SIROSIS HEPATIS
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Sirosis yang terjadi akibat nekrosis massif pada sel hati oleh
toksin. Pada beberapa kasus sirosis ini diakibatkan oleh
intoksikasi bahan kimia industry, racun, arsenic, karbon
tetraklorida atau obat-obatan seperti INH dan metildopa.
Sirosis pascanekrotik, terdapat pita jaringan parut yang lebar
sebagai akibat lanjut hepatitis virus akut yang terjadi
sebelumnya.
Sirosis biliaris
Sirosis ini terjadi akibat sumbatan saluran empedu (obstruksi
biliaris) pascahepatik yang menyebabkan statisnya empedu
pada sel hati. Statisnya aliran empedu menyebabkan penumpukan
empedu di dalam masa hati dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan
sel-sel hati. Pada sirosis bilier, pembentukan jaringan parut
biasanya terjadi dalam hati sekitar saluran empedu. Tipe ini
biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi
(kolangitis).
Sirosis cardiac
Sirosis ini merupakan sirosis sekunder yang muncul akibat
gagal jantungdengan kongesti vena hepar yang kronis.
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
6. Komplikasi
Komplikasi yang sering timbul pada penderita Sirosis Hepatis
diantaranya adalah:
a. Perdarahan Gastrointestinal
Setiap penderita Sirosis Hepatis dekompensata terjadi hipertensi
portal, dan timbul varises esophagus.Varises esophagus yang terjadi
pada suatu waktu mudah pecah, sehingga timbul perdarahan yang
massif.Sifat perdarahan yang ditimbulkan adalah muntah darah atau
hematemesis biasanya mendadak dan massif tanpa didahului rasa nyeri
di epigastrium. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan
tidak akan membeku, karena sudah tercampur dengan asam lambung.
Setelah hematemesis selalu disusul dengan melena (Sujono
Hadi).Mungkin juga perdarahan pada penderita Sirosis Hepatis tidak
hanya disebabkan oleh pecahnya varises esophagus saja. FAINER dan
HALSTED pada tahun 1965 melaporkan dari 76 penderita Sirosis
Hepatis dengan perdarahan ditemukan 62% disebabkan oleh pecahnya
varises esofagii, 18% karena ulkus peptikum dan 5% karena erosi
lambung.
b. Koma hepatikum
Komplikasi yang terbanyak dari penderita Sirosis Hepatis adalah koma
hepatikum. Timbulnya koma hepatikum dapat sebagai akibat dari faal
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
hati sendiri yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat
melakukan fungsinya sama sekali. Ini disebut sebagai koma hepatikum
primer.Dapat pula koma hepatikum timbul sebagai akibat perdarahan,
parasentese, gangguan elektrolit, obat-obatan dan lain-lain, dan disebut
komahepatikumsekunder. Pada penyakit hati yang kronis timbulah
gangguan metabolisme protein, dan berkurangnya pembentukan asam
glukoronat dan sulfat. Demikian pula proses detoksifikasi berkurang.
Pada keadaan normal, amoniak akan diserap ke dalam sirkulasi portal
masuk ke dalam hati, kemudian oleh sel hati diubah menjadi urea.
Pada penderita dengan kerusakan sel hati yang berat, banyak amoniak
yang bebas beredar dalam darah.Oleh karena sel hati tidak dapat
mengubah amoniak menjadi urea lagi, akhirnya amoniak menuju ke
otak dan bersifat toksik/iritatif pada otak.
c. Ulkus peptikum
Menurut TUMEN timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis
Hepatis lebih besar bila dibandingkan dengan penderita normal.
Beberapa kemungkinan disebutkan diantaranya ialah timbulnya
hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun
pada mukosa, dan kemungkinan lain ialah timbulnya defisiensi
makanan.
d. Karsinoma hepatoselular
SHERLOCK (1968) melaporkan dari 1073 penderita karsinoma hati
menemukan 61,3 % penderita disertai dengan Sirosis Hepatis.
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama
pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang
akan berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah menjadi
karsinoma yang multiple.
e. Infeksi
Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk
juga penderita sirosis, kondisi badannya menurun. Menurut SCHIFF,
SPELLBERG infeksi yang sering timbul pada penderita sirosis,
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
7. WOC
Terlampir
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
berisi tentang status kesadaran pasien, dinilai dari GCS
pasien
2) TTV
mencakup tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan
3) Kepala
Biasanya kulit kepala bersih, tidak ada kelainan.
4) Rambut
perhatikan distribusi, warna dan kekuatan rambut (biasanya
rambut rontok karena kurangnya asupan makanan yang masuk).
5) Mata
perhatikan keadaan konjungtiva, dan perhatikan keadaan sclera
(biasanya kuning karena ikterik).
6) Telinga
perhatikan keadaan telinga, apakah ada gangguan pendengaran
atau tidak.
7) Hidung
perhatikan keadaan hidung, dan catat jika ada penggunan alat
bantu nafas.
8) Mulut
perhatikan keadaan mukosa bibir. Apakah pucat atau tidak,
kering atau tidak (biasanya gusi akan berdarah)
9) Gigi
perhatikan keadaan gigi, kebersihan, dan apakah ada caries atau
tidak, perhatikan kelengkapan gigi
10) Lidah
perhatikan keadaan lidah. Kebersihan lidah, dan apakah ada lesi
pada lidah atau tidak
11) Leher
perhatikan apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, dan
pembesaran kelenjar limfe atau kelenjar getah bening
12) Integumen
perhatikan turgor kulit. Perhatikan adanya jejas. Biasanya kulit
akan kering dan turgor kulit buruk.
13) Thoraks
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Aliran darah dari vena porta yang tidak dapat melewati hepar
karena perubahan sel-sel hepatosit. Darah akhirnya kembali ke
saluran gastrointestinal. Proses ini akan membuat klien dengan
sirosis hepatis mengalami dispepsia dan diare. Berat badan klien
akan terus menurun secara signifikan. Ditambah lagi dengan
asites yang mendesak lambung dan menimbulkan rasa tidak
enak dan mual sehingga menurunkan nafsu makan. Ini juga akan
memperburuk status nutrisi dan menimbulkan anemia serta
kelelahan dan letargi. Terkait fungsi hati dalam metabolisme
lemak, karbohidrat, dan protein. Diet yang diberikan akan
rendah lemak, dan glukosa sederhana
3) Pola eliminasi
Akibat adanya bilirubin terkonjugasi, urin klien menjadi gelap
dan pekat. Kegagalan inaktivasi aldosteron dan ADH oleh hepar
juga menyebabkan retensi Na dan air. Terjadi konstipasi, flatus,
distensi abdomen (hematomegali, splenomegali, asites).
Penurunan atau tak adanya bising usus, feses, warna tanah liat/
melena, pekat
4) Pola aktivitas
Diafragma yang terdesak oleh asites mengakibatkan pola nafas
menjadi tidak efektif. Klien mudah lelah, selain karena edema di
ekstremitas dan asitesnya. Klien dengan Sirosis Hepatis juga
mendapatkan bed rest total untuk meringankan fungsi hati.
Terdapat kelemahan karena anemia dan nutrisi yang buruk.
Sehingga semua aktivitas dilakukan di tempat tidur. Untuk
latihan, mungkin dapat digunakan latihan rentang gerak tanpa
harus menyuruh klien duduk atau berdiri.
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri dan perubahan lingkungan atau dampak
hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan
kebutuhan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
2. Perumusan Diagnosa
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Penggunaan otot-otot
bantu untuk bernapas o Terapi
Relaksasi
Faktor yang :
berhubungan - Memberikan
Ansietas gambaran kepada
Posisi tubuh klien mengenai
Deformitas tulang keuntungan-
Deformitas dinding keuntungan,
dada batas-batas, dan
Kerusakan kognitif jenis-jenis
Kelelahan relaksasi.
Hiperventilasi - Menetukan
intervensi yang
Sindrom hipoventilasi
sesuai untuk
Kerusakan
relaksasi klien.
muskuloskeletal
- Menciptakan
Imaturitas neurologis
kenyamanan pada
Disfungsi klien.
neuromuskular
- Mengajarkan
Obesitas klien teknik-
Nyeri teknik relaksasi.
Kerusakan persepsi - Mengevaluasi
Kelelahan otot-otot dan
respirasi mendokumentasik
Cedera tulang belakang an respon klien
terhadap teknik
relaksas
2 Ketidakseimbangan nutrisi Status nutrisi a. Monitor Nutrisi
kurang dari kebutuhan Aktifitas : Aktivitas :
tubuh - Intake nutrisi - Timbang BB pasien
- Intake makanan dan pada interval yang
Batasan karakteristik:
cairan spesifik
Kram perut - Energi - Monitor turgor kulit
Nyeri perut - Berat tubuh sesuai kebutuhan
Keengganan untuk Pengukuran biokemia - Monitor pertumbuhan
makan dan lingkungan
Berat badan 20% - Monitor energi,
ataulebih di bawah penurunan fungsi organ
kisaran berat badan yang
- Monitor kalori dan
ideal
Kapiler kerapuhan pemasukan nutrisi
Diare - Kolaborasi dengan ahli
Rambut rontok gizi
- Buat jadwal waktu
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
berlebihan makan.
Suara hiperaktifusus
Kurang nyamakanan b. Terapi Nutrisi
Kurangnya informasi Aktivitas :
Kurangnya minat dalam - Monitor makanan/
makanan minuman harian dan
Kehilangan berat badan pemasukan kalori
dengan asupan makanan
- Kolaborasi dengan ahli
yang cukup
Kesalahpahaman
gizi sesuai kebutuhan
Informasi yang salah - Lakukan pemasangan
Membran mukosa pucat NGT jika perlu
Persepsi - Bantu pasien duduk
ketidakmampuan untuk sebelum makan
menelan makanan Mengajarkan tentang diet
Tonus otot miskin dan rencananya sesuai
Laporan diubah sensasi kebutuhan
rasa
Laporan asupan makanan
kurang dari saku harian
yang direkomendasikan
(RDA
Kenyang segera setelah
menelan makanan
Rongga bukal Sore
Steatorrhea
Kelemahan otot
diperlukan untuk
pengunyahan
Kelemahan otot yang
dibutuhkan untuk
menelan
3 Kelebihan volume cairan Status Hidrasi a. Manajemen cairan
Aktivitas :
Batasan karakteristik: Indikator :
- Monitor status hidrasi
Bunyi napas tambahan - Hidrasi kulit (kelembaban membran
Anasarka : - Edema perifer tidak mukosa)
pembengkakan umum/ tampak - Monitor vital sign jika
edema berat - Asites tidak tampak diperlukan
Ansietas. - Demam tidak tampak - Monitor indikasi
Azotemia - Urine output batas kelebihan cairan
Perubahan tekanan normal (krakles, peningkatan
darah - Tekanan darah normal cup, edema, tekanan
Perubahan status vena jugularis ,asites )
mental jika diperlukan
- Monitor Hasil
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
Darmayanti Yusra
1541312068
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang
DAFTAR PUSTAKA
Darmayanti Yusra
1541312068