Oleh :
Kelompok 2A
FAKULTAS KEDOTERAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Sekitar satu dekade lalu, rekayasa genetika ini dipuji-puji sebagai inovasi baru bagi
masa depan ilmu pengetahuan. Namun, dibalik semua inovasi itu, GM Food ternyata
berisiko seperti menyebabkan bahan alergi baru, resistensi terhadap antibiotik,
menciptakan virus baru, memungkinkan terbentuknya "tanaman super" hasil perkawinan
antar tanaman, dan menyebabkan hama kebal terhadap tanaman. Memang, hingga saat ini
belum ada laporan tentang korban meninggal akibat mengkonsumsi GM Food ini. Akan
tetapi, kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana akibat ke depannya.
1.3 TUJUAN
a. Mengetahui definisi dari Genetically Modified Food
b. Mengetahui manfaat dan bahaya dari Genetically Modified Food
c. Mengetahui efek yang ditimbulkan Genetically Modified Food bagi kesehatan
d. Mengetahui cara mencukupi kebutuhan pangan dengan kebutuhan pangan dengan
Genetically Modified Food
e. Mengetahui contoh produk kebutuhan pangan dengan Genetically Modified Food
1.4 MANFAAT
LANDASAN TEORI
Selain hal di atas, kontroversi lainnya berasal dari masalah manfaat ekonomi negara-
negara dan isu-isu etika agama. Satu-satunya kepastianan adalah: apakah rakayasa gen
makanan berefek pada kesehatan manusia, "tidak ada bahaya segera". Namun, ini masih
merupakan pertanyaan yang besar: potensi bahaya dari makanan GM (Genetically
Modofied) mungkin berasal dari proses transgenik itu sendiri; makanan GM itu sendiri
berbahaya, untuk ternak yang dengan pakan GM sebagai makanan, setelah makanan
membahayakan manusia dan sebagainya. Tapi dari sudut pandang lain, walaupun telah
makan nasi yang berasnya sudah ribuan tahun bukan GM, juga tidak dapat menjamin
keamanan mutlak. Tanah yang diolah, penyemprotan pestisida dan unggas, ternak disuntik
hormon, antibiotik dll juga berpotensi membahayakan tubuh manusia. Makanan alami
juga bisa menyebabkan alergi, buah-buahan dan sayuran secara umum juga mungkin
mengandung karsinogen (bahan penyebab kanker), dan makanan tertentu setelah diberi
campuran yang berbeda, juga akan memproduksi toksin. Buha-buahan dan sayaur yang
umum mungkin juga dapat menyebabkan kanker, juga memiliki masa konsumen yang
luas, ini mungkin yang layak dipikirkan oleh kita semua.
Industri itu sendiri yang memutuskan apakah harus ada pelabelan, sesuai peraturan,
untuk makanan dengan bahan kedelai atau jagung hasil rekayasa genetika, harus diberi
label kata-kata GM, dan makanan yang tidak diberi label non - GM, benar-benar termasuk
makanan non -GM, atau industri itu sendiri yang tidak jujur memberi berlabel, pada saat
belanja masyarakat sulit untuk menilainya. Namun masa depan diharapkan Departemen
Kesehatan secara bertahap mendorong sistem pelabelan makanan GM untuk melindungi
kepentingan konsumen. Penerapan teknologi dapat membawa kenyamanan, namun ia juga
membawa ketakutan yang tidak diketahui, ketika teknologi rekombinan DNA telah
diterapkan secara luas untuk pengembangan biologi, kedokteran, obata-obatan, pertanian
dan industri, masa depan bahkan mungkin bisa memasuki area yang lebih luas, namun hal
tersebut akan sangat memengaruhi kehidupan kita, tampaknya kita akan sadar bahwa ini
adalah tren yang tidak mungkin dikekang lagi. Oleh karena itu, pahamilah makanan GM
secara positif, baru kemudian berpikir secara rasional apakah ia dapat diterima,
meninggalkan hak pilih ke semua orang, itu adalah pendekatan yang benar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengenalan Genetically Modified Food
GM Food (Genetically Modified Food) adalah salah satu produk bioteknologi hijau
yang sangat terkenal. GM Food sering disebut juga Genetically Modified Organism
(GMO). GM Food dikenal sebagai makanan transgenik, adalah hasil pengolahan rekayasa
genetika organisme yang diproses dengan metode buatan, mengubah susunan gen dari
spesies, biasanya gen tertentu dari suatu organisme diisolasi dari serangkaian gen,
kemudian ditanamkan ke dalam tubuh biologis yang lain. Tanaman ini telah dimodifikasi
di laboratorium untuk meningkatkan sifat-sifat yang diinginkan seperti meningkatkan
resistensi terhadap herbisida atau kandungan nutrisinya meningkat. Peningkatan sifat
yang diinginkan secara tradisional dilakukan melalui pemuliaan, tetapi metode pemuliaan
tanaman konvensional bisa sangat memakan waktu dan sering tidak sangat akurat.
Rekayasa genetika, di sisi lain, dapat membuat tanaman dengan sifat yang tepat yang
diinginkan sangat cepat dan dengan akurasi besar. Sedangkan menurut WHO, GM Food
adalah makanan yang berasal dari organisme yang materi genetiknya (DNA) telah
dimodifikasi dengan cara yang tidak alami (melalui rekayasa genetik, tetapi melalui
penggabungan gen yang berbeda dari organisme yang lain. Saat ini, genetically modified
food hanya terjadi pada tumbuhan. Namun WHO memperkirakan di masa depan, hal
tersebut dapat terjadi pada mikroorganisme dan hewan. Produk GM Food telah
dikembangkan di beberapa negara yaitu Cina, Amerika, India, dan Brazil.
Sebagai contoh: Seorang ilmuwan tertarik dengan gen ikan Arctik (Kutub Utara), dia
menganggap ikan tersebut memiliki peran dalam hal anti beku, maka gen tersebut
kemudian dipisahkan dan diekstraksi, kemudian ditanamkan dalam tomat, membentuk
spesies baru tomat yang tahan dingin. Peningkatan fitur yang dapat dicapai dalam
teknologi rekombinasi genetik sekarang adalah: untuk meningkatkan laju pertumbuhan,
nilai gizi yang lebih baik, resistensi serangga, tahan penyakit, tahan herbisida, tahan suhu
rendah, memperpanjang masa penyimpanan, tahan dalam transportasi atau
menguntungkan dalam proses pengolahan. GM Food memiliki komposisi gizi yang dapat
diatur sesuai kebutuhan gizi manusia. Salah satu produk GM Food adalah makanan-
makanan yang telah difortivikasi dengan vitamin maupun mineral, seperti margarin dan
mentega yang difortivikasi dengan vitamin A. Selain itu, GM Food juga terdapat pada
beberapa makanan yang lain seperti minyak, kecap, susu kedelai, tofu, tahu dan produk
kedelai lainnya, serta minyak jagung, corn flakes, roti, kue dll serta semua produk
makanan yang mengandung bahan jagung mungkin mengandung bahan-bahan yang
direkayasa secara genetik.
Selain hal di atas, kontroversi lainnya berasal dari masalah ekonomi negara-negara
dan isu-isu etika agama. Satu-satunya kepastian adalah rekayasa genetika tidak berefek
kepada kesehatan dalam waktu yang singkat. Namun, potensi bahaya yang berasal dari
GM Food masih menjadi pertanyaan. Bahaya itu dapat berasal dari proses transgenik itu
sendiri. Selain itu, bahaya GM Food tidak hanya terjadi pada makanan manusia, tetapi
pada mahluk hidup yang lain. Namun, Sorang manusia yang tidak memakan produk hasil
GM Food belum tentu sehat. Tanah yang diolah, dengan penyemprotan pestisida dan
unggas, ternak disuntik hormon, antibiotik dll juga berpotensi membahayakan tubuh
manusia. Makanan alami juga bisa menyebabkan alergi, buah-buahan dan sayuran secara
umum juga mungkin mengandung karsinogen (bahan penyebab kanker), dan makanan
tertentu setelah diberi campuran yang berbeda, Jadi, intinya hasil produksi GM Food
belum dapat dipertanggung jawabkan keamanannya.
Hasil GM Food secara langsung sangat sulit untuk dibedakan karena penampilannya
yang menyerupai bentuk asli dari makanan tersebut. Namun, saat ini, ada beberapa
metode pengujian canggih yang dapat mendeteksi makanan ini. Selain itu, Kita dapat
membedakannya melalui data pada label yang akan menunjukkan bahan-bahan yag telah
dimodifikasi secara genetik. Namun, masyarakat internasional belum memiliki
kesepakatan untuk menggunakan label makanan rekayasa genetika. Contohnya seperti di
Eropa telah diminta untuk makanan rekayasa genetika agar secara khusus ditandai.
Sedangkan, di Jepang cenderung tidak memiliki label. Industri itu sendiri yang
memutuskan untuk mengikuti peraturan pelabelan atau tidak. sesuai peraturan pelabelan.
Produk hasil GM Food akan diberi label GM. Sedangkan, pada produk. Namun, di masa
depan diharapkan Departemen Kesehatan secara bertahap mendorong sistem pelabelan
makanan GM untuk melindungi kepentingan konsumen.
1. Solusi pilihan dalam mengatasi masalah pangan dunia karena harga yang lebih
murah dan jenis pangan dengan mutu yang lebih baik.
2. Menghilangkan alergen dari makanan. Tahun 2003 ilmuwan berhasil uji coba kedele
jenis baru yang hipoalergik. Mereka juga berhasil mengurangi sifat alergi sejenis
rumput yang sering menyebabkan hayfever. Produsen makanan hasil RG
menyatakan bahwa mereka menguji coba apakah ada alergen pada semua produk
mereka sebelum dipasarkan.
Sebagian besar tanaman domestik (sampai dengan 85% untuk kedelai) memiliki
DNA yang diubah di laboratorium, sehingga hampir mustahil untuk mengetahui mana
jenis makanan yang mengandung bahan-bahan yang merupakan hasil rekayasa genetika.
Saat ini memang sudah ada aplikasi ponsel yang mempermudah konsumen untuk
mengetahui apa yang dia makan, tapi ini tentu tidak cukup. GM Food buruk bagi tubuh
anda, buruk bagi masyarakat, buruk bagi petani, dan buruk bagi lingkungan. Ini
sebabnya:
Makanan hasil rekayasa genetika belum terbukti aman untuk dimakan, dan
mungkin memiliki konsekuensi yang tak dapat diperkirakan. Banyak ilmuwan
khawatir bahwa makanan yang diubah secara genetik, sekali dikonsumsi, dapat
mewariskan gen mutan mereka pada bakteri dalam sistem pencernaan, seperti tanaman
Canola di pinggir jalan North Dakota. Bagaimana rangkaian baru bakteri ini dapat
mempengaruhi sistem keseimbangan tubuh kita sistem belum bisa ditebak oleh
siapapun.
3. Setelah gen mutan keluar dari suatu organisme, tidak akan dapat kembali lagi
Namun beberapa studi yang dilakukan tidak menunjukkan hasil menuju itu. Tikus
yang diberi makan kentang rekayasa genetika menunjukkan tanda-tanda kelelahan
yang kronis, dan tikus betina yang diberi diet kedelai kebal-herbisida melahirkan
anak-anak yang kerdil dan steril.
10. Ada yang mempertanyakan apakah makanan hasil RG halal atau tidak.
Hingga saat ini, efek dari makanan yang telah di modifikasi genetiknya hanya bisa
diamati melalui hewan percobaan. Beberapa dari penelitian ini menunjukkan bahwa
GMF telah mengubah sistem metabolisme, menyebabkan inflamasi, menggangu fungsi
hati dan ginjal, hingga sampai menyebabkan kemandulan. Bahkan, jenis alergi baru dapat
muncul diakibatkan oleh adanya transfer gen dari makanan yang telah di modifikasi
secara genetik. Menurut profesor ilmu dan teknologi makanan Richard Goodman, PHD
dari Universitas Nebraska-Lincoln mengatakan bahwa memasukan jenis DNA baru pada
biji tanaman akan dapat mengubah keseluruhan kontroksi genome dari tanaman itu
sendiri dimana para ahli tidak bisa menyebutkan dampaknya. Salah satu hal yang
mungkin terjadi adalah timbulnya jenis alergi baru. Makanan yang dimodifikasi secara
genetik memang menguntungkan baik petani maupun konsumen dari segi harga.
Beberapa penelitan terbaru bahkan mendukung pemeliharaan ikan salmon yang bisa
dipanen dengan cepat, serta masih dalam wacana yakni memodifikasi babi untuk bisa
menghasilkan omega-3.
2. Toleransi Herbisida
Terdapat banyak jenis virus, bakteri, dan penyakit yang menyerang penyakit.
Hasil Genetically Modified Food sengaja dibuat agar resisten terhadap hal-ha tersebut.
Penurunan suhu secara tiba-tiba dapat merusak bibit tanaman yang sensitif.
Sebuah gen antibeku dari ikan air dingin telah diperkenalkan ke tanaman seperti
tembakau dan kentang. Dengan gen antibeku ini, tanaman mampu mentolerir suhu
dingin yang biasanya akan membunuh bibit-bibit yang sensitifitasnya tinggi.
7. Nutrisi
8. Farmasi
9. Fitoremediasi
Tidak semua tanaman GM Food ditanam sebagai tanaman. Tanah dan
pencemaran air tanah terus menjadi masalah di semua bagian dunia. Tanaman seperti
pohon poplar telah direkayasa secara genetis untuk membersihkan pencemaran logam
berat dari tanah yang terkontaminasi.
1. Golden Rice
Golden Rice ini adalah hasil penelitian seorang ilmuwan rekayasa hayati
(bioengineer) asal Swiss, Ingo Potrykus (Swiss Federal Institute of Technology) dan
Peter Beyer (University of Freiburg). Golden Rice ini berbeda dengan beras biasa yang
berwarna putih karena warnanya kekuningan. Hal itu disebabkan oleh beras tersebut
disisipi gen yang dapat membentuk beta-carotene, sumber vitamin A. Beras ini
diciptakan untuk mengurangi defisiensi vitamin A yang mengakibatkan sekitar 250 juta
anak kecil usia di bawah 5 tahun meninggal dunia di berbagai belahan dunia, terutama
di negara berkembang yang mayoritas makanan utamanya adalah nasi (yang terbuat
dari beras). Selain vitamin A, Potrykus juga berpikir mengapa padi memiliki kadar zat
besi yang begitu rendah dan mencari solusi dari pertanyaan tersebut. Potrykus
kemudian berinisiatif untuk menambahkan gen Ferritin yang berasal dari kacang ke
dalam gen padi untuk meningkatkan kadar zat besi; genmethallotionin yang terdapat
pada tanaman padi liar (wildtype) untuk meningkatkan persediaan protein sulfur guna
meningkatkan proses penyerapan zat besi; serta gen Phytase (berasal dari
jamur Aspergillus fungus) yang berfungsi untuk menghancurkan
enzim Phytate (penghambat reabsorpsi zat besi).
Tomat Flavr Savr adalah hasil rekayasa kerja gen polygalactonase (PG) yang
berasosiasi dengan shelf-time tomat yaitu dengan menginsert antisense dari gen PG.
Dengan demikian shelf-time menjadi lebih lama. Tomat Flavr Savr mempunyai tingkat
waktu kematangan yang lebih lama, sehingga mampu bertahan lama ketika akan di
ekspor ke daerah lain tanpa memakai box yang mengandung pendingin (Putra dan
Fleming, 2010). Alasan untuk membuat tomat hasil rekayasa genetik dikarenakan
potensi keuntungan dari makanan rekayasa genetik. Tomat ini dapat diciptakan dengan
menyisipkan gen antibeku dari ikan air dingin ke dalam gen tomat. Gen antibeku ini
diperoleh dari ikan Flounder, yaitu jenis ikan di Antartika yang dapat bertahan hidup
dalam kondisi yang sangat dingin.
3. Bt. Corn
Kacang kedelai Roundup Ready buatan perusahaan Monsanto dibuat pada 1994
agar tahan terhadap herbisida Roundup. Selain itu, Pioneer Hi-Bred International juga
membuat kacang kedelai rekayasa genetika yang kaya oleic acid. Oleic acid adalah
asam lemak tak jenuh tunggal atau omega 9. Nutrisi yang juga terkandung di minyak
zaitun ini berguna untuk meningkatkan kolesterol baik dan menekan kolesterol jahat.
‘
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Genetically Modified Food adalah suatu produk yang biasanya dikenal sebagai
makanan transgenik maksudnya merupakan hasil pengolahan rekayasa genetika
organisme yang diproses dengan metode buatan, mengubah susunan gen dari spesies.
Produk dari GM food biasanya diberi label khusus. Harganya lebih murah dengan
mutu lebih baik dan mencukupi gizi tanaman yang kurang namun terdapat efek
samping yang cukup bahaya yaitu GMF belum terbukti aman dan dikhawatirkan
makanan dari GMF bila dikonsumsi akan mewariskan gen mutan mereka pada bakteri
di pencernaan. Efek bagi kesehatan dapat menimbulkan inflamasi, gangguan fungsi
hati hingga kemandulan. Untuk mencukupi kebutuhan pangan dengan GMF dapat
dengan pengurangan jumlah pestisida yang digunakan. Contoh dari produk
Genetically Modified Food bisa dilihat pada Golden Rice, Tomat Flavr Savr,Bt. Corn,
Round Up Ready R Soybean.
4.2. Saran
Menurut kami, sebisa mungkin kita menghindari Genetically Modified Food dan
beralih ke makanan yang tidak berasal dari bahan rekayasa genetika karena lebih
sehat. Walaupun tampak lebih baik mutunya namun didalamnya terdapat senyawa
mutan yang lama kelamaan terkumpul dan mengakibatkan mutasi. Jika memang kita
ingin mengkonsumsi bahan Genetically Modified Food maka hendaknya kita memilih
dan sudah terdapat label aman. Namun pilihan menggunakan GMF tergantung
masyarakat sendiri karena sudut pandang mereka berbeda-beda. Kami disini hanya
menyarankan untuk tidak menggunakan Genetically Modified Food untuk
DAFTAR PUSTAKA