Anda di halaman 1dari 2

PROLOG

Terlihat seorang siswa yang sedang asik menuliskan deretan angka pada secarik kertas.
Entah apa yang tengah dikerjakannya sampai tidak terpengaruh oleh hiruk pikuk kelas yang
menikmati siswa waktu istirahat. "Kai, ngapai sih dari tadi nulis angka mulu. Pusing nih
liatnya", komentar Alan. Rupanya ia sudah tidak tahan dengan Kaisar yang sibuk dengan
dunianya. "Bentaran doang Lan. Mumpung Bu Marni belum masuk. Ni juga udah kelar" sahut
Kaisar menutup barusan angkanya dengan sebuah garis panjang.
Kaisar Bintang Alexander, putra tunggal pasangan Brian Alexander dan Raula
Alexander. Pintar, tampan dan kaya membuatnya berada padaderetan teratas most wanted boy
di International Star Highschool. Wakil olimpiade matematika sekolah, ketua klub karate dan
pewaris tunggal keluarga Alexander sudah membuatnya menjadi sorotan utama. Selain itu,
sahabatnya yang juga tak kalah pintar mencuri perhatian seantero ISH. Tak heran empat
sekawanan itu disebut-sebut sebagai bintang Sirius yang menerangi ISH. Hal itu pulalah yang
membuat mereka memilih rooftop sebagai markas agar bisa bernafas sesaat dari keramaian.
Berbeda dengan lokasi yang sering disinggahi oleh empat bintang itu, rruang musik
sangat sepi pengunjung. Ruang itu begitu tenang, bahkan hanya alunan piano yang sering
terdengar pada saat istirahat atau jam pelajaran kosong. Seorang siswi berkacamata tebal
terlihat sering menarikan jarinya diatas tuts berwarna putih dan hitam itu. Moonlight sonata
yang menyiratkan luka adalah melodi yang paling sering ia perdengarkan. Aluna Anastasia,
gadis pendiam yang selama di sekolah hanya ditemani oleh buku dan piano. Siswi yang
tergolong pintar karena selalu menduduki peringkat 2 juara paralel kelas. Namun sayang, ia
seperti hidup di dunianya sendiri. Sehingga tidak banyak siswa IHS yang mengenalnya,
bahkan tidak ada teman dekatnya di sekolah.
Suatu hari, saat akan pulang Luna mendapati dirinya dalah masalah. Ia melihat sang
Bintang sekolah berbeda dengan biasanya. Tanpa pikir panjang, iapun lari dengan wajah yang
menyiratkan ketakutan. Hanya satu harapannya saat ini, Kaisar tidak melihatnya sore itu.
Namun, semua itu hanya tinggal harapan saat dirasakannya genggaman kuat seseorang pada
pergelangan tangannya. Dengan gerakan lambat, Luna memutar kepalanya dan mendapati
sepasang mata yang menatap tajam padanya. Apa yang telah dilihat oleh Luna. Bagaimanakah
nasib Luna selanjutnya?
BULAN DAN BINTANG

Derasnya hujan malam ini seakan mengerti dengan perasaan luna yang
sarat akan kerinduan. Usaha orang tuanya gulung tikar, dan kematian
orang tuanya yang mendadak. Lebih parahnya lagi, ia kini hidup sebatang
kara. Dihantam berbagai cobaan membuat air mata sering muncul di
pelupuk matanya. Hanya satu hal yang menbuatnya masih bertahan dan
semangat menjalani hidup. Pesan terakhir orang tuanya untuk selalu
tersenyum dan membuat dunia tersenyum. Karena itu, senyuman manis tak
pernah hilang dari wajah ayunya meskipun saat sakit dirasakan hati dan
tubuhnya. Semampunya ia berusaha memenuhi pesan terakhir orang
tuanya.

Anda mungkin juga menyukai