Makalah
Tafsir
Dosen Pengampu:
Oleh :
Muhammad Hilmi
SARANG REMBANG
2019
Perintah Musyawarah Dalam Semua Urusan (Penafsiran surat Ali-Imran Ayat 159)
Oleh: Muhammad Hilmi, In’am Abdul Wahab, dan Muhammad Hakim Ridlho
I. Pendahuluan
Di dalam Islam konsep musyawarah ini di dukung berbagai pendapat para ulama yang
berdasarkan pada Hadits maupun teladan Rasulullah. Bahkan perpustakaan Arab, Persi, maupun
Turki banyak menyimpan tulisan yang mendukung konsep musyawarah ini, sekalipun jarang
dijalankan oleh para penguasa yang sedang berkuasa, memegang, dan menduduki kursi
pemerintahan saat itu.
1
II. Pembahasan
A. Naskah QS. Ali-Imran (3) Ayat 159
B. Makna Mufradat
َ ْلِ ن
ت = kamu lemah lembut
Surat ini turun di madinah, ketika sudah mulai terbentuk masyarakat Islam. Walaupun
bunyinya merupakan perintah kepada Nabi, dan turun dalam konteks tertentu, yaitu Perang
Uhud, namun para ahli tafsir sering membahasnya sebagai ayat yang dijadikan dasar atau
perinsip kemasyarakatan dan kenegaraan.1
D. Tafsir Ayat
1
Muhammad Dawaw Raharjo, Ensiklopedia Al-Qur’an, (Paramadina, 1996), hlm. 442
2
Tata Fathurrahman, Musyawarah dalam persepektif hukum Islam, (Jakarta: UNISBA, 2012), hlm. 14
2
Ayat diturunkan saat Perang Uhud. Ketika itu, sebagian sahabat ada yang melanggar
perintah Nabi, yakni sekitar 50 orang pasukan pemanah yang ditempatkan di lereng-lereng
gunung diperinatahkan untuk melindungi Rasulullah dan kaum muslimin yang ada di bawah.
Nabi memerintakan pasukan pemanah tersebut agar tidak meninggalkan tempat, baik kaum
muslimin menang maupun kalah. Meraka diperintahkan untuk menghujani pasukan berkuda dari
pihak musuh dengan anak panah.3
Namun, ternyata sebagian pasukan pemanah tergiur dengan harta rampasan perang,
sehingga hanya sedikit yang tinggal di tempat itu untuk melaksanakan perintah Nabi, dimana
mereka yang tinggal tidak sampai sepuluh orang. Karena sebagian besar mereka sibuk sibuk
mengumpulkan harta rampasan tersebut.4
Firman Allah ت ل َ ُه م
َ َّْللا ِ لِ ن
ف َ ب ِ َم ا َر ْح َم ٍة ِم َن ه artinya dengan sebab rahmat Allah
kamu berlaku lemah lembut. Menurut Hasan Al-Basri, ini adalah akhlak Rasulullah sebagai
utusan Allah. Sebagaimana dalam Alqur’an surat at-Taubah ayat 128 yang artinya;
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
“seandainya kamu Muhammad bersikap keras lagi kasar, tentulah mereka akan menjjauuhkan
diri dari sekelilingmu. Menurut Abdullah bin Umar, bahwa sifat dan perilaku Rasulullah telah
dijelaskan dalam kitab-kitab terdahulu, yakni beliau sangat lemah lembut, tidak kasar, pemaaf.”
3
Haekal, Sejarah hidup Muhammad, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1998), hlm. 318
4
Ibid,hlm. 324
3
Berdasarkan ayat inilah Rasulullah selalu melakukan musyawarah dengan para
sahabatnya, dengan tujuan agar hati mereka tenang dan lebih baik dalam menjalankan perintah
Allah dengan ikhlas dan lebih semangat.5
َ ُص ََل ة َ َو أ َ ْم ُر ه ُ ْم ش
ور ٰى ب َ يْ ن َ ُه ْم َو ِم هم ا ْ َو ال ه ِذ ي َن ا
س ت َ َج ا ب ُ وا لِ َر ب ِ ِه ْم َو أ َق َ ا ُم وا ال ه
َر زَ قْ ن َا ه ُ ْم ي ُنْ فِ ق ُو َن
Artinya; “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mamatuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedangkan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka,
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.”
Ayat ini diperuntukkan kepada golongan Anshar di Madinah yang bersedia membela nabi
dan menyepakati melalui musyawarah yang mereka laksanakan di rumah Abu Ayyub Al-
Anshari. Tetapi ayat ini juga berlaku umum, yang mencakup siapa pun yang melakukan
musyawarah.6
Menurut Ibnu Katsir, maksud ayat di atas yaitu, orang-orang yang mengikuti Rasulullah,
menaati perintahnya, menjauhi larangannya, dan mendirikan shalat semata-mata karena Allah
SWT, serta mereka tidak memutuskan masalah kecuali dengan musyawarah untuk mengeluarkan
pendapat yang tentunya memiliki kemaslahatan anatara satu sama lain. Rasulullah senantiassa
bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam segala hal, termasuk tentang strategi perang.
Sikap musyawarah juga diperaktikkan oleh para sahabat beliau setelah wafatnya beliau, diantara
5
Ibnu Katrsir, Jilid II, Loc. Cit, hlm.149
6
Muhammad Quraisy Sihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 469
4
sahabat tersebut adalah Abu Bakar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad dan Abdurrahman bin
‘Auf.
E. Terjemah Ayat
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu mafkanlah meraka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah denagan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakal kepada-Nya.”
F. Kandungan Ayat
a. Hendaklah segala urusan diputuskan melalui musyawarah
b. Setiap urusan, hendaklah diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat serta
mengutamakan kemaslahatan bersama.
III. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Al-Qur’an
5
Mardani, Tafsir Ahkam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Tata Fathurrahman, Musyawarah dalam persepektif hukum Islam, Jakarta: Unisba, 2012.