Anda di halaman 1dari 6

EKONOMI MAKRO

“ANGKA PENGGANDA DAN PERCEPATAN”

NAMA KELOMPOK :

KADEK YULIANTARA ( 07 )
I GUSTI PUTU ARDI WIRAYANA ( 13 )
I MADE SUSANTA ADI PUTRA ( 15 )
I GUSTI PUTU AGUS KRISNA WIJAYA ( 26 )
I PUTU ANGGA PARANAYA ( 29 )
SEBASTIAN PODHI ( 34 )

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2017
1.1 PENGERTIAN ANGKA PENGGANDA (MULTIPLIER)

Multiplier atau angka pengganda adalah hubungan kausal antara variable tertentu dengan
variable pendapatan nasional.Jika angka pengganda tersebut mempunyai angka yang tinggi,
maka perubahan yang terjadi pada variable tersebutakan mempengaruhi terhadap tingkat
pendapatan nasional juga besar dan sebalikanya. Perubahan pendapatan nasional itu ditunjukan
oleh suatu angka pelipat yang disebutdengan koefisien multiplier. Sedangkan Keynes
mendefinisikan Multiplier sebagai “Rasio pasti antara pendapatan dan investasi serta, subyek
penyederhanaan tertentu, antara jumlah pekerjaan dan tenaga kerja yang dipekerjakan pada
investasi langsung.”Angka pengganda menggambarkan perbandingan diantara jumlah
pertambahan/pengurangan dalam pendapatan nasional dengan jumlah pertambahan/pengurangan
dalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional.
(Sumber:SadonoSukirno:2011 ).

1.1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MULTIPLIER

Keynes berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai kebiasaan tertentu mengenai


berapa dari pendapatan rumah tangga yang dibelanjakan untuk barang dan jasa (C) dan berapa
yang ditabung (S). Biasanya untuk negara-negara yang tingkat penghasilannya tinggi, persentase
dari penghasilan yang ditabung makin tinggi, (misalnya 30%-40%) atau dengan kata lain
persentase dari penghasilannya yang dibelanjakan relative rendah, yaitu 60%-70%. Sebaliknya
persentase yang ditabung biasanya kecil bagi negara-begara yang tingkat penghasilannya belum
tinggi (negara-negara sedang berkembang), mungkin sekitar 5%-10% atau, persentase
penghasilan yang dibelanjakan adalah tinggi, sekitar 90%-95%.Ini tentunya sesuai dengan
pengalaman yang bias kita lihat sehari-hari, bahwa semakin besar penghasilan seseorang,
semakin besar bagian dari penghasilan yang bias disisihkan untuk ditabung tanpa ia harus
menderita kekurangan makanan / pakaian dan sebagainya. Persentase dari penghasilan yang
ditabung disuatu masyarakat menunjukkan perilaku sector rumah tangga secara keseluruhan
dalam mengalokasikan penghasilan mereka.Persentase ini disebut dengan istilah propensity to
save (kecenderungan untuk menabung) dari masyarakat tersebut.Sedang persentase dari
penghasilan yang dibelanjakan disebut propensity to consume (kecenderungan untuk
berkonsumsi).Kalau s, adalah propensity to save, dan c adalah propensity to consume, maka
S = sY.

2.2 PENGERTIAN AKSELERATOR DAN PERHITUNGAN AKSELERATOR

Pengertian akselerator adalah alat pemercepat partikal subatomic agar mempunyai energy
yang sangat besar untuk menimbulkan transmutasi inti yang dikehendaki.Alat pengukurnya
disebut akselerometer yang bekerja berdasarkan hokum kedua Newton (F=m.a) termasuk
akselerator antara lain siklotron, betatron, generator van de graff, dan sinkrotron.

Perhitungan keekonomian sangat dibutuhkan pada setiap perusahaan agar dapat mengetahui
proyek yang akan atau sedang dilaksanakan apakah layak secara ekonomis atau tidak. Demikian
juga halnya dengan proyek akselerator elektron, dimana jasa perhitungan keekonomian terhadap
akselerator sangat diperlukan untuk mengetahui kelayakan ekonominya.Perbandingan biaya
iradiasi pada kasus referensi dengan kasus Indonesia serta analisis sensitivitasnya dapat dipakai
untuk mencaripemecahan yang optimal dalam pengambilan keputusan. Diasumsikan nilai tukar
sebesar Rp6500 tiap 1 US dollars, umur ekonomis 20 tahun dan data referensi yang sudah
disesuaikan dengan keadaans ekarang.Perhitungan dilakukan untuk mendapatkan nilai NPV, IRR
dan B/C untuk masing-masing kasus.Kesimpulan yang dapat diambil bahwa kasus referensi
sebaiknya tidak diambil sebab tidak layak secara ekonomi, karena NPV negatif, B/C kurangdari
1 .Demikian halnya dengan kasus Indonesia walaupun biaya ¬iradiasi lebih tinggi dari kasus
referensi, tetapi untuk NPV, B/C, maupun IRR sama dengan kasus referensi oleh karena itu tidak
layak juga secara ekonomi. Untuk layak secara ekonomi sebaiknya menggunakan kasus referensi
dengan biaya iradiasi minimal sebesar 'Rp1432/ kg, karena NPV menjadi positif, B/C lebih dari
1. Demikian juga untuk kasus Indonesia sebaiknya menggunakan biaya iradiasi minimal sebesar
Rp 2600/ kg.agar layak secara ekonomi. ( Sumber : Mochamad Nasrullah dkk : 2000 ).

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSELERATOR

Faktor akselerator dapat dilihat dari asasnya yaitu akselerato rmenerengkan bagaimana
dan berapa besar tambahan tingkat konsumsi masyarakat akan mendorong tambahan tingkat
investasi masyarakat, melalui proses tambah tingkatan pendapatan masyarakat. Apabila terdapat
tambahan permintaan akan barang-barang konsumsi dalam jumlah yang besar sekali, sedangkan
tidak cukup dilayani dengan persediaan yang ada, maka akibatnya timbul dorongan bagi para
pengusaha mengadakan penanaman-penanaman baru dalam pembelian barang-barang modal
ataupun perluasan pabrik untuk menghasilkan barang-barang konsumsi.

Prinsip akselerator yang menyatakan bahwa investasi merupakan respon terhadap


perubahan-perubahan pada output yang secara tidak langsung menekan kapasitas sebenarnya
sudah lama ada, namun secara formal perkembangannya baru dimulai manakala muncul
kesadaran di kalangan para ekonom bahwa gabungan antara prinsip ini dengan model multiplier
bisa membentuk model-model yang lebih baik tentang perilaku ekonomi siklikal. J.M. Clark
adalah orang pertama yang mengemukakan adanya kemungkinan itu, namun model formalnya
untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Lundberg (1937) dan Harrod (1936), disusul oleh
Samuelson (1939a; 1939b), Hicks (1949; 1950), Goodwin (1948), dan sejumlah ekonom lainnya
yang turut berjasa menyempurnakan modelnya.Bertolak belakang dengan model penggandaan
atau multiplier (aliran Keynesian) yang menghubungkan output dengan perubahan-perubahan
pada investasi, model-model akselerator menghitung nilai investasi atas dasar perubahan-
perubahan pada output.

Untuk memahami investasi, yakni arus pembelanjaan barang-barang modal (capital


goods), kita perlu mengetahui seberapa cepat para investor menutup setiap kesenjangan yang
terjadi antara stok modal aktual (yang benar-benar ada) dengan stok modal optimal. Jika X kita
tetapkan sebagai koefisien penyesuaian yang menghitung seberapa cepat kesenjangan antara stok
modal aktual dan optimal itu dapat tertutup. Koefisien X dan a bersama-sama mengaitkan
investasi dengan selisih pertama dalam tingkat-tingkat output, dan hal itulah yang disebut
sebagai koefisien pemacu atau akselerator, yang dilambangkan dengan V. Dalam tingkat analisis
elementer ini pun, pengenalan prinsip akselerator menguak sejumlah implikasi penting. Pertama,
investasi netto yang bersumber dari prinsip akselerator akan positif (negatif, atau nol) jika (Y, –
Yt l) positif (negatif atau nol). Kedua, investasi netto itu akan turun kalau tingkat kenaikan
outputnya berkurang. Di sisi lain, dari tinjauan sederhana ini pun kita dapat melihat kelemahan
mendasar dalam konsep akselerator. Pertama, hasil-hasil hitungan di atas hanya berlaku jika
investasinya memang ditentukan oleh akselerator, yakni keinginan menambah investasi dalam
rangka memperbesar kapasitas output. Itu memang saiah satu motif pokok investasi, namun
dalam prakteknya perilaku para investor juga sering dipengaruhi oleh aneka faktor lainnya
seperti perubahan perkiraan, adanya teknologi baru. dan sebagainya. Jadi, konsep akselerator ini
hanya menjelaskan sebagian motif investasi yang tentunya tidak bisa diandalkan untuk
memahami total investasi yang tercipta. Lagipuia, argumen investasi atas dasar kapasitas output
seperti ini hanya bertumpu pada model stok modal optimal Untuk mengetahui arus atau
perkembangan investasinya, kita masih memerlukan penerapan koefisiensi yang sesungguhnya
hanya bisa dibenarkan untuk kasus-kasus tertentu seperti dalam kajian kondisi penawaran
investasi barang industri, atau dalam kasus perkiraan investasi tertentu. Tanpa didukung oleh
asumsi-asumsi tambahan seperti itu, maka kita hanya bisa mengatakan bahwa I bisa lebih besar
atau lebih kecil dari O tergantung pada apakah K, lebih besar atau lebih kecil. Jadi, prinsip
akselerator hanya akar. bermanfaat jika dipadukan dengan konsep penggandaan (multiplier).
Masalahnya adalah, meskipun model itu dapat dipakai untuk memahami sebab - sebab terjadinya
fluktuasi siklikai berulang-ulang), penerapan konsep V memunculkan taksiran instabilitas
ekonomi yang bar biasa besarnya, dan tentu saja tak sesua: dengar, kenyataan sehari-hari.
Kelemahan ini dapa: diatasi dengan memadukan akselerator (V) ITU dengan sejumlah
determinan investasi yang lazim dalam model-model yang lebih umum dengan penetapan “batas
atas” dan “batas bewah fluktuasi pendapatan dalam perhitungannya agar meredam interaksi
berlebihan antara akselerator dan multiplier. Namun terlepas dari kelemahan itu. model-model
umum akselerator telah terbukti berguna sebagai basis penyehdikan empiris terhadap perilaku
investasi.

2.3 HUBUNGAN ANTARA PENGGANDA (MULTIPLIER) DAN PERCEPATAN


(ACCELELATOR)

Perekonomian internasional memperlihatkan tentang hubungan timbal balik yang akan


memperkuat faktor pengganda (multiplier) dengan accelelator. Dengan adanya multiplier,
dampak investasi menjadi meningkat menjadi berlipat ganda. Semakin meningkat jumlah
konsumsi masyarakat, maka akan semakin besar jumlah multipiernya. Dan akan mempengaruhi
jumlah investasi dalam perekonomian. Selain multipier yang berdampak pada investasi,
akselerator pun ikut berdampak pada investasi perekonomian. Prinsip akselerator secara
sederhana adalah perubahan dalam pendapatan nasional akan menyebabkan terjadinya perubahan
dalam jumlah investasi. Perubahan jumlah investasi perekonomian, akan berdampak pada
pendapatan nasional. Jika jumlah investasi bertambah, maka pendapatan nasional pun akan
bertambah sehingga akan lebih baik jika ada perpaduan antara multiplier dengan akselerator.
Tujuan dari berbagai pendapat para tokoh sebenarnya sama, yaitu untuk meningkatkan
perekonomian suatu negara. Teori ekonomi modern yang diungkapkan oleh beberapa tokoh
ekonomi seperti yang telah diuraikan di atas, telah kita praktikkan dalam kehidupan sehari- hari.
Pada abad sekarang, dapat kita lihat dan kita rasakan bahwa perdagangan internasional sudah
sangat meningkat, bahkan sudah merambah dalam berbagai bidang. Setiap negara berlomba-
lomba untuk menciptakan produk yang baru yang bisa memenuhi kebutuhan manusia.

Anda mungkin juga menyukai