Anda di halaman 1dari 7

Tafsir tentang Ayat Syura’

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Tafsir

Dosen Pengampu:

Ahmad Musonnif Alfi, S. Ag

Oleh :

Muhammad Hilmi

In’am Abdul Wahab

Muhammad Hakim Ridlho

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR

SARANG REMBANG

2019
Perintah Musyawarah Dalam Semua Urusan (Penafsiran surat Ali-Imran Ayat 159)

Oleh: Muhammad Hilmi, In’am Abdul Wahab, dan Muhammad Hakim Ridlho

I. Pendahuluan

Penafsiran terhadap istilah syura atau musyawarah agaknya mengalami perkembangan


dari waktu ke waktu. Demikian juga pengertian dan persepsi tentang waktu yang padat makna ini
mengalami evolusi. Seperti yang sudah dijelaskan oleh ulama modern terkemuka di Indonesia,
yaitu Hamka dalam tafsir Al-Azhar-nya, evolusi itu terjadi seirama dengan perkembangan
pemikiran, ruang, dan waktu. Pada masa sekarang ini pengertian musyawarah dikaitakan dengan
dengan beberapa teori politik modern, seperti sisitam republik, demokrasi, parlemen, dan
berbagai konsep yang berkaitan dengan konsep system pemerintahan yaitu dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Hal ini bersangkut paut dengan masalah hubungan antara yang
memerintah dengan yang diperintah, antara elit dengan massa, antara pemerintah dan rakyat,
atau antara orag awaw dengan yang ahlinya ahli. Dalam Al-Qur’an pengertian mengenai syura,
juga berkaitan dengan hubungan horizontal di antara orang yang sederajat.

Perdebatan mengenai makna musyawarah dalam hubungannya dengan konsep politik,


menurut Fazlur Rahman mulai timbul dan muncul sejak masuknya pengaruh teori politik Barat
ke dalam Dunia Islampada pertengahan abad ke-19. Namun, menurut Namik Kemal kata-kata
maupun konsep politik yang berada di sekitar masalah musyawarah itu sudah lama
diperbincangkan pada mas Imperium Utsmaniyyah di Turki, bahka di sepanjang sejarah Islam
dan Turki, konsep ini mewajibkan para penguasa untuk melakukan musyawarah sebagai kebalika
dari pemerintahan yang otoriter yang bersifat arbitrer .

Di dalam Islam konsep musyawarah ini di dukung berbagai pendapat para ulama yang
berdasarkan pada Hadits maupun teladan Rasulullah. Bahkan perpustakaan Arab, Persi, maupun
Turki banyak menyimpan tulisan yang mendukung konsep musyawarah ini, sekalipun jarang
dijalankan oleh para penguasa yang sedang berkuasa, memegang, dan menduduki kursi
pemerintahan saat itu.

1
II. Pembahasan
A. Naskah QS. Ali-Imran (3) Ayat 159

‫ت ف َ ظًّ ا غَ لِ ي ظَ الْ ق َ لْ بِ ََل نْ ف َ ضُّوا ِم ْن‬َ ْ‫ت ل َ هُ ْم ۖ َو ل َ ْو كُ ن‬


َ ْ‫َّللا ِ لِ ن‬
‫ف َ ب ِ َم ا َر ْح َم ٍة ِم َن ه‬
‫ت‬َ ‫اْل َ ْم ِر ۖ ف َ إ ِذ َا عَ زَ ْم‬
ْ ‫س ت َغْ فِ ْر ل َ هُ ْم َو شَا ِو ْر ه ُ ْم ف ِ ي‬
ْ ‫ْف عَ نْ هُ ْم َو ا‬
ُ ‫ك ۖ فَاع‬ َ ِ‫َح ْو ل‬
‫ب الْ ُم ت َ َو ِك لِ ي َن‬ ‫ف َ ت َ َو كه ْل عَ ل َ ى ه‬
‫َّللا ِ ۚ إ ِ هن ه‬
ُّ ‫َّللا َ ي ُ ِح‬

B. Makna Mufradat

َ ْ‫لِ ن‬
‫ت‬ = kamu lemah lembut

‫ف َ ظًّ ا‬ = bersikap keras


ِ‫غَ لِ ي ظَ الْ ق َ لْ ب‬ = berhati kasar
‫ََل نْ ف َ ضُّوا‬ = sungguh mereka menjauh
C. Asbabun Nuzul

Surat ini turun di madinah, ketika sudah mulai terbentuk masyarakat Islam. Walaupun
bunyinya merupakan perintah kepada Nabi, dan turun dalam konteks tertentu, yaitu Perang
Uhud, namun para ahli tafsir sering membahasnya sebagai ayat yang dijadikan dasar atau
perinsip kemasyarakatan dan kenegaraan.1

D. Tafsir Ayat

ayat ini secara redaksionalditujukan kepada Nabi Muhammad, agar melakukan


musyawarah dengan para sahabatnya dalam persoalan-persoalan tertentu yang tidka diatur secara
tegas melalui wahyu. Tetapi yang dianggap sebagai pedoman adalah ke-umuman lafadz nash
tersebut, maka ayat ini juga menjadi pedoman bagi semua umat muslim, khususnya para
pemimpin agar melakukan musyawarah dengan anggotanya.2

1
Muhammad Dawaw Raharjo, Ensiklopedia Al-Qur’an, (Paramadina, 1996), hlm. 442
2
Tata Fathurrahman, Musyawarah dalam persepektif hukum Islam, (Jakarta: UNISBA, 2012), hlm. 14

2
Ayat diturunkan saat Perang Uhud. Ketika itu, sebagian sahabat ada yang melanggar
perintah Nabi, yakni sekitar 50 orang pasukan pemanah yang ditempatkan di lereng-lereng
gunung diperinatahkan untuk melindungi Rasulullah dan kaum muslimin yang ada di bawah.
Nabi memerintakan pasukan pemanah tersebut agar tidak meninggalkan tempat, baik kaum
muslimin menang maupun kalah. Meraka diperintahkan untuk menghujani pasukan berkuda dari
pihak musuh dengan anak panah.3

Namun, ternyata sebagian pasukan pemanah tergiur dengan harta rampasan perang,
sehingga hanya sedikit yang tinggal di tempat itu untuk melaksanakan perintah Nabi, dimana
mereka yang tinggal tidak sampai sepuluh orang. Karena sebagian besar mereka sibuk sibuk
mengumpulkan harta rampasan tersebut.4

Firman Allah ‫ت ل َ ُه م‬
َ ْ‫َّللا ِ لِ ن‬
‫ف َ ب ِ َم ا َر ْح َم ٍة ِم َن ه‬ artinya dengan sebab rahmat Allah

kamu berlaku lemah lembut. Menurut Hasan Al-Basri, ini adalah akhlak Rasulullah sebagai
utusan Allah. Sebagaimana dalam Alqur’an surat at-Taubah ayat 128 yang artinya;

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Firman Allah َ ِ‫ت ف َ ظًّ ا غَ لِ ي ظَ الْ ق َ لْ بِ ََل نْ ف َ ضُّوا ِم ْن َح ْو ل‬


‫ك‬ َ ْ‫َو ل َ ْو كُ ن‬ artinya

“seandainya kamu Muhammad bersikap keras lagi kasar, tentulah mereka akan menjjauuhkan
diri dari sekelilingmu. Menurut Abdullah bin Umar, bahwa sifat dan perilaku Rasulullah telah
dijelaskan dalam kitab-kitab terdahulu, yakni beliau sangat lemah lembut, tidak kasar, pemaaf.”

Karena itulah Allah berfirman ‫س ت َغْ فِ ْر ل َ ُه ْم َو شَا ِو ْر ه ُ ْم ف ِ ي‬


ْ ‫ْف عَ نْ ُه ْم َو ا‬
ُ ‫فَاع‬
‫اْل َ ْم ِر‬
ْ “karena itu maafkanlah mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu.”

3
Haekal, Sejarah hidup Muhammad, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1998), hlm. 318
4
Ibid,hlm. 324

3
Berdasarkan ayat inilah Rasulullah selalu melakukan musyawarah dengan para
sahabatnya, dengan tujuan agar hati mereka tenang dan lebih baik dalam menjalankan perintah
Allah dengan ikhlas dan lebih semangat.5

Firman Allah ‫ب الْ ُم ت َ َو ِك لِ ين‬ ‫ت ف َ ت َ َو كه ْل عَ ل َ ى ه‬


‫َّللا ِ ۚ إ ِ هن ه‬
ُّ ‫َّللا َ ي ُ ِح‬ َ ‫ف َ إ ِذ َا عَ زَ ْم‬
artinya “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”

Adapaun ayat yang menjelaskan, menyebutkan, mengajarkan, bahkan memerintahkan


kita untuk senantiasa dalam menyelesaikan msalah dilandasi dengan musyawarah ini ditegaskan
juga dalam Al-Qur’an surah As-Syura’ ayat 38:

َ ُ‫ص ََل ة َ َو أ َ ْم ُر ه ُ ْم ش‬
‫ور ٰى ب َ يْ ن َ ُه ْم َو ِم هم ا‬ ْ ‫َو ال ه ِذ ي َن ا‬
‫س ت َ َج ا ب ُ وا لِ َر ب ِ ِه ْم َو أ َق َ ا ُم وا ال ه‬
‫َر زَ قْ ن َا ه ُ ْم ي ُنْ فِ ق ُو َن‬
Artinya; “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mamatuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedangkan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka,
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.”

Ayat ini diperuntukkan kepada golongan Anshar di Madinah yang bersedia membela nabi
dan menyepakati melalui musyawarah yang mereka laksanakan di rumah Abu Ayyub Al-
Anshari. Tetapi ayat ini juga berlaku umum, yang mencakup siapa pun yang melakukan
musyawarah.6

Menurut Ibnu Katsir, maksud ayat di atas yaitu, orang-orang yang mengikuti Rasulullah,
menaati perintahnya, menjauhi larangannya, dan mendirikan shalat semata-mata karena Allah
SWT, serta mereka tidak memutuskan masalah kecuali dengan musyawarah untuk mengeluarkan
pendapat yang tentunya memiliki kemaslahatan anatara satu sama lain. Rasulullah senantiassa
bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam segala hal, termasuk tentang strategi perang.
Sikap musyawarah juga diperaktikkan oleh para sahabat beliau setelah wafatnya beliau, diantara

5
Ibnu Katrsir, Jilid II, Loc. Cit, hlm.149
6
Muhammad Quraisy Sihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 469

4
sahabat tersebut adalah Abu Bakar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad dan Abdurrahman bin
‘Auf.

Disamping mereka bermusyawarah mereka juga senantiasa menginfakkan sebagian harta


mereka. Menurut Ibnu Katsir, ini adalah untuk berbuat baik keapada sesama manusia dan
semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

E. Terjemah Ayat

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu mafkanlah meraka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah denagan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakal kepada-Nya.”

F. Kandungan Ayat
a. Hendaklah segala urusan diputuskan melalui musyawarah
b. Setiap urusan, hendaklah diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat serta
mengutamakan kemaslahatan bersama.

III. Kesimpulan

Di dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan manusia khususnya umat muslim untuk


senantiasa bermusyawarah dalam segala urusan dan masalah, dengan tujuan untuk mufakat demi
kemaslahatan bersama.

Daftar Pustaka

Al-Qur’an

Muhammad Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1996.

5
Mardani, Tafsir Ahkam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Tata Fathurrahman, Musyawarah dalam persepektif hukum Islam, Jakarta: Unisba, 2012.

Haekal, Sejarah hidup Muhammad, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1998.

Ibnu Katrsir, Jilid II, Loc. Cit, hlm.149.

Quraisy Sihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i, Bandung: Mizan, 1997.

Alami Zadah Faydullah, Fathur Rahman, (Beirut: Al-Kotob Al-Islamiyah, 2012).

Anda mungkin juga menyukai