Anda di halaman 1dari 121

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Psikologi Skripsi Sarjana

2015

Gambaran Dukungan Keluarga Pada


Remaja Pelaku Bullying

Yohana, Paskha

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2097
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
1

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA PADA REMAJA


PELAKU BULLYING

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

PASKHA YOHANA
111301039

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GENAP, 2014/2015
1
2

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Gambaran Dukungan

Keluarga Pada Remaja Pelaku Bullying” adalah hasil karya saya sendiri dan

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari

hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2015

Paskha Yohana
NIM: 111301039
i

Gambaran Dukungan Keluarga Pada Remaja Pelaku Bullying

Paskha Yohana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dukungan keluarga


pada remaja pelaku bullying. Subjek dalam penelitian adalah 120 orang remaja
pelaku bullying, tinggal bersama orangtua, berpendidikan SMA, bertempat tinggal
di Pematangsiantar. Data penelitian diperoleh dari skala dukungan keluarga dan
skala bullying. Indeks diskriminasi skala dukungan keluarga bergerak antara 0,514
hingga 0,880 dengan reliabilitas 0,972. Indeks diskriminasi skala bullying
bergerak antara 0,465 hingga 0,681 dengan reliabilitas 0,884.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga pada remaja
pelaku bullying tergolong rendah sebanyak 50 orang (41.6%), sedangkan yang
tergolong sedang sebanyak 38 orang (31.7%), dan yang tergolong tinggi sebanyak
32 orang (26.7%). Rata-rata subjek melakukan bullying pada kategori rendah
sebanyak 50 orang (41.6%), sedangkan yang tergolong sedang sebanyak 38 orang
(31.7%), dan yang tergolong tinggi sebanyak 32 orang (26.7%). Secara umum
remaja pelaku bullying kategori rendah mendapatkan dukungan keluarga kategori
tinggi, remaja pelaku bullying kategori sedang mendapatkan dukungan keluarga
kategori sedang, dan remaja pelaku bullying kategori tinggi mendapatkan
dukungan keluarga kategori rendah.

Kata kunci: bullying, dukungan keluarga, remaja

i
ii

The Description of Family Support in Adolescent Bullies

Paskha Yohana

ABSTRACT

This research aimed to get an overview of the family support in


adolescents bullies. Subject in research are 120 persons adolescent, aged 15-18
years, living with parents, senior high school educated, lived in Pematangsiantar.
Data is obtained from scale of family support and scale of bullying. Validity scale
of family support moves between 0,514 to 0,880 with reliability is 0,972 . Validity
scale of bullying moves from 0,465 to 0,681 with reliability is 0,884.
The results show that family support adolescents bullies are low category
as many as 50 persons (41.6%), family support middle category as many as 38
persons (31.7%), family support high category as many as 32 persons (26.7%). On
average the subject do bullying in the low category as many as 50 persons
(41.6%), do bullying in the middle category as many as 38 persons (31.7%), do
bullying in high category as many as 32 persons (26.7%). Generally, adolescents
bullies in low category get family support high category, adolescents bullies in
middle category get family support middle category, adolescents bullies in high
category get family support low category.

Key words: bullying, family support, adolescent

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat

dan rahmatNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul: “Gambaran Dukungan Keluarga Pada Remaja Pelaku

Bullying”.

Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama

proses penyusunan skripsi ini yakni kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Wiwik Sulistyaningsih, Psikolog selaku dosen pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingan dapengarahan kepada peneliti untuk

menyelesaikan skripsi ini dan sekaligus sebagai pemberi semangat kepada

peneliti selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan, kritikan bagi peneliti

untuk menyempurnakan dan menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Zulkarnain, Ph.D, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik

5. Orangtua peneliti, Ayahanda Drs. W. Marpaung dan Ibunda R.Simanjuntak

yang telah menjadi motivator sehingga peneliti tetap bersemangat

mengerjakan skripsi ini. Terima kasih buat doa dan dukungan baik moral dan

materi bagi peneliti. Semoga Tuhan melindungi bapak dan mama selalu.

iii
iv

6. Saudara peneliti, yakni abang (Hendra Marpaung, S.H.), eda (Kristina Corri

Siburian, S.T.), kakak (Masnytha Marpaung, S.E., Erisa Marpaung, S.E.,

Masnur Marpaung, S.Pd.) yang selalu membantu dan memberikan dukungan,

semangat maupun doa bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Buat

putri abangku (Lidia Hotnauli Asti Marpaung) yang memberikan hiburan

tersendiri bagi peneliti.

7. Sahabat-sahabat peneliti (Melina, Juni, Yohana, Dina, Dian, Elcia, Mitra,

Kani, dll) yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah

memberikan bimbingan, bantuan, semangat dan doa kepada peneliti.

8. Semua pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan saudara-saudara semua. Peneliti menyadari skripsi ini belum

sempurna, sehingga peneliti mengharapkan masukan, saran, dan kritikan untuk

kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Terima kasih.

Medan, Agustus 2015

Peneliti,

Paskha Yohana

NIM: 111301039

iv
v

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..... .......................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 10
E. Sistematika Penulisan ............................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 13
A. Dukungan Keluarga ................................................................ 13
1. Pengertian Dukungan Keluarga ..................................... 13
2. Jenis Dukungan Keluarga ................................................ 14
B. Bullying ................................................................................... 16
1. Pengertian Pelaku Bullying .............................................. 16
2. Unsur-Unsur Bullying ..................................................... 18
3. Jenis-Jenis Bullying ......................................................... 18
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bullying .................. 20
C. Remaja ..................................................................................... 23
1. Pengertian Remaja ........................................................... 23
2. Ciri-Ciri Masa Remaja ..................................................... 24
D. Dukungan Keluarga dan Bullying ........................................... 27
E. Kerangka Berpikir .................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 31
A. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................... 31

v
vi

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................ 32


C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel .............. 32
D. Alat Ukur Penelitian................................................................ 35
E. Validitas, Uji Daya Beda dan Reliabilitas Alat Ukur ............. 39
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ........................................................ 41
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................. 45
H. Metode Analisis Data .............................................................. 49
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ............................... 51
A. Gambaran Subjek Penelitian .................................................. 51
B. Hasil Penelitian ...................................................................... 52
C. Pembahasan ............................................................................ 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 69
A. Kesimpulan............................................................................. 69
B. Saran ....................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 73

vi
vii

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Blue Print Skala Dukungan Keluarga Sebelum Uji Coba ........ 36
Tabel 3.2 Penilaian Skala Dukungan Keluarga.......................................... 36
Tabel 3.3 Kategorisasi Norma Nilai Dukungan Keluarga ........................ 37
Tabel 3.4 Blue Print Skala Bullying Sebelum Uji Coba ........................... 38
Tabel 3.5 Kategorisasi Norma Nilai Bullying ............................................ 39
Tabel 3.6 Blue Print Skala Dukungan Keluarga Setelah Uji Coba ........... 42
Tabel 3.7 Penomoran Kembali Skala Dukungan Keluarga Setelah Uji
Coba ........................................................................................... 43
Tabel 3.8 Blue Print Skala Bullying Setelah Uji Coba ............................. 44
Tabel 3.9 Penomoran Kembali Skala Bullying Setelah Uji Coba ............. 45
Tabel 3.10 Representasi Subjek Pada Uji Coba Alat Ukur ....................... 47
Tabel 3.11 Representasi Subjek Pada Pelaksanaan Penelitian .................. 48
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ........ 51
Tabel 4.2 Gambaran Mean, Nilai Minimum dan Maksimum Bullying ..... 52
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian dari Skala Dukungan
Keluarga..................................................................................... 53
Tabel 4.4 Kategorisasi Norma Nilai Bullying Berdasarkan
Nilai Hipotetik .......................................................................... 54
Tabel 4.5 Gambaran Mean, Nilai Minimum dan Maksimum
Dukungan Keluarga .................................................................. 55
Tabel 4.6 Kategorisasi Norma Nilai Dukungan Keluarga Berdasarkan
Nilai Hipotetik ........................................................................... 56
Tabel 4.7 Gambaran Dukungan Keluarga Berdasarkan Kategori
Bullying .................................................................................... 56
Tabel 4.8 Gambaran Dukungan Keluarga Berdasarkan Jenis
Bullying...................................................................................... 57
Tabel 4.9 Gambaran Dukungan Keluarga Berdasarkan Empat
Jenis Dukungan Keluarga ........................................................ 58

vii
viii

Tabel 4.10 Pengkategorian Dukungan Keluarga Berdasarkan Empat


Jenis Dukungan Keluarga ........................................................ 59
Tabel 4.11 Gambaran Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 60
Tabel 4.12 Gambaran Bullying Berdasarkan Tiga Jenis Bullying.............. 61
Tabel 4.13 Pengkategorian Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 62
Tabel 4.14 Gambaran Pengaruh Media Terhadap Bullying ..................... 63

viii
ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1 Kerangka Berpikir .................................................................... 30

ix
x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1 Hasil Uji Coba Skala Dukungan Keluarga ............................. 76


Lampiran 2 Hasil Uji Coba Skala Bullying ................................................ 78
Lampiran 3 Skor Masing-Masing Subjek Dalam Skala
Dukungan Keluarga .............................................................. 79
Lampiran 4 Skor Masing-Masing Subjek Dalam Skala
Bullying ................................................................................. 88
Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas Pada Skala Dukungan Keluarga ......... 94
Lampiran 6 Skala Dukungan Keluarga dan Bullying ............................... 95
Lampiran 7 Surat Keterangan Pengambilan Data Penelitian .................. 107

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bullying merupakan kejadian yang menyita perhatian publik dan

merupakan masalah global saat ini (Carney, 2008). Hal ini dibuktikan dengan

hasil survey yang dilakukan oleh Latitude News di 40 negara dunia pada tahun

2012 ditemukan fakta baru yang sangat mengejutkan bahwa lima negara dengan

kasus bullying tertinggi yaitu Jepang, Indonesia, Kanada dan Amerika Serikat,

dan terakhir Finlandia (beritaedukasi.com, 2012).

Kasus bullying terjadi di negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika

Serikat. Hal ini dapat dilihat dari survei yang dilakukan oleh Institut Nasional

Kesehatan Anak dan Perkembangan Manusia di Amerika Serikat (NICHD) pada

tahun 2001 yang menjelaskan bahwa lebih dari 16% pelajar pernah mengalami

bullying yang dilakukan oleh pelajar lain. Survei ini dilakukan pada 15.686 siswa

kelas 6 hingga 10 di berbagai sekolah negeri maupun swasta di Amerika Serikat.

Pada tahun 2001 Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengumumkan hasil

penelitiannya bahwa sebanyak 77% pelajar di Amerika Serikat mengalami

bullying baik secara fisik, verbal maupun relasi. Tingginya persentase tersebut

memiliki makna bahwa 1 dari 4 anak di Amerika Serikat sudah mengalami

bullying.

Menurut Richard Werley, di Jepang kasus bullying juga terjadi di

kalangan pelajar. Sebanyak 10% pelajar yang stres karena bullying dan melakukan

1
2

percobaan bunuh diri minimal sekali akibat dari bullying. Bentuk bullying yang

dialami pelajar Jepang yaitu perlakuan diskriminatif di lingkungan sekolah

sehingga pelajar itu bolos sekolah (Yayasan Sejiwa, 2008).

Bullying dapat terjadi dimana saja seperti lingkungan pendidikan, rumah,

tempat bermain, dan lain-lain. Remaja yang sedang usia bersekolah sering

mengalami bullying. Lingkungan pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

pengetahuan, keterampilan dan moral. Sekolah yang merupakan salah satu

lingkungan pendidikan seharusnya menjadi tempat yang sehat, kondusif dan aman

sehingga anak dapat mengeksplorasi dan mengembangkan diri (Santrock, 2009).

Namun saat ini di lingkungan pendidikan telah banyak terjadi perilaku kekerasan

yang mengkhawatirkan seperti perilaku bullying. Bullying dapat terjadi di

lingkungan sekolah, terutama di tempat-tempat yang bebas dari pengawasan guru

maupun orang tua seperti toilet, lorong sekolah, kantin, pekarangan (Yayasan

Sejiwa, 2008).

Indonesia menempati negara kedua tertinggi pada kasus bullying di

lingkungan sekolah. Kasus bullying di Indonesia lebih banyak dilakukan di media

sosial atau dunia maya seperti facebook dan twitter (beritaedukasi.com, 2012).

Survei tentang kekerasan telah dilakukan oleh Yayasan Sejiwa (2008) didapatkan

hasil yaitu tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat SMA dan 66,1% di tingkat

SMP di tiga kota besar Indonesia, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta.

Di Indonesia, kasus bullying menduduki peringkat teratas pengaduan

masyarakat di sektor pendidikan. Dari Januari 2011 hingga Agustus 2014, KPAI

mencatat 369 pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari
3

total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Kasus bullying ini

menurut KPAI beragam, mulai dari ejekan hingga perlakuan kasar yang

menyebabkan luka fisik. Bullying di sekolah mulai dari bullying verbal, seperti

membentak, meneriaki, memaki, menghina, mempermalukan, menolak, mencela,

merendahkan, memaki, mengejek dan bullying relasi, seperti memandang sinis,

memelototi, mencibir, mendiamkan (Republika, 2014).

Bullying atau kekerasan di sekolah dapat berupa bullying fisik yang

melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban seperti memukul, menendang,

mendorong; bullying verbal melibatkan bahasa verbal yang bertujuan untuk

menyakiti korban seperti menghina, mengejek, memberi julukan nama; dan

bullying relasi yang bertujuan untuk menolak atau memutus relasi sosial korban

dengan orang lain seperti pengabaian, pengucilan (Yayasan Sejiwa, 2008).

Fenomena bullying pada pelajar ini pun seperti halnya gunung es, yang

muncul di permukaan hanya beberapa kasus, tetapi sebenarnya lebih banyak kasus

yang tidak terungkap. Banyak orang beranggapan bahwa bullying bukan masalah

yang serius, dan bullying dapat terjadi di lingkungan yang lebih luas seperti jalan

menuju ke sekolah, di rumah atau di tempat umum (Yayasan Sejiwa, 2008).

Banyak manusia yang beranggapan bahwa bullying menjadi masalah yang

alamiah dalam kehidupan sehari-hari karena dianggap sebagai bagian dalam

proses sosialisasi anak dengan teman. Bullying bisa terjadi begitu lama, dari satu

generasi ke generasi berikutnya, dan sudah sangat mendasar karena kebanyakan

orang mengganggap bullying merupakan hal sepele dan tidak penting untuk
4

dipersoalkan. Akan tetapi hal ini tidak diharapkan terjadi karena bullying

berakibat pada pelaku dan korban bullying (Yayasan Sejiwa, 2008).

Dalam hal ini bullying juga terjadi pada pelajar remaja di Pematangsiantar,

Sumatera Utara. Berdasarkan informasi yang dimuat di media koran, ada beberapa

indikator yang mengarah pada perilaku bullying pada siswa, seperti perkelahian

sesama pelajar Sekolah Taman Siswa (Tamsis) Pematangsiantar (Simantab,

2013), para pelajar melakukan aksi tawuran dua kali dalam sehari di lokasi

berbeda, tawuran tersebut melibatkan pelajar SMA Persiapan, SMK GKPS dan

SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Tawuran dipicu oleh makian para siswa melalui

jejaring sosial (Kompas, 2013), pengeroyokan siswa kelas III SMA di salah satu

sekolah di Pematangsiantar (Metrosiantar, 2014).

Informasi juga diperoleh peneliti dari salah seorang guru bimbingan dan

konseling (BK) di salah satu SMA di Pematangsiantar bahwa bullying di sekolah

tersebut terjadi dalam jumlah rata-rata empat sampai lima kali dalam sehari yang

terlapor kepada wali kelas atau guru BK. Bentuk bullying yang sering terjadi di

sekolah seperti memberi nama panggilan yang tidak mengenakkan untuk individu

tersebut, memukul, mengejek nama orangtua, dan terkadang melibatkan isu suku,

agama dan ras. Kejadian bullying ini sering berujung dengan perkelahian diantara

pelaku. Kalau diselidiki lebih lanjut oleh wali kelas atau guru BK, apa penyebab

perkelahian antar siswa ini maka beberapa alasan diketahui seperti seorang siswa

menimbulkan gosip teman sehingga siswa yang digosipkan tidak senang, ejekan

di media sosial facebook, twitter atau media sosial lain, telepon genggam tidak

dipinjamkan oleh teman sekelas, ketika salah seorang siswa memberitahukan


5

bahwa ada siswa lain yang tidak mengikuti saat pelajaran tertentu berlangsung

sehingga yang diberitahukan tidak masuk tersebut memukul yang memberitahu.

Alasan lain seperti siswi yang berkelahi dengan siswi lain karena masalah pacar

atau merasa dikucilkan (Komuunikasi Personal, 2015).

Bullying yang sering terjadi di SMA Pematangsiantar seperti bullying

verbal seperti ejekan, hinaan karena para siswa menganggap hal demikian adalah

hal yang wajar dilakukan karena mereka tidak tahu dampak dari bullying tersebut.

Ada beberapa laporan mengenai bullying fisik tetapi tidak sebanyak kasus yang

lain. Hal ini dikarenakan bullying fisik masih lebih mudah dikontrol oleh

lingkungan sekolah. Bullying relasi lebih tidak disadari oleh siswa karena

kurangnya informasi yang diperoleh oleh mereka. Akan tetapi, bullying relasi

sudah terjadi di SMA Pematangsiantar. Hal ini terlihat saat guru BK

mewawancarai beberapa siswa yang terlihat menyendiri. Para siswa tersebut

mengakui bahwa mereka tidak diizinkan bergabung dalam kelompok teman

sebayanya tanpa alasan yang jelas mengapa teman-teman mereka

mengucilkannya. Pengucilan dalam hal pertemanan termasuk dalam bullying

relasi (Komunikasi Personal, 2015)

Fenomena bullying yang terjadi di SMA Pematangsiantar pada bulan

Februari tahun 2015 adalah kasus Dinda, seorang siswi usia 17 tahun, yang

dipukuli oleh teman-temannya. Alasan pelaku bullying memukuli Dinda dipicu

ejekan pelaku bullying di media sosial twitter sehingga pelaku membawa korban

bullying ke luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dengan cara memukuli

korban. Para pelaku membawa Dinda ke suatu sekolah tertentu dengan maksud
6

agar pelaku lebih leluasa memukuli Dinda. Dinda mengalami luka di bagian leher

dan muka. Tak hanya itu, Dinda juga trauma ke sekolah. Jenis bullying yang

dialami Dinda adalah bullying fisik, verbal dan relasi yang bertujuan untuk

menyakiti korban. Berita kekerasan ini telah dimuat oleh beberapa koran lokal

sehingga para guru BK diminta melakukan pembinaan lanjutan kepada pelaku

bullying (Komunikasi Personal, 2015).

Kasus-kasus diatas menunjukkan bahwa bullying merupakan kekerasan

yang terjadi pada masa remaja. Masa remaja adalah peralihan masa perkembangan

serta mengalami perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif, dan psikososial

yang saling berkaitan. Pada masa remaja, banyak waktu yang dihabiskan bersama

teman dibanding keluarga. Remaja cenderung melepaskan ikatan dari orangtua

dan beralih pada teman sebaya untuk bersosialisasi. Kedekatan dengan teman

sebaya selama masa remaja meningkat (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009).

Masalah yang sering dihadapi saat bersosialisasi dengan teman sebaya

adalah bullying. Bullying adalah sebuah keadaan dimana terjadi penyalahgunaan

kekuataan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok. Pihak yang

kuat dalam hal ini tidak hanya kuat secara fisik namun juga secara mental

(Yayasan Sejiwa, 2008). Pelaku bullying biasanya mendominasi korban dengan

tujuan untuk mendapatkan apa yang diingankan dan tidak peduli dengan

keinginan, hak dan perasaan orang lain (Coloroso, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan bullying menurut

Bronfenbrenner dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Lingkungan yang

dimaksud disini adalah kehidupan anak di rumah, kehidupan di sekolah,


7

komunitas dan budaya/media (Coloroso, 2008). Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Tumon (2014). Menurut Tumon ada tiga yang mempengaruhi

terjadinya bullying yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor teman sebaya.

Dari penjelasan diatas ditemukan bahwa keluarga merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi bullying pada anak.

Keluarga sangat mempengaruhi anak dalam bertingkah laku di luar

lingkungan keluarga. Latar belakang para pelaku bullying memiliki kekhasan,

banyak di antara mereka orangtuanya tidak memberikan panduan atau bimbingan

yang cukup mengenai perilaku positif. Biasanya pelaku melakukan bullying untuk

mendapatkan hal yang tidak dipenuhi oleh keluarga seperti uang, barang-barang

yang diinginkan (Hidayati, 2012). Faktor lain adalah orangtua kurang siap dalam

memberikan informasi yang benar dan tepat waktu serta komunikasi antara

orangtua dengan anak kurang berkualitas sehingga tidak terjalin komunikasi yang

baik (Sudarsono dalam Suryani dan Widyasih, 2010).

Dalam keluarga juga tidak dapat dihindari dari konflik. Konflik ini sering

berujung dengan pertengkaran sehingga suasana keluarga menjadi penuh tekanan

(Arnet dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Apabila suasana keluarga penuh

dengan tekanan maka perhatian yang dibutuhkan oleh anak tidak terpenuhi. Salah

satu karakter pelaku bullying adalah sangat membutuhkan perhatian (Coloroso,

2008).

Dengan perhatian, kepercayaan dan tanggung jawab secara tulus dari

orangtua sehingga remaja dapat menemukan jalan terbaik bagi dirinya. Remaja

sering melakukan tindakan yang salah seperti melakukan kekerasan, pemerasan


8

(pemalakan) apabila remaja kurang memperoleh perhatian dan kasih sayang dari

lingkungan keluarga (Sudarsono dalam Suryani dan Widyasih, 2010). Perhatian

merupakan salah satu bentuk dari dukungan keluarga.

Dukungan keluarga adalah perasaan nyaman, diperhatikan, dihargai, atau

bantuan yang diperoleh individu dari anggota keluarga yang membuat individu

merasa diperhatikan, bernilai, disayangi dan bagian dari suatu kelompok (Sarafino

dan Smith, 2011). Dukungan keluarga dapat juga diartikan sebagai proses

hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial (Friedman dalam Setiadi,

2008). Dukungan keluarga ini mampu membuat individu berfungsi dengan

semestinya sehingga dapat beradaptasi dalam kehidupan (Setiadi, 2008).

Dukungan keluarga ini mencakup empat hal yaitu dukungan emosional,

informasional, instrumental, dan penilaian. Semua ini didapatkan remaja dalam

keluarga. Remaja akan mendapatkan dukungan emosi seperti kasih sayang,

perhatian, dan menjadi tempat menceritakan segala keluh kesah. Dukungan

informasi mengenai segala sesuatu yang dibutuhkan remaja seperti nasehat,

bagaimana mengatasi persoalan yang dihadapi, apakah menyelesaikan masalah

menggunakan kekerasan (bullying) atau tanpa kekerasan. Dukungan instrumental

yaitu keluarga memenuhi segala kebutuhan ekonomi. Dukungan penilaian seperti

penghargaan kepada remaja atas kondisi tertentu seperti prestasi, memberikan

kasih sayang dan perhatian (Friedman, 2010). Dukungan keluarga yang

dibutuhkan oleh remaja seperti perhatian orangtua terhadap aktifitas anak,

penerapan disiplin yang efektif, pengawasan keberadaan anak, dan kasih sayang.
9

Apabila dukungan keluarga ini tidak dirasakan oleh remaja maka hal ini dapat

menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja (Santrock, 2009).

Beberapa tugas keluarga dengan remaja adalah berkomunikasi secara

terbuka antara orangtua dan anak sehingga dapat menyeimbangkan kebebasan

yang didapat remaja agar remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri. Dukungan

dari keluarga bertujuan untuk membagi beban, dan memberi dukungan informasi

dengan membuat penguatan terhadap pola-pola positif dalam upaya mencari

penolong. Orangtua penting memberi pengarahan kepada remaja dalam

menyelesaikan masalah sehingga dapat mmebuat keputusan yang logis (Friedman,

2010). Dukungan keluarga merupakan faktor utama yang menyebabkan perasaan

tidak berharga, perasaan tidak berdaya, simptom depresi dan pada akhirnya ide

untuk bunuh diri pada remaja (Harter dkk, dalam Sun & Hui, 2006). Faktor dari

keluarga yang mempengaruhi seseorang melakukan bullying berdasarkan hasil

komunikasi singkat peneliti dengan beberapa siswa seperti orangtua yang tidak

peduli dengan siapa anaknya berteman, dimana tempat bermain anak, tidak

berdiskusi kepada anaknya masalah apa yang sedang dihadapi sehingga dapat

mengarahkan remaja melakukan bullying sebagai solusi terhadap masalahnya.

Sari (2013) telah meneliti bullying pada remaja di SMP Setiabudhi

Semarang berdasarkan dukungan keluarga. Perbedaan penelitian ini dengan Sari

(2013) terletak pada tujuan penelitian, subjek penelitian dan lokasi penelitian.

Subjek penelitian Sari (2013) adalah remaja awal yang berada di tingkat SMP di

Semarang. Tujuan penelitian Sari (2013) adalah untuk mengetahui ada atau tidak

ada perbedaan perilaku bullying pada remaja di SMP Setiabudhi Semarang yang
10

mendapat dukungan keluarga atau yang tidak mendapat dukungan keluarga. Hasil

penelitiian Sari (2013) menyatakan bahwa ada perbedaan perilaku bullying pada

remaja di SMP Setiabudhi Semarang. Remaja yang mendapat dukungan keluarga

melakukan bullying lebih rendah dibanding remaja yang tidak mendapat

dukungan keluarga. Pada penelitian ini subjek penelitian adalah remaja yang

berada di tingkat SMA dan melakukan bullying di Pematangsiantar. Berdasarkan

latar belakang yang dikemukakan diatas maka akan diteliti gambaran dukungan

keluarga pada remaja pelaku bullying di Kota Pematangsiantar dengan

mengangkat judul “Gambaran Dukungan Keluarga Pada Remaja Pelaku Bullying”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan di atas akan dilihat bagaimana gambaran

dukungan keluarga pada remaja pelaku bullying.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dukungan keluarga pada

remaja pelaku bullying.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari manfaat

teoritis dan praktis.


11

1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan kajian di

bidang psikologi khususnya psikologi perkembangan yang berhubungan

dengan konsep dukungan keluarga dan masalah remaja tentang bullying.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa di sekolah

Diharapkan siswa di sekolah mengetahui serta memahami bullying di sekolah

secara umum, dampak bullying kepada pihak yang terlibat, latar belakang

mengapa bullying terjadi sehingga bullying di sekolah dapat diatasi dengan

cara yang baik dan benar.

b. Bagi orangtua

Diharapkan orangtua mengetahui serta memahami bullying di sekolah secara

umum, dampak bullying kepada pihak yang terlibat, latar belakang mengapa

bullying terjadi sehingga orangtua dapat berperan mengatasi bullying di

sekolah dengan cara yang baik dan benar. Dalam keluarga, orangtua

mengajarkan anak tentang nilai-nilai yang sesuai dengan norma masyarakat.

c. Bagi pihak sekolah

Diharapkan pihak sekolah dapat berperan mengatasi bullying di sekolah

dengan cara yang baik dan benar. Pihak sekolah diharapkan melakukan

intervensi kepada pihak yang terlibat.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap bab

dirinci sebagai berikut :


12

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penelitian.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan

masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori yang berhubungan dengan

dukungan keluarga, bullying, dan remaja.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi

operasional dari masing-masing variabel, populasi dan metode

pengambilan sampel, metode pengumpulan data, prosedur pelaksanaan

penelitian dan metode analisis data.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi uraian pengolahan data penelitian, gambaran umum subjek

penelitian, interpretasi data dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi uraian kesimpulan berdasarkan hasil penelitian sebagai

jawaban permasalahan. Diskusi membahas kesesuian antara data

penelitian yang diperoleh dengan teori yang ada dan saran penelitian

yang meliputi saran praktis dan saran untuk peneliti selanjutnya.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DUKUNGAN KELUARGA

1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan sosial diartikan sebagai sumber emosi, informasi atau

pendampingan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar individu untuk

menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam

kehidupan (Kail dan Cavanaugh, 2000). Taylor (2009) juga mendefinisikan

dukungan sosial sebagai informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan

diperhatikan, memiliki harga diri dan bernilai, serta merupakan bagian dari

jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Hal yang senada diungkapkan oleh

Kenrick, Neuberg, dan Cialdini, (2010) bahwa dukungan sosial adalah dukungan

emosi, materi atau informasi yang disediakan orang lain dan bertujuan untuk

membantu seseorang.

Menurut Baron dan Byrne (2009), dukungan sosial adalah kenyamanan

fisik dan psikologis yang disediakan oleh teman dan anggota keluarga. Dukungan

keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial karena salah satu sumber

dukungan sosial adalah keluarga (Dalton, Elias, dan Wandersman, 2007).

Keluarga adalah sekelompok orang yang disatukan dalam ikatan

pernikahan, ikatan darah atau adopsi, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama

lain didalam peran sosial masing-masing (suami dan isteri, ayah dan ibu, anak

laki-laki dan anak perempuan, saudara laki-laki dan saudara perempuan) serta

13
14

menciptakan dan memelihara budaya bersama (Burgess dan Locke dalam

DeGenova, 2008). Dukungan keluarga adalah perasaan nyaman yang dirasakan,

diperhatikan, dihargai, atau bantuan yang diperoleh individu dari anggota

keluarga yang membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, disayangi dan

bagian dari suatu kelompok (Sarafino dan Smith, 2011). Dukungan keluarga

adalah proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial (Friedman

dalam Setiadi, 2008). Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah

sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan

berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat

berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan

dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi

keluarga inti. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan

berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan

dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan

keluarga adalah dukungan yang diterima oleh individu berupa dukungan emosi,

informasi, penilaian dan dukungan instrumental berupa bantuan praktis dan

konkrit sehingga membuatnya merasa nyaman secara fisik dan psikologis.

Dukungan keluarga dalam penelitian ini berasal dari orangtua dan saudara.

2. Jenis Dukungan Keluarga

Friedman (2010) mengemukakan empat jenis dukungan keluarga, yaitu

dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penilaian.


15

a. Dukungan Emosional (Emotional or Esteem Support)

Jenis dukungan emosi mencakup ungkapan simpati, empati, cinta,

kepercayaan, penghargaan, kepedulian dan pandangan positif dan

semangat/dorongan terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan

emosional ini memberikan rasa nyaman dan jaminan/kepastian akan

perasaan disayang dan dimiliki saat ada tekanan hidup. Keluarga sebagai

tempat yang aman, damai untuk beristirahat dan membantu anggota

keluarga dalam penguasaan emosi. Saat remaja menghadapi persoalan

tidak merasakan sendirian dalam menanggung beban, tetapi masih ada

orang lain yang mau mendengar keluhan serta membantu dalam

menghadapi solusi. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk

istrahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi bagi

remaja.

b. Dukungan Instrumental (Tangible or Instrumental Support)

Jenis dukungan mencakup bantuan yang diberikan secara langsung atau

nyata terhadap persoalan yang dihadapi. Bantuan yang diberikan keluarga

dapat berupa bantuan praktis dan konkrit. Bantuan konkrit misalnya

memenuhi kebutuhan ekonomi (uang) seperti uang jajan, atau menghibur

saat individu mengalami stres, menyediakan obat saat remaja sakit.

Bantuan praktis seperti memberikan waktu bagi remaja agar dapat

beristirahat setelah lelah melakukan aktifitas di luar rumah.


16

c. Dukungan Informasional (Informational Support)

Jenis dukungan mencakup pemberian nasehat, pengarahan, ide, petunjuk,

saran, atau umpan balik mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu

dan mengatasi persoalan yang dihadapi. Dukungan ini dapat dilakukan

dengan memberi informasi yang dibutuhkan oleh seseorang. Keluarga

dianggap mampu menjadi sumber dan penyebar informasi bagi anggota

keluarga.

d. Dukungan Penilaian (Appraisal Support)

Dukungan ini akan memberikan rasa keanggotaan sebagai anggota

keluarga (identitas keluarga), membimbing dan memberikan solusi saat

menghadapi masalah. Penilaian adalah bentuk penghargaan yang diberikan

keluarga kepada remaja berdasarkan kondisi sebenarnya. Penilaian ini bisa

positif dan negatif. Dukungan keluarga yang sangat membantu adalah

penilaian positif.

B. BULLYING

1. Pengertian Pelaku Bullying

Menurut Coloroso (2008), bullying adalah tindakan yang dilakukan

secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk membahayakan, menimbulkan

ketakutan dan menciptakan teror kepada korban. Bullying dapat diartikan juga

sebagai tindakan yang disengaja, melukai korban, dan terjadi secara berulang kali.

Bullying dilakukan oleh orang yang memiliki kekuatan yang lebih dibanding

korban (Hymel dan Swearer dalam AASA, 2009). Menurut Yayasan Sejiwa
17

(2008) bullying adalah sebuah keadaan yang didalamnya terjadi penyalahgunaan

kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok. Pelaku bullying

biasanya kuat secara fisik dan mental. Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa perilaku bullying adalah perilaku agresif yang disengaja, sadar

serta berulang kali, yang bertujuan untuk menyakiti korban baik fisik maupun

psikis.

Pelaku bullying memulai dan berperan aktif dalam melakukan bullying

fisik, verbal dan relasi kepada korban. Pelaku bullying lebih rentan mengalami

penyalahgunaan obat dan alkohol, simtom-simtom gangguan jiwa dikemudian

hari, kesulitan mematuhi aturan, dan penyesuaian sosial yang buruk (Stein dkk,

2006). Akibat lain seperti bolos dari sekolah, dikeluarkan dari sekolah, melakukan

pencurian, merusak properti, terlibat dalam perkelahian, membawa senjata, dan

dapat menjadi seorang pelaku kriminal (Nishina dalam AASA, 2009). Pelaku

bullying memiliki beberapa ciri seperti suka mendominasi/menguasi orang lain,

memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, sulit untuk

memahami situasi dari sudut pandang orang lain, hanya fokus pada keinginan dan

kesenangannya semata dan tidak mempedulikan keinginan, hak dan perasaan

orang disekitarnya. Selain yang sudah disebutkan, karakter lain seperti melukai

individu lain saat tidak ada orang dewasa lain disekitar, mencari korban yang

lebih lemah dibanding dirinya, tidak bertanggung jawab atas tindakannya, sangat

membutuhkan perhatian, tidak memikirkan konsekuensi dari perilakunya di masa

depan, dan menggunakan kesalahan, kritikan untuk melemahkan korban

(Coloroso, 2008).
18

2. Unsur-Unsur Bullying

Menurut Coloroso (2008) dalam bullying akan terdapat beberapa unsur

yaitu:

a. Bullying terjadi karena ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku bullying

biasanya lebih besar, tua, kuat, pandai bicara, status sosial lebih tinggi

dibanding korban.

b. Bullying mempunyai tujuan untuk melukai korban yang dapat

mengakibatkan luka fisik dan emosi. Pelaku berharap setiap tindakan yang

dilakukannya bertujuan untuk melukai korban dan merasakan kesenangan

saat menyaksikan korban terluka. Bullying tidak termasuk dalam kegiatan

yang tidak disengaja dan kesalahan seperti tindakan yang ceroboh, salah

mengucapkan kata.

c. Bullying merupakan perilaku agresif yang berkelanjutan dan mengancam.

Pelaku dan korban bullying saling mengetahui bahwa bullying dapat dan

mungkin terjadi kembali.

d. Bullying juga dapat dianggap sebagai teror ketika bullying meningkat ke

tahap berikutnya karena tidak dapat diredam lagi. Bullying dianggap

sebagai kejahatan yang sistematis dan digunakan untuk mengintimidasi

serta mempertahankan kekuasaan.

3. Jenis-Jenis Bullying

Jenis dan wujud bullying dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu

bullying fisik, bullying non-fisik atau bullying verbal, dan bullying

mental/psikologis (Coloroso, 2008).


19

a. Bullying fisik ini paling nyata dan mudah dikenali oleh mata seperti

menampar, meludahi, memukul, menarik baju, menjewer, menendang,

mencekik, memalak, menjegal, merusak pakaian dan barang-barang milik

korban. Pada bullying fisik ini terjadi sentuhan fisik antara pelaku dan

korban bullying. Individu yang sering melakukan jenis bullying ini lebih

mungkin untuk menjadi pelaku kriminal dikemudian hari.

b. Bullying non-fisik ini dikenal juga dengan bullying verbal. Bullying ini

lebih mudah bersifat menghancurkan semangat korban. Pelaku dapat

dengan cepat melakukan bullying verbal ini dan tidak menyakitkan tetapi

bagi korban sangat memungkinkan menjadi bahaya yang mengancam.

Jenis bullying ini dapat dikenali melalui indra pendengaran seperti

memaki, menghina, memfitnah, menebar gosip, memberi julukan nama,

menuduh, meneriaki, mengejek, meremehkan, mempermalukan teman di

depan umum.

c. Bullying mental/psikologis/relasi dianggap jenis bullying yang paling

berbahaya dan sulit terdeteksi dari luar. Bullying jenis ini dapat

mengurangi harga diri korban secara sistematis melalui menolak,

mengisolasi, menghindari dan tidak menganggap kehadiran korban dalam

satu kelompok. Contoh dari bullying relasi ini adalah memandang sinis,

mencibir, mengucilkan, mendiamkan, memandang yang bertujuan untuk

merendahkan, memelototi, meneror lewat pesan singkat telepon genggam

(short message service/SMS) atau surat elektonik (email). Semua perilaku


20

yang bersifat memanipulasi atau merusak hubungan dengan orang lain

termasuk ke dalam bullying relasional.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bullying

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan bullying, yaitu:

a. Media

Media menjadi alat penyampaian informasi. Terdapat tiga efek kekerasan

dari media. Pertama, anak yang lebih sering melihat kekerasan di media

lebih mudah menerima sikap agresif dan anak menjadi berperilaku lebih

agresif pada teman sebaya. Kedua, tingkat keparahan dari agresifitas yang

ditampilkan pada media yang semakin luas dapat meningkatkan kekerasan

pada anak. Ketiga, anak yang senang melihat kekerasan di media

mempersepsikan dunia kekerasan, dimana seseorang harus melawan untuk

bertahan, sehingga anak mengembangkan ketakutan menjadi korban dalam

dunia tersebut dan anak mengembangkan kebutuhan untuk melawan dan

melakukan kekerasan pada orang lain (Benítez dan Justicia, 2006).

b. Sekolah

Remaja menghabiskan waktu lebih dari 7 jam dalam sehari di sekolah.

Sekolah mengarahkan bagaimana remaja dalam berperilaku (Sarwono,

2006). Sekolah diharapkan menjadi tempat yang aman bagi remaja untuk

belajar dan bersosialisasi. Pihak sekolah sering sekali tidak tahu mengenai

adanya bullying dan apabila pihak sekolah mengetahui bullying, bullying

dianggap sebagai kenakalan biasa aja dan tidak menimbulkan dampak


21

yang serius. Pelaku bullying sering tidak mendapat hukuman dari pihak

sekolah (Tumon, 2014)

c. Teman Sebaya

Teman sebaya merupakan hal yang penting bagi remaja karena sebagian

besar waktu dihabiskan bersama teman sebaya. Remaja dapat menjadi

pelaku bullying apabila pengaruh teman sebaya. Teman sebaya di

lingkungan sekolah adalah pertemanan yang paling berpengaruh terhadap

bullying. Remaja melakukan bullying karena memiliki teman yang sudah

melakukan bullying dan supaya diterima oleh kelompok (Tumon, 2014).

Memiliki teman-teman yang nakal merupakan indikator awal dari

perkembangan perilaku kekerasan anak. Remaja yang melakukan

kekerasan dan berhubungan dengan teman sebaya yang memiliki perilaku

yang sama akan menguatkan perilaku antisosial remaja. Berkelompok

dengan teman sebaya dengan masalah sosial seperti jarang hadir di

sekolah, kurang dapat bergaul dengan siswa lain dan guru, kurang

berkomitmen dengan studinya memiliki pengaruh negatif dari sekolahnya

(Benítez dan Justicia, 2006).

d. Keluarga

Beberapa aspek dalam keluarga sebagai faktor pendukung perilaku

kekerasan, yaitu:

1. Apabila di dalam keluarga orangtua sering bertengkar sehingga kurang

atau tidak memiliki kasih sayang dan kehangatan serta cenderung keras

pada anak dapat memicu anak melampiaskan kesalahannya dengan


22

menjadi pelaku bullying (Stevens, Bourdeaudhuij, dan Oost dalam

Tumon, 2014).

2. Kekacauan keluarga seperti berubahnya peran secara tradisional,

ketidakhadiran salah satu orangtua, kurangnya perhatian. Kondisi

keluarga yang berantakan ditandai dengan adanya pertengkaran, konflik

terus menerus sehingga keadaan rumah tidak stabil. Remaja akan

melihat, mengamati dan memahami bahwa perdamaian, ketentraman

dan kerukunan tidak ada dalam keluarganya. Keadaan seperti ini

membuat remaja tidak merasakan perhatian, kehangatan kasih sayang,

ketentraman, kenyamanan dalam keluarga. Akibat dari kondisi ini,

remaja mencari kasih sayang dan perhatian dari pihak lain, salah

satunya dengan melakukan kenakalan di luar rumah (Dariyo, 2004).

3. Metode membesarkan anak yang longgar, tidak konsisten, pemberian

hukuman yang berlebihan dan kurangnya pengawasan dari orangtua.

Apabila orangtua menerapkan disiplin yang tegas, keras, tidak mau

kompromi dan tidak mengenal belas kasihan, remaja akan patuh di

hadapan orangtua saja. Kepatuhan ini bersifat semu. Apabila remaja

tidak sedang berada di depan orangtua, remaja akan melakukan

tindakan negatif sebagai bentuk protes (Dariyo, 2004).

4. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua. Remaja

cenderung tidak betah tinggal di rumah apabila orangtuanya selalu

bertengkar dan tidak ada kedamaian didalam rumah. Remaja dapat

melarikan diri dari keadaan rumah ini dengan cara melakukan kegiatan
23

negatif dan tidak sesuai dengan norma masyarakat yang merusak

perkembangan pribadinya (Dariyo, 2004).

C. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Menurut Golinko (Rice dan Dolgin, 2008) “remaja” berasal dari bahasa

latin yaitu „adolescere’ yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.

Secara lebih luas dalam tahap perkembangannya, Hurlock (2006) mengemukakan

bahwa masa remaja mencakup pada proses menuju kematangan kognitif,

psikososial dan fisik. Kematangan kognitif yang dicapai remaja seperti remaja

mampu membedakan dan membandingkan hal yang satu dengan hal yang lain,

remaja mampu menghubungkan suatu peristiwa yang satu dengan yang lain, dan

remaja mampu mengolah cara berpikir sehingga mampu memunculkan suatu ide

baru.

Kematangan psikososial yang dicapai remaja seperti cara remaja

berhubungan dengan orang lain dan menyatakan emosi secara unik. Kematangan

fisik seperti terjadinya perubahan pada bentuk tubuh, tinggi badan, dan berat

badan, serta menuju pada kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Di

Indonesia, Sarwono (2006) mendefinisikan masa remaja sebagai masa peralihan

dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami

sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Batasan usia remaja Indonesia yaitu

11 sampai 24 tahun.
24

Monks, Knoers, dan Haditono (2000) memberikan batasan usia masa

remaja adalah masa diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa

remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja

akhir. Peneliti menetapkan dalam penelitian ini subjek yang dipakai adalah remaja

tengah yang berusia 15-18 tahun. Pada masa ini remaja membutuhkan pendidikan

dari orangtua untuk membimbing remaja dalam masa pertumbuhannya.

Dibutuhkan komunikasi yang baik antara orangtua dengan remaja agar

mengarahkan remaja mengembangkan bakatnya. Perhatian, kepercayaan dan

tanggung jawab dari orangtua mampu mendukung remaja mendaptkan jalan

terbaik. Apabila kurang mendapat kasih sayang dan perhatian dapat menyebabkan

remaja melakukan hal-hal negatif (Dariyo, 2004).

2. Ciri-Ciri Masa Remaja

Setiap individu pasti mengalami masa remaja dalam hidupnya. Menurut

Hurlock (2006) remaja usia 12-18 tahun memiliki beberapa ciri seperti masa

remaja sebagai periode yang penting, masa peralihan, masa periode perubahan,

masa mencari identitas, dan ambang masa dewasa.

a. Masa yang penting dan masa peralihan

Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan psikologis. Fisik dan mental

mengalami perubahan yang cepat dan penting. Remaja harus

meninggalkan masa kanak-kanak dan menuju ke masa dewasa. Segala hal

yang bersifat kekanak-kanakan ditinggalkan dan mempelajari sikap dan


25

perilaku orang dewasa. Remaja bukan lagi seorang anak dan bukan

sebagai orang dewasa dan diharapkan bertindak sesuai umurnya.

b. Masa perubahan

Seiring dengan perubahan fisik, remaja juga mengalami perubahan sikap

dan perilaku dengan cepat. Perubahan yang dialami remaja mencakup 4

hal, yaitu:

1. Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat

perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Remaja sangat peka dan

mudah tersinggung perasaannya.

2. Perubahan tubuh, minat, peran yang diharapkan oleh kelompok

sosial untuk diperankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja

muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih

sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya.

Remaja akan tetap menghadapi masalah, sampai remaja

menyelesaikan dengan sendiri berdasarkan kepuasannya.

3. Seiring berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai juga

berubah. Apa yang dianggap penting pada masa kanak-kanak setelah

hampir dewasa tidak dianggap penting lagi.

4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap

perubahan. Remaja menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi

mereka sering tidak bertanggung jawab akan akibat dari perilakunya.


26

c. Masa mencari identitas

Masa remaja mencari identitas berupa usaha untuk menjelaskan siapa

dirinya, apa peranan remaja dalam masyarakat. Seiring berjalannya waktu,

remaja mulai menginginkan identitas diri yang jelas dan tidak puas lagi

dengan teman-teman dalam segala hal.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah

masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja

laki-laki maupun perempuan. Terdapat dua alasan mengapa remaja

mengalami kesulitan, yaitu:

1. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian besar

diselesaikan oleh orangtua dan guru-guru, sehingga kebanyakan

remaja tidak berpengalaman dalam menghadapi masalah.

2. Karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga menolak bantuan

orangtua dan guru-guru.

e. Ambang masa dewasa

Remaja berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa sehingga

memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang

dewasa seperti merokok, minum miras, menggunakan obat-obatan

terlarang
27

D. DUKUNGAN KELUARGA DAN BULLYING

Bullying adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang

bertujuan untuk membahayakan, menimbulkan ketakutan dan menciptakan teror

kepada korban (Coloroso, 2008). Biasanya bullying dilakukan oleh individu yang

memiliki kekuatan lebih tinggi dibanding korban dan dilakukan secara berulang

kali (Baron dan Byrne, 2009).

Bullying dapat terjadi karena ada ketidakseimbangan kekuasaan antara

pelaku dengan korban. Bullying dapat melukai korban secara fisik dan emosi, dan

bullying dapat dianggap sebagai teror oleh korban apabila dilakukan secara terus

menerus dan sistematis. Bullying memiliki tiga jenis yaitu bullying fisik, verbal

dan relasi (Coloroso, 2008).

Bullying tidak akan terjadi tanpa ada pihak yang terlibat didalamnya.

Para pelaku bullying memiliki beberapa karakteristik yang sama secara umum,

seperti sangat membutuhkan perhatian, memiliki ego yang kuat sehingga kurang

dapat berempati, sulit untuk memahami situasi dari sudut pandang orang lain,

hanya fokus pada keinginan dan kesenangannya semata dan tidak mempedulikan

keinginan, hak dan perasaan orang disekitarnya (Coloroso, 2008).

Pelaku melakukan bullying dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor

keluarga, sekolah, teman sebaya (Tumon, 2014). Kehidupan di keluarga sangat

mempengaruhi bagaimana anak berinteraksi di luar rumah. Faktor dari keluarga

yang dapat menjadikan anak melakukan bullying adalah kurang kehangatan dan

keterlibatan dari orangtua, orangtua yang acuh tak acuh terhadap anak sehingga

anak tidak memiliki batasan untuk berperilaku, kurang pengawasan dari orangtua,
28

mengalami kekerasan, orangtua yang jadi model dalam bullying, dan menjadi

korban dari saudara yang lebih tua (Menesini dalam AASA, 2009).

Bullying mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang terjadi di rumah.

Apabila orangtua tidak memberikan panduan atau bimbingan yang cukup

mengenai perilaku positif maka anak akan melakukan bullying di luar rumah

(Hidayati, 2012). Anak yang kurang perhatian dari keluarga dapat melakukan

bulling di luar rumah (Coloroso, 2008).

Dari kondisi keluarga yang sudah disebutkan sebelumnya, dapat

dipahami bahwa fungsi keluarga itu sangat beragam. Salah satu fungsi keluarga

adalah menyediakan dukungan sosial bagi anggota keluarga dalam kehidupan

sehari-hari. Dukungan sosial diartikan sebagai sumber emosi, informasi atau

pendampingan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar individu untuk

menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam

kehidupan (Kail dan Cavanaugh, 2000). Dukungan sosial sangat diperlukan oleh

setiap individu didalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan

semakin dibutuhkan pada saat seseorang sedang mengalami masalah, disinilah

peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat

(Efendi, 2009).

Dukungan keluarga ini mencakup empat hal yaitu dukungan emosional,

informasional, instrumental, dan penilaian. Remaja akan mendapatkan dukungan

emosi seperti kasih sayang, perhatian, dan menjadi tempat menceritakan segala

kesuh kesah. Dukungan informasi mengenai segala sesuatu yang dibutuhkan

remaja seperti nasehat, bagaimana mengatasi persoalan yang dihadapi, apakah


29

menyelesaikan masalah menggunakan kekerasan (bullying) atau tanpa kekerasan.

Dukungan instrumental yaitu keluarga memenuhi segala kebutuhan ekonomi

berupa kebutuhan. Biasanya pelaku melakukan bullying untuk mendapatkan hal

yang tidak dipenuhi oleh keluarga seperti uang, barang-barang yang diinginkan

(Hidayati, 2012). Dukungan penilaian seperti keluarga memberikan penghargaan

kepada remaja atas kondisi tertentu seperti prestasi, memberikan kasih sayang dan

perhatian (Friedman dalam Setiadi, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) didapatkan hasil bahwa ada

perbedaan bullying antara remaja yang mendapat dukungan keluarga dengan

remaja yang tidak mendapat dukungan keluarga. Remaja yang mendapat

dukungan keluarga melakukan bullying lebih rendah dibanding remaja yang tidak

mendapat dukungan keluarga.


30

E. KERANGKA BERPIKIR

Remaja

Perkembangan Perkembangan Perkembangan


fisik psikososial kognitif

Bullying

Faktor-faktor yang
mempengaruhi bullying

- D.Emosional
- D.Instrumental
Media Sekolah Teman Keluarga - D.Informasional
Sebaya
- D. Penilaian

- Tidak beri panduan/bimbingan


yang cukup mengenai perilaku
positif
- Tidak memenuhi kebutuhan
- Tidak memberikan informasi
yang benar dan tepat waktu
- Tidak terjalin komunikasi yang
baik
- Tidak memberikan perhatian

Gambar 1 Kerangka Berpikir


31

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur penting didalam penelitian ilmiah

karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah

penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif karena

penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dukungan keluarga pada remaja

pelaku bullying. Menurut Hadi (2000) metode deskriptif merupakan metode yang

bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karakteristik

mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Dalam pengolahan dan analisis

data digunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif. Data deskriptif ini

didapat melalui skala dukungan keluarga dan bullying.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel merupakan konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada

subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif maupun kualitatif

(Azwar, 2010). Sesuai dengan judul tersebut di atas, maka terdapat satu variabel

dalam penelitian ini. Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah

dukungan keluarga pada remaja pelaku bullying.

31
32

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Bullying adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti korban meliputi

bullying fisik seperti tindakan memukul, menjewer, menarik baju, dll; bullying

verbal seperti meremehkan kemampuan teman, mempermalukan teman didepan

umum, memandang sinis dll; bullying relasi seperti menggosipkan teman,

meneror teman, memandang teman dengan penuh ancaman, mengucilkan teman,

dll.

Dukungan keluarga pada remaja pelaku bullying adalah perhatian yang

diterima oleh remaja berupa dukungan emosional seperti mendengarkan pendapat,

mendengarkan keluhan, peduli dengan kesulitan yang dihadapi, tidak mencurigai

segala kegiatan, saran yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, dll; dukungan

instrumental seperti hiburan saat kondisi tertekan, memenuhi kebutuhan makanan,

pakaian, uang, dll; dukungan informasional seperti memberikan informasi

mengenai bahaya kekerasan, saran agar tidak meniru kekerasan dan melakukan

kekerasan saat beinteraksi dengan teman, dll; dukungan penilaian seperti

menghargai prestasi yang diperoleh, bimbingan saat ada masalah, dll.

Dukungan keluarga diukur dengan skala I yang disusun oleh peneliti

berdasarkan penjelasan Friedman (2010). Bullying diukur dengan skala II yang

disusun oleh peneliti berdasarkan penjelasan Coloroso (2008).

C. POPULASI, SAMPEL DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Menyadari

luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki penulis, maka subjek
33

penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan

sampel. Sampel adalah sebahagian dari populasi yang merupakan penduduk yang

jumlahnya kurang dari populasi (Hadi, 2000). Populasi penelitian ini adalah SMA

yang ada di Pematangsiantar. Karakteristik subjek penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Remaja yang melakukan bullying

2. Tinggal bersama orangtua (tidak indekos).

Remaja yang tinggal bersama orangtua sering berinteraksi dengan

orangtuanya. Sehingga komunikasi antara remaja dengan orangtuanya secara

langsung lebih banyak daripada remaja yang tinggal indekos. Remaja yang

tinggal bersama orangtua masih mendapatkan pantauan langsung dari

orangtuanya, sehingga hal ini berpengaruh terhadap kebebasan yang dimiliki

remaja. Segala kegiatan yang dilakukan remaja masih dalam pantauan oleh

orangtua.

3. Berpendidikan SMA.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Sejiwa (2008)

ditemukan bahwa tingkat kekerasan di SMA lebih tinggi diibanding di SMP

di tiga kota besar Indonesia, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Oleh

karena itu, peneliti memilih tingkat SMA. Menurut Coloroso (2008) bullying

biasa terjadi di sekolah saat berada di tingkat SMA

4. Bertempat tinggal di Pematangsiantar.

Pematangsiantar adalah kota terbesar kedua di Sumatera Utara setelah kota

Medan. Secara umum kasus-kasus bullying di Pematangsiantar ada yang


34

dimuat di beberapa koran dan peneliti mengetahui hal tersebut sehingga

peneliti tertarik untuk meneliti bullying di Pematangsiantar. Selain hal itu,

peneliti lebih mudah menjangkau sekolah yang ada di Pematangsiantar

dibanding daerah lain yang ada di Sumatera Utara.

2. Jumlah Sampel Penelitian

Sugiarto (2001) berpendapat bahwa untuk penelitian yang akan

menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah

30, walaupun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti lain menganggap bahwa

sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum. Menurut Azwar (2010),

tidak ada angka yang dikatakan dengan pasti, karena secara tradisional statistika

menganggap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah 120 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode nonprobability sampling, dengan teknik accidental sampling. Teknik

accidental sampling yaitu sampel yang diperoleh dari keadaan yang

insidental/kebetulan dijumpai dan sesuai dengan ciri karakteristik subjek

penelitian yang telah ditentukan (Hadi, 2000). Teknik ini juga digunakan

dikarenakan peneliti tidak mengetahui jumlah populasi remaja pelaku bullying.


35

D. ALAT UKUR PENELITIAN


Pengumpulan data penelitian kuantitatif dilakukan dengan mengukur

dengan menggunakan alat ukur atau instrument. Alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini adalah skala. Skala adalah suatu cara pengumpulan data dengan

memberikan daftar pertanyaan yang telah disediakan kepada responden

menyangkut fakta dan pendapat responden. Pertanyaan yang akan diajukan akan

berupa pernyataan dalam Skala Likert. Skala Likert (Sugiyono, 2010) digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan sikap seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan.

Penjelasan lebih rinci mengenai skala yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Skala Dukungan Keluarga

Skala dukungan keluarga yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh

peneliti berdasarkan penjelasan Friedman (2010). Ada empat jenis dukungan

keluarga yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan

informasional dan dukungan penilaian.


36

Tabel 3.1 Blue Print Skala Dukungan Keluarga Sebelum Uji Coba
Jenis Nomor aitem Jumlah Persentase
Favorable Unfavorable
Dukungan 7, 8, 11, 12, 14, 20, 21, 23, 24, 13 25%
emosional 15, 16 35, 36
Dukungan 5, 22, 29, 30 39, 13, 17, 37, 38, 13 25%
instrumental 40 50, 51, 52
Dukungan 1, 2, 9, 10, 25, 18, 19, 41, 42, 13 25%
informasional 26, 27, 28, 33
Dukungan 3, 4, 5, 31, 32, 43, 44, 46, 47 13 25%
penilaian 34, 45, 48, 49
Total 30 22 52 100%

Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable dan unfavorable.

Penilaian bergerak dari 3 sampai 0 untuk aitem-aitem yang favorable dan 0

sampai 3 untuk aitem-aitem yang unfavorable. Dibawah ini tabel penilaian skala

dukungan keluarga.

Tabel 3.2 Penilaian Skala Dukungan Keluarga


Pilihan Jawaban Bentuk Pernyataan
Favorable Unfavorable
SS (Sangat Sesuai) 3 0
S (Sesuai) 2 1
TS (Tidak Sesuai) 1 2
Sangat Tidak Sesuai (STS) 0 3

Semakin tinggi skor yang dicapai subjek berarti semakin banyak

dukungan keluarga yang dimiliki oleh subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor

yang dicapai subjek maka semakin sedikit dukungan keluarga yang dimiliki oleh

subjek.

Dari skor yang diperoleh, maka dilakukan kategorisasi nilai berdasarkan norma

pada tabel berikut ini:


37

Tabel 3.3 Kategorisasi Norma Nilai Dukungan Keluarga


Rentang Nilai Kategorisasi
X <( - 1,0 σ) Rendah
- 1,0 σ) ≤ X < + 1,0 σ Sedang
Tinggi
X≥ + 1,0 σ)
Keterangan tabel 3.3 :
: mean
σ : standar deviasi

Interpretasi pengkategorian dukungan keluarga tinggi, sedang, rendah

adalah:

a. Dukungan keluarga tinggi artinya remaja menerima dukungan keluarga

seperti dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penilaian

dengan nilai x ≥ 84.

b. Dukungan keluarga sedang artinya remaja menerima dukungan

keluarga seperti dukungan emosional, instrumental, informasional, dan

penilaian dengan nilai 42 ≤ x < 84.

c. Dukungan keluarga rendah artinya remaja menerima dukungan

keluarga seperti dukungan emosional, instrumental, informasional, dan

penilaian dengan nilai x < 42.

2. Skala Bullying

Skala bullying yang digunakan dalam penelitian ini dibuat peneliti sendiri

berdasarkan penjelasan Coloroso (2008). Ada tiga jenis dari bullying yaitu

bullying fisik, bullying verbal, dan bullying relasi.


38

Tabel 3.4 Blue Print Skala Bullying Sebelum Uji Coba


Jenis Bullying Indikator Perilaku No.Aitem Jumlah Persentase

Bullying fisik - Melakukan 1 3 15%


tindakan fisik
seperti (memukul,
menendang,
menampar
- Memalak 15
- Merusak barang 10
Bullying - Menghina 17, 20 9 45%
verbal - Menebar gosip 16
- Memberi julukan 13
nama
- Menuduh 12
- Meneriaki 11
- Mengejek 6
- Meremehkan 2
- Mempermalukan 5
di depan umum
Bullying relasi - Memandang sinis 8 8 40%
- Mengucilkan 9, 14, 19
- Mendiamkan 18
- Memandang 7
penuh ancaman
- Memelototi 3
- Meneror lewat 4
pesan telepon
genggam atau
email atau media
sosial
Total 100%

Skala perilaku bullying mneggunakan skala model likert. Skala ini terdiri

dari pernyataan dengan menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu tidak pernah,

kadang-kadang, sering, dan selalu. Penilaian untuk respon yang diberikan subjek

untuk setiap aitem berturut-turut adalah 0,1,2,3. Semakin tinggi skor yang

diperoleh subjek berarti semakin tinggi bullying yang dilakukan oleh subjek.
39

Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah

bullying yang dilakukan oleh subjek.

Dari skor yang diperoleh, maka dilakukan kategorisasi nilai berdasarkan norma

pada tabel berikut ini:

Tabel 3.5 Kategorisasi Norma Nilai Bullying


Rentang Nilai Kategorisasi
X< - 1,0 σ Rendah
- 1,0 σ ≤ X < + 1,0 σ Sedang
Tinggi
X ≥ + 1,0 σ
Keterangan tabel 3.5 :
: mean
σ : standar deviasi

Interpretasi pengkategorian bullying tinggi, sedang, rendah adalah:

a. Bullying tinggi artinya remaja selalu melakukan bullying seperti

bullying fisik, verbal dan relasi.

b. Bullying sedang artinya remaja sering melakukan bullying seperti

bullying fisik, verbal dan relasi.

c. Bullying rendah artinya remaja kadang-kadang atau tidak pernah

melakukan bullying seperti bullying fisik, verbal dan relasi.

E. VALIDITAS, UJI DAYA BEDA DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

1. Validitas dan Uji Daya Beda Alat Ukur

Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan


40

fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan

pengukuran (Azwar, 2013).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas isi.

Validitas isi adalah penilaian secara subjektif mengenai kelayakan suatu aitem

atau skala oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan mengenai masalah yang

diajukan (Litwin, 2003). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat

pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional lewat professional judgment

(Azwar, 2000).

Pada pengujian validitas isi professional dalam hal ini dosen pembimbing

menilai apakah penampilan instrumen penelitian telah meyakinkan dan

memberikan kesan mampu mengungkapkan variabel yang hendak diukur,

selanjutnya dalam proses professional judgment isi instrumen juga diuji apakah

representatif terhadap ciri-ciri atribut yang hendak diukur melalui seleksi item

instrumen yang relevan.

Setelah skala dukungan keluarga dan bullying diuji coba pada sejumlah

subjek, maka peneliti akan melakukan uji daya beda aitem untuk mendapatkan

aitem yang valid dan memenuhi persyaratan. Dalam uji daya beda aitem pada

skala dukungan keluarga dan bullying, peneliti menggunakan Pearson Product

Moment (Azwar, 2010). Pengolahan data menggunakan program SPSS Versi 16.0.

for Windows sehingga diperoleh aitem yang valid. Menurut Azwar (2013), aitem

yang memiliki koefisien korelasi rix ≥ 0,3 dianggap aitem yang validitasnya

memuaskan.
41

2. Reliabilitas Alat Ukur

Menurut Azwar (2010) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat

kekonsistenan atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna

kecermatan pengukuran (Azwar, 2010). Untuk mengetahui reliabilitas alat ukur

dalam penelitian ini menggunakan teknik Cronbach Alpha dengan menggunakan

program SPSS Versi 16.0. for Windows.

Dalam aplikasinya, angka reliabilitas berada dalam rentang 0 sampai

dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 maka

semakin tinggi reliabilitas alat ukur. Pada umumnya koefisien reliabilitas telah

dianggap memuaskan bila koefisien alpha mencapai minimal 0,900 (Azwar,

2010).

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, terlebih dahulu

dilakukan uji coba untuk mengukur kualitas dari aitem-aitem yang telah disusun.

Uji coba dilaksanakan pada tanggal 16 April 2015 di SMA Negeri 4

Pematangsiantar. Peneliti menyebarkan 68 skala dan diperoleh 60 skala yang

dapat dianalisis, sedangkan 8 skala tidak dapat dianalisis karena subjek tidak

tinggal bersama keluarga (indekos). Peneliti melakukan analisis uji coba dengan

menggunakan program SPSS Versi 16.0. for Windows untuk melihat daya beda

aitem. Menurut Azwar (2013), semua aitem yang mencapai koefisien korelasi 0,3

dianggap aitem yang validitasnya memuaskan. Semakin tinggi koefisien korelasi


42

maka aitem tersebut semakin baik. Dalam penelitian ini, koefisien korelasi yang

digunakan adalah 0,3.

1. Skala Dukungan Keluarga

Hasil uji coba Skala Dukungan Keluarga menghasilkan 42 aitem yang

valid dari 52 aitem yang diuji cobakan. Empat puluh dua aitem yang valid akan

digunakan dalam penelitian, memiliki indeks diskriminasi yang berkisar antara rix

= 0,450 sampai 0,880 (N = 60) dan reliabilitas sebesar 0,972. Sebanyak 10 aitem

yang dinyatakan tidak valid yaitu aitem nomor 2, 3, 4, 12, 13, 16, 25, 28, 34, dan

40 dikarenakan tidak memenuhi indeks diskriminasi r ix ≥ 0,3.

Tabel 3.6 Blue Print Skala Dukungan Keluarga Setelah Uji Coba
Aspek Nomor aitem Jumlah Persentase
Favorable Unfavorable
Dukungan 7, 8, 11, 12, 14, 20, 21, 23, 24, 13 25%
emosional 15, 16 35, 36
Dukungan 5, 22, 29, 30 39, 13, 17, 37, 38, 13 25%
instrumental 40 50, 51, 52
Dukungan 1, 2, 9, 10, 25, 18, 19, 41, 42, 13 25%
informasional 26, 27, 28, 33
Dukungan 3, 4, 6, 31, 32, 43, 44, 46, 47 13 25%
penilaian 34, 45, 48, 49
Total 30 22 52 100%
Keterangan tabel 3.6:
Nomor aitem yang ditebalkan berarti memiliki daya beda rendah dan
merupakan aitem yang gugur

Aitem-aitem yang valid ini kemudian disusun kembali dengan melakukan

penomoran ulang untuk dijadikan alat pengumpulan data penelitian yang

sebenarnya. Penomoran kembali ini, dapat dilihat dari tabel berikut :


43

Tabel 3.7 Penomoran Kembali Skala Dukungan Keluarga Setelah Uji Coba
Aspek Nomor aitem Jumlah Persentase
Favorable Unfavorable
Dukungan 4, 5, 8, 9, 10 14, 15, 17, 18, 11 26.2%
emosional 26, 27
Dukungan 2, 16, 21, 22, 11, 28, 29, 40, 11 26.2%
instrumental 30 41, 42
Dukungan 1, 6, 7, 19, 20, 12, 13, 31, 32 10 23.8%
informasional 25
Dukungan 3, 23, 24, 35, 33, 34, 36, 37 10 23.8%
penilaian 38, 39
Total 21 21 42 100%

2. Skala Bullying

Hasil uji coba Skala Bullying menghasilkan 16 aitem yang valid dari 20

aitem yang diuji cobakan. Enam belas aitem yang valid akan digunakan dalam

penelitian, memiliki indeks diskriminasi yang berkisar antara rix = 0,465 sampai

0,681 (N = 60) dan reliabilitas sebesar 0,884. Sebanyak 4 aitem yang dinyatakan

gugur yaitu aitem nomor 3, 6, 13, dan 20 dikarenakan tidak memenuhi indeks

diskriminasi rix ≥ 0,3.


44

Tabel 3.8 Blue Print Skala Bullying Setelah Uji Coba


Jenis Bullying Indikator Perilaku No.Aitem Jumlah Persentase

Bullying fisik - Melakukan 1 3 15%


tindakan fisik
seperti (memukul,
menendang,
menampar
- Memalak 15
- Merusak barang 10
Bullying - Menghina 17, 20 9 45%
verbal - Menebar gosip 16
- Memberi julukan 13
nama
- Menuduh 12
- Meneriaki 11
- Mengejek 6
- Meremehkan 2
- Mempermalukan 5
di depan umum
Bullying relasi - Memandang sinis 8 8 40%
- Mengucilkan 9, 14, 19
- Mendiamkan 18
- Memandang penuh 7
ancaman
- Memelototi 3
- Meneror lewat 4
pesan telepon
genggam atau
email atau media
sosial
Total 100%
Keterangan tabel 3.8:
Nomor aitem yang ditebalkan berarti memiliki daya beda rendah dan
merupakan aitem yang gugur

Aitem-aitem yang valid ini kemudian disusun kembali dengan melakukan

penomoran ulang untuk dijadikan alat pengumpulan data penelitian yang

sebenarnya. Penomoran kembali ini, dapat dilihat dari tabel berikut :


45

Tabel 3.9 Penomoran Kembali Skala Bullying Setelah Uji Coba


Jenis Bullying Nomor Aitem Jumlah Persentase
Bullying fisik 1, 8, 12 3 18,75%

Bullying verbal 2, 4, 9, 10, 13, 14 6 37,5%


Bullying relasi 3, 5, 6, 7, 11, 15, 16 7 43,75%

Total 16 100%

G. PROSEDUR PELAKSAAN PENELITIAN

1. Tahap Persiapan Penelitan

Ada beberapa tahapan yang perlu dipersiapkan peneliti sebelum

melakukan penelitian, seperti:

a. Mengumpulkan konsep teori mengenai dukungan keluarga dan bullying.

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan mempelajari konsep teori yang

berkaitan dengan dukungan keluarga dan bullying pada remaja pelaku bullying.

b. Rancangan instrumen penelitian

Pada tahap ini peneliti merancang dua skala yang digunakan dalam

penelitian yaitu skala dukungan keluarga dan skala bullying. Kedua skala ini

dicetak dalam bentuk booklet pada kertas ukuran A4.

i. Skala Dukungan Keluarga memiliki 42 aitem dengan pilihan jawaban

sebanyak 4.

ii. Skala Bullying memiliki 16 aitem dengan pilihan jawaban sebanyak 4.

c. Langkah selanjutnya yaitu menentukan sekolah di Kota Pematangsiantar

untuk menjadi tempat penelitian berdasarkan fenomena bullying yang ada di

sekolah. Kemudian peneliti mengurus proses perizinan dari Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara yang ditujukan kepada SMA Negeri 4


46

Pematangsiantar sebagai tempat melakukan pengambilan data uji coba. Dua

sekolah sebagai tempat pengambilan data yaitu SMA Negeri 3 Pematangsiantar

dan SMA Swasta Kampus Pematangsiantar.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan SMA

Swasta Kampus Pematangsiantar dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Peneliti mendapatkan izin dari SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan SMA

Swasta Kampus Pematangsiantar.

2. Kedua sekolah tersebut lebih mudah dijangkau peneliti dibanding

sekolah lain yang ada di Pematangsiantar. Selain letak kedua sekolah

yang tidak berjauhan, perbedaan status sekolah yaitu negeri dan swasta

juga membuat peneliti memilih kedua sekolah tersebut.

3. Belum pernah diadakan penelitian tentang “Gambaran Dukungan

Keluarga Pada remaja Pelaku Bullying”.

d. Uji Coba Alat Ukur

Sebelum digunakan untuk penelitian yang sesungguhnya, terlebih dahulu

dilakukan uji coba terhadap skala yang akan digunakan. Tahap uji coba dilakukan

untuk mencari validitas dan reliabilitas alat ukur. Untuk uji coba, dipilih subjek

dengan ciri-ciri yang sama dengan subjek penelitian.

Uji coba dilaksanakan pada tanggal 16 April 2015 di SMA Negeri 4

Pematangsiantar. Peneliti diarahkan oleh seorang wakil kepala sekolah untuk

menentukan kelas mana yang pada saat itu bersedia mengisi skala penelitian

dengan cara peneliti meminta izin kepada guru bidang studi yang sedang

mengajar. Setelah guru tersebut memberikan izin, peneliti kembali menanyakan


47

kepada subjek penelitian apakah bersedia atau tidak untuk mengisi skala

penelitian.

Tabel 3.10 Representasi Subjek Pada Uji Coba Alat Ukur


Nama Kelas Jumlah siswa Skala
Sekolah Keseluruhan Absen Izin Indekos yang
keluar dipakai
SMA N 4 X-7 36 12 2 3 19
Pematang XI-IA1 39 10 3 3 23
Siantar XI-IS3 34 9 5 2 18
Total 109 31 10 8 60

Dari tabel 3.10 dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 68 skala yang

diberikan kepada subjek penelitian, ada 60 skala yang dapat dianalisis karena

sesuai dengan kriteria subjek penelitian.

e. Revisi Alat Ukur

Setelah skala penelitian lulus dalam uji validitas dan reliabilitas, maka

item dalam skala disusun kembali. Selanjutnya, aitem yang lulus penyaringan

dijadikan alat pengumpulan data pada sampel yang sesungguhnya.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian untuk memperoleh data yang sesungguhnya dilakukan setelah

diperoleh alat ukur yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Penelitian

dilaksanakan dengan menyebarkan skala dukungan keluarga dan bullying pada

remaja yang telah memenuhi kriteria populasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Skala diberikan kepada subjek penelitian yaitu remaja yang bersekolah di SMA
48

Negeri 3 Pematangsiantar pada tanggal 29 April 2015 dan SMA Swasta Kampus

Pematangsiantar pada tanggal 30 April 2015.

Peneliti diarahkan oleh seorang guru BK di SMA Negeri 3

Pematangsiantar dan seorang wakil kepala sekolah di SMA Swasta Kampus

Pematangsiantar untuk menentukan kelas mana yang pada saat itu bersedia

mengisi skala penelitian dengan cara peneliti meminta izin kepada guru bidang

studi yang sedang mengajar. Setelah guru tersebut memberikan izin, peneliti

kembali menanyakan kepada subjek penelitian apakah bersedia atau tidak untuk

mengisi skala penelitian.

Tabel 3.11 Representasi Subjek Pada Pelaksanaan Penelitian


Nama Kelas Jumlah siswa Skala yang
Sekolah Keseluruhan Absen Izin Indekos dipakai
Keluar
SMA N 3 X-11 32 3 4 5 20
XI-IA5 36 3 5 6 22
XI-IS2 37 4 6 12 15
SMA X-3 31 2 5 4 20
Swasta XI-IA2 32 3 2 6 21
Kampus XI-IS1 33 3 5 3 22
Total 201 18 27 36 120

Dari tabel 3.11 dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 156 skala yang

diberikan kepada subjek penelitian, ada 120 skala yang dapat dianalisis karena

sesuai dengan kriteria subjek penelitian.


49

3. Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah skala terkumpul seluruhnya.

Kemudian data yang diperoleh akan diolah menggunakan bantuan program SPSS

16.0 for Windows.

4. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah remaja yang

menjadi pelaku bullying. Ketika mengisi skala mengenai bullying, maka subjek

akan mendapatkan sumber informasi yang baru mengenai bentuk-bentuk dari

bullying. Untuk menjaga agar subjek tidak melakukan hal-hal seperti yang ada

pada skala bullying, maka peneliti memberikan penjelasan singkat mengenai

bullying setelah subjek selesai mengisi skala penelitian dengan tujuan agar subjek

tidak melakukan bullying saat bersosialisasi dengan teman sebaya.

H. METODE ANALISIS DATA

Hadi (2000) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisa dan

menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan

disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga

semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh. Hadi

(2000) menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam penelitian deskriptif didasari

oleh angka yang diolah tidak terlalu mendalam. Pengolahan data didasarkan pada

analisis persentase dan analisis kecenderungan.


50

Metode atau teknik statistik yang digunakan untuk pengolahan data

dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Deskriptif ini digunakan untuk

mengetahui mean, standar deviasi (SD), nilai minimum dan nilai maksimum.

Teknik ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum dukungan keluarga.

Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan

program SPSS 16.0 for Windows.


51

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian.

Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek

penelitian, diikuti dengan uraian gambaran dukungan keluarga, dan bullying pada

remaja pelaku bullying.

A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN

Populasi penelitian adalah remaja pelaku bullying yang berada di tingkat

SMA. Subjek penelitian adalah siswa siswi SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan

SMA Swasta Kampus Pematangsiantar yang berjumlah 120 orang yang sesuai

dengan karakateristik subjek penelitian.

Dari 120 orang yang terpilih, maka gambaran subjek mengenai jenis

kelamin akan dijelaskan pada tabel berikut ini.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
Laki-laki 52 43,3%
Perempuan 68 56,7%
Total 120 100%

Berdasarkan pada tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah subjek yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 52 orang (43,3%) dan subjek yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 68 orang (56,7%).

51
52

2. Gambaran Subjek Penelitian Melakukan Bullying

Peneliti menggunakan skala bullying untuk menggambarkan bullying

pada remaja pelaku bullying. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa

keseluruhan subjek yang ikut berpartisipasi adalah subjek yang melakukan

bullying. Skala bullying terdiri dari 16 aitem dengan rentang nilai berkisar 0-3

sehingga menghasilkan nilai tertinggi 48 dan nilai terendah 0.

Tabel 4.2 Gambaran Mean, Nilai Minimum dan Maksimum Bullying


Mean Empirik Mean Hipotetik
N Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Total 120 10 48 25,88 11,34 0 48 24 8
Valid N 120

Berdasarkan pada tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah subjek yang diteliti

adalah 120 orang. Perbandingan antara mean empirik ( = 25,88) dan mean

hipotetik ( = 24) menunjukkan bahwa mean empirik lebih tinggi dari mean

hipotetik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai mean subjek

penelitian di lapangan lebih tinggi dari mean secara teoritik.

B. HASIL PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan utama dalam penelitian ini, maka data dianalisis

secara deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah dukungan keluarga

pada remaja pelaku bullying.


53

a. Uji Normalitas

Sebelum melakukan kategorisasi, asumsi bahwa skor subjek pada

kelompok merupakan estimasi terhadap skor subjek dalam populasi dan bahwa

skor subjek dalam populasi telah terdistribusi normal harus terpenuhi. Data diuji

dengan menggunakan One Sample Kolmogorov- Smirnov untuk mengetahui

apakah data telah terdistribusi secara normal. Menurut Hadi (2000), kaidah yang

digunakan yaitu jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas (p) di bawah 0,05,

sebaran data tidak normal. Sedangkan, apabila nilai probabilitas (p) di atas 0,05,

data yang diuji tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan data normal

baku, sehingga sebaran data normal. Hasil uji normalitas data penelitian dari skala

dukungan keluarga pada remaja pelaku bullying dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian dari Skala Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga
Kolmogorov-Smirnov Z 0,902
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,391

Berdasarkan tabel 4.3, diperoleh nilai Z sebesar 0,902 dan nilai

signifikansi (p) sebesar 0,391. Karena nilai p > 0,05, data dalam penelitian ini

terdistribusi secara normal. Dengan demikian, subjek penelitian dapat

dikategorikan ke dalam tiga kategori berdasarkan model distribusi normal, yaitu

dukungan keluarga tinggi, dukungan keluarga sedang, dukungan keluarga rendah.


54

1. Hasil Utama Penelitian

Hasil utama penelitian ini berupa gambaran dukungan keluarga pada

remaja pelaku bullying. Dukungan keluarga pada remaja pelaku bullying akan

dikategorikan ke dalam tiga kategori berdasarkan model distribusi normal, yaitu

dukungan keluarga tinggi, dukungan keluarga sedang, dukungan keluarga rendah.

a. Gambaran bullying berdasarkan kategorisasi bullying

Pada penelitian ini, subjek digolongkan ke dalam tiga kategorisasi yaitu

tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokan subjek penelitian ke dalam masing-

masing kelompok didasarkan pada kategorisasi nilai menurut norma pada tabel

3.5 (Azwar, 2013). Dalam skala bullying terdapat 16 aitem yang masing-masing

aitemnya diberi skor mulai dari 0 sampai 3. Skor terbesar adalah 16 × 3 = 48 dan

skor terendah adalah 16 × 0 = 0. Maka rentang skor skala sebesar 48 – 0 = 48.

Hasil rentang skor dibagi dalam 6 satuan deviasi skor standart sehingga diperoleh

σ = 48 / 6 = 8, dan mean teoritisnya adalah = 16 × 1,5 = 24. Berdasarkan tabel

3.5 maka diperoleh kategorisasi bullying sebagai berikut:

Tabel 4.4 Kategorisasi Norma Nilai Bullying Berdasarkan Nilai Hipotetik


Kategorisasi Rentang Nilai Jumlah Persentase
(orang) (%)
Rendah X < 16 50 41,6%
Sedang 16 ≤ X < 32 38 31,7%
Tinggi X ≥ 32 32 26,7%
Total 120 100%

Berdasarkan pada tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah subjek yang

melakukan bullying kategori rendah sebanyak 50 orang (41,6%), jumlah subjek


55

yang melakukan bullying kategori sedang sebanyak 38 orang (31,7%), jumlah

subjek yang melakukan bullying kategori tinggi sebanyak 32 orang (26,7%).

b. Gambaran umum dukungan keluarga pada remaja pelaku bullying

Sebelum dipaparkan cara pengkategorian subjek ke dalam kelompok

subjek yang memiliki dukungan keluarga tinggi, yang memiliki dukungan

keluarga sedang, yang memiliki dukungan keluarga rendah, pada tabel 4.5

disajikan deskripsi umum skor dukungan keluarga pada remaja pelaku bullying,

yang meliputi skor minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi. Skala

dukungan keluarga terdiri dari 42 aitem dengan rentang nilai berkisar 0-3

sehingga menghasilkan nilai tertinggi 126 dan nilai terendah 0.

Tabel 4.5 Gambaran Mean, Nilai Minimum dan Maksimum Dukungan Keluarga
Data Empirik Data Hipotetik
N Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Total 120 29 106 72,42 23,72 0 126 63 21
Valid N 120

Berdasarkan pada tabel 4.5 diketahui bahwa jumlah subjek yang diteliti

adalah 120 orang. Perbandingan antara mean empirik ( = 72,42) dan mean

hipotetik ( = 63) menunjukkan bahwa mean empirik lebih tinggi dari mean

hipotetik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai mean subjek

penelitian di lapangan lebih tinggi dari mean secara teoritik.

Pada penelitian ini, subjek digolongkan ke dalam tiga kategorisasi yaitu

tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokkan subjek penelitian ke dalam masing-

masing kelompok didasarkan pada kategorisasi nilai menurut norma pada tabel
56

3.3 (Azwar, 2013). Dalam skala dukungan keluarga terdapat 42 aitem yang

masing-masing aitemnya diberi skor mulai dari 0 sampai 3. Skor terbesar adalah

42 × 3 = 126 dan skor terendah adalah 42 × 0 = 0. Maka rentang skor skala

sebesar 126 – 0 = 126. Hasil rentang skor dibagi dalam 6 satuan deviasi skor

standart sehingga diperoleh σ = 126 / 6 = 21, dan mean teoritisnya adalah = 42

× 1,5 = 63. Berdasarkan tabel 3.3 maka diperoleh kategorisasi bullying sebagai

berikut:

Tabel 4.6 Kategorisasi Norma Nilai Dukungan Keluarga Berdasarkan


Nilai Hipotetik
Rentang Nilai Kategorisasi Jumlah (orang) Persentase (%)
X < 42 Rendah 50 41,6%
42 ≤ X < 84 Sedang 38 31,7%
X ≥ 84 Tinggi 32 26,7%
Total 120 100%

Berdasarkan pada tabel 4.6 diketahui bahwa jumlah subjek yang memiliki

dukungan keluarga yang rendah sebanyak 50 orang (41,6%), jumlah subjek yang

memiliki dukungan keluarga yang sedang sebanyak 38 orang (31,7%), jumlah

subjek yang memiliki dukungan keluarga yang tinggi sebanyak 32 orang (26,7%).

c. Gambaran dukungan keluarga berdasarkan kategori bullying

Tabel 4.7 Gambaran Dukungan Keluarga Berdasarkan Kategori Bullying


Dukungan keluarga Rendah Sedang Tinggi Jumlah

Bullying
Rendah 0 4 46 50
Sedang 0 31 7 38
Tinggi 28 4 0 32
57

Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang melakukan

bullying tingkat rendah dan mendapatkan dukungan keluarga yang sedang

sebanyak 4 orang, sedangkan yang mendapat dukungan keluarga yang tinggi

sebanyak 46 orang. Jumlah subjek yang melakukan bullying tingkat sedang dan

mendapatkan dukungan keluarga yang sedang sebanyak 31 orang, sedangkan

yang mendapat dukungan keluarga yang tinggi sebanyak 7 orang. Jumlah subjek

yang melakukan bullying tingkat tinggi dan mendapatkan dukungan keluarga

yang rendah sebanyak 28 orang, sedangkan yang mendapat dukungan keluarga

yang sedang sebanyak 4 orang.

d. Gambaran dukungan keluarga berdasarkan jenis dan kategori

bullying

Tabel 4.8 Gambaran Dukungan Keluarga Berdasarkan Jenis Bullying


Dukungan keluarga Rendah Sedang Tinggi

Jenis Bullying
Fisik Rendah 0 2 21
Sedang 1 18 27
Tinggi 27 20 4
Verbal Rendah 0 4 31
Sedang 2 30 21
Tinggi 26 6 0
Relasi Rendah 0 4 24
Sedang 0 20 28
Tinggi 28 16 0

Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa remaja yang mendapat dukungan

keluarga yang rendah rata-rata melakukan ketiga jenis bullying pada tingkat yang

tinggi. Remaja yang mendapat dukungan keluarga yang sedang rata-rata


58

melakukan ketiga jenis bullying pada tingkat yang sedang. Remaja yang mendapat

dukungan keluarga yang tinggi rata-rata melakukan ketiga jenis bullying pada

tingkat yang rendah.

2. Hasil Tambahan Penelitian

Penelitian ini juga memperoleh beberapa hasil tambahan yang dapat

memperkaya hasil penelitian

a. Gambaran dukungan keluarga pada remaja pelaku bullying

berdasarkan empat jenis dukungan keluarga

Gambaran dukungan keluarga pada remaja pelaku bullying dapat dilihat

melalui jenis-jenis dukungan keluarga yaitu dukungan emosional, dukungan

instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian. Dari 120 subjek

penelitian ini, diperoleh skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar

deviasi pada tiap jenis-jenis dukungan keluarga yang dapat dilihat pada tabel 4.9

berikut.

Tabel 4.9 Gambaran Dukungan Keluarga Berdasarkan Empat Jenis


Dukungan Keluarga
Jenis Dukungan Keluarga N Min Max Mean SD
Dukungan Emosional 120 6 30 19,2 6,8
Dukungan Instrumental 120 5 30 18,7 6,4
Dukungan Informasional 120 4 27 17,4 5,9
Dukungan Penilaian 120 4 28 17,1 6,2

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa mean dukungan

emosional (19,2), dukungan instrumental (18,7), dukungan informasional (17,4),

dan dukungan penilaian (17,1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa


59

dukungan emosional paling banyak didapatkan oleh subjek penelitian dibanding

dukungan instrumental, dukungan informasional dan dukungan penilaian.

b. Kategorisasi dukungan keluarga pada remaja pelaku bullying

berdasarkan empat jenis dukungan keluarga

Gambaran dukungan keluarga berdasarkan jenis-jenisnya juga dapat

dikategorikan berdasarkan setiap jenis. Dari 120 subjek yang digunakan dalam

penelitian ini, maka akan diperoleh skor minimum, skor maksimum, mean, dan

standar deviasi pada empat jenis dukungan keluarga yang dapat dilihat pada tabel

4.10 berikut.

Tabel 4.10 Pengkategorian Dukungan Keluarga Berdasarkan Empat Jenis


Dukungan Keluarga
Jenis Dukungan Rentang Nilai Kategorisasi Frekuensi Persentase
Keluarga (orang) (%)
Dukungan X < 11 Rendah 26 21,6%
Emosional 11 ≤ X < 22 Sedang 41 34,2%
X ≥ 22 Tinggi 53 44,2%
Jumlah 120 100%
Dukungan X < 11 Rendah 18 15%
Instrumental 11 ≤ X < 22 Sedang 52 43,3%
X ≥ 22 Tinggi 50 41,7%
Jumlah 120 100%
Dukungan X < 10 Rendah 17 14,2%
Informasional 10 ≤ X < 20 Sedang 45 37,5%
X ≥ 20 Tinggi 58 68,3%
Jumlah 120 100%
Dukungan X < 10 Rendah 20 16,6%
Penilaian 10 ≤ X < 20 Sedang 48 40%
X ≥ 20 Tinggi 52 43,4%
Jumlah 120 100%
60

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat pada jenis dukungan emosional,

kategori rendah sebanyak 26 orang (21,6%), kategori sedang sebanyak 41 orang

(34,2%), kategori tinggi 53 orang (44,2%). Pada jenis dukungan instrumental,

kategori rendah sebanyak 18 orang (15%), kategori sedang sebanyak 52 orang

(43,3%), kategori tinggi 50 orang (41,7%). Pada jenis dukungan informasional,

kategori rendah sebanyak 17 orang (14,2%), kategori sedang sebanyak 45 orang

(37,5%), kategori tinggi 58 orang (68,3%). Pada jenis dukungan penilaian,

kategori rendah sebanyak 20 orang (16,6%), kategori sedang sebanyak 48 orang

(40%), kategori tinggi 52 orang (43,4%).

c. Gambaran bullying berdasarkan jenis kelamin

Gambaran bullying berdasarkan jenis kelamin pada remaja pelaku bullying

dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.11 Gambaran Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Bullying
Kelamin N Min Max Mean Rendah Sedang Tinggi
Laki-laki 52 10 47 25,6 20 21 11
Perempuan 68 10 48 26,1 30 17 21

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa mean pada siswa perempuan yaitu

sebesar 26,1 lebih tinggi dari pada mean siswa laki-laki yaitu sebesar 25,6. Hal ini

berarti bahwa pada subjek perempuan lebih tinggi melakukan bullying dibanding

laki-laki. Tabel 4.10 juga menunjukkan bahwa subjek penelitian berjenis kelamin

laki-laki yang melakukan bullying kategori rendah sebanyak 20 orang, kemudian

yang melakukan bullying kategori sedang sebanyak 21 orang dan yang melakukan
61

bullying kategori tinggi sebanyak 11 orang. Sedangkan subjek berjenis kelamin

perempuan yang melakukan bullying kategori rendah sebanyak 30 orang,

kemudian yang melakukan bullying kategori sedang sebanyak 17 orang dan yang

melakukan bullying kategori tinggi sebanyak 21 orang.

d. Gambaran bullying berdasarkan tiga jenis bullying

Gambaran bullying dapat dilihat melalui jenis-jenis bullying yaitu bullying

fisik, bullying verbal, dan bullying relasi. Dari 120 subjek penelitian ini, diperoleh

skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi pada tiap jenis-jenis

bullying yang dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12 Gambaran Bullying Berdasarkan Tiga Jenis Bullying


Jenis Bullying N Min Max Mean SD
Bullying fisik 120 0 9 4,7 2,3
Bullying verbal 120 2 15 8,4 3,7
Bullying relasi 120 3 21 11,5 5,2

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa mean bullying relasi

yang paling tinggi dibanding mean bullying verbal dan mean bullying fisik. Tabel

4.10 juga menunjukkan bahwa mean bullying fisik (4,7), bullying verbal (8,4), dan

bullying relasi (12,8). Hal ini berarti bahwa bullying relasi paling sering dilakukan

oleh subjek penelitian dibanding bullying verbal dan bullying fisik.


62

e. Kategorisasi bullying pada remaja pelaku bullying berdasarkan jenis

kelamin

Gambaran bullying berdasarkan jenis-jenisnya juga dapat dikategorikan

berdasarkan jenis kelamin. Dari 120 subjek yang digunakan dalam penelitian ini,

maka akan diperoleh skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi

pada tiga jenis bullying yang dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13 Pengkategorian Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kategorisasi Kategorisasi Jumlah dan Persentase
Bullying Laki- Persen Perempuan Persen
laki tase tase
Bullying X < 3 Rendah 9 39,1% 14 60,9%
Fisik 3≤X<6 Sedang 20 44,4% 25 55,6%
X≥6 Tinggi 23 44,2% 29 55,8%
Bullying X < 6 Rendah 15 44,1% 19 55,9%
Verbal 6 ≤ X < 12 Sedang 22 43,1% 29 56,9%
X≥6 Tinggi 15 42,8% 20 57,2%
Bullying X < 7 Rendah 12 42,8% 16 57,2%
Relasi 7 ≤ X < 14 Sedang 24 52,1% 22 47,9%
X ≥ 14 Tinggi 16 34,7% 30 65,3%

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa pada jenis bullying fisik,

kategori rendah laki-laki sebanyak 9 orang (39,1%) dan perempuan sebanyak 14

orang (60,9%). Kategori sedang laki-laki sebanyak 20 orang (44,4%) dan

perempuan sebanyak 25 orang (55,6%). Kategori tinggi laki-laki sebanyak 23

orang (44,2%) dan perempuan sebanyak 29 orang (55,8%).

Pada jenis bullying verbal, kategori rendah laki-laki sebanyak 15 orang

(44,1%) dan perempuan sebanyak 19 orang (55,9%). Kategori sedang laki-laki

sebanyak 22 orang (43,1%) dan perempuan sebanyak 29 orang (56,9%). Kategori


63

tinggi laki-laki sebanyak 15 orang (42,8%) dan perempuan sebanyak 20 orang

(57,2%).

Pada jenis bullying relasi, kategori rendah laki-laki sebanyak 12 orang

(42,8%) dan perempuan sebanyak 16 orang (57,2%). Kategori sedang laki-laki

sebanyak 24 orang (52,1%) dan perempuan sebanyak 22 orang (47,9%). Kategori

tinggi laki-laki sebanyak 16 orang (34,7%) dan perempuan sebanyak 30 orang

(65,3%).

f. Gambaran pengaruh media terhadap bullying

Pengaruh media terhadap perilaku bullying dapat dilihat pada jawaban

subjek pada skala I aitem nomor 6, 7, dan 8.

Tabel 4.14 Gambaran Pengaruh Media Terhadap Bullying


Jawaban Aitem 6 Aitem 7 Aitem 8
Subjek
Orangtua Saudara menyarankan Orangtua melarang
menyarankan saya saya untuk tidak meniru saya memainkan
untuk tidak meniru kekerasan yang beredar permainan yang
kekerasan yang di media massa memuat kekerasan
beredar di media (misalnya pembegalan) (misalnya smack
massa (misalnya down, grand theft
pembegalan) auto)

TS 40 orang 30 orang 32 orang


STS 8 orang 10 orang 14 orang

Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa sebanyak 48 orang (40%) subjek tidak

setuju dengan pernyataan bahwa orangtua mereka menyarankan agar tidak meniru

kekerasan yang beredar di media massa, sebanyak 40 orang (33,3%) subjek tidak

setuju dengan pernyataan bahwa saudara mereka menyarankan agar tidak meniru

kekerasan yang beredar di media massa, dan sebanyak 46 orang (38,3%) subjek
64

tidak setuju dengan pernyataan bahwa orangtua melarang mereka memainkan

permainan yang memuat kekerasan.

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil utama penelitian didapatkan bahwa mean empirik

bullying lebih tinggi dari mean hipotetik menunjukkan bahwa bullying sudah

terjadi di SMA Negeri 3 dan SMA Swasta Kampus Pematangsiantar tetapi

kebanyakan subjek melakukan bullying pada tingkat yang rendah. Hal yang sama

terjadi pada dukungan keluarga yang diterima oleh subjek. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa mean empirik dukungan keluarga lebih tinggi dari mean

hipotetik menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang didapatkan remaja

tergolong tinggi.

Secara umum subjek yang melakukan bullying tingkat rendah

mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi, subjek yang melakukan bullying

kategori sedang mendapatkan dukungan keluarga yang sedang, dan subjek pelaku

bullying kategori tinggi mendapatkan dukungan keluarga yang rendah. Namun

ada 15 orang subjek yang tidak mengalami hal demikian dalam penelitian ini.

Sebanyak 4 orang subjek yang mendapat dukungan keluarga yang sedang

namun melakukan bulllying kategori rendah dan sebanyak 7 orang subjek yang

mendapat dukungan keluarga yangg tinggi namun melakukan bullying kategori

sedang. Ada 4 orang subjek yang mendapat dukungan keluarga yang sedang

namun melakukan bullying kategori tinggi. Hal ini dapat dipahami karena faktor
65

yang mempengaruhi remaja melakukan bullying bukan hanya faktor keluarga saja,

melainkan ada faktor media, sekolah, teman sebaya (Benítez dan Justicia, 2006).

Gambaran dukungan keluarga pada remaja pelaku bullying dapat

dipahami melalui penjelasan berikut ini. Pada remaja pelaku bullying kategori

tinggi mendapat dukungan keluarga yang rendah karena orangtua pelaku bullying

tidak memberikan panduan atau bimbingan yang cukup mengenai cara berperilaku

positif kepada remaja (Hidayati, 2012). Apabila subjek tidak mendapatkan

dukungan keluarga maka subjek tidak merasa diperhatikan, bernilai, disayangi

(Sarafino dan Smith, 2011).

Faktor lain dalam keluarga yang dapat mendukung remaja melakukan

bullying adalah tanggapan orangtua yang menilai bullying sesuatu yang wajar dan

biasa dilakukan oleh remaja (Ardiyansyah dan Gusniarti, 2009). Sama halnya

dengan penelitian ini, hasil penelitian Rigby (2003) juga memperlihatkan pelaku

bullying biasanya tidak mendapatkan dukungan penuh dari keluarga. Bullying

sudah dianggap sebagai kenyataan sehari-hari yang alamiah sehingga bullying

dapat terjadi begitu lama. Banyak lingkungan yang menganggap bahwa bullying

merupakan masalah yang sepele dan bagian dari proses tumbuh-kembang anak

(Yayasan Sejiwa, 2008).

Orangtua yang tidak konsisten menerapkan disiplin kepada anak maka

anak akan patuh dihadapan orangtua saja. Orangtua yang kurang mengawasi

keberadaan anaknya turut mempengaruhi apakah anak melakukan bullying atau

tidak (Benítez dan Justicia, 2006). Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh

anak karena anak membutuhkan nasihat, saran, masukan, rasa dihargai, rasa
66

dipedulikan oleh anggota keluarga. Anak yang memperoleh dukungan keluarga

akan bertumbuh menjadi anak yang baik sesuai masa pertumbuhannya dibanding

anak yang tidak memperoleh dukungan keluarga (Friedman dalam Setiadi, 2008).

Kurangnya perhatian dan kasih sayang yang didapatkan anak dalam keluarga

sehingga ia mencari sumber kasih sayang dan perhatian dari pihak lain, salah

satunya dengan melakukan kenakalan di luar rumah (Coloroso, 2008). Keadaan

seperti ini yang terjadi pada remaja pelaku bullying kategori sedang.

Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pendidikan moral

bagi remaja. Apabila keluarga memberikan dukungan keluarga maka akan

membantu remaja untuk mengembangkan kemampuan untuk peduli dan

melakukan hal-hal baik (Coloroso, 2008). Remaja akan merasa aman saat

hubungan kuat dengan orangtua sehingga memiliki dukungan penuh dari

orangtua. Saat remaja merasakan tekanan emosional maka orangtua memberikan

tempat yang aman dan mendukung remaja agar mencapai kemandirian (Papalia,

Olds dan Feldman, 2009).

Apabila remaja berada di lingkungan yang memberikan rasa aman, maka

remaja mampu memberikan gambaran diri yang positif di sekolah maupun di

rumah. Remaja akan tumbuh menjadi individu yang percaya diri, mampu

beradaptasi dengan lingkungan, menghargai diri sendiri dan orang lain, mampu

berpikir jernih (Papalia, Olds dan Feldman, 2009). Keadaan ini bisa ditemui pada

remaja pelaku bullying kategori rendah.

Penjelasan lain yang dapat menjelaskan fenomena bullying pada remaja

dapat dijelaskan melalui penjelasan berikut ini. Remaja merupakan individu


67

menuju kematangan kognitif, psikososial dan fisik. Remaja mengalami peralihan

dari masa anak ke masa dewasa. Remaja membutuhkan pendidikan dan

bimbingan dari orangtua. Apabila remaja kurang mendapat kasih sayang dan

perhatian dapat mengarahkan remaja melakukan hal-hal negatif seperti bullying

(Dariyo, 2004).

Remaja mengalami perubahan seperti meningginya emosi sehingga

remaja sangat peka dan mudah tersinggung perasaannya. Remaja tidak puas lagi

dengan teman-teman dalam segala hal (Hurlock, 2006). Ketika dukungan tidak

diperoleh, maka remaja merasakan sendirian dalam menanggung beban saat

menghadapi persoalan. Tidak ada orang lain yang mau mendengar keluhan serta

membantu dalam menemukan solusi (Papalia, Olds dan Feldman, 2009). Keadaan

ini mendukung remaja untuk melakukan bullying.

Dari keempat jenis dukungan keluarga, dukungan emosi memiliki mean

yang paling tinggi dibanding jenis dukungan keluarga yang lainnya karena

penyedia dukungan emosional adalah juga individu yang dapat diandalkan

sebagai penyedia dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan

penilaian (House dalam Cohen dan Syme, 1985). Media juga turut mempengaruhi

remaja bagaimana berinteraksi dengan teman sebaya. Apabila remaja lebih sering

melihat kekerasan di media lebih mudah menerima sikap agresif sehingga remaja

menjadi berperilaku lebih agresif pada teman sebaya (Benítez dan Justicia, 2006).

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 48 orang (40%) remaja yang

melakukan bullying karena orangtua tidak memberikan saran kepada remaja agar

tidak meniru kekerasan yang beredar di media massa, sebanyak 40 orang (33,3%)
68

remaja melakukan bullying karena saudara tidak memberikan saran kepada remaja

agar tidak meniru kekerasan yang beredar di media massa, dan sebanyak 46 orang

(38,3%) remaja melakukan bullying karena orangtua tidak melarang remaja

memainkan permainan yang memuat kekerasan.

Berdasarkan jenis bullying yang dilakukan oleh subjek maka bullying

relasi menempati posisi paling atas diikuti bullying verbal kemudian bullying

fisik. Hal ini dapat dipahami dengan penjelasan bahwa bullying relasi terjadi saat

remaja berinteraksi dengan teman sebayanya dan remaja lebih banyak

menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman sebaya dibanding dengan

keluarga (Papalia, Olds dan Feldman, 2009). Jenis bullying ini paling sulit

dideteksi karena tidak dapat diamati secara langsung oleh mata atau telinga jika

tidak cukup hati-hati mendeteksinya (Yayasan Sejiwa, 2008). Sedangkan bullying

verbal dan fisik mudah dikenali lewat indra pendengaran dan penglihatan

(Coloroso, 2008).

Bila ditinjau dari jenis kelamin, remaja berjenis kelamin perempuan

mempunyai mean yang lebih tinggi dibanding laki-laki pada setiap jenis bullying.

Menurut Coloroso (2008) bullying verbal sama-sama dilakukan oleh laki-laki dan

perempuan. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa bullying verbal lebih

banyak dilakukan oleh perempuan karena subjek penelitian lebih banyak

perempuan dibanding laki-laki.


69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan

hasil yang diperoleh pada penelitian ini. Pada bagian pertama akan diuraikan

kesimpulan dari penelitian ini, kemudian akan dilanjutkan dengan saran praktik

dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi peneliti yang akan datang

yang berhubungan dengan penelitian ini.

A. KESIMPULAN

Berikut ini akan dipaparkan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan

pengolahan dan analisis data.

1. Remaja pelaku bullying pada umumnya mendapatkan dukungan keluarga

yang rendah.

2. Perilaku bullying paling banyak dilakukan tergolong pada kategori rendah

yakni subjek kadang-kadang melakukan bullying secara fisik, verbal, dan

relasi. Sebagian subjek lainnya menunjukkan perilaku bullying tergolong

sedang dan tinggi.

3. Remaja yang melakukan bullying tingkat rendah mendapatkan dukungan

keluarga yang lebih tinggi dibanding dengan remaja yang melakukan

bullying tingkat sedang dan tinggi.

4. Remaja yang mendapat dukungan keluarga tinggi melakukan bullying

yang rendah, remaja yang mendapat dukungan keluarga sedang melakukan

69
70

bullying yang sedang, dan remaja yang mendapat dukungan keluarga

rendah melakukan bullying yang tinggi.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukakan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Saran Praktis

Peneliti juga menyampaikan beberapa saran praktis yang diharapkan

dapat berguna bagi remaja pelaku bullying dan keluarga remaja pelaku bullying,

khususnya di SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan SMA Swasta Kampus

Pematangsiantar.

a. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa remaja yang melakukan

bullying kategori tinggi pada umumnya mendapatkan dukungan keluarga

yang rendah. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada orangtua dan

saudara agar meningkatkan dukungan keluarga agar bullying dapat

diminimalkan.

b. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dukungan penilaian

merupakan dukungan keluarga yang paling rendah dirasakan oleh subjek,

kemudian diikuti dengan dukungan informasional, dukungan instrumental

dan dukungan emosional. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada

orangtua dan saudara subjek untuk meningkatkan penilaian yang positif

kepada subjek seperti prestasi yang diperoleh, arahan saat prestasi

menurun, penghargaan atas keberhasilan yang diperoleh, membimbing


71

saat remaja menemukan masalah sampai solusi ditemukan. Dukungan

informasional dapat ditingkatkan orangtua dan saudara dengan cara

mendiskusikan bahaya dari kekerasan kepada subjek, menyarankan untuk

tidak meniru kekerasan yang ada di media massa dan tidak menggunakan

kekerasan fisik saat berinteraksi dengan teman di sekolah. Dukungan

instrumental dapat ditingkatkan orangtua dan saudara dengan cara

memperhatikan kebutuhan ekonomi yang subjek perlukan, memberikan

uang sesuai yang subjek perlukan, saran yang diberikan sesuai dengan

masalah yang dihadapi, memberikan penghiburan saat subjek dalam

kondisi tertekan. Dukungan emosional dapat ditingkatkan orangtua dan

saudara dengan cara menghargai subjek dalam kehidupan sehari-hari,

melarang memainkan permainan yang memuat kekerasan, mendengarkan

keluhan yang disampaikan subjek, peduli akan kesulitan yang dihadapi

remaja, memberikan kepercayaan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh

subjek dan diiringi dengan pengawan yang cukup.

2. Saran Metodologis

Penelitian ini tidak luput dari kekurangan baik secara metodologis

ataupun secara praktis. Oleh karena itu peneliti menyampaikan beberapa saran

metodologis yang diharapkan nantinya dapat menjadi bahan masukan untuk

peneliti selanjutnya, yaitu:


72

a. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain seperti dukungan

teman sebaya untuk memperoleh data yang komprehensif mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying.

b. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan sampel yang lebih bervariasi

seperti mulai dari tingkat SD, SLTP, dan SMA agar dapat diperoleh

gambaran dukungan keluarga pada pelaku bullying dari berbagai usia.

c. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang dukungan

keluarga pada remaja pelaku bullying, diharapkan menggunakan

pendekatan penelitian gabungan antara kuantitatif dengan kualitatif agar

data yang tidak dapat diungkapkan melalui penelitian kuantitatif dapat

digali melalui penelitian kualitatif. Data mengenai keluarga yang dapat

diungkap melalui pendekatan kualitatif seperti lingkungan keluarga yang

tidak harmonis seperti sering terjadi pertengkaran antara suami istri yang

dilakukan di depan anak-anak, orangtua yang menggunakan kekerasan

fisik saat berinteraksi dengan anak, anak menjadi korban bullying dalam

keluarga, anak yang terlalu dimanjakan oleh orangtua.


73

DAFTAR PUSTAKA

American Association of School Administrators (AASA). (2009). Bullying At


School & Online Quick Facts For Parents. Diunduh dari
https://www.education.com.
Ardiyansyah, A.A & Gusniarti, U. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Bullying Pada Remaja. Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Budaya,
Universitas Islam Indonesia. Diunduh dari psychology.uii.ac.id.
Azwar, S. (2010). Dasar - Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron, R., & Byrne, D. (2009). Social Psychology (12th ed). Boston: Pearson
Education.
Benítez, J.L., & Justicia, F. (2006). Bullying: Description and analysis of the
phenomenon. Journal of Research in Educational Psychology, Vol.4, No.2,
151-170. Diunduh dari www.investigacion-psicopedagogica.org.

Carney, J.V. (2008). Perceptions of bullying and associated trauma during


adolescence. Journal of Associate Professor of Counselor Education, Vol.
11, No.3, 179-188. Diunduh dari https://www.schoolcounselor.org.
Cohen, Sheldon & Syme, S. Leonard. (1985). Social Support and Health. Florida:
Academic Press Inc.
Coloroso, Barbara. (2008). The Bully, the Bullied, and the Bystander. New York:
Harper Collins.
Dalton, Elias & Wandersman. (2007). Community Psychology. Canada:
University of South Carolina.
Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia
Indonesia.

DeGenova, M. K. (2008). Intimate Relationship, Marriages & Families, 7th


Edition. Boston: McGraw-Hill.
Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fakultas Psikologi USU. (2008). Pedoman Penulisan Skripsi. Medan.
Friedman. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori dan praktik.
Jakarta: EGC.
74

Hadi, S. (2000). Methodology Research, (Jilid 1-4). Yogyakarta: Yayasan


Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Hidayati, Nurul. (2012). Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi.
INSAN, Vol.14, No.01, 41-48. Diunduh dari journal.unair.ac.id.
Hurlock, E.B. (2006). Child Development, Perkembangan Anak.. Jakarta:
Erlangga.
Kail, Robert .V & Cavanaugh. J. C. (2000). Human Development : A life Span
View, 2th ed. United States : Wadsworth Thomson Learning.
Kenrick, D.T., Neuberg, S.L., Cialdini, R.B. (2010). Social Psychology: Goals in
Interaction. Boston: Person Education.
Litwin, S.M. (2003). How to assess and interpret survey psychometrics, 2nd
Edition. United States of America: Sage Publications.
Monks, F.J.K.; Knoers, A.M.P & Haditono, S.R. (2000). Psikologi
Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Papalia, Olds dan Feldman. (2009). Human Development, Perkembangan
Manusia. Jakarta: Salemba Humanika.
Rice, P.F.; Dolgin, K.G. (2008). The Adolescent: Development, Relationship, and
Culture (12th ed.). Boston: Pearson education, Inc.
Rigby, Ken. (2003). Consequences of Bullying in Schools. The Canadian Journal
of Psychiatry, Vol. 48, 583-590. Diunduh dari ww1.cpa-apc.org.
Santrock. (2009). Educational Psychology. New York : Mc Graw-Hill.
Sarafino, E.P. & Smith, T.W. (2011). Health Psychology : Biopsychosocial
Interactions, 7th ed. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Sari, Anita. (2013).Deskripsi Tentang Bullying Pada Remaja di SMP Setiabudhi
Semarang Berdasarkan Dukungan Keluarga. Semarang: Ilmu
Keperawatan, STIKES Telogorejo. Skripsi.
Sarwono, S. W . (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: CV Rajawali.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Stein, J. A., Dukes, R. L. & Warren, J. I. (2006). Adolescent Male Bullies,
Victims, and Bully-Victims: A Comparison of Psychosocial and Behavioral
Characteristics. Journal of Pediatric Psychology, Vol. 32, No. 3, 273-282.
Diunduh dari jpepsy.oxfordjournals.org.
Sugiarto, Siagian, Sunarynto, & Oetomo. (2001). Teknik Sampling. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
75

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.
Sun, R. C. F. & Hui, E. K. P. (2006). Psychosocial Factors Contributing to
Adolescent Suicidal Ideation. Journal of Youth Adolescence, Vol. 36, p.
775-786. Diunduh dari
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=38&did=1293002131&SrchMode=
1&sid=1&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD
&TS=1221878869&clientId=8028

Suryani, Eko dan Widyasih, Hesty. (2010). Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Fitramaya.
Taylor, S.E. (2009). Health psychology. New York: McGraw Hill.
Tumon, M.B.A. (2014). Studi Deskriptif Perilaku Bullying pada Remaja.
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 3, 1-17.
Diunduh dari portalgaruda.org.
Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa). (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan di
Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: PT. Grasindo.
“Aduan Bullying Tertinggi”. Republika, 15 Oktober 2014.
(http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/14/10/15/ndh4sp-
aduan-bullying-tertinggi).
“RI Masuk Kategori Tertinggi Kasus Bullying”. Berita Edukasi, 19 Oktober
2012. (http://www.beritaedukasi.com/ri-masuk-kategori-tertinggi-kasus-
bullying/).
“Sesama Pelajar Tamsis Duel Satu Lawan Satu”. Simantab, 20 Februari 2015.
(http://www.simantab.com/?p=2852).
Sehari, Pelajar Siatar Dua Kali Tawuran. Kompas, 9 Oktober 2013.
(http://regional.kompas.com/read/2013/10/09/1930284/Sehari.Pelajar.Sianta
r.Dua.Kali.Tawuran).
“Puluhan pelajar Terlibat Perkelahian, 3 Orang Diamankan Polisi. Metro
Siantar, 13 Agustus 2014.
(http://www.metrosiantar.com/2014/08/13/150377/puluhan-pelajar-terlibat-
perkelahian-3-orang-diamankan-polisi/).
76

Lampiran 1. Hasil Uji Coba Skala Dukungan Keluarga

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 60 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.972 52

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
soal1 117.90 547.380 .779 .971
soal2 117.57 576.250 .143 .972
soal3 117.82 577.983 .039 .973
soal4 117.77 573.063 .205 .972
soal5 117.88 546.817 .857 .971
soal6 117.92 550.417 .806 .971
soal7 117.93 546.097 .880 .970
soal8 118.02 551.745 .782 .971
soal9 118.18 562.254 .514 .972
soal10 118.15 551.011 .750 .971
77

soal11 118.18 555.237 .644 .971


soal12 117.95 573.743 .163 .972
soal13 118.15 573.011 .172 .973
soal14 118.25 555.513 .644 .971
soal15 118.27 550.131 .722 .971
soal16 117.92 572.857 .210 .972
soal17 118.38 560.545 .591 .971
soal18 118.25 562.733 .581 .971
soal19 118.37 561.287 .606 .971
soal20 118.20 555.620 .682 .971
soal21 118.10 554.668 .745 .971
soal22 118.28 550.986 .746 .971
soal23 117.97 547.965 .809 .971
soal24 118.13 553.507 .695 .971
soal25 117.78 579.562 -.026 .973
soal26 118.08 549.400 .819 .971
soal27 118.15 554.740 .687 .971
soal28 117.97 573.829 .216 .972
soal29 118.02 549.813 .789 .971
soal30 118.08 548.654 .840 .971
soal31 118.00 549.898 .807 .971
soal32 118.13 551.880 .741 .971
soal33 118.03 553.897 .722 .971
soal34 117.65 579.384 -.019 .973
soal35 118.25 555.377 .611 .971
soal36 118.25 553.411 .664 .971
soal37 118.10 551.685 .758 .971
soal38 118.13 554.456 .668 .971
soal39 118.27 555.995 .584 .971
soal40 117.70 575.841 .137 .972
soal41 118.03 549.219 .810 .971
soal42 117.92 554.247 .771 .971
soal43 118.05 551.167 .759 .971
78

soal44 118.02 553.000 .770 .971


soal45 118.12 555.461 .617 .971
soal46 118.13 548.558 .769 .971
soal47 118.17 550.141 .702 .971
soal48 118.17 559.158 .545 .972
soal49 117.72 567.868 .450 .972
soal50 118.13 550.592 .698 .971
soal51 118.07 551.046 .744 .971
soal52 118.05 547.303 .800 .971

Lampiran 2. Hasil Uji Coba Skala Bullying

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 60 100.0
Excludeda 0 .0
Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.884 20

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Soal1 14.83 106.243 .569 .876
79

Soal2 14.97 107.151 .510 .878


Soal3 15.03 114.541 .240 .886
Soal4 15.22 105.969 .588 .876
Soal5 15.55 110.862 .567 .878
Soal6 14.78 116.545 .143 .888
Soal7 15.27 107.894 .580 .876
Soal8 15.12 109.664 .465 .880
Soal9 14.88 104.105 .549 .877
Soal10 15.18 106.390 .593 .876
Soal11 14.68 105.610 .563 .877
Soal12 15.32 108.186 .562 .877
Soal13 14.70 115.705 .193 .887
Soal14 15.18 112.390 .350 .883
Soal15 15.33 106.734 .674 .874
Soal16 15.08 104.315 .654 .873
Soal17 14.98 103.068 .613 .875
Soal18 15.15 104.265 .681 .873
Soal19 14.98 105.745 .554 .877
Soal20 14.90 117.549 .096 .889

Lampiran 3. Skor Masing-Masing Subjek Dalam Skala Dukungan Keluarga

No Jenis Kelas Nomor Aitem


Kelamin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 L X-11 3 2 3 2 1 2 3 2 2 2
2 L X-11 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2
3 P X-11 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
4 L X-11 2 1 2 3 2 3 2 3 2 3
5 P X-11 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3
6 L X-11 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
7 P X-11 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
8 P XI-IPS2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2
9 P XI-IPS2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2
10 P XI-IPS2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3
80

11 L XI-IPS2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
12 L XI-IPS2 2 3 2 3 2 1 2 3 2 3
13 P XI-IPS2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
14 P XI-IPS2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
15 P XI-IPS2 2 3 1 2 3 2 3 2 3 1
16 P XI-IPS2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2
17 L XI-IPS2 2 3 2 1 2 3 3 3 3 3
18 P XI-IPA5 2 1 2 3 2 3 2 3 3 3
19 L XI-IPA5 2 3 1 2 3 2 3 2 3 2
20 L XI-IPA5 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 L XI-IPA5 2 1 2 3 2 3 2 1 2 3
22 P XI-IPA5 2 1 2 3 3 3 3 2 2 1
23 P XI-IPA5 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2
24 L XI-IPA5 1 3 2 2 2 2 2 2 3 2
25 P XI-IPA5 2 1 2 3 3 2 3 2 3 2
26 P XI-IPA5 1 2 3 2 2 2 2 1 1 1
27 P XI-IPA5 2 1 0 2 3 0 0 0 1 1
28 P X-11 1 2 3 3 2 3 1 1 1 0
29 L X-11 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2
30 P X-11 1 2 3 2 3 2 3 2 2 1
31 P X-11 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1
32 L X-11 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2
33 P X-11 1 2 3 2 3 2 3 2 2 3
34 L X-11 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2
35 L XI-IPS2 2 1 1 1 2 2 2 0 0 1
36 L XI-IPS2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2
37 L XI-IPS2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2
38 P XI-IPS2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3
39 L XI-IPS2 2 2 2 1 1 2 3 2 1 2
40 P XI-IPS2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1
41 L XI-IPS2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1
42 P XI-IPS2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 3
43 L XI-IPS2 1 2 3 2 2 2 1 2 1 2
44 P X-11 1 2 1 0 0 1 2 1 1 1
45 L X-11 1 1 2 1 1 1 0 0 1 2
46 P X-11 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1
47 L X-11 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2
48 P X-11 2 1 1 1 2 1 1 0 2 1
49 P X-11 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
50 L XI-IPA5 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
51 L XI-IPA5 2 1 1 2 1 1 0 0 0 0
52 P XI-IPA5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
81

53 P XI-IPA5 2 2 2 1 1 1 1 0 0 0
54 P XI-IPA5 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1
55 L XI-IPS2 1 2 1 2 1 1 1 0 0 0
56 L XI-IPS2 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0
57 L XI-IPS2 1 2 1 1 0 2 1 1 1 0
58 L X-3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2
59 L X-3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2
60 P X-3 2 3 2 2 3 3 2 2 1 3
61 P X-3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3
62 P X-3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2
63 P XI-IPS1 3 2 3 3 2 3 2 3 3 1
64 P XI-IPS1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
65 L XI-IPS1 2 2 3 3 3 2 3 1 3 3
66 L XI-IPA2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
67 L XI-IPA2 2 3 3 3 3 2 1 3 3 1
68 P XI-IPA2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2
69 L XI-IPA2 2 1 1 2 2 1 3 3 2 3
70 L XI-IPA2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2
71 L XI-IPA2 3 2 3 2 1 2 3 1 2 3
72 P XI-IPA2 3 2 3 1 2 3 2 3 2 3
73 P XI-IPA2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2
74 P XI-IPA2 3 2 1 2 3 2 3 2 1 2
75 P XI-IPA2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
76 P XI-IPA2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3
77 L XI-IPA2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2
78 P XI-IPA2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 1
79 P XI-IPA2 3 3 3 3 3 0 2 2 3 2
80 P XI-IPA2 2 2 1 2 2 1 3 1 2 3
81 P X-3 3 3 2 3 3 2 1 2 3 2
82 L X-3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1
83 L X-3 1 2 3 1 2 3 2 2 2 0
84 L X-3 2 2 3 1 2 3 2 3 2 1
85 P X-3 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2
86 P X-3 2 2 3 2 2 0 0 1 2 1
87 P X-3 3 2 2 3 2 2 3 1 2 3
88 P X-3 2 2 2 2 3 2 3 1 3 2
89 L X-3 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2
90 L X-3 1 2 3 1 1 1 2 3 2 3
91 P X-3 2 1 1 1 3 1 2 3 2 1
92 P X-3 3 2 2 1 2 1 2 3 2 1
93 L XI-IPS1 2 3 2 2 1 2 3 1 2 0
94 L XI-IPS1 3 1 3 3 0 1 2 3 1 2
82

95 L XI-IPS1 2 2 2 1 0 1 2 3 1 2
96 L XI-IPS1 2 3 1 2 1 1 2 2 2 2
97 P XI-IPS1 3 1 2 3 0 2 1 2 3 1
98 L XI-IPA2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2
99 L XI-IPA2 3 1 2 3 3 2 3 2 2 1
100 L XI-IPA2 2 2 1 1 2 1 2 3 2 2
101 P XI-IPA2 3 3 0 1 0 1 3 2 1 2
102 P XI-IPA2 2 2 0 2 0 2 2 3 1 2
103 P X-3 1 1 0 1 0 2 1 2 1 1
104 P X-3 1 1 1 2 1 0 1 0 2 1
105 P X-3 1 2 1 0 2 1 1 2 1 1
106 P XI-IPS1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1
107 P XI-IPS1 1 1 2 1 1 1 1 0 1 2
108 P XI-IPS1 1 2 0 1 1 0 0 1 1 1
109 P XI-IPS1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 2
110 P XI-IPS1 2 3 3 3 3 3 1 2 1 1
111 L XI-IPS1 1 0 0 0 1 1 2 0 1 0
112 P XI-IPS1 1 1 1 1 1 1 2 1 0 0
113 P XI-IPS1 1 1 1 0 0 1 2 1 1 0
114 L XI-IPS1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1
115 L XI-IPS1 1 1 2 2 1 1 0 0 1 1
116 P XI-IPS1 0 1 1 2 1 1 0 1 1 0
117 L XI-IPS1 0 1 1 1 1 2 1 1 1 1
118 P XI-IPS1 0 1 1 0 2 0 1 0 1 1
119 P XI-IPS1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1
120 P XI-IPA2 1 0 3 0 2 3 3 1 2 3

No Aitem
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 2 2 2 3 3 3 2 2 3 1 2 3 3 2 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2
4 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3
5 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
6 2 3 2 3 2 3 2 3 1 2 2 1 3 2 1 1
7 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
8 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2
9 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3
10 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 1 2 3
11 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2
12 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2
13 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3
83

14 3 2 1 2 3 2 1 2 3 3 2 2 2 2 1 2
15 2 3 2 3 2 2 1 1 2 1 2 3 3 1 2 2
16 2 2 1 2 3 3 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2
17 3 3 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 3 2 3 2
18 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 0 0 0
19 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 1 2 3 2 3
20 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 1 1 3 1 2
21 2 3 2 1 1 3 1 3 0 2 3 2 3 1 2 3
22 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3
23 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
24 2 3 3 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 1 2
25 1 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 0 2 1 3 2
26 1 1 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 1 2
27 1 1 2 3 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 0 0
28 1 2 1 1 1 3 2 2 1 2 0 0 1 1 1 1
29 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2
30 1 1 1 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 3 3
31 1 1 2 3 3 2 0 1 0 2 1 3 0 2 3 2
32 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1
33 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3
34 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 0 0 0 1 2
35 2 1 2 1 2 0 2 1 2 2 2 1 2 3 2 1
36 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
37 2 0 0 0 0 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1
38 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 2
39 2 2 2 2 1 2 2 1 0 0 1 2 3 2 1 2
40 1 1 2 3 2 2 1 1 1 0 0 1 2 1 2 1
41 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 3 2 3 2 1 0
42 2 1 0 2 3 3 2 1 1 2 3 3 2 3 2 1
43 0 0 0 2 3 1 2 1 2 3 2 1 2 1 2 1
44 1 1 2 1 1 1 1 2 0 0 2 1 2 1 1 1
45 1 1 1 0 0 0 0 1 2 1 1 0 0 1 2 1
46 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 1 1 1 1
47 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 2 1 0 2 1 1
48 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
49 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0
50 1 1 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
51 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 2
52 2 2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 2 0
53 0 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 0 0
54 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
55 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
84

56 0 1 2 2 1 0 0 1 2 1 0 1 1 2 1 0
57 1 1 1 1 1 0 0 2 1 2 1 1 1 0 2 1
58 3 2 1 2 3 2 3 3 2 3 2 1 2 3 3 3
59 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2
60 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 1 0 2 1
61 2 2 2 2 2 3 3 3 2 1 2 3 1 2 3 2
62 3 3 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2 3 2 3 2
63 2 3 2 0 1 3 0 3 2 3 1 2 3 2 3 2
64 2 3 1 0 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2
65 3 2 2 1 2 2 3 2 3 3 3 2 3 0 1 2
66 2 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2
67 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 1 2
68 2 3 0 2 3 3 3 3 3 1 2 3 2 2 2 3
69 3 2 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2
70 2 1 2 2 0 2 3 1 3 2 1 3 2 2 1 3
71 2 3 2 2 0 3 2 1 1 2 1 2 2 3 2 2
72 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2
73 2 1 2 3 2 1 2 3 2 1 3 2 2 1 2 2
74 3 2 3 1 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2
75 2 3 2 2 2 3 1 2 3 3 3 3 2 2 2 1
76 3 2 1 3 2 2 3 2 3 2 3 2 1 2 3 2
77 2 3 1 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
78 3 3 2 3 2 2 2 1 2 3 2 1 2 3 1 2
79 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 1 2 1 1 1
80 3 2 2 3 0 2 3 3 2 2 3 2 1 2 2 1
81 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
82 1 2 2 2 0 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2
83 0 2 3 2 1 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2
84 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 1 1 2 3
85 1 2 2 1 2 1 2 1 2 3 2 1 3 2 1 2
86 2 3 2 3 1 2 3 1 2 3 2 3 3 2 2 1
87 1 2 0 0 2 3 3 2 3 2 2 1 1 2 2 3
88 2 0 0 1 2 3 2 3 2 1 2 3 1 2 2 2
89 0 0 0 1 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2
90 2 1 2 3 0 0 0 1 2 3 2 3 2 3 2 1
91 3 2 1 3 2 1 2 3 2 1 2 3 2 1 1 3
92 3 2 1 2 3 1 2 3 2 2 2 1 3 2 2 3
93 0 1 2 3 0 2 3 1 0 1 2 3 2 1 3 3
94 3 1 2 3 1 2 2 3 2 1 2 2 2 1 2 3
95 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 3 3 2 1 2
96 3 2 1 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 3 3
97 2 3 2 1 3 1 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2
85

98 1 2 3 2 2 1 2 3 3 2 1 2 2 2 1 1
99 2 3 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 3
100 1 2 3 2 1 2 2 1 2 3 1 2 3 1 2 3
101 3 0 0 1 1 2 3 1 2 3 1 2 2 3 1 2
102 3 2 3 2 3 2 3 1 2 3 2 1 2 3 1 2
103 1 2 0 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
104 2 0 1 2 2 1 0 2 1 1 1 2 0 1 0 1
105 1 2 2 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0
106 1 0 0 1 1 2 1 1 1 0 1 1 2 0 1 1
107 2 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 1
108 2 1 1 2 1 0 0 0 2 0 1 1 1 2 0 2
109 1 1 0 1 2 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1
110 2 2 2 2 3 2 2 1 3 1 2 1 2 3 2 1
111 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 2 1 2
112 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 1 1
113 1 1 1 1 1 1 1 2 1 0 1 0 0 1 1 1
114 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0
115 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1
116 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 2 1 2 2
117 1 0 0 1 0 1 1 0 1 2 1 1 1 1 1 1
118 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 2 2 0 1
119 1 0 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1 1 1 1 1
120 0 3 0 1 2 3 1 2 0 0 1 1 1 1 1 1

No Aitem Jum
2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 lah
7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
1 3 2 1 2 3 2 3 3 3 2 2 1 2 3 2 2 96
2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 99
3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 101
4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 3 98
5 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 95
6 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 90
7 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 96
8 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 1 98
9 2 2 1 2 3 2 3 2 2 1 1 2 3 2 2 1 87
10 2 3 2 3 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 2 3 101
11 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 105
12 1 1 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 102
13 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 106
14 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 90
15 2 1 1 1 2 1 3 0 2 2 1 2 3 2 2 2 81
86

16 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 0 1 0 2 1 1 87
17 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 99
18 1 2 3 2 3 1 2 3 1 2 3 2 3 2 3 2 88
19 2 3 2 1 2 3 3 3 2 1 3 3 2 3 2 2 97
20 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 1 2 3 2 0 2 98
21 3 0 1 1 2 3 3 3 3 2 2 1 2 3 2 2 86
22 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 1 2 3 96
23 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 104
24 3 2 1 2 2 2 1 0 1 2 2 1 2 2 1 2 83
25 3 2 2 2 2 1 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 95
26 3 3 2 1 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 91
27 0 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 0 0 0 1 1 49
28 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 55
29 2 0 0 3 0 2 1 2 0 1 2 2 0 1 2 2 63
30 2 1 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 71
31 2 2 1 2 3 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 3 75
32 2 0 3 3 3 2 1 2 3 2 2 1 2 2 1 0 66
33 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 1 1 1 98
34 2 1 2 0 2 1 1 2 1 0 0 1 2 0 1 0 52
35 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 62
36 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 65
37 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 2 47
38 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 62
39 0 2 1 2 1 1 1 1 0 1 1 3 2 1 2 2 64
40 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 60
41 2 3 1 2 3 0 2 3 2 1 2 3 2 1 1 1 67
42 2 3 3 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 85
43 3 2 1 2 3 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 68
44 0 0 1 1 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 41
45 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 35
46 1 0 0 1 1 1 0 0 1 2 0 0 0 0 1 1 34
47 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 40
48 1 0 1 2 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 1 41
49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 38
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 0 36
51 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 29
52 1 0 2 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 34
53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 30
54 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1 2 1 32
55 0 0 1 1 0 1 1 0 2 1 1 1 0 1 1 1 37
56 0 1 1 1 0 2 2 3 1 1 0 2 3 3 1 2 44
57 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 37
87

58 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 102
59 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3 2 3 2 94
60 3 2 1 2 3 3 2 1 2 1 3 2 1 3 2 1 86
61 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 3 0 0 0 90
62 3 0 0 1 2 3 2 1 2 3 3 2 3 2 3 2 93
63 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 3 3 90
64 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 1 1 1 1 85
65 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 3 3 97
66 3 3 2 1 2 3 2 0 0 1 3 1 2 3 2 3 89
67 3 2 0 0 1 2 3 2 3 2 1 2 3 1 2 3 90
68 3 2 1 2 2 3 3 2 2 2 1 2 3 2 0 0 86
69 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 89
70 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 83
71 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 3 1 2 1 1 77
72 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 1 3 3 2 1 98
73 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 94
74 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 3 2 2 3 85
75 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2 1 2 3 2 89
76 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 1 2 3 1 2 2 101
77 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2 3 1 2 97
78 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 98
79 2 2 3 1 2 2 0 2 2 2 2 2 2 3 3 3 91
80 3 2 3 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 78
81 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 83
82 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 82
83 2 3 2 1 1 2 3 2 1 2 2 1 1 1 1 2 80
84 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 0 0 1 2 0 75
85 3 2 2 2 2 2 1 1 3 2 3 1 2 3 1 1 79
86 2 2 1 2 3 1 2 1 1 2 3 1 2 1 1 2 77
87 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 83
88 3 1 1 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 77
89 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 3 2 1 2 2 2 81
90 2 3 3 2 3 3 1 2 1 1 1 1 1 3 3 1 77
91 3 3 0 3 2 1 2 3 2 3 3 3 1 3 1 0 82
92 3 2 1 2 2 1 2 1 3 2 2 3 2 2 2 3 86
93 2 1 0 2 2 1 2 3 2 3 2 2 1 1 3 1 73
94 2 1 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 82
95 3 2 1 1 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 3 83
96 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 91
97 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 81
98 2 2 2 2 3 0 0 2 0 0 2 1 2 2 0 2 73
99 3 1 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 87
88

100 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 88
101 3 1 2 3 3 2 1 2 3 1 2 2 3 1 3 1 76
102 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 85
103 0 1 1 0 1 1 1 2 1 0 1 0 1 1 1 1 40
104 2 0 1 2 2 0 2 1 1 2 0 0 0 1 0 0 41
105 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 39
106 1 1 1 2 2 1 1 0 1 2 1 0 1 0 0 0 35
107 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 41
108 1 0 0 2 1 1 1 0 1 1 2 1 1 1 2 2 41
109 1 1 0 1 1 0 0 0 1 2 1 1 2 1 2 3 36
110 2 2 1 2 2 0 3 1 1 3 1 2 1 2 1 3 80
111 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 39
112 0 2 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 37
113 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 2 0 0 0 34
114 1 0 1 1 1 1 1 1 2 0 1 1 1 1 2 1 39
115 1 1 0 1 1 1 1 2 1 1 0 1 2 0 2 0 35
116 1 2 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 33
117 1 1 0 2 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 2 0 37
118 1 1 1 2 0 2 1 1 1 2 1 0 2 0 0 0 35
119 1 1 1 1 1 0 0 1 1 2 0 1 1 1 0 1 33
120 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 0 2 2 2 2 2 67

Lampiran 4. Skor Masing-Masing Subjek Dalam Skala Bullying

No Jenis Kelas Nomor Aitem


Kelamin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 L X-11 1 1 0 1 2 2 1 1 0 1
2 L X-11 1 1 0 1 1 0 1 2 2 1
3 P X-11 1 1 1 1 0 1 1 2 1 2
4 L X-11 0 0 1 1 2 1 1 2 1 1
5 P X-11 3 0 0 0 0 0 3 3 3 0
6 L X-11 0 0 1 0 2 0 1 0 2 0
7 P X-11 0 1 2 1 1 2 0 0 3 0
8 P XI-IPS2 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1
9 P XI-IPS2 0 1 1 1 0 2 1 0 1 1
10 P XI-IPS2 0 1 0 0 0 0 0 1 2 0
11 L XI-IPS2 1 2 1 1 1 2 1 0 0 1
12 L XI-IPS2 2 2 2 1 0 0 0 2 2 2
13 P XI-IPS2 1 2 0 1 0 1 0 0 1 0
89

14 P XI-IPS2 1 2 1 1 1 0 1 2 0 1
15 P XI-IPS2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 0
16 P XI-IPS2 1 1 2 0 2 1 1 1 1 0
17 L XI-IPS2 1 1 0 0 1 2 1 1 1 1
18 P XI-IPA5 1 0 1 0 0 0 2 2 2 1
19 L XI-IPA5 2 1 1 0 1 0 1 0 2 0
20 L XI-IPA5 0 1 1 2 1 1 1 1 1 1
21 L XI-IPA5 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1
22 P XI-IPA5 1 0 1 1 1 2 1 2 1 1
23 P XI-IPA5 0 0 2 1 0 1 1 2 1 2
24 L XI-IPA5 0 1 0 2 1 0 1 1 3 2
25 P XI-IPA5 1 1 1 2 0 1 1 2 2 1
26 P XI-IPA5 1 1 2 1 1 1 1 0 1 2
27 P XI-IPA5 1 1 0 1 1 2 1 1 1 1
28 P X-11 3 1 0 3 3 2 3 1 2 2
29 L X-11 2 1 2 3 0 2 0 3 3 1
30 P X-11 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2
31 P X-11 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2
32 L X-11 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2
33 P X-11 1 1 1 1 1 1 3 3 3 0
34 L X-11 1 3 1 1 2 0 2 2 2 2
35 L XI-IPS2 2 1 2 3 0 2 0 1 2 3
36 L XI-IPS2 0 1 2 2 2 2 3 2 2 2
37 L XI-IPS2 2 2 2 2 1 1 3 3 2 2
38 P XI-IPS2 1 2 3 0 3 3 3 2 2 2
39 L XI-IPS2 1 2 2 2 1 1 1 3 2 3
40 P XI-IPS2 1 2 3 0 2 2 3 2 3 1
41 L XI-IPS2 2 0 3 3 0 2 2 2 1 3
42 P XI-IPS2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2
43 L XI-IPS2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
44 P X-11 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2
45 L X-11 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3
46 P X-11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
47 L X-11 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3
48 P X-11 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2
49 P X-11 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3
50 L XI-IPA5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
51 L XI-IPA5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
52 P XI-IPA5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
53 P XI-IPA5 3 3 3 3 3 3 1 1 1 2
54 P XI-IPA5 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3
55 L XI-IPS2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3
90

56 L XI-IPS2 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3
57 L XI-IPS2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3
58 L X-3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 2
59 L X-3 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
60 P X-3 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1
61 P X-3 2 2 0 2 2 2 0 1 1 2
62 P X-3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2
63 P XI-IPS1 1 1 1 1 1 0 1 0 2 1
64 P XI-IPS1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
65 L XI-IPS1 0 1 1 2 1 1 2 1 2 0
66 L XI-IPA2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
67 L XI-IPA2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
68 P XI-IPA2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
69 L XI-IPA2 1 1 1 1 1 1 0 2 0 2
70 L XI-IPA2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
71 L XI-IPA2 1 2 1 0 1 1 0 1 1 1
72 P XI-IPA2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
73 P XI-IPA2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0
74 P XI-IPA2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
75 P XI-IPA2 1 1 0 1 2 1 2 0 1 1
76 P XI-IPA2 1 1 1 0 1 2 1 0 0 0
77 L XI-IPA2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2
78 P XI-IPA2 1 0 1 2 1 0 2 1 1 1
79 P XI-IPA2 1 1 1 1 1 1 2 0 2 3
80 P XI-IPA2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
81 P X-3 2 2 2 2 1 1 1 3 3 0
82 L X-3 1 1 2 2 0 0 1 1 2 2
83 L X-3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2
84 L X-3 2 2 2 2 2 3 0 3 1 2
85 P X-3 1 1 1 2 2 2 3 3 2 2
86 P X-3 0 2 2 1 1 3 3 1 2 1
87 P X-3 1 2 3 3 3 1 2 2 2 1
88 P X-3 1 1 3 1 1 1 1 2 2 2
89 L X-3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2
90 L X-3 2 3 2 3 2 2 2 1 1 2
91 P X-3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2
92 P X-3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3
93 L XI-IPS1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1
94 L XI-IPS1 3 3 1 3 1 2 2 1 2 3
95 L XI-IPS1 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1
96 L XI-IPS1 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2
97 P XI-IPS1 1 2 1 1 1 2 0 1 2 2
91

98 L XI-IPA2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1
99 L XI-IPA2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1
100 L XI-IPA2 1 1 1 3 2 2 3 3 3 1
101 P XI-IPA2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2
102 P XI-IPA2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
103 P X-3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2
104 P X-3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3
105 P X-3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
106 P XI-IPS1 1 3 3 2 2 2 3 3 3 2
107 P XI-IPS1 1 2 3 3 2 2 2 3 3 3
108 P XI-IPS1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 2
109 P XI-IPS1 2 2 3 3 3 3 3 1 1 3
110 P XI-IPS1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
111 L XI-IPS1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3
112 P XI-IPS1 1 3 2 3 2 3 2 1 3 3
113 P XI-IPS1 1 3 3 2 1 3 3 3 3 2
114 L XI-IPS1 2 3 2 3 2 3 2 1 3 3
115 L XI-IPS1 2 3 2 3 2 3 2 1 3 3
116 P XI-IPS1 1 2 3 3 2 2 2 3 3 3
117 L XI-IPS1 2 3 2 3 2 3 2 1 3 3
118 P XI-IPS1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
119 P XI-IPS1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3
120 P XI-IPA2 1 2 3 3 2 2 2 3 3 3

No Aitem Jumlah
11 12 13 14 15 16
1 1 1 0 0 2 1 15
2 1 1 1 1 0 0 14
3 1 0 1 1 0 1 15
4 1 0 0 1 1 0 13
5 0 0 3 0 0 0 15
6 2 0 1 1 2 1 13
7 0 1 1 0 1 1 14
8 1 0 1 1 1 0 12
9 1 2 2 0 1 1 15
10 1 3 3 1 2 0 14
11 1 0 0 0 2 2 15
12 0 0 1 0 0 1 15
13 2 1 2 1 0 1 13
14 1 1 0 1 1 1 15
15 1 0 1 1 0 1 15
16 0 1 1 2 1 0 15
92

17 1 1 1 0 1 1 14
18 2 0 1 0 1 1 14
19 2 0 1 2 1 1 15
20 1 1 0 1 1 0 14
21 1 1 2 2 2 1 15
22 1 1 1 0 1 0 15
23 1 0 1 1 0 1 14
24 2 1 0 0 1 0 15
25 2 1 0 0 0 0 15
26 1 0 0 0 1 1 14
27 1 2 1 1 0 0 15
28 3 0 2 2 2 2 31
29 2 2 1 3 1 3 29
30 1 2 1 2 3 3 30
31 2 1 2 2 2 2 29
32 2 2 2 2 2 2 30
33 1 1 3 1 3 1 25
34 2 3 2 3 3 2 31
35 2 3 2 3 2 2 30
36 2 1 1 2 3 2 29
37 1 2 1 1 1 1 27
38 2 1 1 1 2 2 30
39 2 3 2 2 2 2 31
40 2 3 2 2 0 2 30
41 3 2 2 2 1 1 29
42 3 3 1 1 2 2 26
43 2 2 2 2 1 1 29
44 2 1 3 3 3 2 42
45 3 3 3 3 3 3 46
46 3 3 3 3 3 3 48
47 2 2 3 3 3 3 43
48 3 3 3 3 3 3 45
49 3 3 3 2 2 3 40
50 3 3 3 3 3 2 47
51 3 2 2 2 1 1 41
52 3 3 3 3 2 2 46
53 2 2 2 3 3 3 38
54 2 3 3 3 2 2 43
55 3 3 3 3 3 3 42
56 3 3 2 2 1 1 39
57 3 3 3 2 2 3 43
58 0 1 1 0 2 2 15
93

59 1 1 1 1 1 1 10
60 0 0 0 1 1 2 11
61 0 0 0 0 0 0 14
62 0 0 1 1 0 0 15
63 1 1 1 1 0 2 15
64 2 2 2 2 1 1 15
65 1 1 1 0 1 0 15
66 1 1 1 1 1 0 14
67 1 1 1 1 1 0 14
68 0 0 1 1 1 0 13
69 0 1 0 1 1 0 13
70 1 1 0 1 0 1 15
71 1 1 1 1 1 0 14
72 1 1 0 1 1 1 15
73 0 1 1 1 1 1 13
74 0 0 0 0 1 1 10
75 1 1 0 1 1 0 14
76 0 1 1 1 2 0 12
77 2 2 1 1 1 1 15
78 1 1 1 2 0 1 16
79 0 0 0 0 1 1 15
80 0 1 0 1 1 1 15
81 1 2 3 0 1 1 25
82 0 2 3 3 1 1 22
83 2 2 1 2 2 2 25
84 2 1 0 1 3 3 29
85 2 2 2 2 2 2 31
86 2 2 3 3 2 3 31
87 1 2 2 2 1 1 29
88 3 1 3 3 2 2 29
89 1 1 2 1 1 1 27
90 1 2 2 2 2 2 31
91 2 1 1 1 0 1 31
92 1 2 3 2 1 0 30
93 1 2 2 1 2 2 31
94 2 2 2 1 1 0 29
95 0 1 1 1 1 1 26
96 1 2 1 2 1 1 27
97 1 1 0 3 3 3 24
98 2 1 0 1 2 2 25
99 1 1 1 1 2 2 24
100 1 1 2 2 2 2 30
94

101 3 3 3 3 2 2 40
102 2 2 2 2 2 2 27
103 2 2 2 2 2 2 37
104 3 2 2 2 3 3 43
105 3 3 3 3 1 1 40
106 2 2 2 3 3 3 39
107 2 3 1 3 3 3 39
108 1 3 2 3 3 3 41
109 3 3 3 3 3 3 42
110 3 3 3 3 2 2 43
111 3 3 3 3 1 1 40
112 2 1 1 2 2 3 34
113 2 2 1 1 1 1 32
114 2 3 2 3 2 3 39
115 2 3 2 3 2 3 39
116 2 3 1 3 3 3 39
117 2 3 2 3 2 3 39
118 3 3 3 3 2 2 43
119 3 3 3 3 1 1 40
120 2 3 1 3 3 3 39

Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas Pada Skala Dukungan Keluarga

NPar Tests
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Total 120 29 106 72.42 23.722
Valid N (listwise) 120
95

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 120
a,,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 5.60698881
Most Extreme Differences Absolute .082
Positive .082
Negative -.049
Kolmogorov-Smirnov Z .902
Asymp. Sig. (2-tailed) .391
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data

Lampiran 6. Skala Dukungan Keluarga dan Bullying


96

No :
RAHASIA

SKALA I & II

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015
97

KATA PENGANTAR

Dengan hormat,
Dalam rangka mengadakan penelitian guna memenuhi
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara, maka saya membutuhkan
sejumlah data yang hanya akan saya peroleh dengan adanya kerja
sama dengan Anda dalam mengisi skala ini. Penelitian ini
menggunakan 2 buah skala yang dibagi menjadi skala I dan skala II.
Dalam mengisi skala ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah.
Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda, karena itu isilah
jawaban Anda sesuai dengan pendapat atau keadaan diri Anda yang
sesungguhnya tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Semua
jawaban Anda akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan
dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Partisipasi Anda merupakan bantuan yang sangat besar artinya
bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu, saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Tuhan memberkati Anda.

Hormat saya,

Paskha Yohana
98

IDENTITAS DIRI

Isilah data di bawah ini sesuai dengan diri Anda :

Nama / Inisial : ...................................................................

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Pendidikan : ...................................................................

Kelas : ...................................................................

Usia : ...................................................................

Tinggal bersama : ...................................................................

Alamat : ...................................................................
99

SKALA I
100

PETUNJUK PENGISIAN SKALA I

Mohon Anda baca dan pahami setiap pernyataanyang disajikan. Silakan tandai
salah satu pilihan yang tersedia di sebelah kanan pernyataan berdasarkan
keadaan, perasaan, dan pikiran Anda yang sesungguhnya dengan memberi tanda
silang (X). Alternatif jawaban yang tersedia adalah:
 Sangat Sesuai (SS), jika pernyataan tersebut sangat menggambarkan
keadaan, perasaan, dan pikiran Anda
 Sesuai (S), jika pernyataan tersebut memang menggambarkan keadaan,
perasaan, dan pikiran Anda
 Tidak Sesuai (TS), jika pernyataan tersebut tidak menggambarkan
keadaan, perasaan, dan pikiran Anda
 Sangat Tidak Sesuai (STS), jika pernyataan tersebut sangat tidak
menggambarkan keadaan, perasaan, dan pikiran Anda

Contoh Pengisian Skala:

NO PERNYATAAN PILIHAN
SS S TS STS
1 Saya dihargai oleh teman-teman di X
sekolah saya

Jika Anda ingin mengganti jawaban Anda, berikan tanda sama dengan (=) pada
jawaban yang salah dan berikan tanda silang (X) pada kolom jawaban yang Anda
anggap paling sesuai.

Contoh Koreksi Jawaban:

NO PERNYATAAN PILIHAN
SS S TS STS
1 Saya dihargai oleh teman-teman di X X
sekolah saya

= SELAMAT MENGERJAKAN =
101

SKALA I

NO PERNYATAAN PILIHAN
SS S TS STS
1 Orangtua memberi tahu bahaya dari kekerasan
kepada saya
2 Orangtua memenuhi kebutuhan ekonomi
(misalnya makanan, pakaian) yang saya perlukan
3 Orangtua memberi penghargaan atas keberhasilan
(misalnya nilai rapor yang baik) yang saya
peroleh
4 Orangtua menghargai saya dalam kehidupan
sehari-hari (misalnya mendengarkan pendapat
yang saya sampaikan)
5 Saudara menghargai saya dalam kehidupan
sehari-hari (misalnya mendengarkan pendapat
yang saya sampaikan)
6 Orangtua menyarankan saya untuk tidak meniru
kekerasan yang beredar di media massa (misalnya
pembegalan)
7 Saudara menyarankan saya untuk tidak meniru
kekerasan yang beredar di media massa (misalnya
pembegalan)
8 Orangtua melarang saya memainkan permainan
yang memuat kekerasan (misalnya smack down,
grand theft auto)
9 Orangtua mendengarkan keluhan saya tentang
teman-teman saya yang melakukan kekerasan
terhadap saya
10 Saudara mendengarkan keluhan saya tentang
teman-teman saya yang melakukan kekerasan
terhadap saya
11 Orangtua tidak memperhatikan kebutuhan
ekonomi (misalnya makanan, pakaian) yang saya
perlukan
12 Orangtua meminta saya untuk membalas
kekerasan dengan kekerasan
13 Saudara meminta saya untuk membalas
kekerasan dengan kekerasan
14 Orangtua tidak peduli tentang kesulitan yang saya
hadapi dalam berteman di sekolah
102

NO PERNYATAAN PILIHAN
SS S TS STS
15 Saudara tidak peduli tentang kesulitan yang
saya hadapi dalam berteman di sekolah
16 Orangtua memberikan uang kepada saya
sesuai yang saya perlukan
17 Saya tidak diperhatikan oleh orangtua
dalam kehidupan sehari-hari
18 Saya tidak diperhatikan oleh saudara dalam
kehidupan sehari-hari
19 Saudara mengajarkan kepada saya untuk
menghargai orang lain khususnya teman-
teman di sekolah
20 Orangtua menyarankan saya untuk tidak
melakukan kekerasan fisik saat berinteraksi
dengan teman-teman di sekolah
21 Saran yang diberikan orangtua sangat
sesuai dengan masalah yang saya hadapi
22 Saran yang diberikan saudara sangat sesuai
dengan masalah yang saya hadapi
23 Orangtua turut bangga terhadap prestasi
yang saya peroleh (misalnya nilai rapor
yang baik)
24 Saudara turut bangga terhadap prestasi
yang saya peroleh (misalnya nilai rapor
yang baik)
25 Saat prestasi saya di sekolah menurun,
orangtua memberikan arahan kepada saya
untuk kembali berjuang
26 Orangtua mencurigai segala kegiatan saya
di sekolah
27 Saudara mencurigai segala kegiatan saya di
sekolah
28 Orangtua tidak mau membantu saya dalam
menyelesaikan masalah yang saya hadapi
29 Saudara tidak mau membantu saya dalam
menyelesaikan masalah yang saya hadapi
30 Saat saya dalam kondisi tertekan, orangtua
bersedia menghibur saya
103

NO PERNYATAAN PILIHAN
SS S TS STS
31 Orangtua tidak berdiskusi mengenai kekerasan
kepada saya
32 Saudara tidak berdiskusi mengenai kekerasan
kepada saya
33 Orangtua menganggap prestasi saya di sekolah
merupakan sesuatu yang tidak perlu dipuji
(misalnya nilai rapor yang baik)
34 Saudara menganggap prestasi saya di sekolah
merupakan sesuatu yang tidak perlu dipuji
(misalnya nilai rapor yang baik)
35 Saudara memberi penghargaan atas keberhasilan
(misalnya nilai rapor yang baik) yang saya
peroleh
36 Orangtua tidak memberi penghargaan atas
keberhasilan (misalnya nilai rapor yang baik)
yang saya peroleh
37 Saudara tidak memberi penghargaan atas
keberhasilan (misalnya nilai rapor yang baik)
yang saya peroleh
38 Saat saya menghadapi masalah, orangtua
membimbing saya sampai saya menemukan
solusi dengan sendiri
39 Saat saya menghadapi masalah, saudara
membimbing saya sampai saya menemukan
solusi dengan sendiri
40 Saat saya dalam kondisi tertekan, orangtua tidak
bersedia menghibur saya
41 Saat saya dalam kondisi tertekan, saudara tidak
bersedia menghibur saya
42 Uang yang diberikan orangtua kepada saya tidak
sesuai dengan kebutuhan saya

Mohon periksa kembali jawaban Anda,


pastikan tidak ada jawaban yang kosong
dan jangan lupa untuk mengisi skala II.
104

SKALA II
105

PETUNJUK PENGISIAN SKALA II

Mohon Anda baca dan pahami setiap pernyataanyang disajikan. Silakan tandai
salah satu pilihan yang tersedia di sebelah kanan pernyataan berdasarkan
keadaan, perasaan, dan pikiran Anda yang sesungguhnya dengan memberi tanda
silang (X).
Alternatif jawaban yang tersedia adalah:
 1, jika tidak pernah melakukan sesuai dengan isi pernyataan
 2, jika melakukan sesuai dengan isi pernyataan kadang-kadang
 3, jika melakukan sesuai dengan isi pernyataan sering
 4, jika melakukan sesuai dengan isi pernyataan selalu

Contoh Pengisian Skala:

NO PERNYATAAN PILIHAN
1 2 3 4
1 Saya mencubit teman X

Jika Anda ingin mengganti jawaban Anda, berikan tanda sama dengan (=) pada
jawaban yang salah dan berikan tanda silang (X) pada kolom jawaban yang Anda
anggap paling sesuai.

Contoh Koreksi Jawaban:

NO PERNYATAAN PILIHAN
1 2 3 4
1 Saya mencubit teman X X

= SELAMAT MENGERJAKAN =
106

SKALA II

NO PILIHAN
PERNYATAAN
1 2 3 4
1 Saya pernah melakukan tindakan fisik kepada teman
(misalnya memukul, menendang, menampar) dengan
tujuan untuk menyakitinya
2 Saya meremehkan kemampuan teman saya sehingga ia
merasa tidak memiliki kemampuan yang baik
3 Saya meneror teman (misalnya lewat pesan
singkat/sms, email, sosial media) dengan tujuan
menakutinya
4 Saya mempermalukan teman di depan umum dengan
tujuan merendahkannya
5 Saya memandang teman dengan penuh ancaman
6 Saya memandang sinis bertujuan untuk merendahkan
teman
7 Saya mengucilkan teman sehingga ia merasa terabaikan
8 Saya merusak barang teman (misalnya menarik baju,
merobek buku, merusak telepon genggam, merusak tas)
secara sengaja
9 Saya meneriaki teman atas kesalahannya sehingga dia
merasa tidak dihargai
10 Saya memaksa teman untuk mengakui tuduhan yang
tidak benar
11 Saya sengaja menghindari untuk tidak berteman pada
seseorang dengan alasan yang tidak jelas
12 Saya memalak/ mengambil uang teman secara paksa
13 Saya menggosipkan teman ke orang lain sehingga
orang lain tidak menyukainya
14 Saya menebar rahasia pribadi teman ke orang lain
untuk diketahui secara luas
15 Saya meninggalkan teman dalam kelompok secara
sengaja sehingga dia merasa tidak dipedulikan
16 Saya menolak teman dengan alasan yang tidak jelas
untuk bergabung dalam satu kelompok dengan saya

Mohon periksa kembali jawaban Anda,


pastikan tidak ada jawaban yang kosong.
Terima kasih atas bantuan Anda.
107

Lampiran 7. Surat-Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian

Anda mungkin juga menyukai