Anda di halaman 1dari 2

POTENSI BATERAI ION LITHIUM DI INDONESIA

Baterai ion lithium muncul setelah adanya kesadaran akan semakin berkurangnya
sumber energi dari fosil karena peningkatan kebutuhan manusia. Baterai ion litium
digadang-gadang sebagai media penyimpan energi yang baik.
Pada tahun 1912, penemu gagasan dari baterai lithium adalah G.N.Lewis,
meskipun metode yang digunakan baterainya masih sangat sederhana. Lalu pada tahun
1970 baterai lithium mengalami inovasi pada penyimpanannya sehingga dapat diisi ulang.
Baterai lthium yang sering ditemui adalah baterai Li-ion, yaitu baterai yang menggunakan
pergerakan lithium pada anoda dan katoda dengan senyawa lithium sebagai bahan
elektrodanya.
Baterai ini sangat disukai dipasaran karena bobotnya yang ringan dan kerapatan
energi yang tinggi hampir setara dengan dua kali lipat densitas energi baterai nikel-
kadmium (NiCd) yang lebih berbahaya bagi lingkungan, serta perawatannya yang rendah,
sehingga sangat cocok untuk penggunaan baterai dengan jangka waktu yang lama.
Kelebihan lain dari baterai ini adalah self discharge yang rendah namun dapat
menghasilkan arus yang jauh lebih besar. Namun, baterai ini juga mengalami kelemahan,
yaitu mudah rusak dan membutuhkan perlindungan khusus, dan biaya produksi yang
lebih mahal.
Pemanfaatan baterai lithium sangat beragam, yaitu untuk energi bagi alat pacu
jantung, alat oseanografi, barang elektronik, jam, hingga mobil listrik. Pada alat pacu
jantung, baterai ini dapat bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan densitas energi yang
tinggi. Begitu juga dengan mbil listrik yang juga membutuhkan energi yang besar,
sehingga baterai lithium dapat sangat diandalkan. Penelitian mengenai baterai lithium
terus mengalami perkembangan, mulai dari baterai Li-F, Li-Air, dan Li-Sulfur.
Sejak tahun 2014, Indonesia telah mengembangkan teknologi baterai lithium
dengan menggunakannya sebagai energi bagi bis listrik yang dicanangkan oleh BATAN
dan LIPI. Pengembangan ini merupakan perwujudan dari kebijakan pemerintah
mengenai Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE). Sehingga
penggunaan baterai lithium bagi energi bus listrik tersebut dinilai dapat mengurangi
konsumsi bahan bakar fosil, dan juga karena kelebihannya yang dapat menyimpan energi
dengan jangka yang cukup panjang.
Setelah percobaan bus listrik dengan tenaga baterai lithium ini dianggap berhasil,
pemerintah memberikan investasi pada BATAN maupun LIPI hingga mencapai 100
milyar rupiah demi pengembangan baterai lithium yang lebih mumpuni. Pemerintah
bekerja sama dengan laboratium-laboratium diberbagai universitas di Indonesia agar
penelitian tersebut mendapatkan hasil yang maksimal. Dari hasi riset ini, akan digunakan
sebagai supply bagi pabrik-pabrik.

Setelah berhasil dengan uji coba bus listrik, pemerintah melalui BATAN dan
LIPI mulai mengembangkan baterai lithium dengan anggaran Rp 100 miliar, dengan porsi
BATAN sebesar Rp 20 miliar untuk pembuatan baterai hingga skala lab, dan LIPI sebesar
Rp 80 miliar untuk scale up produksi baterai hingga skala pabrik. Pilot plan baterai
lithium yang dikerjakan LIPI dan bekerjasama dengan BATAN, BPPT, UI, UGM, ITB,
ITS dan UNLAM ini mulai berjalan pada tahun 2015, dengan peruntukan pabrik-pabrik
hasil platform riset ini akan digunakan sebagai rangkaian supply industri baterai lithium
di Indonesia. Proyek pengembangan baterai lithium di Indonesia lebih dicondongkan
pada pemanfaatannya sebagai energi bagi kendaraan-kendaraan listrik. LIPI juga
menegaskan bahwa proyek besar ini dapat terealisasi apabila pemerintah dan berbagai
pihak dapat terus mendukung secara moral dan material, agar proyek ini dapat
terealisasikan

Meskipun begitu, masalah yang dihadapi oleh baterai lithium ini tidak lain adalah
keamanannya. Pada saat ini, masyarakat dihebohkan dengan keamanan pada salah satu
ponsel ternama milik SAMSUNG dengan seri Galaxy Note 7. Di mana ponsel tersebut
kerap kali ditemukan mudah terbakar, dan kejadian tersebut diklaim berasal dari baterai
yang digunakan pada ponsel tersebut, yaitu baterai ion lithium. Sebenarnya baterai
lithium aman digunakan, namun apabila Ketika diisi daya secara berlebihan atau
didiamkan melebihi waktu yang seharusnya, partikel kimia yang ada dalam baterai akan
bergerak tidak beraturan dan bahkan menyebabkan gelembung yang bisa memicu api atau
ledakan.
Kualitas standar yang digunakan pada pembuatan baterai ion lithium ini juga
menjadi kendala tersendiri apabila Indonesia mau mengembangkannya secara
profesional. Karena diperlukan teknologi-teknologi yang mumpuni, sehingga dapat
dipastikan hasil produksi tersebut aman dipakai oleh konsumen, serta sesuai dengan
spesifikasi penggunaanya.
Masalah tersebut nyatanya tidak dapat begitu saja dikesampingkan apabila
Indonesia ingin meningkatkan potensi penggunaan baterai ion lithium demi menunjang
kemudahan bagi masyarakat Indonesia. Pemerintah harus bersikap serius dalam
mengambil kebijakan demi meningkatnya teknologi yang ada di Indonesia dengan cara
memberikan fasilitas yang memadai bagi pengembangan baterai ion lithium, serta
pemanfaatan dari baterai tersebut dapat diperluas menjadi energi utama bagi kebutuhan
masyarakat Indonesia lainnya.

REFERENSI
Fajri, M. I. (2015, September 04). Baterai Lithium: Perkembangan, Tantangan, dan
Langkah Awal Pemerintah Indonesia. Dipetik Desember 6, 2016, dari:
https://www.selasar.com/kreatif/baterai-lithium-perkembangan-tantangan-dan-langkah-
awal-pemerintah-indonesia
Mahardika, A. G. (2016, September 13). Mengenal Baterai Lithium dan Bahayanya.
Dipetik Desember 6, 2016, dari: http://www.rappler.com/indonesia/146121-mengenal-
baterai-lithium-ion-dan-bahayanya

Anda mungkin juga menyukai