Askep Jiwa
Askep Jiwa
KEPERAWATAN JIWA I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN PENYAKIT TERMINAL
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit terminal”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
kami menyadari bahwa makalah ini belum maksimal dan jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, kami mengharapkan masukan, kritik dan saran pada
para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Latar belakang permasalahan terminal pada klien
2. Konsep materi tentang kebutuhan terminal pada klien
3. Pengkajian pada pasien terminal
4. Diagnosa keperawatan pada pasien terminal
5. Intervensi masalah
6. evaluasi
2
BAB II
LANDASAN TEORI
4.1 Pengertian
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak
ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat
disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal
adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu
tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu
(Kubler-Rosa, 1969).
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi
individu (Carpenito, 1999).
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju
ke arah kematian contohnya seperti penyakit jantung, dan kanker atau
penyakit terminal ini dapat di katakana harapan untuk hidup tipis, tidak ada
lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang
dikatakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian
(white,2002)
3
3. Reflek mulai menghilang,Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa
dingin dan lembab terutama pada kaki dan tangan dan ujung-ujung
ekstremitas.
4. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
5. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.
6. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.
7. Penglihatan mulai kabur
8. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.
9. Klien dapat tidak sadarkan diri.
Tahap-tahap kematian
4
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan
segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat
baginya.
3. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka.
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan
adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun
dirasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk
berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang
dapat melaksanaan hal tersebut.
5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas/ ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan
dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan
stres ( tempat perawatan )
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari
system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri
dalam menghadapi ancaman kematian
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan denga situasi yang
tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan
efek negative pada gaya hidup.
Criteria Hasil
Klien atua keluarga akan :
1. mengungkapkan ketakutannya yang brhubungan dengan gangguan
2. menceriktakan tentang efek ganmguan pada fungsi normal, tanggungn jawab,
peran dan gaya hidup
6
No Intervensi Rasional
7
Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi
penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari orang lain
No Intervensi Rasional
8
DIAGNOSA III
Perubahan proses keluarga yang berhubunga dengan gangguan kehidupan
takut akan hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan )
No Intervensi Rasional
9
Diagnosa IV
No Intervensi Rasional
10
BAB III
11
PEMBAHASAN
12
baru tersebut berhasil mendapatkan kembali control mereka terhadap
wilayah perikanan tradisional/adat mereka.
13
Penyebab tidak optimalnya pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia:
1. Lemahnya pengawasan maupun check and balances.
2. Pemahaman terhadap otonomi daerah yang keliru.
3. Keterbatasan sumber daya dihadapkan dengan tuntutan kebutuhan
dana.
4. Kesempatan seluas-luasnya yang diberikan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dan mengambil peran.
5. DPRD yang seharusnya berperan mengontrol dan meluruskan segala
kekeliruan.
6. Kurangnya Sumber Daya Manusia yang seharusnya diprioritaskan.
14
2. Memperketat pengawasan tehadap Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) wajib menyusun kode
etik untuk menjaga martabat dan kehormatan dalam menjalankan
tugasnya. 1
15
BAB IV
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1.2. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Otonomi_Daerah
http://www.tribun.maluku.com/2014/05/Otonomi-Daerah-dalam-kesejahteraan-
masyarakat.html
17
18