Anda di halaman 1dari 4

Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar

Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa memori


manusia itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah
menjadi suatu sandi-sandi informasi dan keterampilan bagi penyimpanannya untuk di
pelajari. Dalam hal ini individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki kemampuan
untuk menghasilkan suatu penyeleksian, pengorganisasian dan pengubahan terhadap
informasi yang di dapat menjadi suatu sandi-sandi yang berguna untuk memudahkan individu
dalam proses belajar yang akan dijalani dirinya.
Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil
sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini
menunjukan bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama
yang mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan di capai dari peserta didik, dalam hal
ini menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan di atas, bahwa komponen belajar adalah perhatian yang ditujukan pada stimulus,
pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).
Atas dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran adalah:
a. Membimbing untuk menerima stimulus
b. Memperlancar pengkodean
c. Memperlancar penyimpanan dan retrival
Melihat dari komponen tersebut sudah pasti ketiganya merupakan suatu satu kesatuan
yang harus dilakukan secara berutan dan akan selalu mempengaruhi hasil yang akan di dapat
atau hasil belajar dari peserta didik itu sendiri.
1. Membimbing peserta didik dalam penerimaan stimulus
Sistem memori dapat melakukan proses seleksi atas stimulus-stimulus yang akan
diperhatikannya, ini juga dapat dikatakan bahwa sistem memori manusia memiliki suatu
aplikasi filterasi terhadap stimulus-stimulus yang di perhatikannya. Kegiatan pembelajaran
yang dapat dilakukan berkaitan dengan memberikan bimbingan perhatian peserta didik
terhadap penerimaan stimulus antara lain:
a. Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang di pilih. Dalam hal ini
pendidik akan memberikan perhatian khusus terhadap siswa mengenai stimulus-stimulus
yang akan dipilih. Jadi dengan demikian siswa/peserta didik akan lebih terkosentrasi pada
stimulus yang telah ditentukan.
b. Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Dalam pengenalan awal
stimulus melalui pengkodean yaitu bagaimana individu mengubah stimulus yang ada
sehingga dapat di simpan dan pada waktu yang lain dapat dimunculkan kembali dengan
mudah. Dalam pengkodean ini akan terjadi proses pengulangan dan menghubungkan
dengan informasi lama yang sudah tertanam dalam memori manusia.
Hal penting agar kegiatan menyajikan fokus adalah dengan memudahkan peserta didik dalam
menerima informasi yang cermat dan lengkap. Atau dengan ungkapan lain apakah informasi
yang diberikan itu diterima di dalam memori kinerja peserta didik. Untuk memudahkan
penerimaan informasi untuk tujuan behavioral dapat dilakukan dengan organise muka
(advance organize), yaitu merupakan konsep-konsep paying bagi bahan baru.
Tujuan dengan pemberian kerangka ini atau advance organize yaitu untuk membantu peserta
didik untuk mengetahui dan memperhatikan hal-hal penting dari material atau bahan
pelajaran yang baru. Adapun yang mengatakan bahwa advance organizer juga berguna untuk
memberikan kerangka konseptual untuk belajar. Selain itu melalui advance organizer akan
menjadi suatu penghubung antara simpanan informasi peserta didik pada waktu sekarang
dengan belajar yang baru. Melalui hal ini juga dapat di gunakan sebagai jembatan antara
kognitif lama dan struktur kognitif yang akan diperoleh, sehingga melalui advance organizer
dapat memperlancar proses mengkode pada peserta didik.
Membahas mengenai advance organizer, ada dua jenis organizer yang disampaikan (Mayer:
1997) yaitu:
a. Organizer Ekspositorik yaitu memberikan mekanisme untuk membuat hubungan logis dalam
materi baru. Dalam hal ini yang menjadi titik pusatnya adalah bagaimana membuat hubungan
yang singkron/ masuk akal antara informasi yang di miliki peserta didik dengan informasi
yang akan di peroleh saat proses belajar.
b. Organizer komparatif yaitu memberikan mekanisme untuk menghubungkan informasi yang
baru dan tidak di kenal dengan pengetahuan yang sudah ada. Dalam hal ini dapat diartikan
juga bahwa melalui organizer ini, peserta didik akan dibantu untuk memahami informasi
yang sama sekali belum dikenal dan belum ada pada informasi yang sudah dimilikinya. Hal
ini akan di lakukan oleh pendidik melalui pengenalan sederhana mengenai informasi baru
tersebut dan setelah itu akan diperinci. Selain dari pada itu pendidik juga akan memberikan
motivasi pada peserta didik agar mampu untuk memahami informasi baru tersebut, motivasi
yang di berikan dapat berupa data-data pendukung dan penanaman rasa percaya diri kepada
siswa bahwa ia mampu untuk mengkode dan memunculkan kembali pada waktu yang
berbeda (masa datang).

2. Memperlancar Pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan kedalam
memori jangka panjang.proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi menjadi kode
ringkasan guna memudahkan dan mengingat kembali di waktu kemudian mengenai informasi
tersebut. Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengkodean yaitu
dengan memberikan pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk
menyusun sandi atau kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori
kerja peserta didik. Rancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya:
penggunaan sinonim untuk kata-kata yang sulit pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar
asosiasi yang sifatnya sembarang. Teknik yang kurang dikenal juga akan di lakukan
pengkodean melalui pemberian petunjuk yang dapat berupa judul paragraf atau kata-kata
yang berhubungan.
Rancangan yang lain adalah berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya
elaborasi(pengubahan) yang dihasilkan peserta didik, rancangan ini disebut bantuan berbasis
peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk mengubah atau
melakukan peengubahan dengan caranya sendiri terhadap informasi agar bagaimana mudah
untuk di ingat dan melakukan retrival (memunculkan kembali). Memperoleh Pada bantuan
yang berbasis peserta didik yaitu berupa pengisyaratan baik visual maupun verbal yang
berasal dari peserta didik itu sendiri, yang dapat membantunya belajar memperoleh asosiasi
yang sembarangsaja sifatnya misalnya; sebuah daftar, methode dan sebagainya.

3. Memperlancar Penyimpanan Dan Retrival


Suatu taktik atau siasat pengkodean sangat penting karena hal ini dapat meningkatkan
kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat ditujukan berupa:
irama bunyi, sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang semuanya memberikan
pengisyaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam proses belajar. Elaborasi
berbasis pembelajaran dan peserta didik keduanya juga memberikan sumbangan yang
besardalam proses mengingat kembali terhadap informasi yang sudah tersimpan dalam
memori menusia.
Proses pemunculan kembali apa yang telah tersimpan atau dsimpan dalam memori
manusia dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Maksud dari hal itu juga dapat
dikatakan bahwa retrival dikatakan sebagai suatu proses pemunculan informasi yang
tersimpan dalam long term memori ( ingatan jangka panjang) melalui suatu penelusuran dan
penyeleksian terhadap informasi yang akan dimunculkan.
Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua tahapan dalam
melaksanakan penelusuran, yaitu:
· Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan dari
dalam ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu peenyeleksian
terhadap informasi-informasi yang ada pada memorinya dan memilih sesuai apa yang akan di
munculkan.
· Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang mencakup
tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkait di
dalamnya, sampai informai yang diinginkan didapatkan atau di munculkan kembali.asumsi
yang di pakai dalam hal ini adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur informasi yang
terorganisasi dan dan proses penelusurannya bergerak secara herarkis, dari informasi yang
paling umum dan eksklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai pada informasi yang
ingin diinginkan atau di munculkan kembali dapat didapatkan oleh individu.

Contoh penerapannya:

1. Guru menyediakan organisator-organisator pengantar dan tanda-tanda yang dapat


digunakan siswa untuk mengingat informasi.
Misalnya untuk memudahkan siswa mengingat tabel periodik, guru membuat jembatan
keledai dengan sesingkat-singkatnya untuk mudah dihafal siswa.
2. Guru harus membuat terobosan baru yang menarik dan mudah diingat sehingga siswa
tidak bosan mempelajari materi yang diberikan dan informasi mudah meresap ke dalam
sistem ingatan siswa.
Misalnya guru memberikan gambar atau video yang berkaitan dengan materi sehingga
siswa lebih tertarik dan lebih mudah mengingat tentang materi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai