultan didampingi oleh Panitia
Pengarah atau Tim Teknis yang bertindak sebagai pembimbing dan pengarah baik
dari segi teknik maupun non teknik. Instansi-instansi terkait antara lain :
a. DPMPTSP Kabupaten Pati.
b. Baperlitbang Kabupaten Pati.
c. PUPR Kabupaten Pati
d. Instansi Teknis Terkait.

Gambar 4.1. Skema Kerja Organisasi

4-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Tim Konsultan disamping melakukan koordinasi dengan pihak-pihak luar yang terkait,
juga melakukan koordinasi ke dalam. Direktur (pimpinan konsultan) secara teknis
dibantu oleh Koordinator Tim dan bertanggung jawab terhadap Pengguna Anggaran
dalam hal ini adalah Pengendali Kegiatan dalam penyelesaian pekerjaan, Koordinator
Tim memberi arahan dan pendistribusian kerja kepada staf ahli, asisten ahli maupun
anggota tim lainnya. Adapun skema kerja Organisasi Kedalam Konsultan dapat dilihat
pada gambar berikut.

Direktur PT.INDERA CIPTA


KONSULTAN

Team Leader
Ahli Sipil

Ahli Perikanan Ahli Ekonomi

Surveyor/ Administrator

Gambar 4.2. Skema Kerja Organisasi Kedalam Konsultan

4.2. MOBILISASI TENAGA AHLI DAN TENAGA PENDUKUNG


A. Mobilisasi Tenaga Ahli
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), beberapa tenaga ahli yang harus
dilibatkan secara aktif dalam kegiatan Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Banyutowo Tahun Anggaran 2019 adalah sebagai berikut:
1. Ahli Sipil (Team Leader)
2. Ahli Ekonomi
3. Ahli Perikanan
Tim ahli tersebut di atas berada dalam satu kesatuan struktur organisasi yang
memiliki hubungan koordinasi dengan Pemberi Pekerjaan, Tim Pengarah dan Tim
Teknis Kabupaten Pati. Adapun berdasarkan spesifikasi tenaga ahli maka beban tugas
(job description) dari masing-masing ahli adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Susunan Penugasan Tenaga Ahli
No Posisi Keahlian Uraian Pekerjaan
Team
a. Merumuskan metodologi pelaksanaan pekerjaan serta
1 Leader/Ahli
mempersiapkan petunjuk teknis dari setiap kegiatan
Sipil

4-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

No Posisi Keahlian Uraian Pekerjaan


pekerjaan, baik dalam tahap pengambilan data, analisis
maupun penyusunan rencana.
b. Mengkoordinir semua tenaga ahli dalam hal ketepatan waktu
dan kualitas pekerjaan.
c. Meneliti kualitas (quality control) terhadap segala
aspek yang menyangkut materi, analisis dan
penetapan rencana sebagai bentuk tanggung jawab secara
profesional terhadap materi yang dihasilkan.
d. Memberikan saran dan nasehat teknis (advisory) kepada
tenaga ahli dan memimpin proyek sepanjang yang diperlukan
Mengelola dan menganalisis menyangkut bidang perikanan
2 Ahli Perikanan
sekitar Wilayah Eksisiting untuk nantinya diolah dan dikaji ulang
Mengelola dan menganalisis menyangkut bidang ekonomi sekitar
3 Ahli Ekonomi
Wilayah Eksisiting untuk nantinya diolah dan dikaji ulang
Sumber : Tim konsultan, 2019

B. Mobilisasi Tenaga Pendukung


Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), beberapa tenaga pendukung yang harus
dilibatkan secara aktif dalam kegiatan Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Banyutowo Tahun Anggaran 2019 adalah sebagai berikut:
1. Surveyor
2. Administrator
Tenaga pendukung tersebut di atas berada dalam satu kesatuan struktur organisasi
yang memiliki hubungan koordinasi dengan Pemberi Pekerjaan, Tim Pengarah dan
Tim Teknis Kabupaten Pati. Adapun berdasarkan spesifikasi tenaga Pendukung maka
beban tugas (job description) dari masing-masing tenaga pendukung adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.2. Susunan Penugasan Tenaga Pendukung
No Posisi Keahlian Uraian Pekerjaan
a. Melakukan survei data sesuai desain survei yang telah
1 Surveyor ditentukan oleh tim ahli
b. Menuangkan produk pekerjaan ke dalam laporan
a. Menyusun dokumen administrasi pekerjaan dari tahap
lelang hingga pencairan terminasi pekerjaan.
2 Administrator
b. Mendokumentasikan proses pekerjaan dari aspek
administrasi
Sumber : Tim konsultan, 2019

4-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Susunan penugasan tenaga ahli dan tenaga pendukung diatas menjelaskan tugas-
tugas dari masing-masing personil baik tenaga ahli maupun tenaga pendukung dalam
penyelesaian pekerjaan ini. Sedangkan Jadwal penugasan tenaga ahli dan tenaga
pendukung dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung
Waktu
No Posisi Maret April OB
1 2 3 4 1 2
Tenaga Ahli
1 Team Leader/ Ahli Sipil 1,5
2 Ahli Perikanan 1,5
3 Ahli Ekonomi 1
Tenaga Pendukung
1 Administrasi 1,5
2 Surveyor 1

Sumber: Tim konsultan, 2019

4.3. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Waktu pelaksanaan Kegiatan Jasa Konsultansi Penyusunan Kajian Pengembangan
Pelabuhan Perikanan Banyutowo akan diselesaikan dalam waktu 45 (empat puluh
lima) hari kalender. Dalam jangka waktu tersebut diperlukan pengaturan distribusi
kegiatan operasional yang tepat dan efisien secara sinergi dan terorganisir, untuk itu
diperlukan penjadwalan yang tepat agar semua pekerjaan dapat terlaksana dengan
baik dan tepat waktu. Jadwal dan Waktu pelaksanaan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

4-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

Tabel 4.4. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Waktu
No Kegiatan
Maret April
1 Laporan Pendahuluan
Diskusi Tim
Persiapan Survey
Penyusunan Laporan
Pembahasan Laporan
Revisi Laporan
2 Laporan Akhir
Penyusunan Analisis
Penyusunan strategi dan kebijakan
Penyusunan Laporan
Pembahasan Laporan
Pengumpulan Produk Akhir

Sumber : Tim Konsultan 2019

4-5
LAPORAN PENDAHULUAN
Kajian Pengembangan Pelabuhan Perikanan Banyutowo

BAB V
PENUTUP

Laporan ini merupakan bagian awal kegiatan yang berisikan latar belakang dan
metodologi. Serta tahap pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai pada tahap laporan
akhir sebagai bagian akhir dari tujuan pelaksanaan kerja.

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam laporan kegiatan ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya waktu dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan laporan pendahuluan ini.

Konsultan banyak berharap semoga ada kritik dan saran yang membangun kepada
penyusun demi sempurnanya laporan pendahuluan ini dan dan penulisan laporan di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga laporan pendahuluan ini berguna bagi
pihak-pihak pemangku kebiijakan khususnya bidang investasi juga masyarakat pada
umumnya

5-1

Anda mungkin juga menyukai